Ayat Hari Ini:

Showing posts with label Allah Tritunggal. Show all posts
Showing posts with label Allah Tritunggal. Show all posts

Wednesday, April 9, 2008

YESUS = BAPA???

Sepanjang subuh ini browsing dan membaca beberapa blog Kristen yang ada di CIBfest 2008 (Christian Indonesian Bloggger Festival 2008). Beberapa dari blog yang ada sangat menarik, tapi ketika berbicara tentang Tuhan Yesus, ada yang mengatakan My DAD JC, Jesus adalah Heavenly Father, dan beberapa lagi yang pada intinya melihat Yesus Kristus dan Bapa adalah satu pribadi. Betulkah YESUS = BAPA? Bukankah pertanyaan ini sudah dijawab melalui konsili2 dan pengakuan iman? Kenapa masih banyak orang Kristen yang tidak mengerti?

Kasih karunia dan damai sejahtera dari Allah, Bapa kita dan dari Tuhan Yesus Kristus menyertai kamu.
Efesus 1:2


Rasul Paulus dalam setiap pembukaan suratnya, biasanya mempergunakan Allah Bapa dan Tuhan Yesus Kristus. Kalau diperhatikan, maka Paulus sengaja melakukan hal itu untuk membedakan Pribadi Pertama dan Pribadi Kedua dari Allah Tritunggal. Setiap kali menyebut Allah, Paulus juga langsung menyebutkan Bapa. Begitu juga ketika menyebut Tuhan yang dimaksudkannya adalah Yesus Kristus. Kecuali dalam Titus 2:13, dimana Tuhan Yesus disebutkan sebagai Allah yang Mahabesar. Tapi, bukan karena Yesus adalah Allah maka Yesus adalah Bapa.

Bukankah beberapa kali Tuhan Yesus mengatakan bahwa Aku dan Bapa adalah satu? Misalnya dalam Yoh 10:30. Pertanyaannya, satu itu satu pribadi atau satu keberadaan? Di sini seringkali yang menjadi kesalahan dalam mengerti Allah Tritunggal. Karena di dunia ini tidak ada contoh dalam satu keberadaan ada lebih dari satu pribadi. Maksudnya satu dalam Yoh 10:30, adalah satu keberadaan sebagai Allah, dan bukanlah satu pribadi. Tuhan Yesus adalah pribadi yang berbeda dengan pribadi Allah Bapa di dalam satu kesatuan keberadaan Allah.

Jikalau Tuhan Yesus adalah Bapa, kenapa Ia mengajarkan doa kepada Bapa kami di Sorga. Dan berkali-kali Ia mengatakan BapaKu, yang artinya ada pribadi lain yang berbeda dengan diriNya, tapi satu keberadaan dengan diriNya?

Jadi jikalau Tuhan Yesus menyebut Allah Bapa sebagai Bapa, dan orang-orang memanggil Tuhan Yesus sebagai Bapa, maka Allah Bapa menjadi Kakek kami yang di Sorga.
Ada yang ingin mempertahankan menyebut Yesus sebagai Bapa dengan mengutip Yesaya 9:5, yang merupakan nubuat tentang Yesus Kristus. Di situ disebutkan "Bapa yang Kekal" Penafsiran dari kata Bapa perlu berhati-hati, karena kata ab/av yang diterjemahkan Bapa, bisa mempunyai banyak arti dan nuansa. Saya mencoba menafsirkan kata ab ini dalam pengertian sebagai sumber, pemimpin dan pelindung yang kekal bagi umatNya dan bukan dalam pengertian bahwa kita menjadi anak2 Yesus Kristus.

Dalam Alkitab tidak pernah mengatakan bahwa orang-orang percaya adalah anak-anak Yesus Kristus dan memanggil Yesus Kristus sebagai Bapa. Kita diangkat menjadi anak-anak Allah, dan bisa menyebut Allah (bukan Yesus Kristus) sebagai Bapa. Oknum pertama dari Allah Tritunggal yang disebut Bapa inilah yang disebut oleh Tuhan Yesus juga sebagai Bapa.

Semoga uraian singkat ini bisa meluruskan kesalahan yang telah berasal dari abad2 permulaan karena ketidakmengertian tentang Allah Tritunggal.

Sebagai penutup, kutipan dari Pengakuan Iman Rasuli:
1. Aku percaya kepada Allah Bapa yang Mahakuasa, khalik langit dan
bumi.

