Ayat Hari Ini:

Sunday, March 11, 2007

TREASURE in jars of clay

Apa yang membuat hidup orang Kristen menjadi begitu berharga? Apa yang membuat hamba-hamba Tuhan menjadi berharga? Talentanya? Semua anugerah dan berkat Tuhan yang dimilikinya? Sehebat apakah manusia sehingga sesama manusia tertarik dan bisa menyelamatkan manusia yang lain? Banyak orang Kristen yang terlibat dalam pelayanan bergumul melihat kekurangan dan keterbatasan dirinya dan agak kuatir apakah Tuhan bisa memakai mereka dalam pekerjaan pelayanan yang begitu mulia. Apalagi orang-orang yang harus dilayani adalah orang-orang yang semakin hari kelihatan memiliki banyak hal, baik itu kekayaan, kuasa dan kepintaran. Apa yang dipunyai oleh pelayan-pelayan yang bergumul ini untuk melayani orang-orang yang lebih ini? Apalagi di tambah dengan kesulitan dan penderitaan lain yang harus dihadapi. Saya ingin berbagi sedikit pergumulan dari orang yang merasa tidak memiliki apa-apa, tetapi dipanggil Tuhan untuk melayani orang-orang yang memiliki banyak hal.

But we have this treasure in jars of clay, to show that the surpassing power belongs to God and not to us.
2 Cor 4:7 ESV

