tag:blogger.com,1999:blog-84251205895829853592024-03-13T11:17:21.345+07:00RO'IEL MinistryRO'IEL dari bahasa Ibrani. Penggabungan dari dua kata, "Gembalaku" dan "ALLAH"RO'IELhttp://www.blogger.com/profile/15824180828290877068noreply@blogger.comBlogger157125tag:blogger.com,1999:blog-8425120589582985359.post-10488164809869542072011-04-25T19:30:00.000+07:002011-04-25T19:30:59.734+07:00Empat Tokoh dalam Kebangkitan Kristus menurut Injil Matius (2)<center><span style="color: darkred; font-weight: bold;"></span></center> <span style="color: blue;"></span><br />
<div>Episode kedua dalam Kebangkitan Yesus Kristus menurut Injil Matius, masih melibatkan empat tokoh yang bisa dibandingkan dengan empat tokoh dalam episode pertama. Jika dibandingkan dengan empat tokoh yang pertama, kita bisa melihat ada beberapa hal yang sama, serta perbedaan yang signifikan.</div><div><br />
</div><div><div><div style="margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px;"><span class="Apple-style-span" style="color: blue;">1. Utusan Allah: Imam-Imam Kepala (Mat 28:11-14)</span></div></div><div><div style="text-align: center;"><div style="margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px;"></div><div style="color: red; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px;">12 Dan sesudah berunding dengan tua-tua, mereka mengambil keputusan lalu memberikan sejumlah besar uang kepada serdadu-serdadu itu 13 dan berkata: "Kamu harus mengatakan, bahwa murid-murid-Nya datang malam-malam dan mencuri-Nya ketika kamu sedang tidur. (Mat 28:12-13)</div><div style="text-align: left;">Imam-imam kepala seharusnya menjadi wakil dari Allah yang menyatakan dan memberitakan kebenaran. Mereka tahu Yesus Kristus akan bangkit pada hari ketiga. Tapi, mereka justru ingin mencegah kebangkitan itu dengan meminta Pilatus memberikan penjaga dan memeterai kubur Yesus. Usaha mereka gagal!</div><div style="text-align: left;">Ketika penjaga-penjaga melaporkan kebangkitan Kristus, imam-imam kepala tidak menuduh para penjaga berbohong. Mereka menerima itu sebagai kebenaran, karena kebangkitan adalah penggenapan nubuat dari perkataan Tuhan Yesus sebelumnya yang masih diingat oleh para imam kepala. Seharusnya dengan mengetahui kebenaran, mereka lebih gampang untuk percaya dan beriman kepada Yesus Kristus yang bangkit dan sanggup menebus dosa-dosa mereka yang sudah menyalibkan-Nya. </div><div style="text-align: left;">Ternyata, imam-imam kepala lebih memilih untuk menambah dosa mereka dengan menyogok para penjaga dan menyebarkan berita bohong bahwa murid-murid Yesus sudah mencuri mayat-Nya. </div><div style="text-align: left;">Para imam kepala seharusnya seperti malaikat Tuhan yang tahu kebenaran dan menyatakan kebenaran itu, tapi mereka justru membelokkan kebenaran. Semoga para pemimpin gereja tidak mengikuti apa yang dilakukan imam-imam kepala.</div><div style="color: red; text-align: left;"><br />
</div></div><div><div style="margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px;"><span class="Apple-style-span" style="color: blue;">2. Utusan Pemerintah: Penjaga-Penjaga (Mat 28:11,15)</span></div></div><div><div style="text-align: center;"><div style="margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px;"></div><div style="color: red; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px;">15 Mereka menerima uang itu dan berbuat seperti yang dipesankan kepada mereka. Dan ceritera ini tersiar di antara orang Yahudi sampai sekarang ini. (Mat 28:15)</div><div style="text-align: left;">Para penjaga yang mendapatkan keuntungan besar dari keberdosaan para imam kepala. Tapi, tanpa mereka sadari mereka justru sedang mengalami kerugian yang jauh lebih besar. Mereka memang mendapatkan uang dalam jumlah yang besar, tapi mereka tidak mendapatkan iman, anugerah, hidup yang kekal dan kuasa untuk menjadi saksi kebangkitan. Dengan uang mereka hanya menjadi pendusta-pendusta. Padahal mereka sudah mendapatkan kesempatan untuk melihat peristiwa besar dalam sejarah, yang tidak akan pernah dilihat dan dialami oleh orang lain. </div><div style="text-align: left;">Untuk apa sejumlah besar uang kalau tidak ada penyertaan Tuhan? Bisakah mereka mempergunakannya dengan benar? Apa gunanya uang yang didapatkan dari menceritakan kabar bohong? Kasihan sekali!</div></div></div><div><div style="margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px;"><br />
</div></div><div><div style="margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px;"><span class="Apple-style-span" style="color: blue;">3. Pengikut-Pengikut Kristus: 11 Murid (Mat 28:16-17)</span></div></div><div><div style="text-align: center;"><div style="margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px;"><span class="Apple-style-span" style="color: red;"></span></div><div style="margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px;"><span class="Apple-style-span" style="color: red;">16 Dan kesebelas murid itu berangkat ke Galilea, ke bukit yang telah ditunjukkan Yesus kepada mereka. 17 Ketika melihat Dia mereka menyembah-Nya, tetapi beberapa orang ragu-ragu. (Mat 28:16-17)</span></div></div></div><div><div style="margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px;">Kesebelas murid ini seharusnya lebih baik dari perempuan-perempuan yang tidak mendapatkan kesempatan dan anugerah seperti murid-murid. Mereka bisa ikut Tuhan Yesus kapan saja dan diajarkan langsung oleh Tuhan Yesus. Berbeda dengan perempuan-perempuan yang hanya mendengarkan sebagian dan tidak selalu bisa bersama-sama dengan Tuhan Yesus.</div><div style="margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px;">Kenyataannya murid-murid Tuhan Yesus tidak lebih baik dan beriman dibandingkan perempuan-perempuan. Mereka bukan hanya tidak mengerti perkataan dan nubuat Tuhan Yesus tentang kematian dan kebangkitan-Nya. Sebagian dari mereka bahkan masih tetap ragu-ragu untuk menyembah Tuhan Yesus.</div><div style="margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px;">Tapi, yang lebih aneh lagi. Tuhan Yesus tetap mau memakai mereka semua dan mengutus mereka menjadi saksi-saksi kebangkitan. Ini namanya anugerah! Murid-murid yang tidak layak, malah dilayakkan, diperlengkapi dan diutus. Betapa besar anugerah Tuhan kepada murid-murid-Nya yang ragu-ragu!</div><div style="margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px;"><br />
</div></div><div><div style="margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px;"><span class="Apple-style-span" style="color: blue;">4. Pusat Kebangkitan: Yesus Kristus (Mat 28:18-20</span>)</div></div></div><div><div style="text-align: center;"><div style="margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px;"><span class="Apple-style-span" style="color: red;"></span></div><div style="margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px;"><span class="Apple-style-span" style="color: red;">18 Yesus mendekati mereka dan berkata: "Kepada-Ku telah diberikan segala kuasa di sorga dan di bumi. 19 Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, 20 dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman." (Mat 28:18-20)</span></div></div></div><div><div style="margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px;">Yesus Kristus dan kuasa kebangkitan-Nya membangkitkan murid-murid-Nya dan mengutus mereka untuk memuridkan. Apa yang dilakukan oleh Tuhan Yesus sangat beresiko. Mempercayakan tugas yang besar dan mulia kepada murid-murid-Nya yang belum mengerti semua pengajaran-Nya dan sebagian masih ragu-ragu untuk menyembah-Nya? Sulit dipercaya! Tapi itulah yang diinginkan oleh Tuhan Yesus, mempercayakan kepada murid-murid-Nya sekalipun resikonya sangat besar untuk gagal jika dibandingkan dengan Tuhan yang mengerjakan dan membereskan semuanya.</div><div style="margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px;"><br />
</div><div style="margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px;">Kebangkitan ternyata bukan hanya sekedar menerima sukacita, anugerah dan hidup yang kekal. Tapi, kebangkitan juga berhubungan dengan kuasa untuk berlipat ganda dan memuridkan. Pekerjaan yang sulit ini dijamin oleh Tuhan Yesus dengan penyertaan-Nya.</div><div style="margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px;">Banyak sekali orang percaya yang hanya mau meminta penyertaan Tuhan, tapi tidak ingin berbagian dalam pekerjaan pelayanan pemuridan. Padahal justru waktu pergi dan memuridkan, kuasa kebangkitan dan penyertaan Tuhan bisa terlihat dengan nyata.</div><div style="margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px;"><br />
</div></div><div><div style="margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px;">Semoga dengan kebangkitan Kristus membuat kita bisa semakin percaya dengan kuasa yang bekerja dalam kebangkitan Kristus yang membuat kita sanggup mengalahkan dosa, mendapatkan hidup yang baru dan kekal, serta bisa pergi untuk menyaksikan kepada orang-orang berdosa yang tidak layak menerimanya, memuridkan dan mengajar mereka.<b><span class="Apple-style-span" style="color: blue;"> Selamat Paskah.</span></b></div></div></div><div class="blogger-post-footer">"Puaslah dengan semua pemberian TUHAN, sedikit atau banyak, itu berlimpah"
(Ronald Oroh)</div>RO'IELhttp://www.blogger.com/profile/15824180828290877068noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-8425120589582985359.post-75783099816834385622011-04-24T22:15:00.010+07:002011-04-25T02:03:17.390+07:00Empat Tokoh dalam Kebangkitan Kristus menurut Injil Matius (1)Ada beberapa versi cerita tentang Kebangkitan Yesus Kristus dalam Injil. Masing-masing penulis Injil menulis dari sudut pandang yang berbeda dan menekankan kepada tokoh-tokoh yang berbeda.<br />
<center><span style="color: darkred; font-weight: bold;"></span></center> <span style="color: blue;"></span><br />
<div>Matius menulis dua episode dari narasi Kebangkitan Kristus dalam Matius 28. Masing-masing episode cerita menghadirkan empat tokoh yang paralel yang bisa membuat kita melihat respon dari manusia dan malaikat akan kebangkitan Tuhan Yesus Kristus.</div><div><br />
</div><div><span class="Apple-style-span" style="color: blue;">1. Utusan Allah: Malaikat (Mat 28:2-7)</span></div><div><div style="text-align: center;"><span class="Apple-style-span" style="color: red;">Maka terjadilah gempa bumi yang hebat sebab seorang malaikat Tuhan turun dari langit dan datang ke batu itu dan menggulingkannya lalu duduk di atasnya. (Mat 28:2)</span></div><div>Peristiwa Kebangkitan Tuhan Yesus dimulai dengan mujizat yang dilakukan oleh Malaikat Tuhan. Kubur yang dimeterai dan dijaga, dibuka oleh Malaikat. Serdadu-serdadu Romawi menjadi saksi dari mujizat itu. Meskipun penjaga-penjaga menjadi saksi, tapi Malaikat tidak diutus kepada mereka, tapi kepada perempuan-perempuan. Ada berita dari Allah untuk para perempuan.</div><div><br />
</div><div><div style="text-align: center;"><span class="Apple-style-span" style="color: red;">5 Akan tetapi malaikat itu berkata kepada perempuan-perempuan itu: "Janganlah kamu takut; sebab aku tahu kamu mencari Yesus yang disalibkan itu. 6 Ia tidak ada di sini, sebab Ia telah bangkit, sama seperti yang telah dikatakan-Nya. Mari, lihatlah tempat Ia berbaring. (Mat 28:5-6)</span></div></div><div>Berita yang disampaikan oleh Malaikat bukanlah berita yang baru. Ia hanya mengingatkan apa yang sudah dikatakan oleh Tuhan Yesus akan kebangkitan-Nya. Dan nubuat itu sudah digenapi. Yesus Kristus sudah bangkit. Tidak ada berita yang ditambah-tambahin atau dikurangi. Malaikat melaksanakan tugasnya dengan baik dan tepat.</div><div><br />
</div><div><span class="Apple-style-span" style="color: blue;">2. Utusan Pemerintah: Penjaga-Penjaga (Mat 28:4)</span></div><div><div style="text-align: center;"><span class="Apple-style-span" style="color: red;">Dan penjaga-penjaga itu gentar ketakutan dan menjadi seperti orang-orang mati.</span></div></div><div>Hanya satu ayat menjelaskan tentang serdadu-serdadu Romawi yang menjadi penjaga-penjaga yang diutus Pilatus. Seharusnya mereka menjadi saksi kebangkitan Kristus yang mengalahkan kematian. Kenyataannya, mereka hanya ketakutan seperti orang mati. Tidak ada kuasa kebangkitan yang bekerja dalam hidup mereka. Kasihan sekali! Kesempatan yang diberikan kepada mereka sangat besar, hanya mereka yang melihat apa yang dilakukan oleh Malaikat Tuhan. Sayang sekali ketakutan akan kematian membuat mereka tidak bisa melihat kuasa yang mengalahkan kematian.</div><div><br />
</div><div><span class="Apple-style-span" style="color: blue;">3. Pengikut-Pengikut Kristus: Perempuan-Perempuan (Mat 28:1,8-9)</span></div><div><div style="text-align: center;"><span class="Apple-style-span" style="color: red;">8 Mereka segera pergi dari kubur itu, dengan takut dan dengan sukacita yang besar dan berlari cepat-cepat untuk memberitahukannya kepada murid-murid Yesus. 9 Tiba-tiba Yesus berjumpa dengan mereka dan berkata: "Salam bagimu." Mereka mendekati-Nya dan memeluk kaki-Nya serta menyembah-Nya.</span></div><div style="text-align: center;"><span class="Apple-style-span" style="color: red;">(Mat 28:8-9)</span></div></div><div>Perempuan-perempuan ini datang ke kuburan karena kepedulian kepada Yesus Kristus. Ternyata yang mereka dapatkan di luar dugaan. Yang pertama, bertemu dengan malaikat Tuhan dengan berita kebangkitan yang sangat mengejutkan. Yang kedua, mereka bertemu dengan Yesus Kristus yang bangkit.</div><div>Respon mereka menunjukkan respon yang benar ketika menerima berita kebangkitan yang sangat mengejutkan. Mereka bersukacita dan ingin cepat-cepat mengabarkan kabar sukacita itu. </div><div><br />
</div><div>Paskah berhubungan dengan sukacita karena maut sudah dikalahkan. Berbeda dengan Natal dan Jumat Agung yang lebih banyak narasi-narasi tentang penderitaan dan kesulitan. Paskah tidak berbicara sama sekali tentang penderitaan, hanya sukacita. Perempuan-perempuan itu mengalaminya dan mereka ingin membagi sukacita itu kepada murid-murid. Sukacita yang begitu luar biasa pasti ingin mereka nyatakan kepada dunia, biar dunia tahu kebangkitan Kristus. Merekalah pengikut-pengikut Kristus sejati.</div><div><br />
</div><div>Dan ketika bertemu dengan Tuhan Yesus yang bangkit, Matius tidak mencatat keraguan mereka, tapi justru menunjukkan tentang iman mereka yang percaya kepada Kristus yang bangkit, sehingga mereka menyembah-Nya. Mereka sudah memberikan contoh seperti apa pengikut Kristus yang beriman.</div><div><br />
</div><div><span class="Apple-style-span" style="color: blue;">4. Pusat Kebangkitan: Yesus Kristus (Mat 28:9-10</span>)</div></div><div><div style="text-align: center;"><span class="Apple-style-span" style="color: red;">9 Tiba-tiba Yesus berjumpa dengan mereka dan berkata: "Salam bagimu." Mereka mendekati-Nya dan memeluk kaki-Nya serta menyembah-Nya. 10 Maka kata Yesus kepada mereka: "Jangan takut. Pergi dan katakanlah kepada saudara-saudara-Ku, supaya mereka pergi ke Galilea, dan di sanalah mereka akan melihat Aku." (Mat 28:9-10)</span></div></div><div>Kebangkitan tetap menjadi tanya besar, kalau yang diberitakan bangkit oleh malaikat tidak menyatakan diri-Nya. Itu sebabnya Yesus Kristus berjumpa dengan perempuan-perempuan untuk menguatkan mereka yang harus bersaksi kepada murid-murid yang melupakan nubuat Tuhan Yesus akan kebangkitan-Nya.</div><div>Ada perintah untuk pergi dari Tuhan Yesus kepada perempuan-perempuan untuk bersaksi. Orang-orang yang mengalami kuasa kebangkitan Kristus, punya tugas untuk pergi dan menyaksikan kebangkitan Kristus.</div><div>Ketika Tuhan Yesus memberikan anugerah, ada tuntutan untuk bertanggung jawab mempergunakan dan menyaksikan anugerah itu.</div><div><br />
</div><div>Yang lebih menarik lagi, Tuhan Yesus menyebut murid-murid-Nya sebagai saudara-saudara-Ku. Murid-murid yang meninggalkan-Nya, tidak bisa menerima kematian-Nya dan melupakan kebangkitan-Nya, justru dianggap saudara-saudara. Betapa besar anugerah Tuhan untuk murid-murid-Nya. Seharusnya murid-murid-Nya tidak layak mendapatkan hal itu. Tapi begitulah anugerah, bukan untuk yang layak menerimanya tapi justru yang tidak layak dan berdosa yang menerima anugerah keselamatan dan kesempatan untuk ikut dalam pekerjaan Tuhan.</div><div><br />
</div><div>Semoga dengan kebangkitan Kristus membuat kita bisa semakin percaya dengan kuasa yang bekerja dalam kebangkitan Kristus yang membuat kita sanggup mengalahkan dosa, mendapatkan hidup yang baru dan kekal, serta memberikan sukacita yang besar untuk disaksikan kepada orang-orang berdosa yang tidak layak menerimanya.<b><span class="Apple-style-span" style="color: blue;"> Selamat Paskah.</span></b></div><div class="blogger-post-footer">"Puaslah dengan semua pemberian TUHAN, sedikit atau banyak, itu berlimpah"
(Ronald Oroh)</div>RO'IELhttp://www.blogger.com/profile/15824180828290877068noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-8425120589582985359.post-65802826697639240422011-04-22T10:32:00.000+07:002011-04-22T10:32:03.469+07:00Allahku, Allahku, Mengapa Aku meninggalkan Engkau?Pertanyaan ini adalah pembalikan dari doa Daud dalam Mazmur 22:2 dan Tuhan Yesus dalam Matius 27:46. Pembalikan sengaja dilakukan untuk melihat dari sudut yang berbeda dan menghubungkannya dengan relasi Allah dan manusia. <br />
Ketika mencoba mengingat kematian Tuhan Yesus di atas kayu salib, yang sering menjadi pertanyaan adalah, "Kalau saya menjadi salah satu murid Kristus, hadirkah saya di bawah kayu salib atau larikah saya meninggalkan-Nya?" Jawaban terbaik yang saya bisa terpikirkan, "Kemungkinan besar akan lari meninggalkan Tuhan Yesus kalau tidak ada anugerah yang menahanku!"<br />
Mengapa manusia sering lari dari Allah-nya tapi lebih banyak menuduh Allah-nya meninggalkan dirinya?<br />
<br />
<div><br />
