Ayat Hari Ini:

Showing posts with label 1 Korintus. Show all posts
Showing posts with label 1 Korintus. Show all posts

Saturday, June 23, 2007

Menggunakan Kebebasan

Apakah menjadi orang Kristen sama dengan hidup yang penuh peraturan dan pada akhirnya semua tidak boleh? Bukankah menjadi orang Kristen seharusnya hidup menjadi bebas?
Ketemu di internet salah satu ringkasan kotbah saya 7 tahun yang lalu tentang kebebasan. Thanks untuk yang ngepost.

To: "Ayahbunda"
From: (cut)
Subject: [rsi] Renungan: "Bagaimanakah Orang Kristen
Menggunakan Kebebasan?"
Date: Fri, 24 Nov 2000 15:05:24 +0700

=================================
BAGAIMANAKAH ORANG KRISTEN
MENGGUNAKAN KEBEBASAN?
Ev. Ronald A. Oroh
=================================


Bacaan Alkitab:
I Korintus 9 : 1-27


Di Indonesia, saat ini sering didengungkan kata 'Reformasi', apakah maksudnya?
Dalam konteks di Indonesia ini, reformasi bisa berarti demokrasi dan kebebasan, di dalam bidang politik, pers dan media massa, dsb. Tetapi bagi orang Kristen, apakah artinya kebebasan itu? Apakah berarti kita boleh berbuat apa saja?

Jemaat Korintus adalah orang-orang yang begitu mengagung-agungkan kebebasan. Mereka bisa melakukan apa saja. Paulus mengatakan di ayat-ayat sebelumnya, bahwa segala sesuatu adalah halal. Tetapi apakah semuanya itu berguna? Orang-orang Kristen di Korintus adalah orang-orang yang baru bertumbuh. Mereka melakukan percabulan, perzinahan, bahkan mereka memakan makanan untuk persembahan berhala. Waktu itu mereka bertanya, salahkah memakan makanan bekas persembahan berhala? Paulus menjawab bahwa segala sesuatu adalah halal, tetapi kita harus mengingat apakah hal itu akan menjadi batu sandungan? Dalam konteks seperti ini, Paulus menjelaskan pengertian kebebasan.

Ini boleh, itu boleh, semuanya boleh. Paulus menjelaskan tentang kebebasannya. Sebagai orang yang sudah bebas, sebagai seorang Rasul, ia berhak dipenuhi seluruh kebutuhannya oleh jemaatnya. Dia menjelaskan begitu rinci dalam ayat-ayat tersebut. Apakah maksudnya? Mengapa ia perlu menjelaskannya begitu detail, sampai ia menggunakan analogi orang yang berperang, orang yang mengolah kebun anggur dan juga seekor lembu yang berhak makan saat lembu itu mengirik. Ia membandingkan hak seorang rasul dengan hak seekor lembu. Tetapi di bagian berikutnya Paulus menjelaskan bahwa tak satu pun ia menggunakan haknya, padahal seharusnya ia dipenuhi kebutuhannya, berhak mendapatkan segala sesuatu.

Bandingkanlah dengan orang-orang Korintus. Mereka juga mempunyai hak dan kebebasan sebagai orang yang sudah ditebus oleh Kristus. Tetapi Paulus mengatakan, apakah kita harus selalu menggunakan hak itu semaksimal mungkin dan semau hati kita? Paulus tidak mempermasalahkan hak dan kebebasan itu, tetapi di ayat 15, ia tidak menggunakan satu pun dari hak-hak itu. Tujuannya adalah agar ia tidak menjadi batu sandungan bagi orang lain, terutama saat ia memberitakan Injil. Ia tidak mau segala sesuatu menghalangi dirinya, sehingga ia bekerja keras untuk membiayai hidupnya sendiri, padahal seharusnya jemaat bisa menanggungnya. Firman Tuhan dengan jelas mengatakan hal itu, seorang pelayan mezbah harus dipenuhi segala kebutuhannya dari mezbah itu sendiri. Tetapi Paulus tidak menggunakan hak itu.
Apakah yang ditekankan oleh Rasul Paulus? Ia tidak memikirkan tentang hak dan kebebasan itu.

Di ayat 16, dst, Paulus menjelaskan tentang kewajiban, bukan hak dan kebebasan. Apakah yang menjadi kewajiban bagi Rasul Paulus? Ia mengatakan bahwa kewajibannya adalah memberitakan Injil. Celakalah orang yang tidak mau memberitakan Injil! Kita harus memberitakan kabar baik ini pada setiap orang. Yang lebih penting dan prioritas adalah kewajiban dan panggilan Tuhan, baru berikutnya menyusul hak-hak dan kebebasan yang lain, sehingga Paulus berusaha melakukan kewajibannya dan membuang semua hak-haknya demi satu tujuan, yaitu agar Injil Kristus diberitakan.

