Ayat Hari Ini:

Showing posts with label 1 Petrus. Show all posts
Showing posts with label 1 Petrus. Show all posts

Tuesday, February 16, 2010

Nuh (5): Kristus dan Nuh

Ketika mempelajari tokoh-tokoh Perjanjian Lama, sebagian besar orang yang mempelajari hanya terkagum-kagum dengan tokoh-tokoh yang dianggap luar biasa. Padahal mereka hanyalah manusia biasa, sekalipun mereka adalah nabi-nabi dengan berbagai macam karunia yang luar biasa dari Tuhan.
Tokoh-tokoh dalam Perjanjian Lama ini sebenarnya sedang menyatakan dan menggambarkan tentang Yesus Kristus. Bagaimana dengan Nuh? Bisakah kita melihat Yesus Kristus dan karya-Nya melalui Nuh?

Air Bah dan Baptisan

20 yaitu kepada roh-roh mereka yang dahulu pada waktu Nuh tidak taat kepada Allah, ketika Allah tetap menanti dengan sabar waktu Nuh sedang mempersiapkan bahteranya, di mana hanya sedikit, yaitu delapan orang, yang diselamatkan oleh air bah itu. 21 Juga kamu sekarang diselamatkan oleh kiasannya, yaitu baptisan maksudnya bukan untuk membersihkan kenajisan jasmani, melainkan untuk memohonkan hati nurani yang baik kepada Allah oleh kebangkitan Yesus Kristus,
1 Petrus 3:20-21

Rasul Petrus ketika membicarakan tentang Yesus Kristus yang menderita, mati dan bangkit, menghubungkannya dengan peristiwa air bah di zaman Nuh, sekaligus berbicara tentang baptisan dan keselamatan. Apa hubungannya?
1. Nuh dan keluarganya selamat dari kematian melalui air bah; sementara orang percaya diselamatkan melalui kematian dan kebangkitan Kristus, yang kiasannya adalah baptisan. Sama-sama masuk dalam air, tetapi tidak mati; justru mendapatkan kehidupan. Bedanya, Nuh dan keluarganya hanya mendapatkan keselamatan sementara; sementara orang percaya di dalam Kristus mendapatkan keselamatan kekal.
2. Air bah memberikan hidup baru kepada Nuh dan keluarganya. Orang-orang yang berdosa mati dalam keberdosaannya. Sementara di dalam Kristus, mendapatkan hidup yang baru dan bebas dari dosa, sekalipun bumi dan orang-orang yang berada di bumi tetap berdosa.

Ketaatan Satu Orang
9 Inilah riwayat Nuh: Nuh adalah seorang yang benar dan tidak bercela di antara orang-orang sezamannya; dan Nuh itu hidup bergaul dengan Allah.
Kejadan 6:9

19 Jadi sama seperti oleh ketidaktaatan satu orang semua orang telah menjadi orang berdosa, demikian pula oleh ketaatan satu orang semua orang menjadi orang benar.
Roma 5:19

Nuh juga memiliki kesamaan dengan Yesus Kristus dalam hal ketaatan. Ketaatan Nuh di dalam kasih karunia Allah membuat keluarganya ikut diselamatkan dan tidak mati bersama-sama orang2 berdosa lainnya dalam air bah. Hanya Nuh yang disebutkan sebagai orang benar, isteri dan anak-anaknya tidak disebutkan seperti Nuh. Karena Nuh, keluarganya ikut mendapatkan kasih karunia dari Allah.

Ketaatan Nuh melambangkan ketaatan Kristus. Karena ketaatan Yesus Kristus, semua umat-Nya diselamatkan dari kematian kekal dan menjadi orang benar (Roma 5:19). Tidak ada manusia yang bisa taat kepada Allah, itu sebabnya kita dibenarkan bukan karena kita taat, tetapi karena Kristus yang taat.

Perbedaan antara ketaatan Nuh dan ketaatan Kristus:
1. Ketaatan Nuh hanya membawa kepada keselamatan yang sementara di bumi ini. Tapi, ketaatan Yesus Kristus membawa kepada hidup yang kekal.
2. Ketaaatan Nuh tidak membuat keluarganya menjadi orang benar, karena anak Nuh berdosa. Ketaatan Kristus membuat umat-Nya menjadi orang benar.