<center><span style="color: darkred; font-weight: bold;">7 Ke mana aku dapat pergi menjauhi roh-Mu, ke mana aku dapat lari dari hadapan-Mu? 8 Jika aku mendaki ke langit, Engkau di sana; jika aku menaruh tempat tidurku di dunia orang mati, di situpun Engkau. 9 Jika aku terbang dengan sayap fajar, dan membuat kediaman di ujung laut, 10 juga di sana tangan-Mu akan menuntun aku, dan tangan kanan-Mu memegang aku. 11 Jika aku berkata: "Biarlah kegelapan saja melingkupi aku, dan terang sekelilingku menjadi malam," 12 maka kegelapanpun tidak menggelapkan bagi-Mu, dan malam menjadi terang seperti siang; kegelapan sama seperti terang. <br />
Mazmur 139:7-12</span></center></div><br />
<div><span style="color: blue;">Siapa meninggalkan Siapa?</span></div>Ada dua pertanyaan yang perlu dipikirkan untuk mengerti relasi Allah dan umat-Nya:<br />
1) Jika Allah adalah Maha Hadir, mungkinkah Ia akan meninggalkan umat-Nya, karena kesalahan dan keberdosaan manusia yang sudah ditebus oleh Tuhan Yesus?<br />
2) Jika Allah adalah Maha Hadir, mungkinkah umat-Nya meninggalkan-Nya sehingga Allah akan kehilangan umat-Nya?<br />
Sepertinya, jawaban dari kedua pertanyaan ini adalah sama, tidak mungkin!<br />
<br />
Jika Allah tidak mungkin meninggalkan umat-Nya yang sudah ditebus dan umat-Nya tidak bisa meninggalkan Allah-nya, mengapa seringkali manusia merasakan Allah meninggalkan dirinya dan juga seringkali merasa meninggalkan Allah-nya?<br />
Untuk pertanyaan yang pertama, sumbernya adalah perasaan yang dibentuk dari pengenalan yang salah akan Allah. Sementara untuk kasus kita meninggalkan Allah, memang berdasarkan kenyataan hidup kita yang berdosa, yang sering lari menjauhkan diri dari-Nya.<br />
<br />
<div><span style="color: blue;">Ditinggalkan tapi tidak akan pernah meninggalkan</span></div>Yesus Kristus pernah ditinggalkan oleh Allah Bapa, ketika murka Allah harus dibalaskan untuk menghukum keberdosaan umat-Nya. Hanya sekali pernah terjadi, Allah Bapa harus meninggalkan Allah Anak.<br />
<br />
Karena penghukuman atas semua dosa umat-Nya sudah dibereskan di atas kayu salib, maka Bapa tidak akan pernah meninggalkan umat-Nya. Begitu juga dengan Tuhan Yesus, Ia sudah berjanji tidak akan pernah meninggalkan umat-Nya. Buktinya adalah dengan pemberian Roh Kudus yang sudah memeteraikan umat-Nya, yang menjadi jaminan atas keselamatan kekal dan penyertaan Allah selama-lamanya.<br />
Doa Tuhan Yesus, "Allahku, Allahku mengapa Engkau meninggalkan Aku?" tidak akan pernah lagi dipakai oleh umat-Nya. Pengalaman Tuhan Yesus di atas kayu salib untuk menebus dosa manusia tidak akan terulang lagi dan diikuti oleh umat-Nya. Umat-nya bisa dianiaya, menderita dan mati di salib, tapi tidak untuk ditinggalkan Allah karena penebusan dosa.<br />
<br />
Daud dalam Mazmur 139:8-12 membicarakan tentang penyertaan Allah sampai dalam kematian sekalipun. Jikalau yang paling menakutkan bagi manusia, yaitu kematian, sudah ada jaminan penyertaan Allah, apalagi dengan kehidupan (meskipun ada musibah, masalah, sakit, dll) yang seharusnya bisa dipakai oleh Allah untuk kemuliaan-Nya. Tangan Tuhan akan menuntun umat-Nya, dan tangan kanan-Nya memegang kita.<br />
<br />
<div><span style="color: blue;">Mengapa Aku meninggalkan Engkau?</span></div>Mengapa kita sering dan suka lari dan menghindar dari Allah? Mengapa Aku meninggalkan Allah?<br />
Alasan utama adalah DOSA. Sekalipun sudah ditebus, umat Allah adalah manusia berdosa yang belum sempurna dalam pikiran, perasaan dan perbuatannya. Dosa membuat kita takut, malu dan ingin menghindar dari Allah. Sayang sekali umat Allah sering tidak mengerti atau lupa, bahwa kita tidak bisa lari dan bersembunyi dari Allah. <i>Ke mana aku dapat pergi menjauhi roh-Mu, ke mana aku dapat lari dari hadapan-Mu? (Maz 139:7)</i><br />
<br />
Sejak manusia berdosa dan bersembunyi karena takut, Allah justru datang mencari umat-Nya. Ketika berdosa, seharusnya umat Allah bukan lari, bersembunyi dan merasa meninggalkan Allah, tapi umat Allah justru datang kepada Allah untuk mengakui, meminta ampun dan mengalami anugerah penebusan dosa yang diberikan oleh Tuhan Yesus di atas kayu salib terjadi dalam hidupnya.<br />
Daripada menyusahkan diri dengan pelarian, perasaan bersalah, malu dan takut, mengapa tidak membawa segala beban yang tidak perlu kepada Kristus yang sanggup dan sudah menanggung beban itu?!<br />
<br />
Jika kita bisa hidup dalam terang dalam Kristus yang membahagiakan, mengapa tetap mempertahankan hidup dalam kegelapan yang menyusahkan?<br />
<i>11 Jika aku berkata: "Biarlah kegelapan saja melingkupi aku, dan terang sekelilingku menjadi malam," 12 maka kegelapanpun tidak menggelapkan bagi-Mu, dan malam menjadi terang seperti siang; kegelapan sama seperti terang. (Maz 139:11-12)</i>.<br />
Ada anugerah yang sudah disediakan untuk umat-Nya, anugerah yang seharusnya bisa dinikmati dalam sukacita yang sejati.<br />
<br />
Kematian Tuhan Yesus memberikan jaminan bahwa Allah tidak akan pernah meninggalkan umat-Nya dan memberikan pengharapan bahwa umat-Nya tidak perlu dan tidak akan meninggalkan Allah, sebaliknya bisa menikmati terang dalam Kristus. <i><b>Soli Deo Gloria</b></i>.<div class="blogger-post-footer">"Puaslah dengan semua pemberian TUHAN, sedikit atau banyak, itu berlimpah"
(Ronald Oroh)</div>RO'IELhttp://www.blogger.com/profile/15824180828290877068noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-8425120589582985359.post-50335279994112294732011-01-01T22:56:00.000+07:002011-01-01T22:56:13.467+07:00Raksasa dan BelalangTahun Baru selalu menjadi kesempatan untuk menaruh pengharapan setinggi mungkin. Tapi, tahun baru juga bisa menjadi sesuatu yang menakutkan kalau kita mengerti kondisi dan tantangan yang jauh melampaui dari kemampuan kita.<br />
Bagaimana seharusnya kita menghadapi kesempatan-kesempatan yang baru sekalipun penuh tantangan yang harus dihadapi?<br />
<br />
<br />
<center><span style="color: darkred; font-weight: bold;">5 Seorangpun tidak akan dapat bertahan menghadapi engkau seumur hidupmu; seperti Aku menyertai Musa, demikianlah Aku akan menyertai engkau; Aku tidak akan membiarkan engkau dan tidak akan meninggalkan engkau. 6 Kuatkan dan teguhkanlah hatimu... 7 Hanya, kuatkan dan teguhkanlah hatimu dengan sungguh-sungguh,... 8 Janganlah engkau lupa memperkatakan kitab Taurat ini, tetapi renungkanlah itu siang dan malam, supaya engkau bertindak hati-hati sesuai dengan segala yang tertulis di dalamnya, sebab dengan demikian perjalananmu akan berhasil dan engkau akan beruntung. 9 Bukankah telah Kuperintahkan kepadamu: kuatkan dan teguhkanlah hatimu? Janganlah kecut dan tawar hati, sebab TUHAN, Allahmu, menyertai engkau, ke manapun engkau pergi."<br />
Yosua 1:5-9 </span></center> <br />
<br />
<span style="color: blue;">Raksasa dan Belalang</span><br />
Ada yang aneh dengan Yosua 1, karena Tuhan sampai tiga kali mengulang kalimat yang sama, "Kuatkan dan teguhkanlah hatimu" (1:6,7,9). Kelihatannya Yosua seperti ada ketakutan menghadapi tantangan di zaman baru. Musa pemimpin mereka sudah mati, Yosua yang harus menggantikannya untuk membawa Israel masuk ke tanah Kanaan. Ia berhadapan dengan 2 masalah, raksasa dan belalang (Bilangan 13:33).<br />
<br />
Sebagai salah satu dari 12 pengintai, Yosua tahu raksasa-raksasa yang harus dihadapi di Kanaan. Tidak sebesar seperti yang dilebih-lebihkan oleh 10 pengintai yang lain, tapi Yosua tahu seperti apa musuh yang harus dihadapi di Kanaan. Orang-orang Kanaan yang lebih besar dan lebih banyak jumlahnya jika dibandingkan dengan Israel.<br />
Kitapun menghadapi Tahun Baru mungkin akan berhadapan dengan raksasa-raksasa yang harus ditaklukkan. Entah itu permasalahan2 kehidupan yang akan terlihat begitu besar, pekerjaan, keluarga, penyakit dan berbagai masalah yang tidak bisa dihindari. Jikalau kita sudah tahu betapa besar, sulit dan banyaknya permasalahan yang harus kita hadapi sepanjang tahun 2011, maka pasti ada kegentaran dan ketakutan menghadapi semuanya. Raksasa2 yang akan kelihatan jauh lebih besar ketika kita melihat lebih dekat dan lebih fokus.<br />
<br />
Masalah kedua yang menggentarkan Yosua adalah soal belalang, yaitu Israel yang harus dipimpinnya ke Kanaan. Bangsa Israel ini memang berbeda dengan generasi sebelumnya yang sudah meninggal di padang gurun. Tapi, tetap ada kemiripan dalam hal tegar tengkuk dan membuat Tuhan marah. Mereka menolak masuk ke Kanaan karena laporan 10 pengintai. Bangsa ini masih memiliki mental budak yang diwarisi dari Mesir. Mereka merasa terlalu kecil, tidak berdaya dan melupakan ada Tuhan yang berperang dan lebih besar daripada semua raksasa Kanaan.<br />
Kitapun akan bersikap seperti Israel, jika kita mengerti kelemahan-kelemahan diri kita dan kemudian membandingkan dengan betapa besarnya permasalahan yang harus kita hadapi. Kita akan merasa seperti belalang dihadapan raksasa.<br />
<br />
Siapa yang bisa menaklukkan raksasa2 dan belalang2 ini?<br />
<br />
<span style="color: blue;">AKU akan menyertai</span><br />
Hanya Tuhan yang bisa membuat Yosua siap berhadapan dengan segala kesulitan dan permasalahan yang harus dihadapi. Jaminan Tuhan kepada Yosua, "Aku akan menyertai engkau; Aku tidak akan membiarkan engkau dan tidak akan meninggalkan engkau." (Yosua 1:5). Tuhan yang jauh lebih besar daripada raksasa2 itu yang akan berperang di depan dan mengalahkan raksasa2 itu. Meskipun Yosua juga tetap berperang dengan Israel, tapi peperangan itu tidak sesulit jika tanpa Tuhan.<br />
<br />
Menghadapi segala tantangan, permasalahan dan kesulitan yang harus dihadapi, hanya satu hal yang bisa menguatkan kita, yaitu penyertaan Tuhan. Menghadapi sebesar apapun dengan penyertaan Tuhan, justru akan membuat kita semakin beriman karena kita akan melihat perbuatan Tuhan yang besar. Jika kita hanya berhadapan dengan hal-hal yang tidak berarti yang bisa kita kontrol dan atasi sendiri, maka kita tidak akan pernah lebih beriman. Sebaliknya kita akan lebih percaya diri.<br />
<br />
Berbahagialah orang-orang yang percaya kepada Tuhan di tahun yang baru ini, karena ada kesempatan untuk melihat pekerjaan-pekerjaan Tuhan jika diijinkan mengalamai masalah-masalah yang besar dalam kehidupan. <br />
<br />
<span style="color: blue;">Renungkan dan Bertindak</span><br />
Jikalau Tuhan yang akan menyertai dan berperang, apa yang harus dilakukan Yosua?<br />
Yosua diminta untuk menaati Taurat, memperkatakan, merenungkan dan bertindak sesuai Taurat. Bukan menuntut Tuhan untuk membuat dirinya lebih tenang dan lebih berhasil, tapi menuntut diri untuk lebih mengerti pekerjaan Tuhan, sehingga bisa bertindak sesuai kehendak-Nya.<br />
<br />
Banyak orang berharap di Tahun yang baru Tuhan memberikan lebih banyak kemudahan dan berkat dalam hidupnya, dan Tuhan harus lebih mengerti dirinya dan kebutuhan2nya. Seolah-olah Tuhan berhutang kebaikan kepada orang-orang yang merasa dirinya sudah berbuat baik. Seharusnya, justru kita menuntut diri kita untuk lebih mengerti pribadi dan rencana Tuhan. Waktu Tuhan menyatakan pekerjaan-pekerjaan-Nya Ia ingin memakai kita dalam menggenapi pekerjaan-pekerjaan-Nya. Tapi, bagaimana kita bisa bertindak kalau kita tidak pernah mengerti rencana-Nya? Bagaimana kita bisa mengerti jika tidak pernah merenungkan firman-Nya?<br />
<br />
Tahun baru harusnya diisi dengan komitmen untuk lebih memiliki keinginan untuk merenungkan, mengerti dan bertindak sesuai firman. Hal ini akan membuat kita siap berhadapan dengan raksasa dan belalang kehidupan, karena kita bisa melihat, mengalami dan menikmati Tuhan yang bekerja dengan kuasa-Nya.<div class="blogger-post-footer">"Puaslah dengan semua pemberian TUHAN, sedikit atau banyak, itu berlimpah"
(Ronald Oroh)</div>RO'IELhttp://www.blogger.com/profile/15824180828290877068noreply@blogger.com4tag:blogger.com,1999:blog-8425120589582985359.post-18776734201680134562010-12-26T13:03:00.001+07:002010-12-26T15:23:20.638+07:00Anugerah yang TerlupakanKelahiran Kristus bagi setiap orang bisa berbeda artinya. Ada yang melihatnya sebagai kabar sukacita, ada yang melihat sebagai ancaman, ada yang mengerti tapi melupakan begitu saja, dan masih banyak lagi yang sulit disebutkan semuanya satu-persatu. <br />
Kelahiran Kristus adalah anugerah bagi manusia. Karena Allah datang untuk membereskan dosa manusia dan membawa kerajaan Sorga. Bagaimana manusia meresponi anugerah yang Tuhan sudah berikan? <br />
<br />
<center><span style="color: darkred; font-weight: bold;">1 Sesudah Yesus dilahirkan di Betlehem di tanah Yudea pada zaman raja Herodes, datanglah orang-orang majus dari Timur ke Yerusalem 2 dan bertanya-tanya: "Di manakah Dia, raja orang Yahudi yang baru dilahirkan itu? Kami telah melihat bintang-Nya di Timur dan kami datang untuk menyembah Dia." 3 Ketika raja Herodes mendengar hal itu terkejutlah ia beserta seluruh Yerusalem. 4 Maka dikumpulkannya semua imam kepala dan ahli Taurat bangsa Yahudi, lalu dimintanya keterangan dari mereka, di mana Mesias akan dilahirkan. 5 Mereka berkata kepadanya: "Di Betlehem di tanah Yudea, karena demikianlah ada tertulis dalam kitab nabi:<br />
Matius 2:1-5</span></center><br />
<br />
<span style="color: blue;">Jauh tapi Tahu</span><br />
Orang-orang Majus dari Timur datang untuk menyembah Raja orang Yahudi. Agak aneh, karena mereka bukan orang Yahudi tapi mengapa mereka mau datang untuk menyembah raja orang Yahudi?<br />
<br />
Ada anugerah yang bekerja dalam hidup para orang Majus, membuat mereka datang untuk menyembah raja diatas segala raja. Karena anugerah yang luar biasa berharga, maka mereka datang mencari-Nya untuk sujud menyembah-Nya dan mempersembahkan emas, kemenyan dan mur. Anugerah itu dilihat oleh orang-orang Majus sebagai kesempatan untuk bisa menikmati sukacita tertinggi. Mereka menemukan-Nya dan di ayat 10 mengatakan bahwa mereka bersukacita. Bagaimana dengan kita?<br />
<br />
Kita tidak perlu lagi ke Betlehem untuk bertemu, menyembah dan membawa persembahan kepada Kristus. Kristus sudah naik ke Surga. Setiap kali Natal, adakah kerinduan yang sama seperti orang Majus yang ingin bertemu sang Raja? Adakah kerinduan untuk segera pergi ke Surga untuk menyembah dan membawa persembahan kepada Sang Raja? Atau kebalikannya? Hanya mau sang Raja memberikan hidup yang lebih baik, lebih sukses dan sehat senantiasa?<br />
<br />
<span style="color: blue;">Dekat tapi Kaget</span><br />
Herodes yang tinggal di Yerusalem, lebih dekat ke Betlehem bila dibandingkan dengan orang Majus malahan memiliki respon yang jauh berbeda. Ia kaget karena ada raja baru yang menjadi saingannya. Ia sangat ingin mengetahui ancaman yang akan datang itu. Dan ia menemukan-Nya. Herodes bukan orang Yahudi, sama seperti para orang Majus. Tapi, ia seharusnya memiliki kesempatna yang lebih besar untuk menikmati anugerah dari Tuhan. Ternyata yang dilihatnya bukan anugerah, tapi ancaman.<br />
<br />
Ketika mengetahui berita tentang Raja Yahudi, Herodes tidak ikut bersama orang Majus ke Betlehem dan menyembah-Nya. Ia mengutus orang ke Betlehem untuk membunuh sang Raja. Anugerah bagi manusia dan Herodes sangat beruntung karena mengetahui yang tidak diketahui orang Majus, tapi justru kebencian, kepanikan yang mengakibatkan pembunuhan anak2 yang berumur dua tahun ke bawah di Betlehem. <br />
<br />
Seringkali anugerah yang membebaskan justru dianggap akan merampas kebebasan kita untuk berdosa. Lebih parah lagi, sang Raja dianggap ingin mengambil alih posisi kita sebagai raja untuk hidup kita. Kita ingin mengontrol semuanya dan tidak ingin dikuasai oleh siapapun, kecuali terpaksa. Padahal sang Raja ketika menjadi raja dalam kehidupan kita, justru membebaskan kita dari dosa, memberi kita kesempatan untuk memerintah dan mengatur hidup dengan benar berdasarkan hikmat dan anugerah-Nya. Apakah sang Raja ancaman buat manusia? Ya, kalau manusia ingin tetap berdosa!<br />
<br />
<span style="color: blue;">Anugerah yang Terlupakan</span><br />
Imam Kepala dan ahli2 Taurat seharusnya lebih beruntung bila dibandingkan dengan orang Majus dan Herodes. Mereka tahu nubuat tentang Mesias. Mereka mungkin sudah hafal semua ayat-ayat yang berbicara tentang Mesias. Sayang sekali hampir dua tahun, sang Mesias sudah datang ke dunia, tapi mereka melupakan-Nya.<br />
<br />
Mungkin terlalu banyak tugas yang harus mereka kerjakan, sehingga mereka melupakan kedatangan Mesias. Bahkan ketika sudah diberitahukan oleh orang Majus, mereka tidak ikut ke Betlehem dan menyembah Mesias yang dijanjikan dalam Kitab Suci. Mereka tahu akan anugerah Allah, tapi mereka sengaja melupakan-Nya demi hal-hal yang menurut mereka lebih berharga.<br />
<br />
Banyak orang percaya agak mirip dengan ahli2 Taurat, merasa tahu dan mengerti banyak hal yang berhubungan dengan Kitab Suci, tapi melupakan yang menjadi pusat dari Kitab Suci yaitu Kristus yang adalah anugerah terindah bagi manusia. Kristus hanya diingat ketika kita dalam kesulitan dan perlu berkat dan pertolongan-Nya. Ketika tidak merasa butuh dan bisa kontrol hidupnya dengan bebas, maka dengan cepatnya kita melupakan anugerah yang sudah diberikan.<br />
<br />
Biarlah Natal membuat kita makin merindukan bertemu Kristus, karena ingin mempersembahkan kembali segala berkat terbaik yang sudah diberikan-Nya kepada kita. Membuat kita mengingat kebebasan yang dianugerahkan kepada kita, disertai kesempatan untuk belajar memerintah bersama sang Raja. Dan kita tidak pernah melupakan anugerah yang terindah itu, karena terus-menerus disaksikan kepada dunia. Selamat Natal.<div class="blogger-post-footer">"Puaslah dengan semua pemberian TUHAN, sedikit atau banyak, itu berlimpah"
(Ronald Oroh)</div>RO'IELhttp://www.blogger.com/profile/15824180828290877068noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-8425120589582985359.post-70519406997840435732010-12-25T13:49:00.001+07:002010-12-25T22:32:00.208+07:00Gloria in excelsis DeoSudah berkali-kali kita mendengar istilah kemuliaan dan memuliakan Allah. Tapi kalau ditanya apa itu kemuliaan dan bagaimana memuliakan Allah, seringkali menjadi sulit untuk menjelaskannya. Begitu juga ketika berhadapan dengan peristiwa Natal di suatu kandang di Betlehem, dimana kemuliaan yang dinyanyikan oleh para malaikat? Apakah para malaikat melihat apa yang tidak dilihat manusia?<br />
<br />
<center><span style="color: darkred; font-weight: bold;">14 "Kemuliaan bagi Allah di tempat yang mahatinggi dan damai sejahtera di bumi di antara manusia yang berkenan kepada-Nya."<br />