Pertanyaannya sekarang, bagaimanakah dengan kita? Kita belum tentu sama seperti Rasul Paulus yang harus menuliskan bagian-bagian Firman Tuhan kepada setiap orang. Tetapi prinsipnya, Paulus mengetahui panggilan dirinya sebagai apa, dan dia melihat dan mengerjakan hal itu sebagai kewajiban yang harus dilakukan. Apakah panggilan Tuhan bagi diri kita masing-masing? Itu yang harus kita jalankan, dan itu memerlukan pergumulan secara pribadi dengan Tuhan , tidak cukup dengan kita datang ke gereja, mendengarkan Firman Tuhan, lalu pulang, berbuat dosa, kemudian di minggu berikutnya datang lagi, mohon ampun kepada Tuhan, dst.
Kita tidak tahu apakah panggilan Tuhan dalam hidup kita. Kita hanya mengikuti arus, mengikuti aktivitas gerejawi, tetapi kita tidak pernah mengetahui esensi sebenarnya dalam hidup kita. Kita hanya bisa menuntut hak kita sebagai orang Kristen, tetapi tidak pernah memikirkan panggilan kita dan melakukan kewajiban kita. Maukah kita memikirkan apakah panggilan hidup kita?

Dalam I Korintus 12 dikatakan, setiap orang yang sudah percaya kepada Kristus diberikan minimal satu karunia rohani, dan itu harus digunakan untuk kepentingan bersama di dalam pembangunan tubuh Kristus. Tetapi seringkali kita hanya menjadi penonton, hanya melayani apa yang sesuai dengan keinginan kita. Konteks melayani Tuhan tidak hanya dalam suatu jemaat Kristen, tetapi Kristus dapat memanggil kita dalam setiap bidang kehidupan kita. Tuhan dapat memakai kita menjadi saksi, menjadi garam dan terang dunia, dan kita perlu diperlengkapi untuk itu.

Paulus tidak menuntut hak-haknya karena ia tahu apa yang lebih bermakna dan menjadi prioritas dalam kehidupannya, yaitu untuk memberitakan Injil. Bagaimanakah dengan kita masing-masing? Seharusnya kita terlibat di dalam pemberitaan Injil (PI), tetapi yang terjadi mungkin kita malah menghalangi orang lain untuk memberitakan Injil. Banyak orang yang malas, yang menganggap bahwa PI hanyalah untuk orang-orang dengan karunia jabatan Penginjil saja (Ef. 4:10-11). Jika hanya penginjil saja yang mengabarkan Injil, berapa banyakkah orang yang dapat mendengarkan Injil? Seberapa luaskah jangkauan Injil tersebut? Setiap orang dapat menginjili dengan metode apa saja, asal ada pimpinan Tuhan. Tidak ada metode yang mutlak yang harus diterapkan dalam tiap komunitas. Yang mutlak adalah Injil karena itulah pusatnya. Metode itu bebas.

Ketika kita memberitakan Injil, bukan kita yang memaksa dengan metode kita untuk membawa orang itu kembali kepada Tuhan, tetapi kita sedang masuk di dalam kehendak Tuhan, melihat rencana dan maksud Tuhan yang bekerja di dalam orang itu untuk mempertobatkan dia. Bukanlah metode kita, kuasa kita, kemampuan kita dalam berbicara sehingga orang itu bertobat, tetapi Tuhanlah yang bekerja di dalam hati orang itu. Kita semua sama, disentuh oleh Firman Tuhan yang menegur kita bahwa kita adalah orang berdosa yang perlu diselamatkan dan kita membutuhkan Injil. Itulah yang merubah kita. Seringkali kita lebih melihat fenomena yang kelihatan. Yang paling penting adalah Injil harus diberitakan dan itu adalah tanggung jawab kita.

Setiap anggota tubuh Kristus harus mempunyai hati untuk penginjilan. Setiap anggota tubuh Kristus harus bekerja sama untuk membawa berita Injil kepada seluruh dunia. Tetapi yang terjadi adalah sebagian malah menghalangi pemberitaan Injil dengan perbuatan kita yang tidak menjadi kesaksian, sehingga ketika Injil diberitakan, orang yang mendengarkan tidak mau menerima Kristus karena kesaksian hidup yang tidak baik. Oleh karena itu, kita harus dengan serius memikirkan panggilan Tuhan, Tuhan mau memakai kita sebagai apa? Tidak perduli usia, golongan apa dan bagaimanakah kemampuan kita, Tuhan bisa memakai siapa saja, setiap orang yang sudah ditebus dengan darah Kristus, Tuhan akan memberikan kemampuan dan karunia. Tuhan memanggil, memperlengkapi, kemudian mengutus kita di mana pun Tuhan mau menempatkan kita. Kita harus menggumulkan hal ini karena kita adalah orang percaya, hamba Tuhan yang sudah ditebus dari dosa. Tuhan ingin memakai kita dan Dia sedang merencanakan suatu pekerjaan yang baik bagi kita.
Tidak seharusnya kita menolak Tuhan, karena Tuhan memiliki rencana bagi kita. Datanglah kepada Tuhan, mengakui kesalahan kita dan terlibatlah dalam pelayanan kepada Tuhan, apa pun yang Tuhan ingin untuk kita kerjakan. Jangan melihat besar-kecilnya suatu pelayanan. Yang berhak memakai kita adalah Tuhan dan Dia yang memberikan kita karunia, bukan dari keinginan kita.
Oleh karena itu kita harus selalu bergantung kepada Tuhan, mencari kehendakNya. Mungkin kita tidak dipanggil seperti Paulus, panggilan kita mungkin berbeda-beda. Janganlah kita seperti orang non Kristen yang hidupnya mengikuti arus dunia ini, hanya menjalankan apa yang kelihatan sekarang, dengan harapan kalau mati nanti akan masuk ke surga. Orang percaya tidak seperti itu, kita mempunyai panggilan, mempunyai tujuan. Tuhan sudah memberikan arti di dalam hidup kita, kita harus menjalankan hal itu. Panggilan Tuhan itu begitu penting, kita harus tahu, mengapa kita hidup di dunia ini, mengapa Tuhan menebus kita dan memanggil kita? Apa yang harus kita kerjakan untuk Tuhan? Kita tidak membantu Tuhan, karena Tuhan tidak memerlukan bantuan kita. Tuhan mau memakai kita untuk kebaikan kita sendiri, untuk semakin bertumbuh, mengenal Tuhan dan mengenal diri kita masing-masing.