Memuji Kristus melalui Nuh
Dari kehidupan Nuh kita bisa melihat bahwa tidak ada manusia yang sempurna. Nuh hanyalah seorang manusia yang dapat anugerah Allah dengan kehidupan yang luar biasa. Memang banyak hal yang bisa dipelajari dari Nuh, tapi kita juga harus bisa melihat keterbatasan dan keberdosaan Nuh.

Hanya Yesus Kristus yang sempurna dalam segala hal dan juga tidak berdosa. Yang tidak bisa sempurna pada Nuh, disempurnakan dalam Yesus Kristus. Yang terbatas dan sementara, di dalam Kristus menjadi tidak terbatas dan kekal.
Maka, mari kita memuji Yesus Kristus ketika melihat anugerah Tuhan dalam kehidupan Nuh.

Wednesday, May 14, 2008

Apakah Aku Umat Pilihan Allah?

Ada orang-orang Kristen yang sudah merasa dirinya adalah bagian umat pilihan Allah tanpa mempertanyakannya, karena merasa dirinya sudah cukup baik dan tidak jahat. Artinya ia mendasarkan diri berdasarkan perbuatannya. Cukupkah perbuatannya untuk menjadikannya umat pilihan??
Ada lagi sebagian orang Kristen yang terus mempertanyakan apakah ia adalah umat pilihan Allah.
Bagaimana bisa tahu kalau kita adalah umat pilihan? Dari mana kepastian itu?

yaitu orang-orang yang dipilih, sesuai dengan rencana Allah, Bapa kita, dan yang dikuduskan oleh Roh, supaya taat kepada Yesus Kristus dan menerima percikan darah-Nya.
1 Petrus 1:2


Dipilih Bapa
Pemilihan oleh Allah Bapa dilakukan sebelum dunia dijadikan (bnd. Ef 1:4,5). Bapa sudah memilih umat-Nya di dalam Tuhan Yesus untuk menjadi kudus dan tak bercacat dihadapan-Nya. Bapa juga sudah memilih sesuai dengan kerelaan kehendak-Nya orang-orang ini untuk menjadi anak-anak-Nya. Pilihan Bapa bukan berdasarkan perbuatan manusia, karena semua manusia bercacat, berdosa dan tidak ada yang layak dipilih. Justru dipilih supaya kudus dan tidak bercacat.

Karena pemilihan ini dilakukan sebelum dunia dijadikan, maka tidak ada yang bisa tahu tentang pemilihan ini. Tetapi Tuhan Yesus tentu saja mengetahuinya, karena semuanya dipilih dalam Yesus Kristus. Maka penegasan siapakah orang-orang pilihan ini terlihat selanjutnya pada penebusan Yesus Kristus.

Ditebus oleh Yesus Kristus
Orang-orang yang dipilih oleh Bapa didalam Tuhan Yesus juga adalah orang-orang yang ditebus dosa-dosanya oleh Yesus Kristus di atas kayu salib. Tuhan Yesus mati dan bangkit untuk umat pilihan. Ia datang bagi umat-Nya (bnd. Mat 1:21).

Pertanyaannya, bagaimana bisa tahu orang-orang yang ditebus oleh Tuhan Yesus di atas kayu salib? Bukankah Tuhan Yesus tidak membuat daftar dan memberitahukan kepada murid-murid-Nya siapa saja orang-orang pilihan yang ditebus-Nya?! Apalagi kejadian ini terjadi hampir 2000 tahun yang lalu.
Maka untuk membuat lebih jelas siapakah orang-orang pilihan yang sudah ditebus dosa-dosanya oleh Tuhan Yesus, kita butuh melihat pekerjaan dari oknum ketiga Allah Tritunggal, yaitu Roh Kudus.