Lukas 2:14</span></center><br />
<br />
<span style="color: blue;">Dimana kemuliaan itu?</span><br />
Untuk bisa melihat kemuliaan di Betlehem, maka kita perlu untuk mengerti apa itu kemuliaan. Menurut <i>American Heritage Dictionary</i>, kemuliaan itu bisa berarti: penghormatan/pujian yang luar biasa, keindahan yang luar biasa, bahkan bisa berarti kebahagiaan yang sempurna.<br />
<br />
Ketika melihat apa yang terjadi di Betlehem, tidak bisa melihat kemuliaan Tuhan kalau fokusnya pada keadaan di Betlehem. Karena kemuliaan itu bukan karena keadaan, tapi pada pribadi Allah yang menjadi manusia. Kemuliaan Allah sedang dinyatakan pada seorang bayi yang terlihat seperti bayi kebanyakan, tapi dengan nasib sedikit malang karena lahir di saat yang kurang tepat dan tempat kurang layak. Kalau kita tahu dan kenal sang bayi itu seperti para malaikat yang diciptakan-Nya mengenal-Nya, maka kitapun akan menyanyikan pujian yang sama seperti para malaikat. Kalau kita tahu untuk apa sang Pencipta mau menjadi manusia, mengikuti dan menggenapi kehendak Bapa, maka kitapun akan memuji dan mengembalikan segala kemuliaan bagi-Nya.<br />
<br />
Natal adalah Kristus. Kemuliaan Natal ada pada dan hanya di dalam Kristus. Kemuliaan itu tidak bisa digantikan dengan pertemuan keluarga, tukar kado, lagu2 dengan suasana Natal, keadaan Natal yang bersuasana <i>Winter</i> dan perayaan-perayaan yang hanya membawa sukacita palsu. Tanpa pengenalan yang makin bertambah terhadap Yesus Kristus, maka kemuliaan Natal tidak akan makin bisa dikagumi.<br />
Bertambahkah kekaguman kita kepada sang Pencipta yang menjadi manusia setiap kali kita merayakan Natal?<br />
<br />
<span style="color: blue;">Adakah yang lebih berharga?</span><br />
Jika kita makin mengerti kemuliaan yang dinyatakan oleh Yesus Kristus, maka kita perlu bertanya, "Adakah yang lebih berharga dibandingkan Kemuliaan Kristus?"<br />
<br />
Secara umum manusia hanya terbiasa dengan kemuliaan yang ada di dunia ini, manusia berjuang dan berusaha untuk mendapatkan semua itu. Semua manusia ingin bahagia, ingin dihargai dan ingin mendapatkan jaminan selama hidup di dunia. Itu sebabnya manusia bekerja keras untuk mendapatkan uang, menyimpannya sebagai jaminan hidup, berusaha menghindar dari sakit dan bahaya dan membuat hidupnya bisa dikontrol. Dengan harapan kalau semuanya terjadi, maka hidup akan bahagia. Kalaupun manusia mendapatkan semuanya itu, adakah manusia yang bahagia sampai selamanya karena dapat semua yang diinginkan hatinya?<br />
<br />
Kemuliaan Kristus membawa manusia berdamai dengan Bapa, tidak dikejar-kejar perasaan berdosa, dibawa masuk ke dalam kerajaan Sorga dimana Allah yang mengontrol segala sesuatunya. Diberi jaminan baik hidup yang sementara maupun hidup yang kekal. Adakah yang lebih baik, lebih bernilai, lebih berharga dibandingkan dengan apa yang dilakukan Kristus bagi umat-Nya?<br />
<br />
Masalah selanjutnya, kalau kita sudah dijamin dapat hidup yang kekal, mengapa kita tidak langsung mati dan menikmati semua kelimpahan dalam Kristus? Bukankah itu lebih baik dibandingkan tetap hidup dalam dunia yang berdosa dan tidak sempurna ini? <br />
<br />
<span style="color: blue;">Saksi kemuliaan</span><br />
Siapa yang harus menyatakan dan bersaksi kepada dunia ini, jikalau semua orang yang mengerti akan kemuliaan Kristus sudah bertemu dengan Kristus? Siapa yang harus menyatakan kepada dunia betapa indahnya, betapa agungnya dan berharganya kemuliaan Kristus, kalau bukan orang-orang yang bisa melihat itu lebih berharga dari apapun?<br />
Siapakah yang akan bersaksi dengan sukacita kalau bukan orang-orang yang sudah menikmati sukacita itu?<br />
<br />
Natal menyatakan kepada kita kemuliaan yang terlalu tinggi untuk dimengerti manusia, tapi sudah dibawa masuk di dalam kerendahan. Membuat kita bisa terkagum-kagum dan menghargainya lebih dari segala sesuatu. Dan mendorong kita dengan sukacita menunjukan, mengabarkan dan bersaksi kepada dunia. <i>Soli Deo Gloria</i>.<div class="blogger-post-footer">"Puaslah dengan semua pemberian TUHAN, sedikit atau banyak, itu berlimpah"
(Ronald Oroh)</div>RO'IELhttp://www.blogger.com/profile/15824180828290877068noreply@blogger.com3tag:blogger.com,1999:blog-8425120589582985359.post-71511943719860029212010-12-24T21:15:00.142+07:002010-12-25T08:34:43.876+07:00Sudah Siap?Setiap manusia mempunyai pandangan sendiri untuk apa dia hidup di dunia. Begitu juga dengan pandangan tentang siapa dirinya dan siapa yang menciptakan dirinya.<br />
Bagi orang Kristen meskipun Alkitab memberikan penuntun untuk mengerti semuanya, tapi dalam kenyataan hidup ini banyak orang Kristen tidak mengerti, lupa, atau bahkan kehilangan arah.<br />
Natal, biasanya menjadi salah satu momen yang bisa dipakai untuk mengingatkan tentang siapa yang memberi hidup, untuk apa hidup ini, siapa kita yang diberi hidup, dan sudahkah kita melakukan tugas kita dalam hidup ini.<br />
<br />
<br />
<center><span style="color: darkred; font-weight: bold;">3 Sesungguhnya dialah yang dimaksudkan nabi Yesaya ketika ia berkata: "Ada suara orang yang berseru-seru di padang gurun: Persiapkanlah jalan untuk Tuhan, luruskanlah jalan bagi-Nya."<br />
Matius 3:3<br />
</span></center><br />
<br />
<span style="color: blue;">Untuk Siapa?</span><br />
Untuk Tuhan! Sederhana, biasa kita dengar, biasa kita ucapkan, tapi biasakah kita melakukannya? Karena banyak hal yang dilakukan orang Kristen yang mengatakan melakukannya untuk Tuhan, kalau ditelusuri dan dipikirkan lebih jauh sebenarnya berpusat kepada diri kita dan keinginan kita. Misalnya, mana yang lebih kita pedulikan: menyenangkan hati Tuhan (dan mungkin menyakitkan hati kita) atau menyenangkan hati kita; menyakitkan hati Tuhan atau menyakitkan hati kita; rencana Tuhan atau rencana kita; jalan Tuhan atau jalan kita? Lebih banyak mana dalam doa-doa kita, bertanya kehendak Tuhan yang harus kita lakukan atau membawa segala kehendak dan keinginan kita?<br />
<br />
Yohanes Pembaptis mengerti bahwa hidupnya dipersiapkan oleh Tuhan untuk Tuhan. Itu sebabnya, pusat perhatian dalam hidupnya adalah Tuhan, kehendak-Nya, pertobatan manusia dan Kerajaan Sorga. Dia diberi hidup oleh Sang Pencipta untuk Sang Pencipta itu sendiri, melakukan tugas yang diberikan oleh Sang Pencipta meskipun hanya sebentar dan Yohanes harus jadi korban.<br />
Yohanes Pembaptis hidup untuk Tuhan yang mengasihi dan dikasihinya. Mengapa ia bisa hidup seperti itu, siapakah dia? <br />
<br />
<span style="color: blue;">Siapa Saya?</span><br />
Hidup Yohanes Pembaptis adalah hidup yang sangat unik. Lahir melalui keajaiban, berasal dari keluarga imam yang seharusnya membuat ia mendapatkan kehidupan yang sangat layak. Tapi anehnya ia pergi ke padang gurun, memakai jubah bulu unta dan ikat pinggang kulit, dan makanannya belalang dan madu hutan. Kehidupannya terlalu sederhana untuk orang yang berasal dari keluarga yang status sosialnya terpandang. Mengapa ia tidak menjadi imam seperti ayahnya dan menikmati segala fasilitas yang ada? Mengapa ia tidak mengejar banyak hal seperti orang kebanyakan? Panggilan!?<br />
<br />
Menunggu 30 tahun (karena dari hukum Taurat sudah ditetapkan untuk para imam yang melayani) dan dipersiapkan selama itu di padang gurun bukanlah sesuatu yang menyenangkan bagi semua orang. Dan ketika waktunya tiba, seluruh potensi, karunia dan energinya dicurahkan untuk menyatakan kehendak Tuhan bagi umat-Nya. Dengan penuh kuasa, ia menarik perhatian banyak orang. Bertolak belakang dengan kehidupan sebelumnya, ia menjadi sangat populer. Terlalu cepat populer, bisa membuatnya lupa siapa dirinya dan tugas dari Penciptanya. Ketika orang banyak bertanya, "Siapa Rabbi muda ini? Messiaskah?"<br />
<br />
Jawaban Yohanes menunjukkan ia mengenal siapa dirinya dan siapa yang lebih besar darinya yang harus disaksikannya. Ia menunjuk kepada nubuat nabi Yesaya tentang dirinya yang hanya menyiapkan jalan untuk pribadi yang Agung dan tidak bisa dibandingkan dengan dirinya. Jadi budakpun yang membuka kasut Messias, baginya pun masih tidak layak. Yohanes masih tahu diri.<br />
<br />
Di kamar mandi tempat saya tinggal, ada cermin yang besar. Tepatnya, satu2nya cermin yang ada di tempat saya tinggal. Setiap kali mau mandi, ada satu pertanyaan yang selalu muncul, "Siapa saya?" <br />
Kebanyakan orang lupa siapa dirinya dalam segala anugerah, berkat dan kelimpahan yang diberikan Sang Pencipta. Banyak orang lupa bagaimana ia lahir dan tidak tahu bagaimana akan berakhir hidupnya. Kita semua tidak lebih dari budak, yang hanya diberi kesempatan oleh Tuan kita untuk tugas yang harus kita lakukan dalam hidup ini. Tugas apa?<br />
<br />
<span style="color: blue;">Untuk Apa?</span><br />
Membicarakan tugas biasanya bukan sesuatu yang menyenangkan karena yang terbayangkan adalah beban dan sesuatu yang sulit. Tapi berbeda dengan Yohanes, karena hidupnya, dipersiapkan 30 tahun, demi untuk tugas yang harus dilakukan dalam beberapa bulan sebelum hidupnya akan berakhir. Apa tugas Yohanes?<br />
<br />
Mempersiapkan jalan untuk Tuhan. Ia hidup bukan untuk kesuksesan hidupnya. Tapi, ia hidup untuk menyaksikan Penciptanya yang sedang membawa kesuksesan yang bernilai kekal yang jauh lebih tinggi dan indah dibandingkan kesuksesan palsu dan sementara yang ditawarkan oleh dunia. Yohanes hidup biar orang-orang bisa bertobat dan melihat Sang Raja yang membawa Kerajaan Sorga. Yohanes hidup untuk Natal yang sejati, kedatangan sang Raja Sorgawi.<br />
<br />
Bagaimana dengan Saya? Untuk apa saya hidup di dunia? Adakah misi khusus? Mengapa saya hidup lebih lama dari Yohanes Pembabptis? Terlalu banyakkah tugas yang harus dilakukan sehingga hidupnya harus lebih lama? Atau belum bereskah yang harus dilakukan sehingga masih harus tetap hidup?<br />
<br />
<span style="color: blue;">Sudah Siap?</span><br />
Saya belum siap! Bukan soal kita siap atau tidak siap, tapi jalan Tuhan yang harus dipersiapkan. Kita siap atau tidak siap, tugas harus dilakukan dan diselesaikan. Manusia siap atau tidak, Tuhan tetap datang ke dunia. Setiap tahun, kita siap atau tidak, Natal tetap dirayakan.<br />
<br />
Ketika terlalu banyak waktu kita dicurahkan dan dihabiskan untuk menyiapkan diri kita, maka terlalu sedikit waktu dan tenaga untuk mempersiapkan jalan Tuhan. Kita tidak bisa menyiapkan diri kita, hanya Tuhan yang bisa bekerja, mempersiapkan dan mengubah hidup kita. Tugas kita mengenal dan mengasihi Tuhan kita, mempersiapkan jalan-Nya biar banyak orang bisa melihat kemuliaan-Nya dan memuji kemuliaan-Nya.<br />
<br />
Sudah siapkah jalan Tuhan yang harus kita persiapkan? Biarlah banyak orang bisa melihat Sang Raja yang datang membawa kerajaan-Nya. Selamat Natal.<div class="blogger-post-footer">"Puaslah dengan semua pemberian TUHAN, sedikit atau banyak, itu berlimpah"
(Ronald Oroh)</div>RO'IELhttp://www.blogger.com/profile/15824180828290877068noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-8425120589582985359.post-34047659070942752642010-02-19T11:59:00.012+07:002010-02-19T11:59:00.205+07:00Iman yang SempurnaBerbicara tentang iman dalam kitab Yakobus, seringkali menjadi perdebatan. Karena Yakobus seringkali dianggap bertentangan dengan apa yang ditulis oleh Paulus dalam Efesus 2. Rasul Paulus berbicara tentang keselamatan melalui iman dan tidak ada perbuatan manusia. Sedangkan Yakobus berbicara bahwa iman tidak cukup, harus ditambahkan dengan perbuatan. Apakah Yakobus berbicara dalam konteks yang sama dengan yang dibicarakan Paulus? Apakah Yakobus memang menegaskan kalau seseorang harus diselamatkan melalui iman + perbuatan?<br />
<br />
<center><span style="color: darkred; font-weight: bold;">...17 Demikian juga halnya dengan iman: Jika iman itu tidak disertai perbuatan, maka iman itu pada hakekatnya adalah mati. 18 Tetapi mungkin ada orang berkata: "Padamu ada iman dan padaku ada perbuatan", aku akan menjawab dia: "Tunjukkanlah kepadaku imanmu itu tanpa perbuatan, dan aku akan menunjukkan kepadamu imanku dari perbuatan-perbuatanku." ... 22 Kamu lihat, bahwa iman bekerjasama dengan perbuatan-perbuatan dan oleh perbuatan-perbuatan itu iman menjadi sempurna. ...<br />
Yakobus 2:14-26</span></center><br />
<span style="color: blue;">Konteks: Soal Keselamatan?</span><br />
Membaca Yak 2:14 (<span style="color: darkred; font-weight: italic;"> Apakah gunanya, saudara-saudaraku, jika seorang mengatakan, bahwa ia mempunyai iman, padahal ia tidak mempunyai perbuatan? Dapatkah iman itu menyelamatkan dia?</span>) secara sepintas, maka banyak orang akan mengambil kesimpulan bahwa Yakobus sedang berbicara tentang keselamatan. Khususnya karena pertanyaan yang meragukan iman tanpa perbuatan bisa menyelamatkan seseorang. Betulkah itu maksud Yakobus?<br />
<br />
Kalau diperhatikan dengan lebih teliti, maka yang dimaksudkan oleh Yakobus konteksnya bukan tentang iman pada saat diselamatkan, tapi kepada iman yang dipergunakan sesudah diselamatkan; 'iman itu' (dalam Yak 2:14,17,18) menunjuk kepada iman yang diakui oleh seseorang dimilikinya, tapi diragukan oleh Yakobus yang tidak melihatnya dalam perbuatan sehari-hari.<br />
<br />
Jadi, yang dipersoalkan oleh Yakobus bukan bagaimana seseorang diselamatkan seperti yang dibahas oleh Paulus dalam Efesus 2. Yakobus sedang menyoroti penerapan dari iman yang menyelamatkan itu dalam perbuatan sehari-hari. Kita bisa melihat dengan lebih jelas dari contoh yang diberikan oleh Yakobus pada Yak 2:15-16. <br />
<br />
<span style="color: blue;">Iman Yang Kosong</span><br />
Dalam Yak 2:15-16, dengan iman seseorang mengatakan kepada saudaranya kenakan kain panas dan makan sampai kenyang, tapi ia tahu saudaranya itu tidak punya pakaian dan kekurangan makanan. Kalau betul2 beriman, seharusnya ditunjukkan dengan perbuatan membagi pakaian dan makanan, bukan hanya bicara dengan penuh iman. Menurut Yakobus, ini iman yang kosong.<br />
<br />
Untuk mengerti lebih jelas tentang iman yang kosong, Yakobus memberikan contoh yang lain dalam ayat 19. Orang yang percaya hanya ada satu Allah, tidak lebih baik dari setan-setan yang juga percaya hanya ada satu Allah dan bahkan mereka gemetar.<br />
Maksud Yakobus, seseorang yang mengatakan memiliki iman dan percaya kepada satu Allah belum membuktikan kebenarannya. Masih tetap iman yang kosong, kalau tidak ada perbuatan iman.<br />
<br />
<span style="color: blue;">Iman yang Sempurna</span><br />
Yakobus kemudian menjelaskan lebih jauh lagi tentang iman yang benar dengan memberikan dua contoh bagaimana seseorang dibenarkan karena perbuatan imannya.<br />
Yang pertama, Abraham yang dikenal sebagai 'Bapa orang Beriman'; Yakobus menujukkan bagaimana perbuatan-perbuatan Abraham yang berdasarkan imannya. Ini baru iman yang sempurna.<br />
<br />
Yang kedua, Rahab yang menunjukkan percaya kepada Allah Israel dan perbuatan-Nya yang ajaib, sehingga ia menyembunyyikan dua pengintai Israel di rumahnya. Yakobus ingin menunukkan bahwa perbuatan Rahab karena berasal dari iman. <br />
<br />
Jadi, seseorang diselamatkan melalui iman dan tidak melibatkan perbuatan dan usaha manusia sedikitpun. Tapi kemudian sesudah diselamatkan, iman itu bukan iman yang kosong yang hanya ada dalam pengakuan di bibir saja. Iman itu harus nyata dalam perbuatan-perbuatan iman.<div class="blogger-post-footer">"Puaslah dengan semua pemberian TUHAN, sedikit atau banyak, itu berlimpah"
(Ronald Oroh)</div>RO'IELhttp://www.blogger.com/profile/15824180828290877068noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-8425120589582985359.post-70903814396626685852010-02-16T15:31:00.001+07:002010-02-17T15:20:49.649+07:00Nuh (5): Kristus dan NuhKetika mempelajari tokoh-tokoh Perjanjian Lama, sebagian besar orang yang mempelajari hanya terkagum-kagum dengan tokoh-tokoh yang dianggap luar biasa. Padahal mereka hanyalah manusia biasa, sekalipun mereka adalah nabi-nabi dengan berbagai macam karunia yang luar biasa dari Tuhan.<br />
Tokoh-tokoh dalam Perjanjian Lama ini sebenarnya sedang menyatakan dan menggambarkan tentang Yesus Kristus. Bagaimana dengan Nuh? Bisakah kita melihat Yesus Kristus dan karya-Nya melalui Nuh?<br />
<br />
<span style="color: blue;">Air Bah dan Baptisan</span> <br />
<center><span style="color: darkred; font-weight: bold;">20 yaitu kepada roh-roh mereka yang dahulu pada waktu Nuh tidak taat kepada Allah, ketika Allah tetap menanti dengan sabar waktu Nuh sedang mempersiapkan bahteranya, di mana hanya sedikit, yaitu delapan orang, yang diselamatkan oleh air bah itu. 21 Juga kamu sekarang diselamatkan oleh kiasannya, yaitu baptisan maksudnya bukan untuk membersihkan kenajisan jasmani, melainkan untuk memohonkan hati nurani yang baik kepada Allah oleh kebangkitan Yesus Kristus,<br />
1 Petrus 3:20-21 </span></center><br />
Rasul Petrus ketika membicarakan tentang Yesus Kristus yang menderita, mati dan bangkit, menghubungkannya dengan peristiwa air bah di zaman Nuh, sekaligus berbicara tentang baptisan dan keselamatan. Apa hubungannya?<br />
1. Nuh dan keluarganya selamat dari kematian melalui air bah; sementara orang percaya diselamatkan melalui kematian dan kebangkitan Kristus, yang kiasannya adalah baptisan. Sama-sama masuk dalam air, tetapi tidak mati; justru mendapatkan kehidupan. Bedanya, Nuh dan keluarganya hanya mendapatkan keselamatan sementara; sementara orang percaya di dalam Kristus mendapatkan keselamatan kekal.<br />
2. Air bah memberikan hidup baru kepada Nuh dan keluarganya. Orang-orang yang berdosa mati dalam keberdosaannya. Sementara di dalam Kristus, mendapatkan hidup yang baru dan bebas dari dosa, sekalipun bumi dan orang-orang yang berada di bumi tetap berdosa.<br />
<br />
<span style="color: blue;">Ketaatan Satu Orang</span> <br />
<center><span style="color: darkred; font-weight: bold;">9 Inilah riwayat Nuh: Nuh adalah seorang yang benar dan tidak bercela di antara orang-orang sezamannya; dan Nuh itu hidup bergaul dengan Allah.<br />
Kejadan 6:9 </span></center><br />
<center><span style="color: darkred; font-weight: bold;">19 Jadi sama seperti oleh ketidaktaatan satu orang semua orang telah menjadi orang berdosa, demikian pula oleh ketaatan satu orang semua orang menjadi orang benar.<br />