2. Dan kepada Yesus Kristus AnakNya Yang Tunggal, Tuhan Kita.

Wednesday, July 4, 2007

Allah adalah Pribadi yang paling Menikmati

Dikutip dari buku Mari Menikmati!

Dalam hidup ini manusia biasanya hanya ingin melihat segala hal yang baik terjadi dalam hidupnya.Manusia biasanya menganggap dirinya tidak layak mengalami segala kesulitan, masalah, penyakit, bahaya, bencana alam dan segala hal yang negatif. Manusia menganggap dirinya bisa mendapatkan segala yang baik dalam hidupnya. Manusia jarang memikirkan bagaimana keinginan dan perasaan Allah dalam segala hal yang terjadi dalam hidup ini. Apakah Allah menikmati di dalam segala hal yang terjadi? Apakah Allah tidak berhak melakukan segala sesuatu sesuai dengan keinginanNya dan kenikmatanNya? Bukankah Ia yang merencanakan, mencipta, memelihara dan menyempurnakan semuanya untuk diriNya sendiri?!

Berbagai pandangan terhadap Allah bisa kita lihat di dalam berbagai macam agama dan kepercayaan. Allah bisa digambarkan dengan berbagai macam karakter yang menonjolkan kepada satu sisi. Kalau bukan Allah yang pengasih dan pemurah, maka Allah adalah Allah yang kejam, pemarah, gampang tersinggung, sering menyatakan murkaNya dan akan tenang kalau manusia memberikan persembahan atau korban. Hampir tidak ada yang menggambarkan Allah sebagai Allah yang menikmati, kecuali di dalam karakter dewa-dewi Yunani yang dianggap bersenang-senang dengan kenikmatan (sementara).

Kalau menyelidiki Alkitab, kita akan menemukan bahwa dalam beberapa bagian menggambarkan bahwa Allah adalah Allah yang menikmati.

Allah kita di sorga; Ia melakukan apa yang dinikmati-Nya.
Maz 115:3 ROT (Ronald Oroh Translation)

Jarang ada orang yang memperhatikan kenikmatan Allah, karena manusia biasanya hanya memperhatikan kenikmatan dirinya sendiri dan hanya mempergunakan Allah untuk kenikmatan sendiri. Seharusnya kita melihat terlebih dahulu tentang kenikmatan Allah, baru bertanya tentang kenikmatan kita sebagai ciptaan.

Jika Allah bukan pribadi yang paling menikmati, maka hidup ini akan betul-betul terasa hambar dan tanpa kenikmatan sama sekali. Hidup menjadi seperti robot yang tanpa perasaan dan tidak mengerti apa itu kepuasan. Semuanya biasa dan tidak berarti. Tetapi, justru karena Allah adalah pribadi yang paling menikmati, maka hidup ini menjadi hidup yang penuh kenikmatan. Allah menyatakan kemuliaanNya, menikmatiNya dan bahkan membuat dunia ini penuh dengan kelimpahan kenikmatan, karena Allah adalah pribadi yang paling menikmati.

Sebelum dunia diciptakan Allah begitu menikmati keberadaanNya. Karena Allah memiliki tiga pribadi yang berada di dalam satu kesatuan keberadaan. Kalau Allah hanya satu pribadi, maka tidak ada persekutuan dan tidak ada kenikmatan. Ia baru bisa menikmati kalau ada ciptaan. Tapi, kalau banyak pribadi dan banyak keberadaan Allah akan membuat peperangan, kekacauan dan kebencian. Karena Allah adalah Tritunggal maka Allah menikmati tanpa membutuhkan ciptaan, dan kenikmatanNya adalah kenikmatan sempurna di dalam satu kesatuan.

John Piper di dalam bukunya Desiring God, mengubah pertanyaan pertama dan jawaban dari Katekismus Singkat Westminster. Apa yang menjadi tujuan paling akhir dari Allah (seharusnya manusia)? Jawabannya, tujuan paling akhir dari Allah adalah memuliakan diriNya dan menikmati kemuliaanNya.
Allah merencanakan, mencipta, memelihara dan tidak pernah meninggalkan ciptaanNya, serta menyempurnakan ciptaanNya bagi kemuliaan dan kenikmatanNya. Hal ini yang sulit dimengerti dan jarang ada orang yang mau mengerti. Tanpa menciptakan segala sesuatu (termasuk manusia), kemuliaan Allah sempurna dan Allah menikmati semuanya. Penciptaan sampai Penyempurnaan tidak membuat kemuliaan dan kenikmatan Allah berubah atau bertambah. Artinya, kalau Allah tetap menciptakan dunia dan segala isinya, menebusnya setelah jatuh dalam dosa, kemudian menguduskan, memelihara dan menyempurnakannya sampai pada akhirnya, untuk menunjukkan kepada ciptaanNya (khususnya manusia), betapa besar kemuliaan Allah dan bagaimana Allah menikmati semuanya. Tentu saja untuk mengajar manusia belajar menikmatinya juga.