Dikuduskan oleh Roh Kudus
Roh Kudus menguduskan dan melahirkan kembali umat pilihan yang sudah ditebus oleh Tuhan Yesus melalui pemberitaan firman. Akibatnya orang-orang pilihan ini diselamatkan, percaya dan taat kepada Tuhan Yesus; bahkan dimeteraikan dengan Roh Kudus (bnd. Ef 1:13).

Sampai di sini, kita bisa melihat dengan lebih jelas. Karena orang-orang yang dipilih dan ditebus, sekarang sudah dilahirkan kembali dan percaya kepada Yesus Kristus. Artinya, kita bisa lebih mengerti dengan mengevaluasi diri. Apakah kita sudah dilahirkan kembali? Apakah Roh Kudus sudah memeteraikan kita?

Ada yang ingin menunjukkan bahwa sudah dimeteraikan Roh Kudus ditunjukkan dengan karunia2 Roh Kudus. Tapi masalahnya karunia bisa ditipu. Hal itu dikatakan oleh Tuhan Yesus sendiri di dalam Mat 7:21-23; orang-orang yang berseru dan pakai nama Tuhan Yesus untuk bernubuat, mengusir setan dan mengadakan banyak mujizat demi nama Tuhan Yesus; ternyata tidak dikenal dan dianggap pembuat kejahatan oleh Tuhan Yesus.

Tanda sejati dari orang yang sudah dimeteraikan oleh Roh Kudus adalah Buah Roh. Memang secara permukaan bisa disamarkan oleh orang-orang tidak percaya. Tapi Buah Roh yang sejati hanya dimiliki oleh orang-orang percaya. Orang percaya memiliki semua segi dari buah Roh: kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri (Gal 5:22-23).
Tapi bukan berarti dengan melihat seseorang sudah mempunyai kasih, sukcita, dll, maka disimpulkan sebagai orang pilihan. Karena jangan-jangan itu buah tipuan. Jadi bagaimana mendapatkan kepastian itu?

Kepastian
Mengapa tidak bisa mengandalkan perbuatan kita untuk kepastiaannya? Karena pilihan dan keselamatan bukan berdasarkan perbuatan, tapi berdasarkan anugerah. Selain itu kalau berdasarkan perbuatan, maka tidak akan pernah ada yang dipilih. Semuanya berdosa dan berbuat jahat di mata Allah. Tidak ada yang baik.

Rasul Petrus menegaskan di dalam 1 Pet 1:2, bahwa orang yang dipilih dan sudah dikuduskan akan percaya dan taat kepada Yesus Kristus. Percaya dan taat akan ditunjukkan seumur hidup kita, karena Roh Kudus yang akan menjaga dan memelihara keselamatan itu.
Orang-orang pilihan akan menyadari pilihan, penebusan, pengudusan, pemeliharaan dan panggilan di dalam hidupnya. Hidup yang bukan lagi mengikuti kehendak dirinya sendiri, ataupun ditipu oleh dunia. Tapi hidup dengan iman dan ketaatan kepada Tuhan Yesus. Hidup yang ingin menggenapi rencana-rencana-Nya bagi kemuliaan-Nya.
Apakah Anda orang seperti itu? Yakinkah Anda bahwa sudah dipilih oleh Bapa dalam Yesus Kristus, sudah ditebus semua dosanya oleh Yesus Kristus, dan sudah dilahirkan kembali dan dikuduskan oleh Roh Kudus yang memeterai dan menjadi jaminan bagi keselamatan; yang membuat Anda percaya dan taat kepada Yesus Kristus dalam segala keadaan dan ingin hidup bagi-Nya dan memuliakan-Nya? Andalah umat pilihan Allah..