Seperti Paulus, ia tidak hanya menuntut haknya, tetapi ia membuang haknya untuk memenangkan banyak orang. Apakah yang kita inginkan di dunia ini? Mengejar uang dan segala sesuatu yang fana? Janganlah lupa akan panggilan kita sebagai orang percaya. Paulus rela dianiaya, karena dia tahu untuk siapa dia melayani. Dia menyadari, tak ada satu pun yang dapat memisahkan dia dari kasih Kristus. Dia bertumbuh, mengenal Tuhan, mengenal dirinya, menyadari panggilannya dan ia mau berjuang untuk panggilan itu. Orang yang tidak kenal dirinya, tidak kenal Tuhan, tidak menyadari panggilannya, bisa saja terlibat aktif di dalam pelayanan, tetapi akhirnya sama saja seperti petinju yang memukul sembarangan, berlari tanpa tujuan. Jika kita ingin dipakai oleh Tuhan, kita perlu melatih diri, menguasai diri dalam segala hal dengan senantiasa bergumul dan bergantung kepada Tuhan. Maukah kita? Lakukanlah kewajiban kita dan panggilan kita tanpa memikirkan hak-hak kita, untuk menyenangkan hati Tuhan yang telah menebus kita.[sh]

Tuesday, April 24, 2007

Harap Tenang.. Ada Ujian!

Setiap kali ada ujian akhir yang dilakukan oleh murid-murid di sekolah-sekolah, maka biasanya ada tulisan "Harap Tenang, Ada Ujian!" Karena para guru berharap bahwa ketenangan dari keadaan luar akan membantu murid-murid untuk menyelesaikan ujian itu dengan tenang dan tanpa gangguan. Bahkan seringkali seminggu sebelum ujian akhir biasanya diberikan waktu seminggu yang disebut dengan minggu tenang.
Bagaimana dengan hidup dari murid-murid Kristus? Adakah ketenangan menghadapi ujian dan pencobaan? Dari mana sumber ketenangan itu? Apakah keadaan dari luar yang bisa membuat hidup ini tenang menghadapi ujian dan pecobaan yang terus terjadi?

Pencobaan-pencobaan yang kamu alami ialah pencobaan-pencobaan biasa, yang tidak melebihi kekuatan manusia. Sebab Allah setia dan karena itu Ia tidak akan membiarkan kamu dicobai melampaui kekuatanmu. Pada waktu kamu dicobai Ia akan memberikan kepadamu jalan ke luar, sehingga kamu dapat menanggungnya.
1 Korintus 10:13

Ketenangan menghadapi ujian dan pencobaan seringkali menjadi sesuatu yang sangat langka. Karena tidak pernah diajarkan dan dilatih untuk menghadapi semua ujian dan pencobaan. Dari kecil, seorang anak biasanya diberikan perlindungan maksimal dan tidak diharapkan untuk menghadapi keadaan-keadaan yang sulit di dalam hidupnya. Orang tua biasanya mengharapkan anak2nya mendapatkan segala kelancaran dan semuanya baik-baik saja, dan berusaha menjaga agar anak2nya tidak ada yang mengalami kesulitan di dalam hidup ini. Sedikit orang tua yang mendidik anaknya untuk berhadapan dengan kesulitan dan mempersiapkannya menghadapi tantangan dunia yang makin sulit. Itu sebabnya, ketika ada yang sakit, musibah, maka yang terjadi biasanya adalah kepanikan. Karena cara berpikir yang menganggap bahwa hidup ini seharusnya sehat-sehat, baik dan penuh dengan berkat Tuhan. Dan seorang anak dipersiapkan untuk menghadapi hidup yang sehat, baik dan penuh berkat saja. Kenyataannya ternyata berbeda.

Keadaan dunia ini ternyata terus berubah. Kadang kala sepertinya hidup ini bisa dikendalikan. Ada kesehatan, segalanya baik-baik saja dan bahkan hidup di dalam kelimpahan seperti dan bahkan lebih dari pada yang dipikirkan. Tetapi juga seringkali harus diselingi dengan berbagai sakit yang datang tanpa diundang, bahkan seringkali bisa parah dan tidak bisa diobati ataupun terlambat untuk diobati; masalah-masalah yang tidak bisa dikontrol, musibah, bencana alam dan seribu satu kejadian yang tidak pernah terpikirkan terjadi di dalam dunia ini dan hidup ini. Banyak orang yang sudah memiliki kelimpahan dalam hidup mencoba membuat perlindungan terhadap semua yang tidak terduga dengan asuransi, tabungan dan deposito, rumah dan segala proteksi yang bisa dipikirkan. Tetap saja ada kepanikan di negara maju seperti Amerika Serikat ketika seorang mahasiswa bisa membunuh mahasiswa dan dosen yang memiliki asuransi, uang dan banyak hal yang ternyata tidak bisa melindungi hidupnya.