Roma 5:19</span></center><br />
Nuh juga memiliki kesamaan dengan Yesus Kristus dalam hal ketaatan. Ketaatan Nuh di dalam kasih karunia Allah membuat keluarganya ikut diselamatkan dan tidak mati bersama-sama orang2 berdosa lainnya dalam air bah. Hanya Nuh yang disebutkan sebagai orang benar, isteri dan anak-anaknya tidak disebutkan seperti Nuh. Karena Nuh, keluarganya ikut mendapatkan kasih karunia dari Allah.<br />
<br />
Ketaatan Nuh melambangkan ketaatan Kristus. Karena ketaatan Yesus Kristus, semua umat-Nya diselamatkan dari kematian kekal dan menjadi orang benar (Roma 5:19). Tidak ada manusia yang bisa taat kepada Allah, itu sebabnya kita dibenarkan bukan karena kita taat, tetapi karena Kristus yang taat.<br />
<br />
Perbedaan antara ketaatan Nuh dan ketaatan Kristus:<br />
1. Ketaatan Nuh hanya membawa kepada keselamatan yang sementara di bumi ini. Tapi, ketaatan Yesus Kristus membawa kepada hidup yang kekal. <br />
2. Ketaaatan Nuh tidak membuat keluarganya menjadi orang benar, karena anak Nuh berdosa. Ketaatan Kristus membuat umat-Nya menjadi orang benar.<br />
<br />
<span style="color: blue;">Memuji Kristus melalui Nuh</span> <br />
Dari kehidupan Nuh kita bisa melihat bahwa tidak ada manusia yang sempurna. Nuh hanyalah seorang manusia yang dapat anugerah Allah dengan kehidupan yang luar biasa. Memang banyak hal yang bisa dipelajari dari Nuh, tapi kita juga harus bisa melihat keterbatasan dan keberdosaan Nuh.<br />
<br />
Hanya Yesus Kristus yang sempurna dalam segala hal dan juga tidak berdosa. Yang tidak bisa sempurna pada Nuh, disempurnakan dalam Yesus Kristus. Yang terbatas dan sementara, di dalam Kristus menjadi tidak terbatas dan kekal. <br />
Maka, mari kita memuji Yesus Kristus ketika melihat anugerah Tuhan dalam kehidupan Nuh.<div class="blogger-post-footer">"Puaslah dengan semua pemberian TUHAN, sedikit atau banyak, itu berlimpah"
(Ronald Oroh)</div>RO'IELhttp://www.blogger.com/profile/15824180828290877068noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8425120589582985359.post-34324903809546268912010-01-21T14:14:00.000+07:002010-01-21T14:14:58.556+07:00Nuh (4): Ini Baru Tahun BaruTerlalu banyak orang yang berharap ada peruntungan ataupun perubahan nasib di dalam tahun yang baru. Karena tahun baru selalu diidentikkan dengan kesempatan baru dan tentu saja ada kemungkinan peruntungan yang baru. Tapi, biasanya harapan hanya tinggal harapan. Karena tahun yang baru tidak membuat bumi menjadi baru dan segala sesuatu menjadi baru. Yang ada hanyalah semangat menggebu-gebu yang kemudian dengan berjalannya hari dan kesulitan yang dihadapi akan membuat semangat itu luntur dan menjadi dingin. Betulkah tahun baru memang bisa memberikan harapan baru?<br />
<br />
<center><span style="color: darkred; font-weight: bold;">13 Dalam tahun keenam ratus satu, dalam bulan pertama, pada tanggal satu bulan itu, sudahlah kering air itu dari atas bumi; kemudian Nuh membuka tutup bahtera itu dan melihat-lihat; ternyatalah muka bumi sudah mulai kering.<br />
18 Lalu keluarlah Nuh bersama-sama dengan anak-anaknya dan isterinya dan isteri anak-anaknya.<br />
Kejadian 8:13,18 </span></center><br />
<br />
<span style="color: blue;">Tahun Baru di Bahtera</span> <br />
Hanya Nuh dan keluarganya yang pernah mengalami tahun baru dimana semuanya baru. Sesudah hampir satu tahun melihat air bah yang menggenangi bumi, maka di tahun baru (bulan pertama, tanggal satu bulan itu - Kej 8:13) Nuh mendapatkan kesempatan untuk melihat sesuatu yang baru di tahun yang baru. Air bah yang menggenangi seluruh bumi sudah kering.<br />
<br />
Beda dengan manusia yang hidup di zaman sekarang. Setiap kali orang merayakan tahun baru, sebenarnya tidak ada yang baru. Yang ada, hanyalah bumi yang lama dengan orang-orang yang lama, tidak ada perubahan sedikitpun, kecuali sedikit manipulasi di sana-sini biar terasa ada suasana dan perasaan baru.<br />
<br />
Apa yang dialami oleh Nuh pada waktu itu jauh sekali berbeda dengan pengalaman memasuki tahun baru sekarang ini. Ada harapan baru dan banyak hal yang baru yang disediakan Tuhan bagi Nuh dan keluarganya. Apa saja yang baru yang didapatkan oleh Nuh?<br />
<br />
<span style="color: blue;">Apanya yang Baru?</span> <br />
Tentu saja yang dirubah pertama kali oleh Tuhan adalah bumi. Dengan air bah, Tuhan sudah membinasakan manusia, tumbuh2an dan binatang2 yang ada. Bumi sih tetap bumi yang sama, tapi sudah ada perubahan dan perombakan sekaligus pembersihan yang dilakukan oleh Tuhan.<br />
Bumi yang baru itu tidak berisi lagi manusia2 yang jahat dengan segala kejahatannya. Nuh dan keluarganya mendapatkan kesempatan untuk memulai hidup yang baru, tanpa ada manusia yang lain lagi. Ini benar2 baru di tahun yang baru.<br />
<br />
Nuh mendapatkan perjanjian yang baru dengan Tuhan (Kej 9). Sekalipun mirip dengan perjanjian Tuhan dengan Adam, tapi ada pembaruan dan jaminan yang baru kepada Nuh. Hidup yang baru dan kesempatan yang baru, kalau tidak ada jaminan dan ikatan perjanjian dengan Tuhan, apa gunanya?<br />
<br />
Nuh juga mendapat pekerjaan baru, dengan menjadi orang pertama yang membuat kebun anggur (Kej 9:20). Lengkap sudah yang dimiliki oleh Nuh. Selain mendapatkan kesempatan untuk hidup baru tanpa manusia-manusia yang jahat, Nuh mendapatkan jaminan dan perjanjian dengan Tuhan, ditambah dengan Nuh dapat pekerjaan baru.<br />
Pasti Nuh akan sangat bersyukur dengan segalah berkat, kesempatan dan semua yang baru yang Tuhan sediakan baginya. Bagaimana Nuh memakai semua kesempatan dan berkat yang baru itu?<br />
<br />
<span style="color: blue;">Akibat dari pemberian yang Baru!?</span><br />
Kejadian 9:18-27 menceritakan <b>kegagalan Nuh karena mabuk berkat</b>. Nuh mabuk oleh anggur hasil kebunnya dan telanjang. Karena perbuatan Nuh ini membuat Ham anaknya berdosa dan dikutuk oleh Nuh. Ternyata tahun yang baru dengan kesempatan, berkat dan pekerjaan yang baru tidak membuat hidup Nuh pasti menjadi jauh lebih baik.<br />
<br />
Berkat2 yang baru dan berkelimpahan justru membuat manusia sering lupa diri karena mabuk berkat. Tanpa pembaharuan dalam diri kita manusia, maka percuma dengan adanya tahun baru, kesempatan baru dan berkat-berkat yang baru, karena hanya akan dipakai dengan cara-cara lama, kejahatan yang lama dan dosa-dosa lama.<br />
<br />
Hanya dengan menjadi cipataan baru di dalam Kristus yang berdampak dengan pembaharuan hidup setiap hari yang membuat tahun-tahun yang makin tua, bumi yang makin tua dan termasuk semua kesempatan yang Tuhan berikan itu terasa dan terlihat baru. Sekalipun keadaan, permaslahan dan bumi yang ada tetap sama.<br />
<br />
<center><span style="color: darkred; font-weight: normal;"><i>"Tak berkesudahan kasih setia Tuhan, tak habis-habis rahmat-Nya,<br />
selalu baru tiap pagi; besar kesetiaan-Mu!"</i></span></center><div class="blogger-post-footer">"Puaslah dengan semua pemberian TUHAN, sedikit atau banyak, itu berlimpah"
(Ronald Oroh)</div>RO'IELhttp://www.blogger.com/profile/15824180828290877068noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-8425120589582985359.post-3694600335374226292009-12-21T09:11:00.000+07:002009-12-21T09:11:14.884+07:00Nuh (3): Natal di BahteraNatal yang dimaksud di sini bukan kelahiran Tuhan Yesus. Karena Tuhan Yesus hanya lahir sekali menjadi manusia di Betlehem, dan bukan di bahtera Nuh. Jadi kelahiran seperti apa yang terjadi di bahtera Nuh? Siapa yang lahir di sana? Atau mungkin lebih tepat, apa yang lahir? Adakah perayaan natal (kelahiran) di sana?<br />
<br />
<center><span style="color: darkred; font-weight: bold;">11 Pada waktu umur Nuh enam ratus tahun, pada bulan yang kedua, pada hari yang ketujuh belas bulan itu, pada hari itulah terbelah segala mata air samudera raya yang dahsyat dan terbukalah tingkap-tingkap di langit.<br />
Kejadian 7:11<br />
13 Dalam tahun keenam ratus satu, dalam bulan pertama, pada tanggal satu bulan itu, sudahlah kering air itu dari atas bumi; kemudian Nuh membuka tutup bahtera itu dan melihat-lihat; ternyatalah muka bumi sudah mulai kering. 14 Dalam bulan kedua, pada hari yang kedua puluh tujuh bulan itu, bumi telah kering.<br />
Kejadian 8:13-14 </span></center><br />
<br />
Kalau kita memperhatikan umur Nuh dan tanggal yang disebutkan oleh Alkitab dimulai dengan Nuh masuk ke dalam bahtera sampai surutnya air dari bumi, maka kita bisa menyimpulkan bahwa Nuh berada di dalam bahtera kurang lebih satu tahun. Pasti banyak hal yang terjadi dalam satu tahun di dalam bahtera. Alkitab memang tidak menceritakan apa-apa. Tapi, ada hal-hal yang bisa kita tafsirkan dari data-data yang diberikan Alkitab.<br />
<br />
Di dalam satu tahun itu pasti terjadi beberapa kelahiran dari binatang-binatang yang masuk dalam bahtera. Alasannya, selain ada beberapa binatang yang bisa cepat untuk reproduksi, dalam Kej 8:20 beberapa dari binatang itu ada yang dipersembahkan sebagai korban. Kalau tidak ada yang dilahirkan dalam bahtera, maka binatang-binatang yang yang tidak haram yang dikorbankan itu sudah punah (atau sisa yang betina yang kemudian hari akan punah), karena mereka hanya sepasang2 dan yang dipersembahkan biasanya yang jantan. <br />
<br />
Kelahiran binatang peliharaan di zaman dulu biasanya memberikan sukacita yang besar bagi pemiliknya. Entah merasa punya anggota keluarga baru (?) ataupun merasa mendapatkan tambahan harta yang bisa dijual atau diberdayakan. Bagaimana dengan kelahiran binatang2 yang dibawa Nuh di dalam bahtera? Harusnya juga memberikan kegembiraan bagi Nuh dan keluarganya yang berada dalam kengerian karena melihat air bah dan kematian massal, serta mungkin juga kegembiraan karena selamat dari kematian massal itu.<br />
Kelahiran seharusnya membuat Nuh dan keluarganya melihat dan merenungkan soal kesempatan baru yang diberikan. Ditengah kematian massal seluruh bumi, masih ada harapan dengan adanya kelahiran.<br />
<br />
Kelahiran Yesus Kristus ke dunia mempunyai kemiripan dengan keadaan yang terjadi di zaman Nuh. Israel dan Palestina di zaman Tuhan Yesus habis mengalami pembantaian karena perang yang dipimpin oleh Dinasti Hasmonean. Pemberontakan-pemberontakan yang masih terjadi terhadap pemerintah Romawi membuat ada banyak orang yang disalibkan. Di tengah keadaan yang sulit dan cerita-cerita kematian, lahirlah Sang Juruselamat.<br />
Bedanya dengan kelahiran binatang di bahtera Nuh, kelahiran Tuhan Yesus (yang justru di kandang binatang) tidak ada yang menyambut dan merayakannya. Kecuali Yusuf dan Maria serta gembala-gembala (itupun karena diberi tahu oleh Malaikat) dan 2 tahun kemudian orang Majus.<br />
<br />
Kalau kelahiran binatang sudah membuat manusia disekitarnya bersukacita, apalagi dengan kelahiran manusia. Padahal kelahiran binatang dan manusia pada umumnya di dunia hanya akan menambah kesulitan dan penderitaan bagi sesama manusia. <br />
<br />
Bagaimana dengan kelahiran Anak Manusia yang justru datang untuk melayani dan menjadi tebusan bagi banyak orang? Samakah sukacita yang dirasakan oleh orang-orang yang mengenal-Nya waktu berhadapan dengan kelahiran-Nya? Bagaimanakah seharusnya orang-orang percaya menyambut-Nya?<br />
Apakah hanya dengan perayaan-perayaan yang sebenarnya hanya untuk menghibur manusia yang mengikuti perayaan itu dan sedikit sekali menyatakan kemuliaan Allah?<br />
Semoga kemuliaan Allah selalu terpancar di dalam Ibadah Natal meski yang terlihat oleh manusia sepertinya hanya kehinaan Anak Manusia yang lahir di kandang hina di Betlehem. Selamat Natal..<div class="blogger-post-footer">"Puaslah dengan semua pemberian TUHAN, sedikit atau banyak, itu berlimpah"
(Ronald Oroh)</div>RO'IELhttp://www.blogger.com/profile/15824180828290877068noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-8425120589582985359.post-58034551701349780912009-12-14T09:32:00.115+07:002009-12-14T09:32:00.060+07:00Nuh (2): Tiga Cara Melawan DosaDosa tidak pernah bisa lepas dari kehidupan manusia. Termasuk dalam kehidupan orang percaya, pergumulan melawan dosa menjadi salah satu bagian pegumulan yang sulit untuk dihadapi.Mampukah manusia melawan dan mengalahkan dosa, yang dari awal bumi ini diciptakan sudah masuk dan merusak seluruh aspek kehidupan?<br />
Cerita dan kehidupan Nuh setidak-tidaknya mengajarkan tiga cara melawan dosa kepada orang percaya yang sudah menerima anugerah keselamatan.<br />
<br />
<span style="color: blue;">Pertama: Tepat Sesuai perintah Allah (Kej 6:22)</span> <br />
<center><span style="color: darkred; font-weight: bold;">22 Lalu Nuh melakukan semuanya itu; tepat seperti yang diperintahkan Allah kepadanya, demikianlah dilakukannya.<br />
Kejadian 6:22</span></center><br />
Kebanyakan orang berpikir bahwa dosa bisa dilawan dengan perbuatan baik. Semakin banyak perbuatan baik akan semakin membuat dosa jadi lebih berkurang. Kenyataannya, perbuatan yang dianggap baikpun ternyata bisa juga hanya menambah dosa. Karena permasalahannya adalah, bagaimana kita bisa tahu bahwa perbuatan baik itu adalah perbuatan yang benar dan berkenan kepada Allah?<br />
<br />
Nuh mengajarkan sesuatu yang melampaui perbuatan baik, yaitu melakukan tepat sesuai perintah Allah. Kata dosa yang paling menonjol di dalam bahasa aslinya, baik bahasa Ibrani maupun Yunani, mempunyai pengertian meleset dari sasaran. Jadi, cara terbaik untuk melawan dan mengalahkannya dengan melakukan yang tepat sasaran; melakukan dengan tepat sesuai dengan perintah Allah.<br />
Kalau hanya sekedar melakukan perbuatan2 baik, tidak membereskan dosa. Tapi, dengan melakukan tepat sesuai dengan perintah Allah bisa mengembalikan arah dan tujuan yang benar dan seharusnya.<br />
<br />
Pertanyaan yang muncul selanjutnya, bagaimana kita bisa tahu yang tepat sesuai dengan perintah Allah? Jawabannya, ada di dalam Alkitab. Bukankah perlu penafsiran? Belajarlah menafsirkan dengan benar dan tepat, dan percaya bahwa ada pekerjaan Allah Roh Kudus yang akan memimpin kita kepada seluruh kebenaran.<br />
<br />
<span style="color: blue;">Kedua: Ingat Tuhan, Bersyukur, Persembahan (Kej 8:20)</span> <br />
<center><span style="color: darkred; font-weight: bold;">20 Lalu Nuh mendirikan mezbah bagi TUHAN; dari segala binatang yang tidak haram dan dari segala burung yang tidak haram diambilnyalah beberapa ekor, lalu ia mempersembahkan korban bakaran di atas mezbah itu.<br />
Kejadian 8:20</span></center><br />
Membayangkan Nuh yang keluar dari bahtera sesudah air bah, seharusnya banyak hal dalam pikirannya yang berkecamuk. Nuh seharusnya menanyakan kepada Allah apa yang harus diperbuat dengan bumi yang kosong, modalnya mana dan harus kerja apa, jaminannya apa bahwa tidak akan terjadi lagi air bah dan ia tidak kehilangan pekerjaan lagi?! Tapi, respon Nuh ternyata berbeda.<br />
<br />
Nuh lebih memikirkan Tuhan dibandingkan diri dan kebutuhannya, bahkan ia mempersembahkan binatang yang seharusnya bisa menjadi modal baginya untuk berusaha di bumi yang baru. Nuh memulai dengan ucapan syukur dan memberikan persembahan; mengajarkan kepuasan kepada Tuhan untuk hidup dan kesempatan yang diberikan-Nya.<br />
<br />
Mengingat Tuhan, puas, bersyukur dan bahkan memberikan persembahan adalah cara lain untuk mengalahkan dosa! Iblis dan manusia pertama jatuh dalam dosa karena ketidakpuasan dan menginginkan yang lebih dari seharusnya. Dan Iblis terus bekerja membuat manusia tidak pernah bisa puas dengan hidup dan bahkan anugerah yang sudah Tuhan beri. Hanya dengan mengingat Tuhan, puas kepada-Nya dan bahkan memberikan persembahan, akan membuat kita melihat bahwa anugerah yang Tuhan beri sudah terlalu banyak dibandingkan dengan seharusnya hukuman yang harus kita terima. Hal ini akan membuat godaan dosa tidak terlihat lebih besar dibandingkan dengan anugerah dan berkat2 dari Tuhan.<br />
<br />
<span style="color: blue;">Ketiga: Keteraturan (Kej 8:22)</span><br />
<center><span style="color: darkred; font-weight: bold;">22 Selama bumi masih ada, takkan berhenti-henti musim menabur dan menuai, dingin dan panas, kemarau dan hujan, siang dan malam."<br />
Kejadian 8:22</span></center><br />
Bayangkan kalau dalam satu sekolah, seluruh murid dan guru dibiarkan bebas melakukan apa yang diinginkan mereka masing-masing. Tidak ada aturan, tidak ada keteraturan dan ketertiban. Apakah yang akan terjadi?<br />
<br />
Dari awal mencipta bumi ini, Tuhan memberikan keteraturan. IA membuat semuanya indah karena ada keteraturan. Tapi, ketika dosa masuk menghancurkan tatanan yang ada dan berusaha merusak semuanya. Dosa membuat seolah-olah keteraturan menjadi keterikatan dan pengekangan atas kebebasan. Itu sebabnya, kebebasan yang tak terkendalikan membuat bumi ini makin hari makin rusak dan hancur.<br />
<br />
Sebenarnya kalau manusia bisa hidup dalam keteraturan yang sudah dirancang Tuhan akan membuat manusia bisa menikmati keindahan anugerah Tuhan dan bahkan kebebasan yang sejati. Kebebasan yang bukan berdasarkan pemberontakan karena mengikuti nafsu yang berdosa, tapi kebebasan menikmati hidup untuk memuliakan dan menikmati Allah. Hidup manusia sudah dirancang Tuhan untuk ada dalam keteraturan yang harus berulang setiap hari, minggu, bulan, tahun. Sekalipun berulang, tetap ada keindahan yang berbeda hari demi hari. Jikalau kita bisa melihat keindahan dalam keteraturan, maka tidak ada tempat untuk pemberontakan kepada Allah demi kebebasan yang palsu.<br />
<br />
<span style="color: blue;">Kegagalan Nuh</span><br />
Sekalipun Nuh yang dikatakan orang benar dan tidak bercela dapat kesempatan yang baru dalam bumi yang baru dan mengajarkan kepada kita bagaimana menghadapi dan mengalahkan dosa, tetapi bukan berarti Nuh tidak pernah gagal dan berdosa.<br />
Kejadian 9:18-27 menceritakan <b>kegagalan Nuh karena mabuk berkat</b>. Nuh mabuk oleh anggur hasil kebunnya dan telanjang. Karena perbuatan Nuh ini membuat Ham anaknya berdosa dan dikutuk oleh Nuh.<br />
<br />
Nuh mengulang cerita lama kejatuhan manusia dalam dosa. Manusia berdosa bukan karena kekurangan, tapi dalam kelimpahan berkat. Dalam kelimpahan manusia bisa lupa diri dan mabuk dengan segala berkat pemberian Allah. Itu sebabnya, orang percayapun dalam segala kelimpahan anugerah Allah masih bisa berdosa dan bahkan banyak yang lupa diri dan berdosa.<br />