Jadi kenikmatan Allah tidak bergantung dan berdasarkan kepada ciptaanNya begitu juga dengan manusia. Kenikmatan Allah tidak bergantung kepada seberapa besar manusia berespon. Allah bebas memuliakan diriNya dan menikmati semua kemuliaanNya. Termasuk dalam berbagai-bagai bencana alam dan musibah, Allah-pun bisa memuliakan diriNya dan Ia menikmatiNya. Mungkin sebagian orang bertanya, “Mengapa Allah menikmati di tengah penderitaan manusia?” Allah bukan menikmati penderitaan manusia, tetapi Ia menikmati ketika rencana-rencanaNya dilaksanakan, meskipun terlihat di mata manusia yang tidak bisa melihat big picture-nya sebagai musibah. Sebenarnya Allah mengijinkan/membiarkan semua bencana itu terjadi karena bisa menggenapi dan melaksanakan rencanaNya sampai pada akhirnya.
Banyak orang yang hanya bisa mengeluh, marah dan kecewa kepada Allah di dalam segala penderitaan, kesulitan dan bencana. Tetapi ketika melihat dalam jangka waktu berikutnya hal-hal yang terjadi akan membuat orang-orang yang percaya kepada Allah akan bersykur kepadaNya atas semua bencana dan kesulitan yang pernah dialami dan dilaluinya. Manusia marah dan kecewa karena hanya memikirkan dirinya sendiri dan tidak bisa melihat segala sesuatu sampai pada akhirnya.
Padahal sebenarnya segala bencana dan permasalahan yang terjadi dalam hidup manusia masih terlalu sedikit dibandingkan dengan dosa-dosa yang sudah kita perbuat. Kalau dilihat sebagai penghukuman atas dosa-dosa kita, harusnya lebih banyak lagi musibah, bencana dan permasalahan yang harus dialami oleh manusia.

Ketika Allah menikmati semua yang dilakukan untuk kemuliaanNya, manusia tidak berhak untuk mengganggu dan memprotesnya. Karena semuanya adalah hak Allah untuk melakukan sebagai Pencipta. Sekalipun manusia menjadi korban, manusia tetap tidak berhak untuk memprotes Allah. Manusia biasanya tidak fair. Ketika manusia mengejar kenikmatan sementara dan tidak menghiraukan Allah dan bahkan melawan Allah, seringkali Allah membiarkannya dan tidak mengganggu, bahkan menyediakan segala kenikmatan yang dibutuhkan! Tetapi, mengapa kita memprotes kehendak Allah yang menikmati semua perbuatanNya sekalipun bertentangan dengan kehendak manusia?! Bukankah Allah berhak melakukan semuanya tanpa gangguan sedikitpun dari manusia yang merasa terganggu?!
Sebagian orang mengatakan, karena apa yang dilakukan Allah merugikan diri mereka. Bukankah yang kita lakukan sangat-sangat merugikan Allah dan sesama manusia? Kenapa kita bisa melakukan apa yang merugikan Allah dan sesama manusia, tetapi Allah tidak bisa melakukan apa yang dinikmatiNya, yang kelihatan sepertinya merugikan, tetapi sebenarnya untuk menggenapkan rencanaNya yang baik dan sempurna?

Meskipun kenikmatan Allah tidak bergantung sedikitpun kepada ciptaanNya, tetapi ketika ciptaanNya memuliakan dan menikmatiNya, maka Allah menikmatinya. Apakah hal ini akan menambah kemuliaan dan kenikmatan Allah? Jawabannya, tidak. Kalau begitu, untuk apa semuanya ini? Untuk manusia belajar tentang kemuliaan dan kenikmatan Allah serta bagaimana memuliakan dan menikmati Allah. Manusia mempunyai tanggung jawab sebagai ciptaan untuk semakin membesarkan Allah dan kemuliaanNya, melihat bagaimana Allah menikmati di dalam menyatakan kemuliaanNya dan manusia belajar menikmati seperti Allah menikmati dan tentu saja menikmati Allah yang merupakan sumber segala sesuatu. Tanggung jawab ini merupakan tanggung jawab yang besar yang seharusnya dipelajari manusia seumur hidupnya.