Tuesday, May 6, 2008

Belajar Menggembala

Sudah 14 tahun dapat kesempatan untuk berkhotbah dan pernah menjadi gembala di salah satu gereja, tapi soal menggembalakan, masih perlu banyak belajar.
Dari tanggal 31 April sampai 4 Mei, dapat kesempatan melayani di salah satu gereja Medan. Tahun ini, yang kedua kali ke gereja di Medan. Ada yang tidak saya sukai kalau ke gereja itu, gembala sidangnya suka mengajak kunjungan ke beberapa jemaat yang bermasalah atau sakit berat. Kenapa saya tidak menyukai? Ada dua alasan. Yang pertama, saya tidak terlalu suka dengan berbagai kunjungan yang tidak biasa dilakukan dan seringkali menyita waktu untuk persiapan kotbah. Yang kedua, kalau di Medan semuanya bicara bahasa Hokkian, dan sering tidak diterjemahkan, membuat saya cuma bisa menebak-nebak apa sebenarnya yang terjadi.
Selain kotbah beberapa kali, kali ini harus ikut menghadapi konseling suami-isteri yang mau cerai, mengunjungi orang yg lumpuh dan tidak bisa bicara lagi, dan mengunjungi seorang ibu yang sakit kanker. Jadi dapat kesempatan untuk belajar menggembalakan dan memikirkan kembali tentang penggembalaan.

Gembalakanlah kawanan domba Allah yang ada padamu, jangan dengan paksa, tetapi dengan sukarela sesuai dengan kehendak Allah, dan jangan karena mau mencari keuntungan, tetapi dengan pengabdian diri.
1 Pet 5:2

Gembalakanlah kawanan domba Allah yang ada padamu
Pemimpin-pemimpin gereja harus memikirkan kembali kalimat dari Rasul Petrus untuk menggembalakan kawanan domba Allah. Karena kebanyakan hanya berfokus untuk mendapatkan orang baru sehingga jumlah jemaat bertambah banyak. Bahkan ibadah dibuat sedemikian rupa demi untuk orang-orang baru merasa nyaman. Ketika penekanan kepada orang-orang baru, biasanya penggembalaan orang-orang lama yang lain diabaikan. Padahal penggembalaan adalah proses seumur hidup. Bahkan para gembalapun masih perlu digembalakan!
Menggembalakan bisa berarti memberi makan, membuat bertumbuh, melindungi dari musuh dan bahkan berkorban demi kawanan domba. Memberi makan adalah dengan memberikan firman. Banyak yang menafsirkannya hanya dengan berkotbah dan pemahaman Alkitab maka sudah melaksanakan tugas dari seorang gembala. Padahal memberikan firman juga melibatkan pengawasan, dorongan dan contoh bagaimana bergumul dengan firman dan menghidupi firman itu. Tidak segampang dan sesederhana hanya dengan berkotbah dan memimpin Pemahaman Alkitab. Karena domba biasanya sangat bodoh dan gampang tersesat. Perlu bimbingan dan teladan untuk menikmati padang rumput yang hijau dan air yang tenang. Begitu pula di dalam kesulitan, perlu gembala untuk menghiburnya. Apalagi ketika berhadapan dengan musuh. Kehadiran sang gembala akan memberi kekuatan dan penghiburan.
Memang kita sudah memiliki sang Gembala Agung, yaitu Tuhan Yesus Kristus yang akan terus menyertai dan tidak akan pernah meninggalkan umat-Nya. Tapi, juga sang Gembala Agung menunjuk gembala2 di dunia untuk memimpin kawanan domba-Nya.
Para gembala harus memandang kepada sang Gembala Agung dan mendapatkan anugerah-Nya untuk melaksanakan tugas yang sangat berat sebagai gembala.

Kerelaan vs Keharusan
Tuhan Yesus bertanya kepada Petrus, "Apakah engkau mengasihi-Ku?" sebelum meminta Petrus menggembalakan umat-Nya. Tanpa kasih kepada Kristus, tidak akan ada kerelaan. Menjadi gembala yang baik sangat berat dan sulit. Kalau hanya melihatnya sebagai keharusan, maka suatu saat pasti hanya akan menjadi beban yang berat.
Pengalaman sebagai gembala karena keharusan betul-betul tidak pernah akan saya lupakan. Padahal menjadi gembala adalah anugerah Allah yang seharusnya sangat disyukuri dan bisa melihat Kristus sebagai Gembala Agung membimbing umat-Nya melalui diri saya.
Tapi bukan berarti setiap orang yang mau dan rela bisa mengerjakannya. Karena kerelaan ini adalah kerelaan yang sesuai dengan kehendak Allah. Jadi, bergantung kepada kehendak Allah. Jikalau kita mengasihi Allah, maka kita dengan rela ingin menggenapi kehendak-Nya.