<br />
Semoga anugerah dan berkat2 Allah yang terus berkelimpahan dalam hidup ini membuat kita makin bisa melihat apa yang Tuhan kehendaki, sehingga kita bisa makin peka melakukan apa yang tepat sesuai dengan perintah Allah, terus mengingat-Nya, puas dan bersyukur kepada-Nya, mepersembahkan yang terbaik bagi kemuliaan-Nya dan menikmati kebebasan dalam keteraturan yang sudah dirancangkan-Nya. <b><i>Soli Deo Gloria</i></b>.<div class="blogger-post-footer">"Puaslah dengan semua pemberian TUHAN, sedikit atau banyak, itu berlimpah"
(Ronald Oroh)</div>RO'IELhttp://www.blogger.com/profile/15824180828290877068noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-8425120589582985359.post-29396580481224240572009-12-11T08:27:00.006+07:002009-12-13T20:53:10.169+07:00Nuh (1): Orang Benar!Indonesia sekarang ini sedang dalam pergumulan untuk mencari orang-orang benar dalam pemerintahan. Aparat dan penegak hukum sudah terlanjur mendapatkan cap 'tidak benar'; begitu juga dengan pemerintah. Masyarakat sudah terlalu muak dengan korupsi dan 'ketidakadilan' yang terjadi di Indonesia.<br />
Sulit sekali untuk mencari orang benar dalam seluruh aspek hidupnya. Karena orang bisa benar dalam satu atau dua aspek hidupnya, tapi tidak dalam keseluruhan hidupnya. Mungkinkah masih ada orang benar di tengah dunia yang berdosa ini?<br />
<br />
<center><span style="font-weight:bold;color:darkred;">7 Berfirmanlah TUHAN: "Aku akan menghapuskan manusia yang telah Kuciptakan itu dari muka bumi, baik manusia maupun hewan dan binatang-binatang melata dan burung-burung di udara, sebab Aku menyesal, bahwa Aku telah menjadikan mereka." 8 Tetapi Nuh mendapat kasih karunia di mata TUHAN. 9 Inilah riwayat Nuh: Nuh adalah seorang yang benar dan tidak bercela di antara orang-orang sezamannya; dan Nuh itu hidup bergaul dengan Allah.<br />
Kejadian 6:7-9</span></center><br />
<br />
Kejadian 6 menggambarkan keadaan bumi yang sudah terlalu berdosa dan kesedihan dan kemarahan Tuhan yang begitu besar, yang membuat Tuhan memutuskan untuk menghapuskan manusia dan binatang dari muka bumi. <br />
<br />
Tapi, di ayat 8 dikatakan bahwa Nuh mendapat kasih karunia di mata Tuhan. Dari ayat ini, kita bisa mengerti bahwa Tuhanlah yang menganugerahkan dan mempertahankan orang benar di bumi. Sebagian orang salah melihat, mereka berpikir orang harus hidup benar baru kemudian Tuhan akan memperhatikan mereka. Dalam kasus Nuh ternyata berbeda. Tuhan memberikan kasih karunia kepadanya, baru kemudian cerita tentang Nuh sebagai orang benar dimulai. <span style="font-weight:bold;">Tanpa anugerah Tuhan, tidak akan pernah ada orang benar di bumi ini.</span> Manusia terlalu jahat dan segala kecenderungan hatinya selalu membuahkan kejahatan semata-mata (Kej 6:5)<br />
<br />
<span style="font-weight:italic;color:blue;">Orang Benar</span> <br />
Nuh disebutkan sebagai orang benar (<span style="font-style:italic;">tsaddiyq</span>). Kata benar ini dalam bahasa aslinya mengacu kepada standar etika dan moral. Tuhan memberikan anugerah kepada Nuh untuk memiliki standar etika dan moral yang berpusat kepada-Nya, berbeda dengan manusia lain di bumi waktu itu yang hanya mempergunakan standar berdasarkan nafsu dan kepentingan bersama. Itu sebabnya Nuh benar di mata Tuhan, sekalipun bagi orang-orang sezamannya, Nuh pasti dibenci dan dianggap aneh. Hari gini lo, ko standarnya beda? <br />
<br />
Ketika standar moral hanya berpusat kepada manusia dan untuk kepentingan manusia yang semuanya berdosa, maka jangan berharap akan ada keadilan dan kebenaran sepanjang masa di bumi ini. Standar itu bisa kelihatan benar bagi suatu kelompok di waktu tertentu, tapi bisa menjadi salah di waktu yang berbeda dan untuk orang yang berbeda.<br />
<br />
Kebenaran dan keadilan yang sejati hanya bersumber dan berpusat kepada Tuhan. karena Ia-lah yang menganugerahkan keadilan dan kebenaran serta orang2 benar itu sendiri. Maka, kita hanya bisa meminta Tuhan bukakan lagi lebih banyak kebenaran dan keadilan yang berdasarkan firman-Nya dan menganugerahkan lebih banyak orang benar yang mau hidup berdasarkan firman-Nya.<br />
<br />
<span style="font-weight:italic;color:blue;">Tidak Bercela</span> <br />
Nuh ternyata bukan hanya diberikan konsep dan standar yang benar, tapi juga diberi anugerah untuk hidup sesuai dengan konsep yang dianugerahkan kepadanya. Kata tidak bercela,dalam bahasa aslinya, <span style="font-style:italic;">tamim</span>, bisa berarti integritas dan bahkan bisa berarti sempurna. Maksudnya, standar etika dan moral yang dimiliki itu dilakukan dan dihidupi dalam seluruh aspek hidupnya.<br />
<br />
Hidup berintegritas tentu saja lebih sulit dibandingkan dengan hanya memiliki konsep kebenaran dan keadilan. Hidup seperti ini tidak bisa didapatkan hanya dalam satu-dua tahun melalui pendidikan. Hidup berintegritas didapat selain dari anugerah Allah, butuh tanggung jawab manusia hari demi hari untuk mencocokan hidupnya dengan kebenaran2 firman.<br />
Tidak mungkin orang bisa hidup berintegritas, kalau tidak ada kebenaran firman yang mengubahnya konsepnya tiap hari dan kalau tidak ada pergumulan setiap hari melakukan kebenaran firman.<br />
<br />
<span style="font-weight:italic;color:blue;">Bergaul dengan Allah</span><br />
Nuh bisa menjadi orang benar dan tidak bercela, karena selain mendapatkan kasih karunia Allah, ia ternyata bergaul dengan dengan Allah. Dari sisi tanggung jawab manusia, Nuh tidak hanya menikmati anugerah yang Tuhan berikan kepadanya dan terus berharap Tuhan yang akan menolong dan menguatkannya. Nuh ternyata memanfaatkan kasih karunia yang diberikan kepadanya dengan hidup bergaul dengan Allah. Tanpa hidup bergaul dengan Allah, Nuh mendapatkan kesulitan yang sangat besar dizamannya. Karena hidup sehari-harinya hanya melihat kejahatan dan ketidakadilan yang sudah menjadi budaya dan kebiasaan waktu itu.<br />
<br />
Hanya bergaul dengan Allah yang membuat Nuh tetap bisa fokus melihat kebenaran dan keadilan yang sejati. Hanya bergaul dengan Allah juga yang membuat Nuh dimampukan untuk hidup berintegritas dan memanfaatkan semua kasih karunia yang disediakan Tuhan baginya.<br />
<br />
Orang percaya mendapatkan anugerah untuk menjadi orang benar dan tidak bercela. Karena pilihan ini sudah ditetapkan sebelum dunia dijadikan. Orang percaya juga mendapatkan anugerah untuk bisa beribadah dan bergantung setiap saat kepada Tuhan. Adakah kita mempergunakan setiap kesempatan dan anugerah itu? Hidup sebagai orang benar dan berintegritas dan bergaul dengan Allah. Apakah orang-orang disekitar kita bisa melihat bahwa kita berbeda, karena kita orang benar, hidup berintegritas dan bergaul dengan Allah?<div class="blogger-post-footer">"Puaslah dengan semua pemberian TUHAN, sedikit atau banyak, itu berlimpah"
(Ronald Oroh)</div>RO'IELhttp://www.blogger.com/profile/15824180828290877068noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-8425120589582985359.post-38825482072237369202009-06-14T07:40:00.000+07:002009-06-14T07:40:00.330+07:00Uang (3): Tiga PenghambatLucu ketika melihat orang-orang yang mengaku beragama dan hanya memiliki satu Allah, tapi dalam praktek hidupnya menunjukkan kenyataan yang berbeda. Pusat hidup mereka bukan kepada kehendak dan keinginan Allah, meskipun mereka suka mengatakan dengan kalimat-kalimat yang manis di bibir. Hati mereka berpusat kepada materi, matapun selalu silau melihat cahaya materi dan bisa ditebak siapa tuan mereka sesungguhnya.<br /><br />Pemberian-pemberian yang seharusnya membantu kita manusia untuk lebih berpusat kepada Sang Pencipta dan memuliakan-Nya, ternyata justru menuju ke arah yang berbeda karena hambatan-hambatan yang ada. Apa saja hambatannya?<br /><br /><center><span style="font-weight:bold;color:darkred;">21 Karena di mana hartamu berada, di situ juga hatimu berada. 22 Mata adalah pelita tubuh. Jika matamu baik, teranglah seluruh tubuhmu; 23 jika matamu jahat, gelaplah seluruh tubuhmu. Jadi jika terang yang ada padamu gelap, betapa gelapnya kegelapan itu. 24 Tak seorangpun dapat mengabdi kepada dua tuan. Karena jika demikian, ia akan membenci yang seorang dan mengasihi yang lain, atau ia akan setia kepada yang seorang dan tidak mengindahkan yang lain. Kamu tidak dapat mengabdi kepada Allah dan kepada Mamon."<br />Matius 6:21-24</span></center><br /><br /><span style="font-style:italic;color:blue;">Salah Tempat (21)</span><br />Hati manusia seharusnya bukan berada di hartanya. Harta itu hanyalah benda mati yang seharusnya ditaklukkan dan dikelola manusia. Harta seharusnya bukan menjadi tujuan manusia yang membuat manusia harus terus memikirkannya dan meninggalkan kehidupannya di situ.<br /><br />Ada lebih banyak hal dalam kehidupan ini yang lebih berharga dan bahkan tidak ternilai harganya bila dibandingkan dengan harta. Ketika hati hanya berada bersama-sama harta, maka kita sudah kehilangan berbagai macam hal yang berharga untuk dinikmati dan memuliakan Allah.<br />Dimana hatimu berada? Ujiannya, relakah kita meninggalkan harta kita dan tidak memikirkannya? Ujian yang lebih berat lagi, relakah kita mempersembahkan semua harta kita?<br /><br />Mengapa hati bisa berada bersama-sama harta? Kata pepatah, dari mata turun ke hati. <br /><br /><span style="font-style:italic;color:blue;">Salah Lihat (22-23)</span><br />Mata yang seharusnya diciptakan untuk melihat kebaikan dan dipergunakan untuk kebaikan, ternyata menyesatkan hidup manusia sejak jatuh dalam dosa. Penipuan dari Iblis membuat umat manusia tidak bisa lagi menghargai yang terang, baik dan berharga dari Tuhan. Manusia dalam kegelapannya, hanya ingin melihat yang memuaskan dan dianggap bisa menjamin hidupnya, yaitu uang.<br /><br />Itu sebabnya orang bisa gelap mata ketika berhadapan dengan uang. Bahkan saudarapun bisa bunuh-bunuhan jika sudah berbicara tentang harta dan uang. Betapa gelapnya kegelapan itu.<br /><br />Demi untuk harta, banyak orang yang merelakan apa saja bahkan dirinya sendiripun. Banyak orang yang sudah merendahkan dirinya sedemikian rupa dibawah kekuasaan harta yang adalah benda mati. Mengapa sampai manusia bisa salah melihat dan matanya menjadi gelap dan hanya melihat materi yang bisa memberikan kehidupan bagi dirinya?<br /><br />Ada masalah yang lebih mendasar yang membuat manusia salah melihat dan bermata gelap.<br /><br /><span style="font-style:italic;color:blue;">Salah Mengabdi (24)</span><br />Ketika manusia menganggap Mamon itu tuannya dan menjadi tujuan hidup di dunia, maka gelaplah matanya dan membuat hatinya berada di mana hartanya berada. <br /><br />Kesalahan mengabdi karena permasalahan iman. Allah yang harusnya dikasihi dan yang bisa menjamin hidup manusia yang membuat manusia ingin terus melayani-Nya, dalam kenyataan hidup ini sering terlihat begitu abstrak dan jauh dari memuaskan keinginan manusia yang berdosa. Ia tidak memberikan dengan secepatnya yang kita inginkan. Bahkan lebih sering lagi Ia tidak memberikan yang kita inginkan dan kita minta. Allah tidak bisa diatur!<br /><br />Berbeda dengan Mamon. Ketika seseorang mengabdi kepada materi. Kelihatannya ada jaminan yang lebih nyata untuk masa depan, untuk membeli segala sesuatu yang diinginkan hatinya dan bisa diatur mengikuti keinginan hatinya yang berdosa. Jauh sekali berbeda dengan Allah! Itu sebabnya manusia lebih suka menyembah yang bisa diatur dan memuaskan keinginannya yang berdosa. <br /><br />Karena hidupnya mengabdi kepada Mamon, maka yang dilihat semuanya berdasarkan sudut pandang kegelapan dan membuat hatinya berada bersama hartanya.<br /><br />Berbeda dengan orang-orang yang mengabdi hanya kepada Allah. Harta tidak akan membuat matanya menjadi gelap dan hanya melihat hidup dari sudut pandang uang. Hatinya tidak akan berada bersama harta di bumi yang akan hilang. Tapi hatinya akan bersama-sama Allah di sorga yang mempunyai segala harta yang lebih agung, suci, mulia dan indah.<br />Berbahagialah orang-orang yang percaya kepada Allah. Karena dengan mata kita akan meilhat kemuliaan yang sejati dan hati kita akan puas dengan Allah dengan berkat-berkat-Nya.<div class="blogger-post-footer">"Puaslah dengan semua pemberian TUHAN, sedikit atau banyak, itu berlimpah"
(Ronald Oroh)</div>RO'IELhttp://www.blogger.com/profile/15824180828290877068noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8425120589582985359.post-1309442863403831862009-06-12T07:01:00.000+07:002009-06-12T07:01:02.367+07:00Uang (2): Tiga PembelajaranSetiap orang yang hidup di dunia ini diberikan kesempatan dan berkat oleh Allah. Ia meminjamkan banyak hal kepada kita dalam hidup ini. Masalahnya, apakah kita mengerti dan bisa melihat semua anugerah dan pemberian-Nya? Adakah kita belajar mempergunakan-Nya? Adahkah ilmu ekonomi membuat kita bijaksana meliaht uang dan harta pemberian Allah?<br /><br /><center><span style="font-weight:bold;color:darkred;">19 "Janganlah kamu mengumpulkan harta di bumi; di bumi ngengat dan karat merusakkannya dan pencuri membongkar serta mencurinya. 20 Tetapi kumpulkanlah bagimu harta di sorga; di sorga ngengat dan karat tidak merusakkannya dan pencuri tidak membongkar serta mencurinya.<br />Mat 6:19-20</span></center><br />Hidup di dunia yang sementara ini setidak-tidaknya harus belajar tiga hal. Bisa saja terlalu menyederhanakan karena kita hidup di dalam kehidupan yang kompleks dan rumit. Banyak hal yang harus kita pelajari dalam hidup. Tapi setidak-tidaknya, ada tiga hal yang mendasar berhubungan dengan materi dan berkat pemberian Allah kepada kita.<br /><br /><span style="font-weight:italic;color:blue;">Belajar Dapat</span> <br />Dalam ilmu ekonomi mengajarkan hal ini sebagai modal awal, dan selanjutnya dipakai untuk mendapatkan keuntungan. Bagaimana dengan modal yang ada bisa mendapatkan keuntungan sebanyak mungkin? Hal ini yang terus dipelajari manusia.<br /><br />Banyak orang berpikir hidup itu belajar mengumpulkan dan mencari harta, kemudian menghabiskan waktu hidupnya hanya untuk mencari dan mendapatkan yang diinginkannya. Dan dunia sering menyimpulkan bahwa orang-orang yang berhasil mengumpulkan harta sangat banyak adalah orang2 kaya. Tapi Alkitab justru mengatakan bahwa kita dapat semuanya karena anugerah. Yang kaya siapa? Yang memberi!<br />Hanya orang-orang yang tidak mengerti dari siapa Ia mendapatkan pinjaman harta untuk didunia ini yang begitu sombong dengan kekayaan yang seolah2 akan tetap jadi miliknya selama-lamanya.<br /> <br />Maka pembelajaran pertama ini seharusnya sangat gampang, jika kita percaya hidup sementara dan hidup kekal adalah anugerah Tuhan. Kita adalah orang-orang kaya, karena sang Pemberi hidup dalam hidup kita tapi kita tidak bisa sombong karena semuanya anugerah. Kita tidak perlu memfokuskan perhatian kepada bagaimana cara mendapatkannya, karena sudah dijamin oleh anugerah dari Sang Pemberi yang Maha Pemurah yang hidup dalam hidup kita. Fokus kita harus berpindah pada pembelajaran selanjutnya.<br /><br /><span style="font-weight:italic;color:blue;">Belajar Pakai, Kelola dan Distribusi</span> <br />Dalam ilmu ekonomi mengajarkan bagaimana alur distribusi dari produsen kepada konsumen. Bagaimana memproduksi dengan baik, mendistribusikannya dengan baik juga dan menggunakan iklan supaya bisa lebih banyak konsumen yang mempergunakan dan membuat produksi akan meningkat.<br /><br />Pelajaran kedua ini lebih sulit. Karena disini terletak lika-liku dan seninya hidup. Itu sebabnya kita harus belajar dari kecil untuk mengerti dan bersiap untuk menggunakan semua pemberian Tuhan, mengelola, mengembangkan dan mendistribusikannya dengan baik. Hanya sedikit orang di dunia ini yang betul2 belajar di tahap ini. Dunia ini biasanya mengatakan orang-orang ini adalah orang2 sukses. Orang-orang yang bisa mengelola, mengembangkan dan menikmati hasil dari kerja kerasnya.<br /><br />Alkitab mengajarkan kepada kita dari perumpamaan tentang talenta. Menyadari pemberian sang Tuan, mengelola dan mengembangkan sampai maksimal untuk dipersembahkan kepada sang Tuan yang sudah meminjamkan harta-Nya.<br />Fokus orang percaya, bagaimana memakai harta pemberian Allah, mengelola, mengembangkan dan mendistribusikannya dengan baik dan bijaksana. Kita tidak diberikan talenta (uang) untuk disimpan sendiri dan terus kuatir dengan dunia ini dan kecewa dengan Sang Tuan yang hanya memberikan sedikit kepada kita. Ia mempercayakan kepada kita biar kita bisa mewakili Dia di dunia ini dalam menaklukkan dan mengelola harta-Nya demi untuk kemuliaan-Nya.<br /><br />Tapi pembelajaran di dunia belum selesai sampai tahap kedua. Masih ada tahap selanjutnya yang lebih sulit dan mungkin mengecewakan bagi sebagian besar manusia.<br /><br /><span style="font-weight:italic;color:blue;">Belajar Hilang</span> <br />Di dalam ekonomi dikenal dengan nama krisis ekonomi, seperti yang dialami oleh dunia sekarang ini. Ataupun juga suka dianggap sebagai kerugian. Ekonomi hanya mengajarkan bagaimana menghindar dari segala krisis dan mencoba membereskan segala kerugian biar bisa mendaptkan keuntungan.<br /><br />Dunia secara umum menyebutnya kegagalan, atau kalau belum sampai kepada kematian dianggap sebagai sukses yang tertunda. Tapi, kalau sampai mati dianggap sebagai kemalangan, musibah ataupun tragedi yang harus ditangisi dan disesali ataupun dikasihani. <br />Suka tidak suka, inilah pembelajaran terakhir yang harus dipelajari manusia karena semuanya akan hilang. Celakanya, dunia hanya mengajarkan bagaimana cara menghindar dari keterhilangan. <br />Asuransi menjamur dimana-mana untuk mempersiapkan seandainya mengalami kehilangan ataupun kerugian.<br /><br />Bagi orang percaya, Alkitab sudah memberikan cara untuk belajar hilang dengan pengorbanan dan mempersembahkan semuanya. Tuhan Yesus mengajarkan persebahan diri dan memuji janda yang mempersembahkan seluruh penghasilannya. Persembahan mengajarkan bagaimana kita menghadapi dan bersiap untuk kehilangan. <br />Semua yang kita pikir harta dan milik kita, sesungguhnya bukanlah milik kita. Hanya dipinjamkan dan dipercayakan kepada kita untuk kelola-pakai-distribusi sampai waktu yang ditentukan secara sepihak oleh Sang Pemilik. <br /><br />Jadi sebelum semuanya itu akan hilang, bagaimana memakai dan mempergunakannya? Bisakah dengan harta itu membuat harta di sorga makin bertambah? Atau mungkinkah dengan kehilangan harta di bumi justru bisa mengumpulkan harta di sorga? Kita harus bergumul dihadapan Allah untuk mengerti kehendak-Nya dan tahu cara memanfaatkan semua anugerah-Nya.<div class="blogger-post-footer">"Puaslah dengan semua pemberian TUHAN, sedikit atau banyak, itu berlimpah"