Friday, April 13, 2007

Pandangan Calvin tentang Allah Tritunggal

Allah Tritunggal selalu menjadi permasalahan dan kesulitan terbesar dari orang-orang percaya. Ada yang merasa mengerti, ternyata salah. Dan banyak orang akhirnya memilih untuk menerima apa adanya dan menyerah untuk mengerti lebih lanjut. Tulisan ini ingin membagikan sedikit ringkasan dari pemikiran John Calvin tentang Allah Tritunggal, yang ditulisnya di dalam Institutes of The Christian Religion Buku I, Bab XIII. Tidak semua artikelnya dibahas, hanya dipilih beberapa point yang sangat penting dan menarik.

2. THE THREE “PERSONS” IN GOD
Allah menyatakan diriNya dengan tanda khusus yang membedakan diriNya dengan ilah-ilah. Ia menyatakan diriNya Esa dengan pengertian bahwa Dia hendak direnungi dengan jelas sebagai tiga pribadi yang berbeda. Kalau tidak berpegang pada pendapat ini, maka Allah yang kita pikirkan adalah Allah yang hampa.
Para Rasul mengatakan bahwa Anak Allah adalah ‘the Father’s hypostasis’ Ibr 1:3). Kata ini tidak sama dengan essence. Karena, Esensi (hakekat) Allah tidak terbagi dan Ia mengandung semuanya dalam diriNya, tanpa pembagian tapi kesatuan yang sempurna. So, there are in God three hypostases.
Latin memakai kata ‘persona’ untuk kata yang sama, ada juga yang memakai kata subsistence, sedangkan Yunani pakai kata prosopa. Meskipun kata yang dipakai berbeda, tapi persoalannya sama.

Apakah boleh pakai istilah yang tidak terdapat dalam Alkitab?
3. Para bidat mencerca kata “pribadi” dan konsep yang didapat dari akal manusia. Tapi, jahat sekali untuk menolak kata-kata yang menjelaskan kesaksian yang ditegaskan Alkitab. Menurut para bidat, lebih baik pikiran dan kata-kata kita dalam batasan Alkitab. Sehingga, tidak menimbulkan pertengkaran dan kehilangan kasih. Kalau harus begitu, maka kita tidak boleh menafsirkan Alkitab dengan memakai kata-kata yang tidak terdapat dalam Alkitab. Tapi, kalau kata-kata yang dari luar Alkitab bisa memberikan penjelasan dari masalah dalam Alkitab yang membingungkan, maka tidak ada yang bisa melarang. Asal kata itu dipakai untuk melayani kebenaran Alkitab dengan setia dan digunakan tidak terlalu bebas dan hanya pada kesempatan yang baik.

5. Calvin menginginkan istilah Tritunggal tidak dipakai, asalkan semua orang percaya dengan teguh bahwa Bapa, Anak dan Roh Kudus, merupakan satu Allah; Bapa bukan Anak, Anak bukan Roh Kudus, Roh Kudus bukan Bapa, tetapi dibedakan oleh sifat-sifat khusus. Tetapi, tetap harus dipakai untuk melawan Arianism (menyangkal kesatuan Bapa, Anak, Roh Kudus) dan Sabellianism (Ketiga nama adalah sebutan yang berbeda dari satu Allah).

6. THE MEANING OF THE MOST IMPORTANT CONCEPTION
Pertama, pribadi adalah yang disebut Calvin, suatu ‘subsistence’ dalam esensi (hakekat) Allah. Meskipun berhubungan dengan lainnya, tapi berbeda karena mempunyai sifat yang tidak dapat menjadi kepunyaan yang lain. Co: Yoh 1:1. Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah.
Kedua, ketiga subsistence waktu berelasi satu dengan yang lain, dibedakan dengan kualitasnya yang khusus. Karakter dari tiga pribadi ini berbeda.
Ketiga, apa yang menjadi tanda yang membedakan dari salah satu subsistensi tidak dapat dialihkan kepada subsistensi yang lain.