Melayani vs Mencari Keuntungan
Zaman sekarang ini tidak ada yang mau rugi. Bahkan yang mau terlibat dalam pelayananpun banyak yang mencari keuntungan. Hal ini bisa terlihat pada apa yang dilakukan oleh seorang gembala. Apakah ia ingin terus memberikan firman, perhatian dan dirinya kepada jemaat dengan sukacita tanpa mengharapkan sesuatu, ataukah ia terlihat hanya bergembira ketika mendapatkan sesuatu dari jemaatnya.
Ada gembala-gembala yang ketika melakukan pelayanannya terlihat seperti orang-orang yang sudah melakukan pekerjaan yang terlalu besar, terlalu berat dan menderita, bahkan sampai tidak ada sukacita sama sekali. Tapi hidupnya terlihat berbeda ketika mendapatkan sesuatu yang menurutnya adalah balasan yang setimpal. Bukankah bisa melayani itu sudah menjadi anugerah yang luar biasa dari Tuhan??? Bisa terus memberi tiada habis-habisnya menunjukkan hidup kita adalah hidup yang berlimpah. Sebaliknya, keinginan untuk terus mendapatkan dan diberi, menunjukkan hidup yang tidak berisi dan selalu kekurangan.

Di zaman sekarang ini, masih adakah gembala-gembala yang betu-betul memberi makan, memperhatikan pertumbuhan, menjaga dan mau berkorban bagi umat gembalaannya? Masih adakah gembala-gembala yang bukan melihat tugasnya sebagai keharusan, tapi sebagai kerelaan untuk menggenapi kehendak Allah karena kasih kepada Kristus? Kalau masih ada, tentunya bisa melayanipun sudah dianggap sebagai anugerah dan bahkan kesempatan yang begitu berharga dari sang Gembala Agung, yang sesungguhnya sedang menggembalakan umat-Nya.

Wednesday, November 14, 2007

Congkak dan Sombong

"Bukan yang congkak, bukan yang sombong,
yang disayangi, handai dan taulan..."

Kalimat di atas ini adalah sepotong lagu di masa kecil yang masih terus terngiang-ngiang. Kenyataannya, dosa membuat kecongkakkan dan kesombongan masih terus mengganggu di dalam hati ini. Semua orang pada dasarnya sombong. Bahkan orang yang kelihatan rendah hatipun sering menyombongkan kerendahan hatinya, meskipun itu dilakukan di dalam hatinya.

Mata yang congkak dan hati yang sombong, yang menjadi pelita orang fasik, adalah dosa.
Amsal 21:4

Demikian jugalah kamu, hai orang-orang muda, tunduklah kepada orang-orang yang tua. Dan kamu semua, rendahkanlah dirimu seorang terhadap yang lain, sebab: "Allah menentang orang yang congkak, tetapi mengasihani orang yang rendah hati."
1 Petrus 5:5

Dalam Amsal 21:4, kecongkakkan dan kesomobongan ditunjukkan melalui mata dan hati. Mata seseorang ternyata bisa menunjukkan betapa berdosanya orang itu. Dari cara memandang, entah memandang terlalu tinggi kepada orang-orang tertentu, ataupun merendahkan orang-orang tertentu. Mata kita berbicara, betapa sombong dan congkaknya diri kita. Mata kita mewakili hati kita yang sombong. Itu sebabnya sangat gampang untuk mengenali orang sombong. Seseorang tidak perlu berbicara untuk memperlihatkan kesombongannya. Cara melihat kepada seseorang bisa menunjukkannya. Mata seseorang kadang-kadang bisa kelihatan menipu, tapi kalau diperhatikan lebih jelas dan teliti, maka hati seseorang bisa terlihat, karena mata adalah jendela hati. Itu sebabnya penulis Amsal mengaitkan antara mata dan hati yang sombong.