(Ronald Oroh)</div>RO'IELhttp://www.blogger.com/profile/15824180828290877068noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-8425120589582985359.post-44022166173368547312009-06-10T13:04:00.003+07:002009-06-10T13:04:01.143+07:00Uang (1): Dikumpulin untuk apa?Ada banyak perkataan Tuhan Yesus yang sangat luar biasa. Bagi orang percaya, dari sekian banyak perkataan itu bisa dipercayai dan diimani. Tapi kalau sudah berbicara soal harta dan perintah-Nya soal <span style="font-weight:bold;">jangan kumpulkan harta di bumi</span>, maka perkataan ini menjadi sulit untuk dipercayai. Jikalau kita punya banyak harta, maka tiba-tiba bisa <span style="font-style:italic;">amnesia</span> dan seolah-olah tidak tahu-menahu tentang ayat itu. Berbagai pertanyaan langsung muncul dalam hati: Betulkah Tuhan Yesus memang bermaksud mengatakan jangan kumpulkan harta? Apakah artinya juga jangan nabung? Masa sih begitu?<br /><br /><center><span style="font-weight:bold;color:darkred;">19 "Janganlah kamu mengumpulkan harta di bumi; di bumi ngengat dan karat merusakkannya dan pencuri membongkar serta mencurinya. 20 Tetapi kumpulkanlah bagimu harta di sorga; di sorga ngengat dan karat tidak merusakkannya dan pencuri tidak membongkar serta mencurinya.<br />Mat 6:19-20</span></center><br /><span style="font-style:italic;color:blue;">Kumpul dan Pakai</span><br />Kalau hanya melihat di ayat 19, maka harus diambil kesimpulan tidak boleh mengumpulkan harta. Tetapi jikalau dilihat sampai dengan ayat 20, maka justru kesimpulannya harus kumpulkan harta. Meskipun yang disuruh dikumpulkan itu harta di sorga. Artinya, yang menjadi pusat sebenarnya bukan di jangan mengumpulkan harta di bumi, tapi soal kumpulkan harta di sorga.<br /><br />Mengapa sampai Tuhan Yesus melarang mengumpulkan harta di bumi? Mengumpulkan harta di bumi adalah pekerjaan sia-sia. Karena semua yang dikumpulkan adalah anugerah dan pemberian yang dipinjamkan dari Allah untuk dikelola, dikembangkan dan dipergunakan. Itu sebabnya, hidup yang hanya bertujuan untuk mengumpulkan harta adalah hidup yang tidak berguna dan sia-sia. Semua sudah disediakan oleh Allah, tidak dikejarpun akan diberi, sudah disiapkan pada waktunya. <br /><br />Tujuan hidup kita di dunia bukan untuk mengumpulkan harta di bumi, karena sudah ada semuanya. Yang lebih penting, bagaimana mempergunakan harta yang sekarang ada. Apakah kita bisa memakainya dengan benar, bisakah kita mengelola dan mendistribusikannya untuk kemuliaan Allah? Kalau kita tahu caranya, maka kita sedang mengumpulkan harta di sorga.<br />Kalau tujuan mengumpulkan harta di bumi hanya demi untuk masa depan, maka artinya lebih mempercayai harta yang menjamin masa depan dan bukan Allah yang menyediakan semuanya. <br /><br />Jadi, bukan bagaimana mencari dan mengumpulkan harta yang menjadi pusat hidup manusia. Tapi, bagaimana mempergunakannya, mengelola, memakai dan mendistribusikannya untuk menyaksikan dan memuliakan Allah yang sudah meminjamkan dan mempercayakan kepada kita talenta (uang) yang tidak layak kita terima. Itu yang bisa membuat harta dikumpulkan di sorga. <br /><br /><span style="font-style:italic;color:blue;">Sementara dan Kekal</span><br />Sebagian orang mungkin menganggap kalimat Tuhan Yesus tidak lagi relevan untuk zaman sekarang ini. Kalimat-Nya hanya cocok untuk zaman dulu yang menyimpan uang di rumahnya sendiri. Sekarang ini, uang bisa disimpan di bank (begitu juga dengan barang dan surat berharga), tidak ada karat dan tidak rusak (rusakpun bisa diganti oleh bank). Kalaupun pencuri mencuri uang di bank, tetap saja uang nasabah diganti oleh bank. Begitu juga dengan harta yang ada, dengan adanya asuransi hilangpun bisa diganti.<br /><br />Meskipun demikian, kalau dilihat dengan teliti dan menangkap prinsipnya, maka kalimat Tuhan Yesus tetap relevan. Karena yang dimaksudkan-Nya bahwa harta di bumi itu cuma sementara dan akan hilang. Beda dengan harta di sorga yang sifatnya kekal.<br />Itu sebabnya, visi manusia seharusnya bersifat kekal dan bukan hanya untuk sementara. Karena kalau hanya melihat yang sementara dan bertujuan hanya untuk kesementaraan, maka akan diakhiri dengan kehilangan dan kesia-siaan. Mengapa tidak menghidupi kesementaraan ini dari sudut pandang kekekalan? Bukankah kesementaraan ini adalah persiapan untuk kekekalan? <br /><br /><span style="font-weight:bold;color:blue">Jika harta yang sementara hanya dicari dan dikumpulkan untuk hidup yang sementara, maka artinya harta itu tidak ada gunanya bagi hidup yang bersiap untuk kekekalan dan bahkan hanya jadi penghambat yang menghabiskan waktu, tenaga, pikiran, emosi dan hidup itu sendiri.</span><br /><br />Sesungguhnya Allah yang begitu baik sudah memberikan terlalu banyak harta kepada kita. Bersyukurlah kepada Allah yang sudah memberikan begitu banyak harta dan berkat kepada kita. Kelolalah dengan benar, kembangkan dengan maksimal, pakailah dengan bijaksana, muliakanlah Allah dengan harta pemberian-Nya, bersiaplah untuk mempersembahkan semuanya kembali kepada yang memberikan pinjaman dan kumpulkanlah harta di Sorga.<div class="blogger-post-footer">"Puaslah dengan semua pemberian TUHAN, sedikit atau banyak, itu berlimpah"
(Ronald Oroh)</div>RO'IELhttp://www.blogger.com/profile/15824180828290877068noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8425120589582985359.post-43686098387964297582009-04-13T09:10:00.005+07:002009-04-13T10:09:32.203+07:00Yesus Kristus Untuk Semua Orang?<br/>Orang Kristen seringkali menjadi umat yang eksklusif yang terbatas bagi kalangan sendiri dan merasa keselamatan hanya bagi kita. Tapi, ketika membaca ayat-ayat Alkitab, ada ayat-ayat tertentu yang menyatakan bahwa Yesus Kristus untuk semua orang; atau Allah ingin semua manusia diselamatkan. Tapi di sisi lain ada ayat-ayat Alkitab yang berbicara tentang umat pilihan. Bagaimana kita bisa memahami pengertian yang sepertinya bertentangan?<br /><br /><center><span style="font-weight:bold;color:darkred;">Dan Kristus telah mati untuk semua orang, supaya mereka yang hidup, tidak lagi hidup untuk dirinya sendiri, tetapi untuk Dia, yang telah mati dan telah dibangkitkan untuk mereka.<br />2 Korintus 5:15</span></center><br /><span style="font-style:italic;color:blue;">Pengertian yang salah dan Kegagalan Kristus</span><br />Jika kata semua dalam 2 Korintus 5:15 ditafsirkan sebagai semua individu yang pernah dan akan hidup di dunia, maka bisa membawa kepada kesimpulan kepada kegagalan Yesus Kristus. Bukankah Yesus Kristus sudah mati dan bangkit bagi semua orang? Mengapa banyak orang yang tidak percaya kepada-Nya? Artinya, <span style="font-weight:bold;">Yesus Kristus gagal</span>. Kuasa kematian dan kebangkitan-Nya tidak sanggup untuk merubah hidup seluruh umat manusia, hanya terjadi pada sebagian orang saja!?<br /><br />Penafsiran ini akan bertentangan dengan keseluruhan ayat itu sendiri. Karena kalau Kristus sudah mati dan bangkit untuk semua individu manusia, semuanya dituntut hidup bagi Kristus. Tentu saja bukan ini maksud Paulus. Karena konteksnya adalah bagi orang percaya.<br /><br />Penafsiran ini juga akan bertentangan dengan Mat 1:21, yang mengatakan bahwa Yesus akan menyelamatkan umat-Nya dari dosa mereka. Begitu juga dengan Efesus 1:4 yang berbicara tentang pemilihan yang akan diselamatkan dalam Yesus Kristus. Kalau yang dipilih untuk diselamatkan dalam Yesus Kristus hanya sebagian, mengapa Yesus Kristus harus mati untuk semua orang?<br /><br />Untuk mengerti dan bisa menafsirkan dengan benar kata 'semua' kita perlu melihat pengertian dari bahasa aslinya dan tentu saja konteksnya. <br /><br /><span style="font-style:italic;color:blue;">Arti dari Kata Semua</span><br />Bandingkan juga dgn 1 Tim 2:3-4 yang juga menggunakan kata semua dengan konteks yang lebih baik.<br /><span style="font-weight:bold;color:darkred;">3 Itulah yang baik dan yang berkenan kepada Allah, Juruselamat kita, 4 yang menghendaki <span style="font-style:italic;">supaya semua orang diselamatkan</span> dan memperoleh pengetahuan akan kebenaran.</span><br /><br />Baik 2 Kor 5:15 maupun 1 Tim 2:4 kata 'semua' berasal dari akar kata <span style="font-weight:bold;"><span style="font-style:italic;">pas</span></span>. Menurut salah satu lexicon yang terbaik, <span style="font-style:italic;">A Greek-English Lexicon of the New Testament and Other Early Christian Literature(BDAG)</span>, kata ini bisa berarti keseluruhan individu atau <span style="font-weight:bold;">semua jenis/golongan</span>. <br />Membandingkan dengan konteks di dalam 2 Kor 5:15 maupun 1 Tim 2:1-4, serta membandingkan dengan konteks umum keseluruhan Alkitab, maka seharusnya kata semua bukan ditafsirkan di dalam pengertian 'semua individu' tapi lebih tepat kalau menggunakan pengertian yang kedua: semua jenis/golongan manusia.<br /><br />Penafsiran ini juga akan lebih jelas waktu kita melihat Wahyu 7:9. <span style="font-weight:bold;color:darkred;">Kemudian dari pada itu aku melihat: sesungguhnya, suatu kumpulan besar orang banyak yang tidak dapat terhitung banyaknya, dari segala bangsa dan suku dan kaum dan bahasa, berdiri di hadapan takhta dan di hadapan Anak Domba, memakai jubah putih dan memegang daun-daun palem di tangan mereka.</span><br />Bukan semua manusia yang akan diselamatkan dalam Kristus, tapi semua jenis/golongan manusia, dari segala bangsa dan suku dan kaum dan bahasa.<br /><br /><span style="font-weight:bold;">Jadi, Yesus Kristus mati dan bangkit untuk semua jenis/golongan manusia, dari segala bangsa dan suku dan kaum dan bahasa</span>.<br /><br /><span style="font-style:italic;color:blue;">Apa artinya buat kita?</span><br />Penekanan Paulus akan kematian dan kebangkitan Kristus harusnya merubah hidup orang percaya. Kita seharusnya tidak lagi hidup bagi diri sendiri, tetapi untuk Dia yang telah mati dan bangkit untuk kita. Mengapa kita harus hidup untuk Kristus? Bukankah hidup ini milik kita?<br /><br />Hidup ini bukan milik kita. Kita tidak mencipta diri kita sendiri, tidak lahir sendiri, tidak bisa memilih orang tua kita, bahkan fisik kitapun tidak bisa kita pilih. Yang bisa kita pilih itu berbuat dosa dan mengakibatkan kematian. Kita milik Kristus, karena Dia yang mencipta kita. Waktu kita berdosa, Dia menebus kita dan memimpin hidup kita. Maka respon kita yang seharusnya, hidup bagi Dia yang sudah mati dan bangkit untuk kita dengan terus menceritakan dan membagikan Yesus Kristus bagi semua jenis/golongan manusia, dari segala bangsa dan suku dan kaum dan bahasa. <span style="font-style:italic;">Soli Deo Gloria</span>.<div class="blogger-post-footer">"Puaslah dengan semua pemberian TUHAN, sedikit atau banyak, itu berlimpah"
(Ronald Oroh)</div>RO'IELhttp://www.blogger.com/profile/15824180828290877068noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-8425120589582985359.post-58519091539477918992009-04-12T14:37:00.005+07:002009-04-12T16:08:04.409+07:00Bangkit? Gak Mungkin!<br/>Bagi orang-orang yang percaya kepada Yesus Kristus, kebangkitan sudah menjadi suatu kepastian dan tidak perlu dipertanyakan lagi. Tapi, ketika ingin menyaksikan kebangkitan kepada orang-orang di sekitar kita, soal kebangkitan menjadi sesuatu yang sangat sulit. Siapa yang bisa percaya tentang kebangkitan? Peristiwa kebangkitan menjadi sesuatu yang susah dipercaya...<br /><br /><center><span style="font-weight:bold;color:darkred;">5 Mereka sangat ketakutan dan menundukkan kepala, tetapi kedua orang itu berkata kepada mereka: "Mengapa kamu mencari Dia yang hidup, di antara orang mati? 6 Ia tidak ada di sini, Ia telah bangkit. Ingatlah apa yang dikatakan-Nya kepada kamu, ketika Ia masih di Galilea, 7 yaitu bahwa Anak Manusia harus diserahkan ke tangan orang-orang berdosa dan disalibkan, dan akan bangkit pada hari yang ketiga."<br />Lukas 24:5-7</span></center><br /><br />Jika kita membandingkan versi Matius, Markus, Lukas dan Yohanes tentang kebangkitan Yesus Kristus, maka kita pasti akan mengambil kesimpulan bahwa kebangkitan sulit untuk dipercaya. Sekalipun oleh murid-murid yang pernah melihat orang mati dibangkitkan oleh guru mereka.<br /><br />Murid-murid sudah diberitahukan berkali-kali tentang kematian dan kebangkitan Yesus Kristus, mereka juga bahkan bukan cuma sekali melihat orang mati dibangkitkan, tetapi tetap saja mereka tidak mengerti dan tidak percaya bahwa Yesus Kristus sudah bangkit sampai malaikat dan Tuhan Yesus sendiri yang menampakkan diri kepada mereka.<br />Itu sebabnya di zaman ini kalau kita mengharapkan orang-orang bisa percaya kepada kebangkitan Yesus Kristus sepertinya mustahil. Apalagi bertemu dengan orang-orang seperti Tomas yang harus melihat dulu baru percaya.<br /><br />Tetapi kenapa kita yang tidak melihat, tidak ada malaikat yang datang kepada kita dan bahkan Tuhan Yesus yang datang menampakkan diri, tapi tetap bisa percaya? Ini namanya anugerah. Kita tidak mungkin percaya akan kebangkitan Yesus Kristus, yang tahu itu kebenaranpun sengaja menutupinya (bnd. Mat 24:62-15 imam-imam kepala dan orang-orang Farisi tahu tentang kebangkitan Kristus). <br />Kita bisa percaya karena pekerjaan Roh Kudus yang menganugerahkan iman membuat kita bisa percaya kesaksian para Rasul dan beriman kepada Yesus Kristus yang mati dan bangkit untuk menebus dosa-dosa kita. Nubuat kematian dan kebangkitan-Nya bisa kita percaya, begitu juga dengan peristiwa kematian dan kebangkitan-Nya.<br />Kita termasuk orang-orang yang berbahagia karena tidak melihat, namun percaya (Yoh 19:29).<br /><br />Pertanyaan selanjutnya, kalau berbahagia bisa percaya, terus kenapa? Apa yang harus dilakukan? Perempuan2 yang bertemu dengan malaikat dalam Luk 24, ketika mengerti dan percaya langsung menceritakan kepada murid-murid, yang menganggap cerita itu omong kosong dan mereka tidak percaya kepada perempuan-perempuan itu (Luk 24:10-11). Tapi, memang itu respon yang harus dilakukan; menceritakan tentang kebangkitan Yesus Kristus kepada orang yang tidak percaya dan yang akan menganggapnya omong kosong. Kesaksian yang sia-sia? Tidak! Karena akan ada pekerjaan dari Allah Roh Kudus kepada umat pilihan-Nya, membuat kesaksian yang kelihatannya omong kosong dan sulit dipercaya bisa dimengerti dan bahkan percaya akan kabar baik.<br /><br />Paskah itu kelihatan omong kosong tapi kenyataan. Tidak mungkin tapi terjadi. Yang kelihatan omong kosong dan tidak mungkin terjadi ternyata punya dampak sangat besar bagi hidup manusia. Kebangkitan bukan hanya memberikan jaminan akan kebangkitan dan hidup kekal. Tapi kebangkitan juga mempunyai kekuatan yang mematikan; mematikan maut dan dosa. Karena maut sudah dikalahkan, dan dosa tidak bisa lagi membawa orang pilihan kepada kematian kekal. Jika Yesus Kristus pernah mati dan bangkit, maka tubuh kita yang akan mati ada jaminan akan bangkit. Jika Yesus Kristus sudah mati dan bangkit mengalahkan kuasa dosa, maka kita ada jaminan untuk bisa mengalahkan dosa.<br /><br />Berbahagialah orang-orang yang percaya akan kebangkitan Yesus Kristus sekalipun tidak melihat. Hidupnya diubahkan dengan kuasa kebangkitan yang mengalahkan Iblis, maut dan dosa. Yang bisa terus menyaksikan kebangkitan-Nya, berperang melawan dosa, dan punya pengharapan akan kebangkitan tubuh waktu Kristus datang kedua kali. Kematian bukan lagi sesuatu yang mengahalangi, menyakitkan dan menakutkan, sengat maut sudah dipatahkan oleh kebangkitan Tuhan Yesus. Hidup sementara ini bukan untuk kematian tapi untuk hidup yang kekal. Selamat Paskah..<div class="blogger-post-footer">"Puaslah dengan semua pemberian TUHAN, sedikit atau banyak, itu berlimpah"
