Ayat Hari Ini:

Tuesday, December 26, 2006

The LORD is my shepherd, I shall not want (2)

Di dalam tulisan ini saya akan membahas berdasarkan Chiasm yang saya temukan dalam Mazmur ini. Jadi tidak dalam pembahasan ayat-ayat yang berurutan.

1 Mazmur Daud. TUHAN adalah gembalaku, takkan kekurangan aku. 2 Ia membaringkan aku di padang yang berumput hijau, Ia membimbing aku ke air yang tenang; 3 Ia menyegarkan jiwaku. Ia menuntun aku di jalan yang benar oleh karena nama-Nya. 4 Sekalipun aku berjalan dalam lembah kekelaman, aku tidak takut bahaya, sebab Engkau besertaku; gada-Mu dan tongkat-Mu, itulah yang menghibur aku. 5 Engkau menyediakan hidangan bagiku, di hadapan lawanku; Engkau mengurapi kepalaku dengan minyak; pialaku penuh melimpah. 6 Kebajikan dan kemurahan belaka akan mengikuti aku, seumur hidupku; dan aku akan diam dalam rumah TUHAN sepanjang masa.

Mau menyanyikan atau mendengarkan lagu dari Mazmur 23?
Versi Populer Indonesia; Mazmur Jenewa ; Bach Cantata BWV 112

Apa itu Chiasm? Singkatnya, diambil dari huruf Yunani chi yang bentuknya mirip dengan X, huruf pertama dari nama Kristus. Chiasm ingin menggambarkan paralel yang ada dalam narasi dan puisi Ibrani. Paralel ini bisa berupa penggunaan kata dan juga konsep. Maka sebaiknya memang kalau bisa membaca bahasa aslinya. Saya akan membahas paralel dalam bentuk konsep.

Judul dari Mazmur (1)

A Kebutuhan fisik (makanan dan minuman) pemberian Tuhan (2); Kebutuhan rohani (3)

B TURNING POINT: Penyertaan Tuhan dlm lembah bayang2 maut(4)


A' Kebutuhan fisik pemberian Tuhan (5); Kebutuhan rohani (6)

Pusat dari Mazmur 23 adalah di dalam judulnya di ayat 1. Tuhan adalah Gembalaku, aku tidak ingin apa2 lagi, tidak butuh apa2 lagi, aku tidak akan miskin...Karena kata kerja (haser, qal imperfect)yang dipakai dalam ayat 1, ini bisa diartikan dlm pengertian2 di atas, dimana kata ini bisa berarti present/future. Yang kemudian dijelaskan oleh Daud di dalam 5 ayat berikutnya, kenapa bagi Daud dengan Tuhan jadi Gembala, maka hidupnya sangat cukup dan berkelimpahan...Apakah dia tidak pernah hidup dalam kesulitan dan masalah?

Kalau kita bandingkan antara ayat 2 dan ayat 5, maka kita bisa melihat kesamaan yang ada. Sama2 berbicara tentang makan dan minum. Bedanya, ayat 5 berbicara tentang kelimpahan. Karena bisa makan di hadapan musuh (harusnya sangat sulit utk dinikmati, tetapi justru saya melihat nuansa sukacita dalam ayat ini), piala penuh berlimpah, ditambah dengan satu kalimat yang tidak ada dalam konsep di ayat 2, Engkau mengurapi kepalaku dengan minyak. Yang merupakan lambang kuasa dan berkat yang berkelimpahan. Mengapa terjadi perubahan dari ayat 2 ke ayat 5, padahal dalam konteks yang harusnya lebih sulit, karena sedang berhadapan dengan musuh? Saya akan menjawabnya terakhir...

Begitu juga kalau kita membandingkan ayat 3 dan ayat 6. Ayat 3 berbicara tentang Tuhan menyegarkan jiwa dan menuntun ke jalan yang benar. Anugerah Tuhan terhadap umat gembalaanNya. Ada ketenangan, kesegaran, kententraman dan sukacita di dalam dan berjalan dengan Tuhan. Meskipun domba bodoh dan biasanya tersesat, tapi Tuhan selalu menuntun ke jalan yang benar. Sama persis dengan kita yang mendapatkan anugerah Tuhan, DIA menuntun kita ke jalan yg benar, meskipun dulu kita tidak menginginkannya (jangan2 smp sekarangpun, kadang2 kita tetap tidak mau???).
Kalau melihat ayat 6, sama-sama berbicara tentang pemenuhan kebutuhan Rohani oleh Tuhan, tetapi ada nuansa yang lebih limpah. Karena ayat 6 berbicara tentang kebaikan dan kemurahan Tuhan akan ada seumur hidup, bukan hanya di saat-saat tertentu..Dan bukan hanya itu saja, tetapi kita akan diam dalam rumah Tuhan, bersama-sama Tuhan sampai selama2nya...Amin..Mengapa terjadi perubahan dari ayat 3 ke ayat 6, yang lebih bisa melihat kelimpahan dalam kerohanian, padahal keadaan dan situasi hidup tidak berubah?

Begitu juga kalau kita membandingkan relasi dengan Tuhan di dalam ayat 2-3 dengan ayat 5-6. Ayat 2-3, relasinya antara Ia (orang ketiga tunggal) dan Aku (orang pertama). Tetapi sejak ayat 4, dan dilanjutkan ke ayat 5-6, maka relasinya berubah menjadi Engkau (orang kedua tunggal) dan Aku (orang pertama), ada relasi yang lebih dekat, lebih akrab dan lebih intim. Mengapa? Jawabannya, ada di ayat 4.

Ayat 4 sangat sering dipakai dalam kematian. Padahal, bagi saya ayat ini berbicara tentang Natal, Penderitaan, Jumat Agung dan Paskah. Ko bisa???
Mari kita lihat lagi ayat ini,
4 Sekalipun aku berjalan dalam lembah kekelaman, aku tidak takut bahaya, sebab Engkau besertaku; gada-Mu dan tongkat-Mu, itulah yang menghibur aku.

Bukankah Daud sedang berhadapan dengan lembah kematian? Kenapa ia tidak takut bahaya (dalam bahasa Ibrani, kejahatan/evil), yang sebenarnya juga bisa ditujukan kepada Iblis dan musuh2 kita manusia, yang ingin menjatuhkan kita? Jawabannya, sebenarnya dalam kalimat, sebab Engkau besertaku. Bukankah ini berarti Natal, Immanuel, Allah beserta kita. Dan mengapa, gada dan tongkat Tuhan bisa menghibur? Di mana kita bisa melihat kekuatan Tuhan mengalahkan Iblis dan segala kejahatan? Di dalam seluruh hidup dan pelayanan Tuhan Yesus yang puncaknya dalam kematian dan kebangkitanNya..Hal ini merubah hidup manusia. Hidup ini menjadi hidup yang berkelimpahan. Sekalipun situasi hidup mungkin akan makin lama makin sulit, atau keadaan di sekitar kita tidak berubah, tapi dengan kesadaran penyertaan Tuhan, kita akan melihat bahwa pemberian Tuhan dalam hidup ini sangat-sangat berlimpah dalam segala hal dan bahkan sampai kepada hidup yang kekal. Kalau sumber segala berkat, sudah menjadi Gembala kita dan menyertai kita sampai selama-selamanya, apa lagi yang kita inginkan, apa lagi yang kita butuhkan?

0 Komentar:

Post a Comment