Seharusnya ada perubahan cara pandang terhadap hidup ini. Manusia tidak bisa lagi bermimpi bahwa dunia yang berdosa ini suatu saat akan ada kedamaian dan tanpa masalah sama sekali. Mimpi yang tidak berdasar, karena dunia ini sudah dicemari dosa. Hanya kedatangan Yesus Kristus yang kedua kali yang bisa mengubah mimpi itu menjadi kenyataan. Tetapi selama hidup di dunia yang berdosa ini, maka seharusnya manusia bersiap menghadapi segala penderitaan, permasalahan, sakit-penyakit, musibah, kebencian dan peperangan. Apakah hidup harus dihadapi hanya dengan sikap pesimis seperti ini?

Tentu saja ada kabar baiknya. Yaitu, pencobaan-pencobaan yang akan kita alami tidak akan pernah melebihi kemampuan kita. Karena ada Tuhan yang setia yang akan menolong dan memberikan jalan keluar serta memampukan kita menanggung beban. Sangat menarik.. Bukan membuang segala kesulitan dan permasalah yang ada, tetapi justru Tuhan memampukan kita untuk menanggungnya. Dengan mengingat janji Tuhan ini, seharusnya ada ketenangan menghadapi semua ujian dan pencobaan. Ketenangan ini bukan karena jaminan yang diberikan oleh keadaan dunia yang selalu berubah, tetapi dari penyertaan Tuhan yang membuat umatNya akan tenang karena bersandar kepadaNya.
Ada ujian? Tidak masalah, harap tenang.

Be still, my soul: the Lord is on thy side;
Bear patiently the cross of grief or pain;
Leave to thy God to order and provide;
In ev'ry change He faithful will remain.
Be still, my soul: thy best, thy heav'nly Friend
Thro' thorny ways leads to a joyful end.


Teks lagu keseluruhan bisa klik disini

Monday, April 9, 2007

Kristus tidak Bangkit!? Paskah atau Paksa?

Seperti Paskah tahun-tahun sebelumnya, biasanya menjelang Paskah ada berbagai tulisan/film yang mencoba menentang kebangkitan Kristus. Dan tentu saja ada berbagai macam tulisan yang berbicara tentang kebangkitan Kristus dan menjawab orang-orang yang menentang kebangkitan Kristus. Tahun ini agak seru sedikit. Film The Lost Tomb of Jesus yang ditayangkan Discovery Channel pada 4 Maret 2007 sepertinya memberi angin segar bagi orang-orang yang percaya Kristus tidak bangkit. Untuk percaya Kristus tidak bangkit juga butuh iman!
Ternyata ini juga mempengaruhi di banyak negara, termasuk Indonesia. Seorang Pendeta yang juga dosen di salah satu Sekolah Teologi yang paling berpengaruh di Indonesia, menuliskan tentang hal ini di koran yang paling berpengaruh di Indonesia juga dengan mengemukakan teorinya (imannya). Teorinya, Yesus telah naik ke surga, ya; dalam arti: ia telah diangkat dalam roh untuk berada di sisi Allah di kawasan rohani surgawi. Kebangkitan dan kenaikan tidak harus membuat jasad Yesus lenyap dari makamnya. Untuk keduanya terjadi, yang dibutuhkan adalah "tubuh rohani", bukan tubuh jasmani protoplasmik. Benarkah seperti itu? Kita hanya bisa membandingkan dengan Alkitab, dan melihat iman seperti apa yang dianugerahkan kepada kita.