(Ronald Oroh)</div>RO'IELhttp://www.blogger.com/profile/15824180828290877068noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8425120589582985359.post-35821287609060714762009-04-10T15:01:00.005+07:002009-04-10T19:28:05.090+07:00Jika Yesus Kristus Tidak MatiApa yang akan terjadi jika Yesus Kristus tidak pernah mati? Apa pengaruhnya terhadap hidup umat manusia? Bagi sebagian orang, hal ini merupakan pertanyaan bodoh. Tapi bagi sebagian orang lain di dunia ini, hal ini adalah kenyataan dan realita. Apa artinya bagi orang yang percaya kepada Yesus Kristus dan bagi orang yang tidak percaya akan kematian-Nya?<br /><br /><center><span style="font-weight:bold;color:darkred;">Maka Ia maju sedikit, lalu sujud dan berdoa, kata-Nya:"Ya Bapa-Ku, jikalau sekiranya mungkin, biarlah cawan ini lalu dari pada-Ku, tetapi janganlah seperti yang Kukehendaki, melainkan seperti yang Engkau kehendaki."<br />Matius 26:39</span></center><br /><br />Pergumulan Tuhan Yesus di taman Getsemani sepertinya memberikan ruang kemungkinan untuk tidak meminum cawan yang harus diminum. Cawan itu adalah murka Allah untuk menghukum dosa umat pilihan-Nya. Bagaimana kalau Yesus Kristus sebenarnya tidak meminumnya atau tidak mati di kayu salib?<br /><br /><span style="font-style:italic;color:blue;">1. Penipuan Para Rasul</span><br />Kalau Yesus Kristus tidak jadi mati maka tidak ada murid2 yang akan menceritakan kematian dan kebangkitan. Tetapi kalaupun tetap ada kesaksian tentang kematian Yesus Kristus, maka ini adalah suatu penipuan. Penipuan ini bukan sembarang penipuan. Penipuan yang menyatakan kematian Tuhan Yesus yang dilakukan oleh murid2-Nya membawa konsekuensi dan pengorbanan yang sangat besar. Karena murid-murid dan jemaat mula-mula rela dianiaya dan dibunuh demi untuk konspirasi penipuan!? Begitu juga dengan mereka yang percaya pada kematian Yesus Kristus untuk mewakili menanggung dosa umat pilihan-Nya.<br />Penipuan inipun akan menyeret kepada penipuan selanjutnya bahwa Yesus Kristus sudah bangkit.<br /><br /><span style="font-style:italic;color:blue;">2. Penipuan Para Nabi</span><br />Kalau Yesus Kristus tidak mati, maka nabi-nabi dalam Perjanjian Lama juga ikut menipu. Karena mereka sudah menubuatkan bahwa sang Messias harus menderita dan mati. Atau kalau nubuat mereka benar dan masih harus menunggu Messias yang sejati, maka Yesus Kristus yang menjadi penipu dengan mengakui bahwa Ia-lah sang Messias. Sampai kapan akan menunggu sang Messias yang bisa menggenapi semua nubuat seperti Yesus Kristus?<br /><br /><span style="font-style:italic;color:blue;">3. Simbol dan Perayaan</span><br />Kalau Yesus Kristus tidak mati, maka semua simbol dan perayaan yang menunjuk kepada Yesus Kristus dan harusnya digenapi oleh kematian Yesus Kristus harus terus dilakukan dan tidak boleh berhenti. Semua jenis korban, persembahan dan perayaan yang ada dalam Perjanjian Lama harus dilakukan persis sampai detil-detilnya jika ingin mengikuti kepercayaan seperti yang diajarkan dalam Perjanjian Lama.<br />Termasuk juga harus pergi ke Yerusalem bukan untuk wisata rohani, tapi beribadah dan mempersembahkan korban setiap tahun.<br /><br /><span style="font-style:italic;color:blue;">4. Tanggung Dosa sendiri-sendiri</span><br />Konsekuensi selanjutnya, setiap manusia harus menanggung dosanya sendiri-sendiri. Artinya semua manusia harus bersiap menanggung dosa sekecil apapun harus dihukum dan itu setimpal dengan kematian. Ujung-ujungnya pasti akan masuk neraka, karena manusia tidak akan terhindar dari dosa. Dosa sekecil apapun akan mencmari keseluruhan hidup seorang manusia dan berakibat kepada penghukuman di neraka pada akhirnya.<br />Tetapi manusia akan terus berusaha dengan perbuatannya dan kepercayaannya untuk berusaha membenarkan dirinya dan menutup dosanya tapi tanpa kepastian akan pembenaran itu sendiri. Logika yang aneh! Dosa harus dibayar dengan hukuman dan bukan dengan perbuatan baik! <span style="font-weight:bold;">Kalau betul dosa bisa dihapus dengan perbuatan baik, sementara satu kali berdosa harusnya membawa kepada kematian, maka berapa banyak perbuatan baik untuk melepaskan dari kematian?</span><br /><br /><span style="font-style:italic;color:blue;">5. Penderitaan dan Kematian menjadi sesuatu yang menakutkan</span><br />Jikalau Yesus Kristus tidak pernah mengalami penderitaan dan kematian yang mengerikan, maka penderitaan dan kematian manusia menjadi sesuatu yang sangat mengerikan. Itu sebabnya manusia sering terkejut dengan berbagai musibah dan bencana yang mengerikan, karena tidak melihat ada yang pernah mengalami lebih sulit dan menaklukkan kematian itu sendiri. <br />Berbeda dengan mereka yang percaya kepada Yesus Kristus yang sudah mengalami dan melalui penderitaan dan kematian yang mengerikan.<br /><br />Bersyukur kalau di Taman Getsemani kesimpulannya adalah "jadilah kehendak-Mu" maka Yesus Kristus-pun ditangkap, dianiaya, menderita dan mati di kayu salib menanggung dosa-dosa umat-Nya. Kematian yang menggenapi nubuat. Kematian yang menggenapi rencana Allah Bapa. Kematian yang memberikan pengharapan. Kematian yang membebaskan umat-Nya...<div class="blogger-post-footer">"Puaslah dengan semua pemberian TUHAN, sedikit atau banyak, itu berlimpah"
(Ronald Oroh)</div>RO'IELhttp://www.blogger.com/profile/15824180828290877068noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8425120589582985359.post-9903472816407898592009-01-01T01:11:00.001+07:002009-01-01T01:11:01.108+07:00Tahun Baru???Selalu heran setiap tahun baru. Heran karena banyak orang merayakan dan menunggu detik2 pergantian tahun dengan harapan2 kosong dan kegembiraan yang tanpa dasar. padahal tidak ada yang baru sebenarnya, hanya perubahan detik dan berakibat pada pergantian menit, jam, hari dan tahun.. Apa yang spesial sampai harus dirayakan dengan meriah???<br /><br /><center><span style="font-weight:bold;color:darkred;">21 Tetapi hal-hal inilah yang kuperhatikan, oleh sebab itu aku akan berharap: 22 Tak berkesudahan kasih setia TUHAN, tak habis-habisnya rahmat-Nya, 23 selalu baru tiap pagi; besar kesetiaan-Mu!<br />Ratapan 3:21-23</span></center><br />Kitab Ratapan adalah salah satu kitab terindah dan tersulit secara sastranya yang ada di didalam Alkitab. Karena kitab Ratapan dari awal sampai akhir dibuat dalam bentuk <span style="font-style:italic;">acrostic</span> abjad Ibrani secara berurutan. Itu sebabnya kalau melihat kitab Ratapan, jumlah pasalnya sama banyak, kecuali pasal 3 yang jumlahnya tiga kali lipat. Bagaimana cara bikinnya ya???<br /><br />Tapi orang bisa salah berpikir kalau Ratapan isinya hanya ratapan semua. Justru pusat dari kitab ratapan ada di dalam pasal 3, yang jumlahnya tiga kali lebih banyak dari pasal lainnya. Ternyata di ayat 21-23 bukan meratap, tapi bersyukur!<br /><br /><span style="font-style:italic;color:blue;">Berharap</span><br />Dalam keadaan Yerusalem yang sudah hancur, mereka kehilangan semuanya, tidak ada tembok, orang-orang pilihan sudah dibawa ke pembuangan di Babel, mayat bergelimpangan di mana2 dan bahkan mereka sedang berada dalam kelaparan, sampai ibu2 ada kemungkinan memasak bayinya sendiri (Rat 2:20; 4:10). Nabi2 palsu telah menyesatkan mereka dengan penglihatan2 dan mimpi2 palsu. Apa yang bisa diharapkan lagi? <br /><br />Mereka berada dalam krisis yang terlalu sulit dan terlalu berat untuk ditanggung. Allah sendiri yang mengangkat tangan melawan mereka. Apa yang bisa diharapkan ditengah penghukuman seperti itu? dan kepada siapa mereka harus berharap? Berharap dengan adanya tahun baru, maka keadaan akan menjadi lebih baik dan jadi baru?<br />Bukankah dalam keadaan yang sulit, hari yang baru hanya akan menjadi beban yang baru!?<br /><br />Tentu saja pengharapannya kepada Allah bukan kepada keadaan yang berubah, karena keadaan yang berubah tidak akan merubah apa2, kecuali dosa yang tambah banyak.<br /><br /><span style="font-style:italic;color:blue;">Kebaikan dan Belas Kasihan Tuhan</span><br />Yang seharusnya diharapkan adalah kebaikan dan belas kasihan Tuhan. Hidup ini sebenarnya hanyalah anugerah karena kebaikan dan belas kasihan Tuhan. Itu sebabnya dalam krisis dan keadaan yang sulit, penulis Ratapan hanya melihat kepada Tuhan yang baik dan selalu berbelas kasihan kepada umat-Nya.<br /><br />Sulit untuk bisa percaya seperti ini dalam keadaan seperti yang dialami Israel waktu itu. Tapi ini namanya iman yang sejati, berharap kepada Allah yang Baik dan berbelas kasihan dan bukan kepada tahun yang berubah, tapi tidak bisa melakukan apa2. <br />Dalam keadaan yang terlalu sulit, penulis kitab Ratapan tetap percaya kepada kebaikan dan belas kasihan Tuhan yang tak berkesudahan. Krisis dan kesulitan yang mereka alami waktu itu, pasti ada kesudahannya. Tapi kebaikan dan belas kasihan Allah tidak akan berkesudahan. Ia adalah Allah yang tidak akan meninggalkan umat-Nya, semuanya diijinkan terjadi untuk mendidik umat-Nya agar setia.<br /><br /><span style="font-style:italic;color:blue;">Perayaan Setiap Hari</span><br />Selanjutnya di ayat 23 penulis Ratapan berbicara tentang selalu baru setiap pagi. Pemberian yang baru setiap hari, bukan hanya tunggu tahun berganti maka kita bisa merayakan ada sesuatu yang baru lagi, atau bergantung musim2. Dalam Ratapan justru berbicara barunya setiap pagi. <br /><br />Sesungguhnya setiap hari, Tuhan terus memberikan belas kasihan dan kebaikan yang baru kepada kita umat-Nya. Tapi kita sering tidak melihatnya karena menganggapnya sudah biasa dan wajar dan hati kita memikirkan lebih banyak lagi hal yang baru menurut keinginan kita. Itu sebabnya kita sulit merayakannya setiap hari, perlu tunggu satu tahun dulu, diakumulasikan semuanya baru merayakan! apanya yang dirayakan? Ga tau juga! Kan malam tahun baru, dari dulu juga semua merayakannya dengan kegembiraan dan harapan!!!???<br /><br />Berbahagialah orang-orang yang bisa merayakan kebaikan dan belas kasihan Tuhan setiap hari.. Karena kasih setia Tuhan selalu baru setiap pagi. <span style="font-weight:bold;"><span style="font-style:italic;color;darkred;">Great is your faithfulness, O Lord!</span></span>.<div class="blogger-post-footer">"Puaslah dengan semua pemberian TUHAN, sedikit atau banyak, itu berlimpah"
(Ronald Oroh)</div>RO'IELhttp://www.blogger.com/profile/15824180828290877068noreply@blogger.com4tag:blogger.com,1999:blog-8425120589582985359.post-75113688919088418122008-12-30T13:06:00.003+07:002008-12-31T21:35:19.233+07:00Bukan Sembarang RajaSebentar lagi Indonesia mau Pemilu dan pemilihan presiden. Sebenarnya, yang dibutuhkan oleh Indonesia bukan presiden, tapi Raja. Eiiits.. tunggu dulu, bukan raja2 boneka seperti di beberapa negara di dunia. Yang dibutuhkan adalah raja yang berkuasa mutlak, bijaksana dengan kemampuan yang luar biasa dan yang tidak perlu diganti2 dan dipilih-pilih terus. Masalahnya, ada ga raja seperti ini???<br /><br /><center><span style="font-weight:bold;color:darkred;">5 Sebab seorang anak telah lahir untuk kita, seorang putera telah diberikan untuk kita; lambang pemerintahan ada di atas bahunya, dan namanya disebutkan orang: <span style="font-style:italic;color:blue;">Penasihat Ajaib, Allah yang Perkasa, Bapa yang Kekal, Raja Damai</span>.<br />Yesaya 9:5</span></center><br /><br /><span style="font-style:italic;color:blue;">Jadilah Kehendak-Mu</span><br />Raja yang datang ke dunia menjadi manusia, ternyata bukan hanya sekedar raja yang perlu bergantung kepada pemimpin-pemimpin lainnya untuk menghasilkan keputusan yang baik dan bijaksana. Sang Raja ini ternyata juga adalah <span style="font-style:italic;color:darkred;">Penasihat Ajaib (pele yoets)</span>.<br />Kalau raja butuh beberapa penasihat untuk bisa mengambil keputusan yang baik, maka Sang Raja ini merangkap fungsi penasihat, dan bahkan Ia adalah penasihat yang luar biasa, jauh melebihi penasihat2 yang pernah ada (Rom 11:33-34).<br /><br />Enak banget kalau punya pemimpin seperti ini. Tidak pernah ada keputusan yang salah, dan semuanya untuk kebaikan umat-Nya (Rom 8:28). Respon kita seharusnya hanyalah, jadilah kehendak-Mu! Yup, susah banget! Butuh anugerah dan iman untuk percaya dan mengikuti kehendak-Nya.<br /><br /><span style="font-style:italic;color:blue;">Perang Yuk!</span><br />Sang Raja bukan hanya seorang pemimpin yang memerintah dan meminta umat-Nya untuk melakukan kehendak-Nya. Ia ternyata ikut berperang, dan bahkan yang memimpin umat-Nya dalam peperangan. Itu sebabnya, Ia disebut orang sebagai <span style="font-style:italic;color:darkred;">Allah yang Perkasa (El Gibor)</span>, Allah yang berperang dengan hebatnya.<br /><br />Konsep berperang agak aneh bagi kita sekarang ini, karena menginginkan kedamaian dan keamanan. Tapi kalau baca Alkitab dari PL sampai PB, peperangan akan terus terjadi. Tapi jangan salah, peperangan kita bukan seperti Amerika atau Israel. Dari PL, peperangan yang sebenarnya adalah melawan dosa. Dan Allah yang memimpin dalam setiap peperangan.<br /><br />Kedatangan Yesus Kristus ke dunia untuk berperang melawan dosa, dan Ia menang dengan kematian dan kebangkitan-Nya. Ia bukan datang menjadi raja Israel dan berperang melawan Romawi yang berkuasa waktu itu. Tapi, Ia datang berperang dan mengalahkan iblis, dosa dan kematian.<br /><br />Itu sebabnya, Natal yang pertama di Betlehem bukan hanya Malam Kudus, sunyi senyap. Tapi, ada ratapan dan tangisan karena pembunuhan (Mat 2:16-18). Sejak kedatangan-Nya ke dunia, sang Raja sudah harus berperang melawan dosa dan kejahatan di bumi.<br />Kalau kita punya raja seperti itu, yang bisa berperang dan yang memimpin umat-Nya, maka respon kita seharusnya, "perang yuk!"<br /><br /><span style="font-style:italic;color:blue;">Pemimpin Selamanya</span><br />Terus terang membosankan kalau setiap empat atau lima tahun ganti2 pemimpin. Bukan hanya karena salah pilih terus, tapi memang ga ada pilihan yang baik. Semua pemimpin mempromosikan dirinya sebagai yang hebat dan membuat perubahan. Kenyataannya, berubah sih! Tapi, lebih buruk.<br /><br />Sang Raja yang datang ke dunia ini berbeda. Ia menjadi pemimpin sampai selama-lamanya. Dalam Yes 9:5, kata <span style="font-style:italic;color:darkred;">abiyad</span> suka diterjemahkan sebagai <span style="font-style:italic;color:darkred;">Bapa yang Kekal (Eternal Father)</span>. Karena kata ini hanya muncul satu kali, dan berawalan <span style="font-style:italic;">ab</span>, maka biasanya langsung disimpulkan artinya sebagai Bapa. Padahal kata <span style="font-style:italic;">ab</span>, bisa mempunyai beberapa pengertian, salah satunya adalah pemimpin.<br /><br />Saya menafsirkan kata <span style="font-style:italic;">abiyad</span> sebagai <span style="font-style:italic;color:darkred;">pemimpin yang kekal</span>, karena lebih sesuai konteks dalam Yesaya 9, yang berbicara tentang kepemimpinan. <br /><br />Punya pemimpin dan raja sampai selama-lamanya itu enak, karena program2 pasti akan berkesinambungan dan tidak berubah2. Sudah dalam satu paket dari kekekalan. Enak kan!?<br /><br /><span style="font-style:italic;color:blue;">Damai yang Sejati</span><br />Terakhir, Ia disebut orang sebagai <span style="font-style:italic;color:darkred;">Raja (Pangeran) Damai Sejahtera (sar syalom)</span>. Ia datang membawa kedamaian yang sejati. Bukan damai dalam pengertian tidak ada perang, tidak ada masalah dan kesulitan. Tapi damai sejahtera yang sejati, kita dibawa kembali dalam relasi yang harmonis dengan Allah Bapa, kita dibebaskan dari dosa dan segala tuduhan dan ketakutan akan hukumannya, serta disertai dan dipimpin dalam segala keadaan. Damai sejahtera seperti inilah yang diberikan oleh Yesus Kristus yang datang sebagai Raja.<br /><br />Damai sejati yang dicari oleh manusia tidak bisa diberikan oleh dunia ini dengan tidak ada peperangan, terjamin secara materi, dan semua pengharapan palsu yang ditawarkan. Karena damai yang ditawarkan oleh dunia hanya sementara dan sesaat, sesudah itu hilang tak berbekas. <br /><br />Berbeda dengan damai yang diberikan oleh Raja diatas segala Raja. Ia akan memimpin umat-Nya dalam segala keadaan, termasuk peperangan dan permasalahan, tapi umat-Nya tetap merasakan damai sejahtera.<br /><br />Berbahagialah orang yang percaya dan dipimpin oleh Sang Raja Sejati, karena Ia bukan sembarang Raja. Raja diatas segala raja. <span style="font-style:italic;">Soli Deo Gloria</span>.<div class="blogger-post-footer">"Puaslah dengan semua pemberian TUHAN, sedikit atau banyak, itu berlimpah"
(Ronald Oroh)</div>RO'IELhttp://www.blogger.com/profile/15824180828290877068noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8425120589582985359.post-40969031631881274562008-12-18T09:17:00.002+07:002008-12-18T09:59:42.415+07:00Kerajaan Sorga DatangDi zaman sekarang ini, umumnya raja bukan lagi suatu posisi yang dianggap berkuasa dalam pemerintahan. Di negara-negara kerajaan sekalipun biasanya perdana menteri yang menjadi pemimpin yang berkuasa. Seorang raja hanya menjadi simbol, sekalipun tetap dihormati. Lihatlah di Inggris, Spanyol, ataupun Thailand.<br />Berbeda dengan raja zaman dulu yang betul-betul berkuasa penuh dalam pemerintahan.<br /><br /><center><span style="font-weight:bold;color:darkred;">5 Sebab seorang anak telah lahir untuk kita, seorang putera telah diberikan untuk kita; <span style="font-style:italic;color:blue;">lambang pemerintahan ada di atas bahunya</span>, dan namanya disebutkan orang: Penasihat Ajaib, Allah yang Perkasa, Bapa yang Kekal, Raja Damai.<br />Yesaya 9:5</span></center><br />Kebanyakan orang percaya merayakan Natal hanya melihat Yesus Kristus sebagai Juruselamat. Maksudnya, hanya melihat Tuhan Yesus datang untuk menyelamatkan umat-Nya. Padahal kedatangan Tuhan Yesus mempunyai pengertian yang lebih luas dan lebih dalam dibandingkan dengan hanya memberikan anugerah keselamatan. Dia datang untuk menjadi Raja. Bukan sembarang Raja, tapi Raja yang membawa Kerajaan Sorga hadir dalam dunia.<br /><br /><span style="font-weight:bold;color:blue;">Pemimpin yang Berkorban</span><br />Yesaya mengatakan, "<span style="font-style:italic;color:blue;">lambang pemerintahan ada di atas bahunya</span>." Yeus Kristus datang untuk memerintah milik kepunyaan-Nya. Ia datang untuk menebus umat-Nya, menyatakan pekerjaan baik yang harus dilakukan umat-Nya dan memimpin umat-Nya dengan kasih dan kehendak-Nya.<br />Ditengah keterhilangan dan ketidakpastian hidup, kita memiliki pemimpin yang bukan hanya sekedar sok jadi penguasa, tapi betul-betul memimpin, memberikan contoh dalam menghadapi segala kesulitan dan melaksanakan kehendak Bapa.<br /><br />Natal bukan hanya sekedar bersyukur karena Tuhan sudah datang dan memulai rencana penebusan yang membuat kita dibebaskan dari dosa; Natal seharusnya membuat kita bersyukur karena Allah menjadi manusia, berada dekat dengan manusia dan memimpin manusia ke arah dan tujuan yang benar. Natal mengingatkan kita bahwa Allah kita bukan hanya seperti raja2 (atau presiden zaman sekarang ini) yang hanya duduk ditakhtanya dan memerintah seenak perutnya. Natal menunjukkan bahwa Raja di atas segala raja datang dalam segala kemiskinan dan kehinaan, merasakan kesulitan umat-Nya dan bahkan berkorban untuk umat-Nya.<br />Raja yang memimpin kita bukan hanya ngomong doang. Ia memimpin kita dengan pengorbanan dimulai dari kelahiran sampai kematiann-Nya.<br /><br />Jadi, kalau kita mengatakan merayakan Natal tapi tidak mau dikoreksi, diperintah, mengikuti dan hidup dalam firman-Nya maka sesungguhnya kita tidak pernah menyambut kedatangan Yesus Kristus ke dunia. Ia datang sebagai Raja, harusnya kita tunduk kepada-Nya dalam segala aspek hidup kita.<br /><br /><span style="font-weight:bold;color:blue;">Kerajaan Sorga</span><br />Baik Yohanes Pembaptis maupun Yesus Kristus memulai pelayanan dengan berita yang sama, "Bertobatlah, sebab Kerajaan Sorga sudah dekat!"<br />Kerajaan Sorga itu betul-betul dinyatakan pada saat kematian dan Kebangkitan Tuhan Yesus. Berbeda dengan keinginan banyak orang bahwa Tuhan Yesus pergi ke Yerusalem seharusnya merebut kekuasaan dan menjadi Raja secara politik di Yerusalem. Ternyata Tuhan Yesus pergi ke Yerusalem untuk menjadi Raja dengan cara menderita dianiaya, mati dan bangkit. Kerajaan Sorga hadir dengan cara yang sulit dimengerti manusia, sama seperti kedatangan Sang Raja dengan kelahiran-Nya ditempat yang hina.<br /><br />Kekuasaan dan kebesaran ternyata tidak hanya ditunjukkan dengan segala kemampuan, kekuatan dan kekayaan. Kerajaan Sorga dinyatakan dengan cara yang jauh sekali berbeda dengan pengharapan manusia kepada hal yang fana. Dimulai dari kehinaan,miskin, penderitaan dan penganiayaan dan bahkan kematian. Tapi justru menunjukkan dan berbuah kemuliaan dan keagungan yang tiada taranya.<br /><br />Semoga Natal membuat kita semakin kagum kepada Raja diatas segala raja, dan semakin tunduk kepada keputusan2-Nya yang berdasarkan keadilan dan kebenaran. Semoga dalam seluruh aspek hidup ini kita betul-betul bisa melihat Yesus Kristus betul2 menjadi Raja yang diagungkan, disembah, ditinggikan dan dimuliakan...<br />Karena Ia bukan hanya sekedar Pemimpin dan Raja, Ia juga Penasihat Ajaib, Allah yang Perkasa, Pemimpin yang Kekal, Pangeran Damai Sejahtera.<div class="blogger-post-footer">"Puaslah dengan semua pemberian TUHAN, sedikit atau banyak, itu berlimpah"
