Ayat Hari Ini:

Wednesday, April 4, 2007

Sudahkah Selesai?

Menjelang Jumat Agung dan Paskah, biasanya kita terus diingatkan kembali bagaimana penderitaan, kematian dan kebangkitan Kristus untuk menebus dosa-dosa kita. Semua orang percaya mengerti bahwa Kristus sudah menyelesaikan semua dosa kita dan kita bersyukur atas semuanya itu.
Tetapi, tetap saja banyak pengertian yang salah terhadap penebusan yang dilakukan oleh Kristus. Dan masih banyak pertanyaan yang muncul, kalau Kristus sudah menyelesaikan dosa-dosa saya, kenapa saya masih berbuat dosa? Dosa yang mana yang ditebus oleh Kristus? kalau semua dosa saya sudah diampuni, mengapa saya masih harus berkali-kali minta ampun terhadap dosa-dosa yang masih dilakukan? Apakah betul semuanya sudah selesai di atas kayu salib?

Sesudah Yesus meminum anggur asam itu, berkatalah Ia: "Sudah selesai." Lalu Ia menundukkan kepala-Nya dan menyerahkan nyawa-Nya.
Yoh 19:30

Sudah selesai di dalam bahasa Yunaninya adalah tetelestai, dari akar kata teleo. Kata teleo berarti saya melepaskan kehendak pribadi untuk menyelesaikan satu tugas yang dibebankan. Sedangkan kata tetelestai adalah kata kerja indikatif perfect passive. Yang seharusnya diterjemahkan bahwa kehendak sudah diambil dan tugas yang dibebankan sudah diselesaikan dan digenapi. Dan mempunyai akibat yang terus-menerus sampai sekarang ini (karena nuansa dari kata kerja perfect).
Dari pengertian kata tetelestai, maka seharusnya kita bisa melihat tentang ada pergumulan dalam kehendak pribadi sebelum peristiwa penebusan, dan ada tugas yang dibebankan yang harus diselesaikan.
Seharusnya kita balik lagi ke Taman Getsemani, ketika Tuhan Yesus bergumul antara kehendakNya dengan kehendak Bapa. Tuhan Yesus kemudian melepaskan kehendakNya dan masuk di dalam kehendak Bapa. Mengapa Tuhan Yesus juga bergumul dengan masalah kehendakNya? Bukankah Ia adalah Allah dan manusia yang tidak berdosa seharusnya kehendakNya sesuai dengan kehendak Bapa? Agak mirip dengan penafsiran2 yang lain, sepertinya Ia sedang mengalami pencobaan. Dan tentu saja untuk mengajarkan bagaimana seharusnya bergumul di dalam melakukan kehendak Allah. Banyak orang percaya yang merasa sudah mengerti pergumulan ini, tetapi dalam prakteknya sulit untuk melakukan apa yang menjadi kehendak Bapa. Terlalu banyak keinginan dan kehendak kita yang ingin kita lakukan dan berharap disetujui oleh Tuhan; terlalu sulit untuk mengerti apa yang menjadi kehendak Tuhan melalui firman; dan terlalu kurang iman untuk melakukan prinsip-prinsip yang dibukakan melalui firman. Sepertinya kita selalu merasa tidak sanggup untuk melakukan semuanya itu. Padahal justru ketidaksanggupan kita yang menjadi alasan kenapa kita bisa hidup dan bertahan sampai saat ini. Apa kita sanggup? Bukankah justru karena ada anugerah Tuhan!
Apakah semua kehendak kita pasti salah dan bertentangan dengan kehendak Allah? Mengapa kita harus meninggalkan apa yang menjadi kehendak dan keinginan kita? Tidak tentu semua keinginan dan kehendak kita pasti bertentangan dengan kehendak Allah, tetapi kita harus mengerti dan menyadari bahwa kita asalnya adalah orang berdosa dan buta di dalam kegelapan dosa. Jaminan apa yang bisa menegaskan bahwa kehendak kita lebih banyak sesuai dengan kehendak Allah? Secara logika, pasti lebih banyak tidak berkenan dihadapan Allah. Kita bisa mengerti akan hal ini kalau kita melihat kepada firman. Kita akan menemukan bahwa terlalu banyak keinginan dan kehendak kita sangat jauh dari apa yang menjadi kehendak Allah. Apalagi ditambah dengan pencobaan2 dari Iblis, dunia dan keinginan hati kita yang tentu saja ingin melawan kehendak Allah. Maka hidup ini adalah perubahan dari kehendak-kehendak kita yang harus dibersihkan dan dilepaskan untuk bisa melakukan apa yang menjadi kehendak Bapa. Semakin kita dibersihkan dari kehendak kita yang menyimpang, semakin jelas kita melihat kehendak Allah dan pekerjaan baik yang dipersiapkan Allah bagi kita untuk menggenapinya.