27:62 Keesokan harinya, yaitu sesudah hari persiapan, datanglah imam-imam kepala dan orang-orang Farisi bersama-sama menghadap Pilatus, 63 dan mereka berkata: "Tuan, kami ingat, bahwa si penyesat itu sewaktu hidup-Nya berkata: Sesudah tiga hari Aku akan bangkit. 64 Karena itu perintahkanlah untuk menjaga kubur itu sampai hari yang ketiga; jikalau tidak, murid-murid-Nya mungkin datang untuk mencuri Dia, lalu mengatakan kepada rakyat: Ia telah bangkit dari antara orang mati, sehingga penyesatan yang terakhir akan lebih buruk akibatnya dari pada yang pertama." 65 Kata Pilatus kepada mereka: "Ini penjaga-penjaga bagimu, pergi dan jagalah kubur itu sebaik-baiknya." 66 Maka pergilah mereka dan dengan bantuan penjaga-penjaga itu mereka memeterai kubur itu dan menjaganya.
28:1 Setelah hari Sabat lewat, menjelang menyingsingnya fajar pada hari pertama minggu itu, pergilah Maria Magdalena dan Maria yang lain, menengok kubur itu. 2 Maka terjadilah gempa bumi yang hebat sebab seorang malaikat Tuhan turun dari langit dan datang ke batu itu dan menggulingkannya lalu duduk di atasnya. 3 Wajahnya bagaikan kilat dan pakaiannya putih bagaikan salju. 4 Dan penjaga-penjaga itu gentar ketakutan dan menjadi seperti orang-orang mati. 5 Akan tetapi malaikat itu berkata kepada perempuan-perempuan itu: "Janganlah kamu takut; sebab aku tahu kamu mencari Yesus yang disalibkan itu. 6 Ia tidak ada di sini, sebab Ia telah bangkit, sama seperti yang telah dikatakan-Nya. Mari, lihatlah tempat Ia berbaring. 7 Dan segeralah pergi dan katakanlah kepada murid-murid-Nya bahwa Ia telah bangkit dari antara orang mati. Ia mendahului kamu ke Galilea; di sana kamu akan melihat Dia. Sesungguhnya aku telah mengatakannya kepadamu." 8 Mereka segera pergi dari kubur itu, dengan takut dan dengan sukacita yang besar dan berlari cepat-cepat untuk memberitahukannya kepada murid-murid Yesus. 9 Tiba-tiba Yesus berjumpa dengan mereka dan berkata: "Salam bagimu." Mereka mendekati-Nya dan memeluk kaki-Nya serta menyembah-Nya. 10 Maka kata Yesus kepada mereka: "Jangan takut. Pergi dan katakanlah kepada saudara-saudara-Ku, supaya mereka pergi ke Galilea, dan di sanalah mereka akan melihat Aku." 11 Ketika mereka di tengah jalan, datanglah beberapa orang dari penjaga itu ke kota dan memberitahukan segala yang terjadi itu kepada imam-imam kepala. 12 Dan sesudah berunding dengan tua-tua, mereka mengambil keputusan lalu memberikan sejumlah besar uang kepada serdadu-serdadu itu 13 dan berkata: "Kamu harus mengatakan, bahwa murid-murid-Nya datang malam-malam dan mencuri-Nya ketika kamu sedang tidur. 14 Dan apabila hal ini kedengaran oleh wali negeri, kami akan berbicara dengan dia, sehingga kamu tidak beroleh kesulitan apa-apa." 15 Mereka menerima uang itu dan berbuat seperti yang dipesankan kepada mereka. Dan ceritera ini tersiar di antara orang Yahudi sampai sekarang ini.
Mat 27:62-28:15

Dari kesaksian Matius, ada tiga macam orang yang berhubungan dengan Kebangkitan Kristus.

Yang pertama, adalah Imam-imam kepala dan orang-orang Farisi. Mereka punya ingatan yang tajam (27:63). Mereka mengingat perkataan Kristus tentang kebangkitanNya (ternyata mereka memperhatikan dan mengingat kotbah-kotbah Kristus). Dan ternyata mereka juga percaya kebangkitan Kristus, karena sesudah serdadu-serdadu itu melaporkan kubur telah kosong, mereka percaya kepada para serdadu (27:11-15). Sesudah itu merancang cerita dan teori baru yang mengatakan bahwa murid-muridNya datang mencuri pada waktu malam. Kalau dilanjutkan dengan cerita zaman sekarang ini, dibawa ke mana oleh para murid? Dibawa ke kuburan keluarga Yesus. Tapi ternyata para serdadu, imam-imam kepala dan orang-orang Farisi tidak bisa melacaknya. Mungkin terlalu sulit untuk menemukannya. Itu sebabnya baru akhir-akhir ini bisa ditemukan, mungkin karena arkeologi dan intelijen yang makin maju!?
Bagi mereka, Paskah berarti Paksa. Segala sesuatu dipaksakan demi untuk tujuan pribadi yang menguntungkan, kalau perlu ada sedikit pengorbanan yang nantinya akan membawa keuntungan. Ternyata penulis buku yang menginspirasikan film The Lost Tomb, pembuat film dan juga pendeta di Indonesia yang menulis bahwa Kristus tidak bangkit tubuhnya, mempunyai iman yang sama dengan imam-imam kepala dan orang-orang Farisi? Saya pikir, mereka lebih diinspirasikan oleh tokoh kedua di dalam kesaksian Matius.

Siapa tokoh kedua? Para serdadu. Mereka punya senjata dan mereka punya kuasa, tapi tidak berdaya dengan kebangkitan Kristus. Hmm..Meskipun demikian mereka bisa mengambil keuntungan dari kisah kebangkitan Kristus. Caranya? Dengan menceritakan bahwa Kristus tidak bangkit, tetapi murid-murid mencuri mayatNya (dua wanita mengalahkan mereka dan mencuri mayatNya (28:1-4)?), maka mereka mendapatkan uang (28:15). Ini juga yang dilakukan oleh orang-orang yang berbicara bahwa Kristus tidak bangkit. Biasanya mendapatkan keuntungan yang lumayan dengan teori dan cerita mereka. Bagi mereka, Paskah adalah Paksaan yang menguntungkan. Dipaksa untuk menceritakan kebohongan dan beriman terhadap kebohongan, ternyata mendapatkan upah yang menguntungkan.

Yang ketiga, dua orang Maria. Mereka seharusnya sudah mendengarkan ajaran Kristus tentang kebangkitanNya. Tetapi mungkin ingatan mereka tidak setajam para imam dan orang Farisi. Ataupun mungkin mereka tidak perhatian? Jangan-jangan mereka sebenarnya tidak percaya bahwa Kristus akan bangkit!? Sama seperti murid-murid yang lain sudah mendengar berkali-kali tapi tidak percaya bahwa Kristus akan bangkit dan sudah bangkit. Sesudah mendapatkan pengertian dan anugerah dari Tuhan, teryata terjadi perubahan. Mereka menyambutnya dengan takut dan sukacita (28:8). Tidak percaya, menjadi percaya dan bahkan mendapatkan sukacita dari Paskah. Berbeda dengan imam-imam kepala, orang Farisi dan para serdadu yang tahu tentang kebangkitan, justru tidak beriman, mengambil keuntungan dari cerita yang dibuat sendiri, dan sukacitanya mungkin hanya didalam uang dan pengaruh/sensasi yang didapatkan.