Yang lebih menarik, waktu penulis Amsal mengaitkan mata yang congkak dengan dosa. Bagi zaman ini, kesomobongan sudah dianggap lumrah. Memang ada yang kurang enak kalau melihat orang yang terlalu sombong. Tapi, kalau kesombongan yang wajar (emang ada?), yang tidak terlalu berlebihan akan kita anggap wajar-wajar saja. Apalagi kalau orang yang menunjukkan kesombongannya dan menunjukkan betapa hebatnya dirinya adalah orang yang memang memiliki kemampuan yang luar biasa. Bagi kita, mungkin tidak apa-apa kalau orang itu kemudian menceritakan kehebatan dan kemampuannya, dan bahkan mempertontonkan semuanya yang akan membuat kita kagum.
Haruskah seseorang yang mempunyai banyak kelebihan dan kemampuan menunjukkan semua kemampuan dan kelebihannya? Motivasinya apa? Untuk menunjukkan betapa hebatnya dirinya? Ataukah ingin menunjukkan anugerah Tuhan yang harus dipakai memuliakanNya (yang ini jarang ada orang melakukannya)?

Ada perbedaan yang besar yang bisa dilihat dari cerita seseorang tentang kemampuan2 di dalam dirinya. Yang berpusat pada diri, akan menunjukkan semuanya dengan kebanggaan dan banyak menggunakan kata 'saya', bahkan penekanannya kepada usaha dan perjuangannya sendiri. Akibatnya, menjadi kurang menghargai orang-orang yang memiliki kemampuan yang hanya sedikit dan bahkan bisa menghina orang-orang seperti itu.
Sedangkan yang berpusat kepada Tuhan, tidak merasa terlalu perlu untuk menunjukkan kemampuan-kemampuannya yang hebat, kecuali pada saat dibutuhkan. Pada saat menunjukkannya, maka orang itu akan menunjukkan bahwa semuanya berasal dari Tuhan dan dikembalikan untuk kemuliaan Tuhan. Ia tidak akan kurang menghargai orang-orang yang kemampuannya kurang, apalagi menghinanya. Ia juga tidak akan iri dengan orang-orang yang melebihi dirinya. Bahkan, kemampuan dan kelebihannya akan dipakai untuk menolong orang yang kurang dan orang-orang yang mempunyai kemampuan yang lebih darinya tapi belum menyadari potensi kemampuan dan kelebihannya itu. Hal ini seringkali hanya menjadi mimpi di dunia yang berdosa ini. Karena semua manusia congkak dan sombong.

Penulis-penulis Alkitab bukan hanya mengatakan bahwa kecongkakkan adalah dosa, ternyata Allah sendiri menentang orang-orang congkak. Orang yang congkak dan sombong harus berhadapan dengan Allah. Mengapa? Kenapa dosa yang satu ini menjadi begitu serius? Sebagian besar orang mencoba menghubungkan dengan awal dari dosa yang disebabkan oleh Iblis. Kalau kita memperhatikan pelayanan Tuhan Yesus, maka Ia menerima dan melayani pemungut cukai, orang-orang berdosa dan bahkan para pezinah. Tetapi, ketika berhadapan dengan imam-imam, ahli Taurat dan orang Farisi yang sombong dan congkak, maka perkataan Tuhan Yesus, "Iblislah yang menjadi bapamu dan kamu ingin melakukan keinginan-keinginan bapamu" (Yoh 8:44).
Begitu juga dengan kesombongan Hawa yang tidak mengikuti perintah Allah dan memakan buah yang dilarang, karena ingin menjadi seperti Allah. Kesombongan yang membuat dosa hadir dan juga masuk ke dunia ini.

Selain itu, kesombongan ada kemiripan dengan penyembahan berhala. Kesombongan manusia menyebabkan manusia menyembah dirinya dan segala kemampuannya, yang sebenarnya adalah anugerah Allah. Pemberian Allah yang seharusnya dipakai untuk memuliakan dan menikmatiNya, ternyata diklaim sebagai milik pribadi, pencarian pribadi, usaha pribadi dan perjuangan pribadi, untuk menyembah diri sendiri dan mencari pujian dan penyembahan dari orang-orang disekelilingnya. Sama persis dengan penyembahan berhala.