Tuhan Yesus sudah menyelesaikan tugasNya di dunia. Dan Ia memuliakan Bapa dengan tugas yang dikerjakanNya. Ia sudah menyelesaikan tugas untuk menebus dosa-dosa orang pilihan dengan menderita dan mati di atas kayu salib. Semua dosa orang pilihan, sampai yang belum dilakukan sekalipun sudah ditebus dan dibereskan. Tidak ada hutang lagi! Tidak perlu lagi ada domba yang dikorbankan, karena Anak Domba Allah sudah menggenapinya. Tidak perlu lagi Imam untuk datang kepada Allah mewakili kita, karena kita mempunyai Imam Maha Besar dan kita juga berfungsi kembali sebagai imam.
Kalau semua dosa kita sudah dibereskan, kenapa kita masih berbuat dosa? Karena dari sisi Allah melihat kita, semuanya sudah beres, kita bukan orang berdosa lagi. Tetapi dari sisi kita berespon kepada Allah, ternyata belum selesai. Meskipun Kristus sudah mati untuk kita sebelum kita lahir, tetapi keselamatan dan penebusan dosa itu berlaku saat kita diselamatkan dan doa minta pengampunan yang harus kita panjatkan sampai kita bertemu dengan Allah, dimana kita menjadi sempurna. Kita masih di dalam waktu, ada proses perubahan dari orang berdosa menjadi orang yang kudus sepenuhnya. Di satu sisi kita sudah dikuduskan melalui Kristus, tetapi di sisi yang lain kita masih perlu dikuduskan untuk sesuai dengan status kita yang sudah dikuduskan. Itu sebabnya dalam bahasa Yunani tetelestai memakai kata kerja dalam bentuk perfect. Hanya terjadi satu kali dan sudah selesai, tetapi berdampak terus-menerus sampai sekarang. Ada yang already dan ada yang not yet.
Maka pertanyaan bagi kita, apakah dalam hidup kita menggenapkan apa yang sudah dikerjakan Kristus bagi hidup kita? Apakah kita menunjukkan bahwa hidup kita ini adalah hidup yang terus dikuduskan dan terus terjadi perubahan yang lebih baik untuk menggenapkan kehendak Allah? Hal-hal apa yang seharusnya sudah ditinggalkan dan dibereskan untuk melakukan kehendak Allah yang lain lagi yang sudah disiapkan bagi kita? Banyak orang terlalu mencintai masa lalu dan tidak ingin beranjak kepada masa depan yang sejati. Kalau masa lalu yang dilihat adalah apa yang dilakukan oleh Kristus untuk hidup kita, maka yang kita lihat adalah masa depan. Tetapi, kalau masa lalu yang kita lihat hanyalah keberdosaan, kehendak dan keinginan kita yang terus bertentangan dengan kehendak Allah, maka kita sedang menyia-nyiakan hidup ini. Mata kita seharusnya memandang kepada Kristus yang sudah menyelesaikannya (past) dan memandang kepada Kristus yang pasti akan menyempurnakannya (future).
Tetelestai juga seharusnya menjadi jaminan bagi orang percaya bahwa ada kemenangan di dalam peperangan dengan dosa. Kristus sudah menyelesaikan semuanya, kita diajak untuk melihat penggenapan apa yang dilakukan oleh Kristus di dalam hidup kita. Peperangan yang sudah dimenangkan oleh Kristus, yang kuasaNya menyertai kita untuk menang dalam peperangan dan menyelesaikan tugas kita. Sudahkah kita melihat kuasa Kristus bekerja di dalam hidup kita? Kuasa yang membuat kita menang dalam peperangan melawan dosa, kuasa yang membuat kita bersyukur bahwa Kristus sudah menyelesaikannya.
Mari kita bersyukur untuk apa yang sudah Kristus selesaikan dan kita hidup di dalam anugerah itu, melihat perubahan yang terus terjadi di dalam hidup kita dan bersiap menuju kesempurnaan. Meninggalkan apa yang harus kita lepaskan dan tinggalkan dan melakukan apa yang Tuhan kehendaki bagi kita, menyelesaikannya untuk kemuliaan Allah.

0 Komentar:

Post a Comment