Bagaimana dengan kita? Berbahagialah orang-orang yang dianugerahi iman dan bisa merasakan kegentaran dan kekaguman kepada Tuhan serta bersukacita di dalam kebangkitan Kristus. Bagi kita ada jaminan kebangkitan dan terlepas dari kuasa dosa dan kematian. Selamat Paskah!

Dan jika Kristus tidak dibangkitkan, maka sia-sialah kepercayaan kamu dan kamu masih hidup dalam dosamu.
1 Korintus 15:17

Thursday, March 1, 2007

Karunia Bahasa2 atau Bahasa Roh?

Sebenarnya ini permasalahan klasik. Anehnya, ternyata ketemu lagi dengan orang yang begitu bangga karena di gerejanya ada bahasa Roh dan dengan bangganya dia cerita bagaimana waktu bisa memiliki dan bagaimana cara memilikinya. Dia cerita kepada direkturnya dengan semangat sebelum saya kotbah. Selesai kotbah, pada saat sessi tanya-jawab yang bisa tanya apa aja dan tanpa batas waktu, Pak Direktur nanya tentang bahasa Roh dan minta penjelasan. Saya jelasin dari beberapa bagian Alkitab dan ada satu orang yang berusaha berdebat, tapi justru makin pertajam pengertiannya. Selesai penjelasan, mau makan malam, orang itu yang memimpin doa makan, dia berterima kasih karena sudah mendapatkan kebenaran yang baru tentang bahasa Roh..!!?

Masalah yang pertama sebenarnya dalam penerjemahan baik ke dalam bahasa Inggris maupun dalam bahasa Indonesia. Dalam bahasa Yunani (saya pakai Greek New Testament), hanya pakai satu kata dengan berbagai deklensi, kata dasarnya adalah glossa, biasanya muncul dalam bentuk jamak glossais. Dalam beberapa terjemahan bahasa Inggris menerjemahkannya sebagai tongue, sementara bahasa Indonesia menerjemahkan dengan dua kata, bahasa Roh. Kata glossa ini muncul di dalam Mar 16:17; Kis 2:4; Kis 10:46; Kis 19:6; 1 Kor 12:10,28,30; 13:8; dan 1 Kor 14:2,4,5,6,9,13,14,18,19,22,23,26,27,39. Tapi anehnya, dalam Mar 16:17 dan Kis 2:4 kata glossais diterjemahkan menjadi bahasa-bahasa, sementara dalam ayat-ayat lainnya diterjemahkan menjadi tunggal dan ditambahkan dengan kata Roh, menjadi bahasa Roh.
Kesalahan terjemahan yang paling mendasar pertama ada di dalam Kis 10:46. Penulis Kisah Para Rasul adalah Lukas. Ia memakai kata yang sama di dalam Kis 2:4 dan Kis 10:46 dan konteksnya sama.
45 Dan semua orang percaya dari golongan bersunat yang menyertai Petrus, tercengang-cengang, karena melihat, bahwa karunia Roh Kudus dicurahkan ke atas bangsa-bangsa lain juga, 46 sebab mereka mendengar orang-orang itu berkata-kata dalam bahasa roh dan memuliakan Allah. Lalu kata Petrus:.. (Kis 10:45-46 )
Konteksnya, orang-orang yang melihat karunia bahasa di Yerusalem (Kis 2) melihat juga itu terjadi di rumah Kornelius (Kis 10). Tapi, dalam Kis 2:4 itu diterjemahkan bahasa2 sementara Kis 10 menjadi bahasa Roh. Padahal dalam bahasa Yunaninya memakai kata yang sama, glossais. Begitu juga dengan Kis 19:6, kata yang sama dipakai oleh penulis yang sama. Yang unik, dalam Kis 19:6, Paulus yang melihat kejadian itu. Dan Paulus memakai kata yang sama untuk dipakai dalam 1 Kor 12-14. Seharusnya, kesimpulannya itu karunia yang sama, dan diterjemahkan sebagai bahasa-bahasa dan bukannya bahasa Roh. Karena pembicaraan tentang karunia bahasa2 hanya ada di dalam Kisah Para Rasul. Dari mana lagi referensi jemaat Korintus tentang karunia bahasa2?
Tetapi banyak orang yang mengatakan bahwa karunia bahasa2 yang di dalam Kisah Para Rasul berbeda dengan di dalam 1 Kor 12-14. Bedanya di mana? Yang di Kisah Para Rasul, yang mendengar bisa langsung mengerti; sedangkan di Korintus yang mendengar tidak mengerti kecuali ada yang menafsirkan...
Saya mencoba menafsirkan dengan sedikit melihat latar belakang dari jemaat Korintus. Surat-surat Paulus harus dimengerti dengan pengertian konteks dan latar belakang. Kalau membaca 1 Korintus, kita bisa melihat bahwa mereka bukan jemaat yang dewasa (1 Kor 3:2-3; 14:20), yang begitu membanggakan karunia2. Bagi mereka itu adalah karunia yang begitu hebat, bisa berbahasa yang lain. Jangan-jangan yang mereka coba praktekkan diambil dari bahasa-bahasa yang dipakai oleh imam2 dalam kuil2, yang diucapkan pada saat mereka trance. Dalam kebudayaan apapun, biasanya para imam dan dukun mempunyai bahasa sendiri yang tidak dimengerti orang lain. Mungkin bahasa-bahasa ini yang dicocok-cocokan orang Korintus dengan bahasa-bahasa di dalam Kisah Para Rasul. Ini hanya dugaan dan penafsiran saya...
Mengapa orang yang mendengar bahasa-bahasa itu tidak mengerti di Korintus? Perbedaannya, di dalam konteks Kisah Para Rasul, yang mendengar adalah orang-orang yang datang dari berbagai macam bahasa. Di dalam Korintus, hanyalah orang-orang Korintus yang berbahasa Yunani ataupun Latin. Maka kalau ada yang berbicara dalam bahasa Mandarin, tidak ada yang bisa mengerti.
Perbedaan lainnya dari kedua konteks. Di dalam Kisah Para Rasul untuk menunjukkan bahwa Injil adalah untuk semua bangsa dan bahasa. Sementara dalam 1 Kor 14:2, berkata kepada Allah, membangun diri sendiri & jemaat ('kalau ngerti,' jangan pisahin dgn ayat 5 - 14:4-5); untuk mengucap syukur (14:16). Sedangkan dalam 1 Kor 14:21 (yg merupakan kutipan dari Yes 28:11-12), agar mereka tidak mendengarkan Tuhan, karena tidak mengerti. Lebih lanjut lagi dalam 1 Kor 14:22, karunia ini adalah tanda untuk orang-orang tidak beriman. Lebih parah lagi dalam ay.23, orang tidak beriman akan menganggap orang yang pakai karunia bahasa ini sebagai orang gila. Kesimpulannya sebenarnya: jangan dipake dalam pertemuan jemaat, lebih banyak karunia lain yang lebih berguna..Dan, ada yang lebih perlu dipraktekkan karena lebih penting, yaitu: KASIH. Paulus menulis 1 Kor 12-14 dalam bentuk Kiasmus:

...........Pasal 12 Karunia-karunia Roh: Satu tubuh

......Pasal 13 Kasih (Center)

...........Pasal 14 Karunia-karunia Roh: Nubuat dan bahasa2

Maka, sebenarnya lebih baik banyak bicara tentang kasih ataupun Buah Roh, dibandingkan perdebatan-perdebatan tentang karunia bahasa2 yang tidak terlalu penting.

NB: Ada teman yang berdialog dengan temannya tentang "Benarkah bahasa Roh yang ada sekarang ini?" (click di sini untuk membacanya)

Sekalipun aku dapat berkata-kata dengan semua bahasa manusia dan bahasa malaikat, tetapi jika aku tidak mempunyai kasih, aku sama dengan gong yang berkumandang dan canang yang gemerincing.

Friday, February 23, 2007

Makan dan minum: Penciptaan-Kekekalan?

Bicara soal makan dan makanan, apa memang sangat perlu dan penting dalam teologi? Banyak orang hanya mengkaitkan dengan kerakusan yang merupakan salah satu dari tujuh dosa maut. Tapi, percaya atau tidak makan mempunyai perananan yang sangat penting dalam memuliakan dan menikmati Tuhan secara pribadi. Ini salah satu topik yang saya paling sukai. Melihat makan pada saat penciptaan, manusia jatuh dalam dosa karena makan, sesudah ditebus oleh Kristus dan waktu kembali kepada Tuhan, masihkah kita makan dan minum? Pernah mikir ini?

Saya mencoba melihat beberapa fakta dalam Alkitab yang berbicara tentang pergumulan manusia dengan makanan dalam empat tahap hidup manusia.

1. Penciptaan

Lalu TUHAN Allah menumbuhkan berbagai-bagai pohon dari bumi, yang menarik dan yang baik untuk dimakan buahnya; dan pohon kehidupan di tengah-tengah taman itu, serta pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat.
Kej 2:9

Ada dua kata yang perlu dipikirkan: 'menarik' dan 'baik' untuk dimakan buahnya. Sebagian orang hanya memikirkan kata menarik ditujukan kepada pohon-pohon dan bukan pada buahnya. Sebenarnya, kata 'menarik' itu berhubungan dengan buah-buahan. Nanti kita bisa melihat hubungannya dgn peristiwa manusia jatuh dalam dosa. Kata 'menarik' menunjukkan bahwa Tuhan Allah bukan hanya memberikan kepada manusia makanan yang sesuai untuk kebutuhan manusia, apa yang baik, tapi juga memberikan kenikmatan dalam makan. Itu sebabnya buah2an tidak diciptakan dalam satu bentuk dan satu rasa. tapi dibuat bermacam-macam untuk kenikmatan dan kebaikan bagi manusia. Maka, makan adalah kesempatan untuk menikmati yang dianugerahkan Tuhan kepada kita.