Mengapa kita menjadi sombong? Jika yang kita miliki semuanya adalah anugerah Allah, apa yang bisa kita sombongkan? Waktu kita lahir, kita miskin dan belum bisa melihat semua yang sudah Tuhan anugerahkan dan siapkan bagi kita. Waktu kita mati, kita akan kehilangan semua yang sudah kita miliki dan menjadi miskin kembali. Lahir dalam keadaan telanjang, bodoh, miskin dan tidak bisa apa-apa. Matipun membuat kita miskin dan tidak bisa melakukan apa-apa lagi di dunia. Adakah yang bisa dibanggakan manusia selama hidup di dunia? Ada! Tuhan satu-satunya yang harus dibanggakan, dipuji dan dimuliakan. Karena Ia adalah sumber segala sesuatu.
Orang ini memegahkan kereta dan orang itu memegahkan kuda, tetapi kita bermegah dalam nama TUHAN, Allah kita.
Mazmur 20:8

Sebab segala sesuatu adalah dari Dia, dan oleh Dia, dan kepada Dia: Bagi Dialah kemuliaan sampai selama-lamanya!
Rom 11:36

Monday, December 25, 2006

My SAVIOR and my LORD

Be THOU my Vision, O LORD of my heart
Naught be all else to me save that THOU art
THOU my best thought, by day or by night
Waking or sleeping, THY presence my light

Be THOU my Wisdom, and THOU my true Word
I ever with THEE and THOU with me LORD
THOU my GREAT FATHER, I THY true son
THOU in me dwelling, and I with THEE one


ALLAH Tritunggal adalah penyelamatku (yaitu orang-orang yang dipilih, sesuai dengan rencana Allah, Bapa kita, dan yang dikuduskan oleh Roh, supaya taat kepada Yesus Kristus dan menerima percikan darah-Nya. 1 Pet 1:2)
He is one and only GOD for me. Allah Bapa yang memilih sebelum dunia dijadikan di dalam Allah Anak (Sebab di dalam Dia Allah telah memilih kita sebelum dunia dijadikan, supaya kita kudus dan tak bercacat di hadapan-Nya Efesus 1:4).
Allah Anak, yaitu Tuhan Yesus Kristus yang datang ke dunia, Firman menjadi manusia (Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah. Firman itu telah menjadi manusia, dan diam di antara kita, dan kita telah melihat kemuliaan-Nya, yaitu kemuliaan yang diberikan kepada-Nya sebagai Anak Tunggal Bapa, penuh kasih karunia dan kebenaran. Yoh 1:1,14) untuk mewakili saya, menderita, menanggung dosa2 saya dengan mati di kayu salib dan bangkit hari ketiga untuk menebus dosa2 saya.
Kemudian, saya bisa menjadi percaya kepada Kristus karena ada pekerjaan Roh Kudus yang melahirbarukan melalui Firman (Di dalam Dia kamu juga karena kamu telah mendengar firman kebenaran, yaitu Injil keselamatanmu di dalam Dia kamu juga, ketika kamu percaya, dimeteraikan dengan Roh Kudus, yang dijanjikan-Nya itu. Efesus 1:13). Allah Roh Kudus yang menerapkan karya penebusan Yesus Kristus di hati saya. Naught be all else to me save that THOU art...
Itulah sebabnya hanya ALLAH Tritunggal yang menjadi Visi Hidupku. Memuliakan ALLAH dan menikmatiNYA sampai selama-lamanya..
Karena saya sudah diadopsi menjadi anak2 ALLAH, maka menjadi suatu kebahagiaan dan kenikmatan kalau bisa bersekutu dengan ALLAH. Salah satunya dengan membaca dan merenungkan Firman (Maz 1:2). Merenungkan Firman membuat saya makin mengenal Tuhan dan Juruselamatku. Sekaligus juga makin mengenal siapa diriku dihadapan Tuhan.