(Ronald Oroh)</div>RO'IELhttp://www.blogger.com/profile/15824180828290877068noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-8425120589582985359.post-90437322197893287072008-12-17T06:55:00.004+07:002008-12-18T09:19:18.065+07:00Merry Christmas or Clausmas?Kalau jalan-jalan di pusat2 perbelanjaan, maka kita akan melihat spirit Natal. Sayangnya itu bukan <span style="font-style:italic;">Christmas</span> tapi <span style="font-style:italic;">Clausmas</span>. Karena yang menjadi pusat adalah berbagai hiasan Natal dan tokoh yang paling terkenal pada saat Natal adalah Santa Claus (ko bisa jadi Santa??, harusnya Satan Claus!)!!!?<br /><span style="font-weight:bold;">Mengapa si Claus jadi lebih terkenal dan lebih diharapkan daripada Yesus Kristus?</span><br /><br /><center><span style="font-weight:bold;color:darkred;">5 Sebab <span style="font-style:italic;color:blue;">seorang anak telah lahir untuk kita, seorang putera telah diberikan untuk kita</span>; lambang pemerintahan ada di atas bahunya, dan namanya disebutkan orang: Penasihat Ajaib, Allah yang Perkasa, Bapa yang Kekal, Raja Damai.<br />Yesaya 9:5</span></center><br />Setidaknya ada 7 perbedaan antara <span style="font-style:italic;">Christ</span> dan <span style="font-style:italic;">Claus</span>.<br /><span style="font-weight:bold;color:blue;">1. Anak Kecil vs Bapak2</span><br />Yang diberikan sebagai Juruselamat dunia itu anak kecil, seorang anak. Siapa yang mau percaya kepada anak kecil yang lahir di Betlehem? Dunia butuh <span style="font-style:italic;">superhero</span>, tapi bukan anak2. Maunya yang dewasa dan berpengalaman. Padahal anak2 harusnya menerima tokoh sang anak juga dong? Tapi mungkin karena banyak anak2 bapak mereka ga beres, maka mereka butuh figur bapak.<br />Tepat deh kalo ketemu dengan si Claus yang bapak2 berambut dan jenggot putih, yang sepertinya menawarkan cinta, bijaksana dan pengertian, meskipun bagi banyak orang kelihatan lucu dan goblok.<br /><br /><span style="font-weight:bold;color:blue;">2. Lahir Miskin vs Kaya</span><br />Anak yang akan menyelamatkan dunia justru lahir dalam kemiskinan, tidak ada rumah untuk kelahirannya, hanya ada kandang binatang. Siapa yang mau mengikuti anak kecil yang miskin??? Kalo kaya, mungkin masih pikir2.<br />Beda dengan si Claus yang ga pernah lahir tapi tiba2 muncul dengan segala kekayaannya dari kutub utara, dan bahkan dengan kereta terbangnya yang lebih cepat dari jet pribadi. Wow! Ini yang dibutuhkan dunia dalam krisis global.<br /><br /><span style="font-weight:bold;color:blue;">3. Mati (dan Bangkit) vs Ga ada matinya</span><br />Anak yang sebelum dilahirkan pun sudah dinubuatkan akan mati (dan bangkit). Kalau nanti akan mati, ogah ah. Dah miskin, menderita, dan cepat mati lagi. Siapa yang mau ikut?<br />Beda dengan si Claus yang ga ada matinya. Dari dulu sampai sekarang, tetap ada dan akan abadi, tidak ada perubahan sama sekali dan tidak akan bertambah tua. Ini yang diharapkan oleh manusia, ga ada matinya, hidup terus.<br /><br /><span style="font-weight:bold;color:blue;">4. Dapat Hadiah vs Memberi Hadiah</span><br />Sang Anak lahir, orang Majus datang memberikan hadiah. Jadi kalau ikut sang Anak, harus kasih kado dong ke anak itu???<br />Kalau ikut si Claus beda, bukannya memberi eh malah dapat hadiah. Tinggal minta dan disebutkan, tiap tahun dia akan datang dan beri.<br /><br /><span style="font-weight:bold;color:blue;">5. Semua Umur vs Untuk Anak2</span><br />Sang Anak ternyata datang untuk semua umur, dari anak-anak (yang harus dibimbing oleh orang tua) sampai orang2 tua.<br />Beda dengan si Claus yang datang hanya untuk anak2. Kenapa? Karena yang bisa diboongin anak2 doang. Ko orang tuanya setuju? Habis orangtuanya bodoh sih sama suka boong juga sih!!? Makanya ketipu dan nipu anaknya sendiri..<br /><br /><span style="font-weight:bold;color:blue;">6. Memberi yang tidak diinginkan vs Memberi yang diinginkan</span><br />Sang Anak memberikan apa yang tidak diinginkan manusia, yaitu dibebaskan dari dosa dan hidup kekal, tanpa peduli baik atau jahatnya manusia. Mana ada manusia yang baik??? Tapi mana mau manusia? Maunya terus berdosa mengikuti keinginan hatinya dan hidup di bumi ini, ga ada matinya.<br />Si Claus bisa nih kasih apa yang diinginkan manusia. Pokoknya apapun yang diinginkan akan diberikan, asalkan berlaku baik dan permintaannya bisa masuk dalam kaos kaki.. Ho..ho..ho..<br /><br /><span style="font-weight:bold;color:blue;">7. Ditolak vs Diterima</span><br />Sang Anak datang kepada milik kepunyaan-Nya, tapi ditolak dan tidak diterima. Mana sanggup manusia menerima yang terlalu luar biasa, kalau tidak ada anugerah yang memampukan?<br />Sementara si Claus akan terus diterima, karena manusia suka hidup dalam mimpi dan keinginannya yang sepertinya bisa dipuaskan dan diberi oleh si Claus, meskipun ia ga pernah beri apa2, tapi mimpi itu tetap ada dan memuaskan.<br /><br />Semoga salam natal dari banyak anak2 tidak berubah menjadi Merry Clausmas, meskipun bagi banyak anak2 sudah seperti itu dalam prakteknya.<br />Mari kita melihat kepada sang Anak yang diberikan bagi kita, kelihatan miskin, hina, lahir dalam kekurangan, tapi Ia adalah Allah, Tuhan, Juruselamat dan Raja atas umat-Nya.<div class="blogger-post-footer">"Puaslah dengan semua pemberian TUHAN, sedikit atau banyak, itu berlimpah"
(Ronald Oroh)</div>RO'IELhttp://www.blogger.com/profile/15824180828290877068noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8425120589582985359.post-23330851874544818742008-12-16T15:46:00.003+07:002008-12-16T16:52:05.950+07:00Natal Yohanes Pembaptis atau Yesus?Natal untuk memperingati kelahiran Tuhan Yesus biasanya menjadi suatu perayaan yang penuh kemeriahan. Di seluruh bagian dunia yang merayakan Natal biasanya akan berlangsung meriah. Mungkin krisis global akan mengurangi sedikit kemeriahannya, tapi tetap saja kemeriahan tidak bisa dilepaskan dari Natal. Hari kelahiran soalnya.<br /><br />Betulkah kemeriahan Natal saat ini seperti Natal pertama yang di Betlehem? Jangan2 selama ini Natal yang terjadi di pegunungan Yehuda yang diikuti..<br /><br /><center><span style="font-weight:bold;color:darkred;">57 Kemudian genaplah bulannya bagi Elisabet untuk bersalin dan iapun melahirkan seorang anak laki-laki. 58 Ketika tetangga-tetangganya serta sanak saudaranya mendengar, bahwa Tuhan telah menunjukkan rahmat-Nya yang begitu besar kepadanya, bersukacitalah mereka bersama-sama dengan dia.59 Maka datanglah mereka pada hari yang kedelapan untuk menyunatkan anak itu dan mereka hendak menamai dia Zakharia menurut nama bapanya,<br />Luk 1:57-59</span></center><br /><span style="font-style:italic;color:blue;">Persamaan dan Perbedaan</span><br />Maksudnya Natal di pegunungan Yehuda adalah kelahiran Yohanes Pembaptis. Ada perbedaan signifikan antara kelahiran Yohanes dengan Yesus, meskipun ada juga beberapa persamaan.<br />Kelahiran mereka sama-sama dimulai oleh pemberitahuan dari Malaikat Gabriel, dan sama2 terjadi peristiwa yang luar biasa, meskipun yang terjadi pada Maria lebih tidak mungkin dan hanya terjadi sekali.<br /><br />Perbedaan utamanya adalah yang ikut merayakan kelahiran mereka. Yohanes dikunjungi oleh tetangga2 dan saudara2 dan mereka ikut bersukacita bersama-sama. Tuhan Yesus dirayakan oleh para malaikat di padang dan yang membuat para gembala datang ke Betlehem dan memuji Allah sedangkan orang2 yang diceritakan peristiwa malaikat dan kelahiran Yesus hanya terheran-heran. Apa karena bukan di Nazaret, jadi tidak ada tetangga dan saudara? Ataukah ada alasan lain kenapa kelahiran Yesus tidak semeriah Yohanes Pembaptis?<br /><br />Begitu juga pada waktu hari kedelapan harus disunat dan diberi nama, Yohanes banyak dikunjungi orang, sedangkan Yesus hanya bertemu Simeon dan Hana yang bernubuat dan memuji Allah. <br /><br /><span style="font-weight:italic;color:blue;">Kemeriahan = Sukacita?</span><br />Kelahiran Tuhan Yesus seharusnya memberikan sukacita yang besar kepada dunia, tetapi kelahirannya tidak ada yang merayakan dan bersukacita hanya para malaikat. Padahal sukacita itu bagi dunia.<br /><br />Jangan-jangan ada yang salah dengan sukacita yang diharapkan, karena banyak orang bersukacita pada saat kelahiran Yohanes Pembaptis karena melihat rahmat-Nya yang besar. Sukacita karena apa? Sesuai dengan nama Yohanes, Tuhan itu baik. Jadi, sukacitanya karena kebaikan Tuhan. Bagaimana kalau Tuhan kelihatan tidak baik???<br /><br />Sedangkan sukacita kelahiran Yesus, dasarnya bukan hanya kebaikan Tuhan. Memang Tuhan baik karena mau datang menyelamatkan umat-Nya, tapi sukacita karena ada pembebasan dari dosa dan Tuhan datang sebagai Raja untuk memerintah umat-Nya yang tanpa gembala dan tidak menentu hidupnya.<br /><br />Itu sebabnya Natal sekarang ini bukan dirayakan seperti kemeriahan ulang tahun yang merupakan praktek dari orang yang tidak mengenal Allah; tapi Natal dirayakan dengan sukacita karena penebus yang dijanjikan datang, dan penuh kekaguman atas karya Allah yang luar biasa.<br /><br />Dunia selama ini hanya memanfaatkan Natal dengan segala kemeriahannya untuk mendapatkan keuntungan. Gerejapun tidak ketinggalan dengan berbagai perayaannya yang meriah dan menguras pikiran, waktu, tenaga dan uang. Semuanya ingin menawarkan makna Natal yang sejati. Pertanyaannya, betulkah ada makna Natal yang sejati dalam perayaan2 itu?<br /><br /><span style="font-style:italic;color:blue;">Natal dan Kesaksian</span><br />Natal sekarang ini seharusnya bukan diisi seperti kemeriahan didalam Natal (baca kelahiran)Yohanes Pembaptis, tetapi diisi dengan kesaksian tentang Kristus seperti yang dilakukan oleh para malaikat (Luk 2:9-14), gembala2 yang menceritakan tentang Yesus (Luk 2:17-18), begitu juga yang dilakukan oleh Simeon dan Hana yang memuliakan Allah dan menyaksikan Yesus (Luk 2:35-38).<br /><br />Natal juga bukan hanya menyaksikan kebaikan Tuhan kepada manusia; ini hanya pendahuluan, sama seperti Yohanes Pembaptis yang mendahului Yesus Kristus. Natal yang sesungguhnya menyaksikan Tuhan yang menyelamatkan. Itu sebanya tidak perlu kemeriahan dan perayaan-perayaan palsu (atau KKR?) yang ditawarkan oleh gereja2 dan persekutuan2 demi untuk mendapatkan jemaat yang lebih banyak ataupun persembahan yang lebih banyak meskipun dimulut berbicara agar lebih banyak orang yang mendengarkan Injil!?<br /><br />Jika betul-betul mau merayakan Natal Yesus Kristus maka setiap hari (bukan hanya pada saat perayaan ataupun KKR) Yesus Kristus disaksikan kepada dunia. Lebih dari 90% yang datang ke perayaan Natal atau KKR adalah orang Kristen, tapi lebih dari 70% orang yang kita temui sehari2 adalah bukan orang yang percaya kepada Kristus (persen2an ini hanya perkiraan). Adakah Ia disaksikan dalam hidup kita sehari2? Adakah Natal Yesus Kristus diingat dan dirayakan? <br />Jika betul Kristus disaksikan, maka kita akan melihat sukacita Natal yang sejati ketika umat Tuhan kembali kepada-Nya dan tunduk kepada Sang Raja... Semoga kita bisa melihat sukacita sejati yang ada di Betlehem waktu itu...<div class="blogger-post-footer">"Puaslah dengan semua pemberian TUHAN, sedikit atau banyak, itu berlimpah"
(Ronald Oroh)</div>RO'IELhttp://www.blogger.com/profile/15824180828290877068noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8425120589582985359.post-60390945885409004592008-12-01T06:18:00.003+07:002008-12-01T06:18:01.013+07:00BersyukurlahDalam keadaan krisis, biasanya rumah-rumah ibadah akan bertambah dengan orang-orang yang kelihatan lebih bersungguh2 ibadah. Motivasi untuk beribadah sulit untuk ditebak, karena hati manusia siapa yang tahu. Tetapi umumnya orang datang beribadah dan berdoa demi untuk mendapatkan berkat dari Pencipta. Seandainya semua keinginan dan permintaan mereka dikabulkan Tuhan, berapa banyak yang akan kembali dan bersyukur sama seperti waktu berdoa dan meminta?<br />Sedikit sekali! Kebanyakan akan kembali lagi untuk meminta kebutuhan2 yang lain lagi. Beginikah hidup dari orang beriman?<br /><br /><center><span style="font-weight:bold;color:darkred;">...15 Seorang dari mereka, ketika melihat bahwa ia telah sembuh, kembali sambil memuliakan Allah dengan suara nyaring, 16 lalu tersungkur di depan kaki Yesus dan mengucap syukur kepada-Nya. Orang itu adalah seorang Samaria. 17 Lalu Yesus berkata: "Bukankah kesepuluh orang tadi semuanya telah menjadi tahir? Di manakah yang sembilan orang itu? 18 Tidak adakah di antara mereka yang kembali untuk memuliakan Allah selain dari pada orang asing ini?"....<br />Luk 17:11-19</span></center><br />Cerita dari Lukas ini sedikit aneh, karena sekali lagi berhubungan dengan orang Samaria yang disembuhkan dari kustanya, yang justru hanya sendirian kembali untuk mengucap syukur. Yang lebih aneh lagi, justru respon dari Tuhan Yesus, <span style="font-weight:bold;color:darkred;">"Bukankah kesepuluh orang tadi semuanya telah menjadi tahir? Di manakah yang sembilan orang itu? Tidak adakah di antara mereka yang kembali untuk memuliakan Allah selain dari pada orang asing ini?"</span> <br /><br />Mengapa Tuhan Yesus menuntut 9 orang Yahudi yang disembuhkan dari kustanya untuk bersyukur dan memuliakan Allah? Seberapa pentingkah mengucap syukur dan memuliakan Allah?<br /> <br /><span style="font-style:italic;color:blue;">Mengapa Kita tidak Bersyukur?</span><br />Alkitab tidak menjelaskan kenapa 9 orang Yahudi yang sudah sembuh tidak kembali kepada Yesus untuk bersyukur. Kita bisa menebak ada banyak kemungkinan. Tapi yang lebih penting adalah bagaimana kita menjawab pertanyaan itu yang diaplikasikan kepada kita. Mengapa kita tidak bersyukur?<br /><br />Waktu meminta kepada Tuhan, kita biasanya suka berkali2 dan pikiran kita hanya tertuju kepada apa yang menjadi tujuan dan permintaan kita. Begitu mendapatkannya, kita lupa dengan yang Sang Pemberi, karena tujuan kita memang hanya pada pemberian itu. Banyak orang terlalu sibuk dan bahagia(?) dengan pemberian Tuhan dan melupakan Sang Pemberi. Itulah sebabnya hanya sedikit yang betul2 kembali kepada Tuhan dan bersyukur. Orang yang betul2 bersyukur seharusnya memiliki keinginan dan intensitas yang sama seperti waktu meminta dan akan makin mengenal Sang Pemberi.<br /><br />Selain itu, kebanyakan orang lupa bersyukur karena memiliki keinginan yang lain lagi. Sesudah mendapatkan yang satu, biasanya dalam keserakahan dan ketidakpuasan, manusia menginginkan yang lain lagi dan yang dianggap lebih baik. Itulah sebabnya, sekalipun kembali kepada Tuhan, ternyata bukan untuk mengucap syukur yang menjadi tujuan, tapi justru permohonan dan permintaan yang baru. Kapan Bersyukur?<br /><br /><span style="font-style:italic;color:blue;">Mengapa Bersyukur?</span><br />Orang yang bisa bersyukur biasanya adalah orang yang merasa tidak layak mendapatkan apa yang diberikan kepadanya. Misalnya orang Samaria yang sakit kusta itu. Sekalipun ia ikut berteriak kepada Yesus, seharusnya ia tahu tidak layak mendapatkan kesembuhan itu. Berbeda dengan orang2 Yahudi yang merasa berhak sebagai bangsa pilihan dan keturunan Abraham.<br />Jika kita mengerti bahwa hidup seluruhnya adalah anugerah dan pemberian dari Allah yang kita tidak layak menerimanya, maka kita pasti akan bersyukur. Kita layaknya hidup dalam penderitaan, penganiayaan dan mati masuk neraka. Semua kesempatan dan berkat yang kita dapatkan adalah anugerah. Kenapa tidak bersyukur dan memuliakan Allah selama masih hidup? <br /><br />Apalagi kalau Tuhan sudah memberikan banyak peristiwa luar biasa terjadi dalam hidup kita. Bukankah seharusnya kita lebih bersyukur lagi?<br />Biasanya dalam kesulitan2 dan krisis yang besar, ada banyak pekerjaan Tuhan yang luar biasa yang ditunjukkan Tuhan. Itu sebabnya dalam keadaan krisis sekalipun, selain bersyukur atas anugerah keselamatan dan pemeliharaan-Nya, kitapun memiliki kemungkinan untuk lebih bersyukur lagi melihat karya2 Tuhan yang luar biasa dalam sejarah. Jadi, tidak ada alasan untuk tidak bersyukur...<br /><br />Selain itu, bersyukur akan membuat kita puas dan memuliakan Allah. Orang yang bersyukur akan melihat Tuhan sebagai Sang Pemberi dan akan belajar mempergunakan semua pemberian untuk menikmati dan memuliakan-Nya. Kepuasannya bukan hanya di dalam pemberian dan berkat2-Nya, tapi justru di dalam pertemuan dan relasi dengan Sang Pemberi. Itu sebabnya orang yang bersyukur akan mempunyai kerinduan yang lebih besar untuk memuliakan Sang Pemberi dan bukan kerinduan untuk memanfaatkan-Nya demi keegoisan dan keuntungan pribadi sebesar-besarnya.<br /><br />Berbahagialah orang-orang yang kembali kepada Yesus Kristus untuk bersyukur, memuji dan memuliakan Allah. <span style="font-weight:bold;"><span style="font-style:italic;">Soli Deo Gloria</span></span>.<div class="blogger-post-footer">"Puaslah dengan semua pemberian TUHAN, sedikit atau banyak, itu berlimpah"
(Ronald Oroh)</div>RO'IELhttp://www.blogger.com/profile/15824180828290877068noreply@blogger.com2