2. Kejatuhan dalam Dosa
16 Lalu TUHAN Allah memberi perintah ini kepada manusia: "Semua pohon dalam taman ini boleh kaumakan buahnya dengan bebas, 17 tetapi pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat itu, janganlah kaumakan buahnya, sebab pada hari engkau memakannya, pastilah engkau mati."
Kej 2:16-17

Perempuan itu melihat, bahwa buah pohon itu baik untuk dimakan dan sedap kelihatannya, lagipula pohon itu menarik hati karena memberi pengertian. Lalu ia mengambil dari buahnya dan dimakannya dan diberikannya juga kepada suaminya yang bersama-sama dengan dia, dan suaminyapun memakannya.
Kej 3:6

Banyak yang mengatakan kalau manusia jatuh dalam dosa karena kesomobongan dan keinginan menjadi sama seperti Allah. Saya tidak ingin memperdebatkan hal itu. Bagi saya, ujiannya adalah makanan dan berbicara tentang kepuasan dan ketidak-puasan.
Kalau kita lihat, ujiannya sederhana. Tuhan sudah berikan banyak buah2an yang menarik dan baik untuk dimakan (kej 2:9). Yang tidak boleh dimakan hanya buah dari satu pohon (Kej 2:16-17). Tapi, Iblis bisa membuat manusia tidak puas dengan semua pemberian Tuhan dan membuat yang tidak boleh menjadi baik untuk dimakan dan sedap kelihatannya (Kej 3:6). Makan dan minum sekarang berada di dalam arah kenikmatan yang salah. Apa masih kurang kenikmatan yang Tuhan berikan? Semua boleh dinikmati, kecuali yang satu itu...
Akibatnya terhadap manusia, sejak saat itu, manusia harus bekerja keras sampai mati untuk bisa mendapatkan makanan (Kej 3:17-19). Implikasi lainnya, manusia tidak lagi menikmati Tuhan dalam makan...

3. Penebusan di dalam Kristus.
Aku menjawab: Jika engkau makan atau jika engkau minum, atau jika engkau melakukan sesuatu yang lain, lakukanlah semuanya itu untuk kemuliaan Allah.
1 Kor 10:31

Ada beberapa hal yang mengagetkan saya waktu menghubungan makan dan minum dengan Tuhan. Beberapa diantaranya:
- Akulah Roti Hidup (Yoh 6:35, 48, 51)
- Perjamuan dipakai untuk mengingat penebusan Kristus (Mat 26:26-28)
- Waktu mengajarkan Doa Bapa kami, permintaan pertama bukan penebusan dosa tapi makanan (Mat 6:11)
Maka, sesudah ditebus makan dan minum menjadi salah satu aspek yang dipakai untuk bisa memuliakan dan menikmati Tuhan. Itu sebabnya Paulus berkata bahwa makan dan minumpun harus dilakukan untuk memuliakan Tuhan (1 Kor 10:31)

4. Di Langit dan Bumi Yang Baru
Ada beberapa ayat di dalam kitab Wahyu yang perlu dilihat, Why 21:6 (air hidup); 22:1 (sungai kehidupan); 22:2 pohon kehidupan; 22:14 (pohon kehidupan); 22:17(air hidup).
Agak sulit untuk menafsirkan bagian-bagian ini. Tapi, kita bisa lihat ada nuansa yang menggambarkan kebutuhan dari umat yang ditebus untuk terus-menerus bergantung kepada Pencipta dan Penebus kita. Kita butuh sesuatu yang harus kita 'makan' dan 'minum' yang berasal dari Tuhan untuk hidup kita.
Kita juga bisa melihat kepada perkataan Kristus pada perjamuan terakhir di dalam Matius 26:29, Akan tetapi Aku berkata kepadamu: mulai dari sekarang Aku tidak akan minum lagi hasil pokok anggur ini sampai pada hari Aku meminumnya, yaitu yang baru, bersama-sama dengan kamu dalam Kerajaan Bapa-Ku."



Kesimpulan.
Dari fakta-fakta di atas, maka makan itu menjadi sangat penting bukan pada makanan itu sendiri (krn Kerajaan Sorga bukan soal makanan dan minuman-Rom 14:17), tetapi kepada lambang dari makan (beberapa kali menunjuk kepada Kristus dan persekutuan dengan Kristus), dan bagaimana menikmatinya sebagai pembelajaran untuk menikmati Tuhan sampai selama-lamanya.
Makan bukan hanya menikmati berkat itu, tapi lebih tinggi lagi menikmati Sumber Berkatnya. Caranya, waktu makan jangan hanya berhenti dalam kenikmatan bagi kita, tapi berpikir ttg sumber kenikmatan yg pasti lebih nikmat. Mengutip bait ketiga dari lagunya Rhea F. Miller (1922), I'd Rather Have Jesus:
He's fairer than lilies of rarest bloom;
He's sweeter than honey from out the comb;
He's all than my hungering spirit needs.
I'd rather have Jesus and let Him lead


Maka, sebelum makan, Doa jangan hanya formalitas dan basa-basi. Bersyukur! Minta anugerah Tuhan agar kita bisa menikmati dan bersekutu dengan Dia. Pikirkanlah Sang Sumber Berkat pada saat menikmati berkatNya. Dan nikmati dalam ucapan syukur, sadar bahwa makan adalah kesempatan kita belajar bergantung, bersandar, bersekutu dan menikmati Tuhan.