16. ONENESS
Ef 4:5 satu Tuhan, satu iman, satu baptisan dan Mat 28:19, satu nama Allah (to. o;noma tunggal).

17. THREENESS
Perbedaan yang ada harus dipertimbangankan dengan hati-hati. Seperti perkataan Gregory Nazianzus, “Saya tidak bisa memikirkan yang Esa tanpa kemuliaan ketigaNya dengan cepat mengelilingi saya; sebaliknya saya tidak bisa membedakan ketiganya tanpa langsung dibawa kembali kepada yang Esa.”
Anak beda dengan Bapa (Yoh 1:1, 14; 8:16)
Anak beda dengan Roh Kudus dan Bapa (Yoh 14:16 penolong yang lain; 15:26; Mat 3:16-17)

18. Contoh dari Kehidupan.
Bapa sumber segala sesuatu, Anak sebagai hikmat yang mengatur, Roh Kudus yang membuat kegiatan itu berhasil.

19. Relasi ketigaNya
Augustine well and clearly expresses the cause of this diversity in another place, when he speaks as follows: “Christ with respect to himself is called God; with respect to then Father, Son. Again, the Father with respect to himself is called God; with respect to the Son, Father. In so far as he is called Father with respect to the Son, he is not the Son; in so far as he is called the Son with respect to the Father, he is not the Father; in so far as he is called both Father with respect to himself, and Son with respect to himself, he is the same God.” On the Trinity.

20. Kalau kita sebut satu Allah, maka yang dimaksudkan adalah tiga pribadi. Setiap kali nama Allah disebut, maka yang dimaksudkan adalah Bapa, Anak dan Roh Kudus. Tapi, kalau Anak disebut bersama dengan Bapa, maka kita berurusan dengan hubungan antara yang satu dengan yang lain.

Monday, December 25, 2006

My SAVIOR and my LORD

Be THOU my Vision, O LORD of my heart
Naught be all else to me save that THOU art
THOU my best thought, by day or by night
Waking or sleeping, THY presence my light

Be THOU my Wisdom, and THOU my true Word
I ever with THEE and THOU with me LORD
THOU my GREAT FATHER, I THY true son
THOU in me dwelling, and I with THEE one


ALLAH Tritunggal adalah penyelamatku (yaitu orang-orang yang dipilih, sesuai dengan rencana Allah, Bapa kita, dan yang dikuduskan oleh Roh, supaya taat kepada Yesus Kristus dan menerima percikan darah-Nya. 1 Pet 1:2)
He is one and only GOD for me. Allah Bapa yang memilih sebelum dunia dijadikan di dalam Allah Anak (Sebab di dalam Dia Allah telah memilih kita sebelum dunia dijadikan, supaya kita kudus dan tak bercacat di hadapan-Nya Efesus 1:4).
Allah Anak, yaitu Tuhan Yesus Kristus yang datang ke dunia, Firman menjadi manusia (Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah. Firman itu telah menjadi manusia, dan diam di antara kita, dan kita telah melihat kemuliaan-Nya, yaitu kemuliaan yang diberikan kepada-Nya sebagai Anak Tunggal Bapa, penuh kasih karunia dan kebenaran. Yoh 1:1,14) untuk mewakili saya, menderita, menanggung dosa2 saya dengan mati di kayu salib dan bangkit hari ketiga untuk menebus dosa2 saya.
Kemudian, saya bisa menjadi percaya kepada Kristus karena ada pekerjaan Roh Kudus yang melahirbarukan melalui Firman (Di dalam Dia kamu juga karena kamu telah mendengar firman kebenaran, yaitu Injil keselamatanmu di dalam Dia kamu juga, ketika kamu percaya, dimeteraikan dengan Roh Kudus, yang dijanjikan-Nya itu. Efesus 1:13). Allah Roh Kudus yang menerapkan karya penebusan Yesus Kristus di hati saya. Naught be all else to me save that THOU art...
Itulah sebabnya hanya ALLAH Tritunggal yang menjadi Visi Hidupku. Memuliakan ALLAH dan menikmatiNYA sampai selama-lamanya..
Karena saya sudah diadopsi menjadi anak2 ALLAH, maka menjadi suatu kebahagiaan dan kenikmatan kalau bisa bersekutu dengan ALLAH. Salah satunya dengan membaca dan merenungkan Firman (Maz 1:2). Merenungkan Firman membuat saya makin mengenal Tuhan dan Juruselamatku. Sekaligus juga makin mengenal siapa diriku dihadapan Tuhan.