Rasul Paulus waktu membicarakan tentang pelayanan pemberitaan Injil yang dilakukannya di dalam 2 Kor 4:1, ia memulai dengan menyatakan bahwa pelayanan itu adalak kemurahan Allah. Anugerah yang tidak layak diberikan kepada seseorang seperti Paulus, yang mengejar-ngejar orang Kristen dan bahkan menjadi saksi untuk martir pertama, Stefanus. Paulus betul-betul menyadari ketidak-berartian dirinya dan seberapa besar kemurahan yang Allah berikan kepadanya untuk berbagian dalam pekerjaan pelayanan yang mulia. Dengan mengerti kemuarahan ini, Paulus mengatakan bahwa dia tidak menjadi lemah, penakut dan tidak berani. Melainkan, dengan beraninya melakukan kehendak Allah, berusaha menyatakan kebenaran firman Allah dengan sebaik-baiknya (4:2). Meskipun akibatnya, tetap ada yang menolak (4:3-4) dan bahkan harus hidup dalam penderitaan dan bayang-bayang maut (4:8-10).
Bagi Paulus, yang ditolak sebenarnya bukan dirinya, tetapi Yesus Kristus yang menjadi pusat dalam pemberitaan Injilnya. Dalam Pasal 4:5-7, Paulus menunjukkan perbedaan antara diri seorang pelayan dan Kristus yang menjadi pusat.
- yang jadi tuan dan Tuhan adalah Kristus, sedangkan Paulus hanyalah hamba dari jemaat Korintus (5)
- terang didalam dirinya, berasal dari Allah, sedangkan Paulus asalnya dari kegelapan (6)
- harta dan kekuatan berasal dari Tuhan, sedangkan diri Paulus hanyalah bejana tanah liat, dimana di dalamnya tersimpan harta itu (7)
Sangat menarik, karena banyak orang yang mengatakan dirinya hamba Tuhan dan terlibat dalam pelayanan, lebih melihat dan menekankan diri sendiri ataupun memuja orang lain. Padahal seharusnya yang menarik bukan bejana, yang gelap, dan sebenarnya hanyalah budak. Melainkan, sang Tuan yang adalah sumber terang dan yang memiliki harta itu. Tetapi, begitulah manusia. Budak miskin dari kegelapan, begitu memiliki terang dan harta yang berharga, tiba-tiba merasa dirinya menjadi tuan yang harus dihormati oleh sesama manusia. Bukannya seharusnya sang budak akan terus menjadi budak dengan saling melayani dan menunjukkan harta yang berharga yang merupakan milik tuannya kepada banyak orang.
Selain itu, banyak yang bergumul apakah dirinya yang tidak berarti bisa berguna dalam pekerjaan pelayanan? Justru orang-orang yang merasa tidak berharga dan tidak berarti, tetapi dipimpin dalam terang dan dianugerahi harta yang berharga dengan kesediaan yang terus-menerus tunduk kepada Tuannya, itulah orang-orang yang dipakai dalam pekerjaan pelayanan. Tetapi, orang -orang yang merasa bangga dengan kehebatan dan kemampuannya, mungkin hanya sebentar dilibatkan oleh Tuhan di dalam pekerjaan pelayananNya. Dan kalau Tuhan akan memakainya terus, biasanya akan dibentuk lagi sampai mengerti siapa itu budak yang dari kegelapan, yang hanyalah bejana untuk harga berharga.
Apakah seseorang yang melayani di dalam pekerjaan pelayanan yang dianugerahkan Tuhan hanya akan mengalami penderitaan terus-menerus? Paulus justru ingin menggambarkan bahwa dalam penderitaan yang terus-menerus membawa kematian Kristus, justru ada banyak sukacita yang berlimpah. Ko bisa?
Karena penghiburan orang percaya, bukan karena dipuji-puji, melainkan karena semakin melimpahnya ucapan syukur kepada Allah dengan semakin banyaknya orang yang menjadi percaya. Adakah kita memiliki sukacita dan penghiburan seperti ini? Ketika mendengar orang-orang yang dilayani mengenal Tuhan, bertumbuh di dalam anugerahNya dan berbuah dalam segala pekerjaan pelayanannya. Bukankah semakin berlimpah ucapan syukur kepada Allah? Masalahnya, banyak yang menamakan diri hamba-hamba Tuhan bukan ingin melihat hal ini, melainkan hanya mencari kepopuleran, kesuksesan, semakin banyak aset gerejanya dan pujian. Tetapi, apakah betul semakin banyak orang yang katanya percaya itu betul-betul memuji, memuliakan dan beryukur kepada Tuhan?!
Selain itu, penderitaan tidak membawa Paulus menjadi berkurang keberaniannya dan menjadi lemah, sekalipun secara fisik semakin menurun karena kesulitan dan penderitaan (16). Karena justru melalui penderitaan itu mengerjakan kemuliaan kekal, yang jauh melebihi penderitaan ringan(17). Penderitaan ringan? Wow! Paulus yang dalam deskripsinya pada ay.8-10 tentang penderitaan dan maut, seharusnya itu bukan sesuatu yang ringan! Tetapi Paulus melihatnya sebagai penderitaan ringan karena dibandingkan dengan kemuliaan kekal yang jauh lebih besar dari penderitaan itu sendiri. Karena cara pandang Paulus bukan hanya melihat yang sementara, tetapi melihat kepada kekekalan (18).
Kesaksian Rasul Paulus dalam 2 Kor 4 ini menjadi kesaksian yang mempengaruhi hidup saya secara pribadi. Rasa rendah diri begitu tinggi (yang justru sering membawa kepada kesombongan), melihat kepada kekurangan2 di dalam diri dan membandingkan dengan tantangan zaman yang begitu berat dan terus berubah dan berkembang, maka pertanyaan saya kepada diri sendiri, sanggupkah bertahan dan bahkan menantang zaman ini? Apa yang saya miliki? Tetapi, justru melihat dari 2 Kor 4 ini, saya sadar bukan diri saya yang penting. Saya tidak memiliki apa-apa, tapi Tuan saya punya banyak hal yang sudah disediakan sebenarnya di dalam hidup yang lemah ini. Dan yang lebih penting lagi, bagaimana dengan harta yang berharga itu, apakah itu sudah dianugerahkan kepada saya dan apakah saya bisa membawa harta yang berharga itu dan menunjukkan kepada dunia bahwa milik Tuanku itu lebih berharga dari apapun dan tidak bisa dibandingkan dengan apapun. Ini merupakan satu penghiburan bagi orang-orang yang lemah tapi anugerah Tuhan bisa mengubah dan memanfaatkan kita sebagai budak-budakNya. Berbahagialah kita kalau kita mengalami kemurahan Tuhan, diijinkan berbagian dalam pekerjaanNya yang mulia dan membawa harta yang berharga itu dalam diri kita, sebagai bejana yang tidak berharga.

0 Komentar:

Post a Comment