Ayat Hari Ini:

Showing posts with label Buku. Show all posts
Showing posts with label Buku. Show all posts

Wednesday, August 8, 2007

What will Heaven really be like?

Tiga minggu yang lalu, pada malam terakhir di Manado, saya sempat jalan-jalan ke salah satu toko buku Kristen yang ada di dekat rumah. Meskipun hanya beberapa gedung di sebelah rumah, kalau tidak salah ingat, sepertinya hampir tidak pernah ke toko buku Kristen terbesar di Manado itu. Malam itu, pergi ke toko itu untuk melihat-lihat dan sekaligus mencari buku yang ringan yang bisa dibaca sambil nunggu boarding dan tentu saja di dalam pesawat yang akan ke Jakarta.

Salah satu topik yang dicari yang berbicara tentang sorga (dan neraka juga). Ketika melihat-lihat, saya menemukan satu buku terbitan Metanoia. Tadinya agak ragu, karena biasanya Metanoia hanya menerjemahkan buku-buku yang bertemakan teologi sukses. Tetapi, ketika melihat sekilas buku tentang surga ini, jadi kaget. Ini salah satu buku yang isinya sangat bagus. Buku ini ditulis oleh Richard Brooks, The Doors of Heaven: What Will Heaven Really be Like? Dalam bahasa Indonesia, judulnya, Pintu-pintu Sorga: Menemukan Gambaran tentang Sorga.
Richard Brooks adalah gembala dari York Evangelical Church di Inggris.

Seperti apakah sorga itu? Bagaimana kita bisa sampai ke sana? Apa yang akan kita lakukan di sana? Apakah fokus dari sorga itu? Bagaimana kita bisa mempersiapkan diri? Alternatif-alternatif apa yang kita miliki?
Nuansa Puritan terasa sangat kental di dalam buku ini, karena di dalam setiap Bab pasti ditemukan kutipan dari tulisan-tulisan para hamba Tuhan Puritan, maupun yang dipengaruhi oleh Puritan. Kita bisa membaca tulisannya Stephen Charnock, Thomas Brooks, Charles H. Spurgeon, John C. Ryle, Jonathan Edwards, Richard Baxter, Samuel Rutherford, John Bunyan, Thomas Boston, John Owen.

Brooks menulis buku ini dengan sistematis. Ia membuat eksposisi dari setiap bagian firman Tuhan yang berbicara tentang Sorga. Dimulai dari kitab Wahyu, bahkan sampai beberapa kitab PL. Setiap bagian firman yang dipilih untuk dibahas di dalam setiap bab, dieksegese dengan baik. Sesudah itu di setiap akhir dari satu topik/bab, Brooks memberikan tulisan singkat dari para hamba Tuhan Puritan yang berbicara tentang topik yang sama. Yang menarik, Brooks juga memberikan latar belakang singkat dari hamba-hamba Tuhan itu.

Buku ini sangat menarik karena bukan berbicara tentang mimpi-mimpi yang banyak dibicarakan dalam banyak buku-buku yang baru tentang surga, tetapi menjelaskan apa yang dibukakan Alkitab di dalam setiap seginya.
Saudara ingin mengerti tentang Surga dan Neraka menurut Alkitab? Belilah buku ini dan baca. Harganya hanya Rp. 39.500,- (saya tidak dapat komisi untuk mempromosikan buku ini!). Saudara pasti tidak akan menyesal, dan akan mempunyai gambaran yang lebih benar dari sudut firman Allah tentang sorga yang kita nantikan.

Di bawah ini topik-topik yang dibahas:
1. Allah yang Empunya Sorga + Stephen Charnock
2. Kemurnian Sorga + Thomas Brooks
3. Jalan Menuju Sorga + Charles H. Spurgeon
4. Sukacita Sorgawi + John C. Ryle
5. Penglihatan akan Sorga + Jonatahan Edwards
6. Peristirahatan Sorgawi + Richard Baxter
7. Janji-janji Sorgawi + Robert Murray M'Cheyne
8. Persiapan bagi Sorga + Thomas Charles
9. Perkawinan di Sorga + Samuel Rutherford
10. Undangan ke Sorga + John Bunyan
11. Pilihan lain selain Sorga + Thomas Boston
12. Fokus dari Sorga + John Owen

Dengan menggunakan tiap acuan seperti sebuah pintu, kita akan dapat melihat sekilas ruangan yang ada di balik pintu. Kita akan melihat seperti apakah sorga itu-dan juga menemukan tujuan lainnya...

Friday, April 27, 2007

Integrasi Iman dan Ilmu

Ditulis untuk Buku 40 tahun PO UI: Dahulu, Kini, dan Esok

I do not feel obliged to believe that the same God who has endowed us with sense, reason, and intellect has intended us to forgo their use.
- Galileo Galilei

Topik tentang hubungan Iman dan Ilmu sudah dibahas berkali-kali dan sudah terlalu banyak artikel dan buku tentang hal ini. Mengapa sampai harus dibahas berkali-kali? Sangat penting? Atau iman dan ilmu memang tidak pernah diintegrasikan sehingga harus dibahas terus-menerus?! Dalam tulisan ini, saya akan membahas bagaimana seharusnya kita melihat hubungan Iman dan Ilmu dari penciptaan sampai pada kekekalan.

Kej 1:27 Maka Allah menciptakan manusia itu menurut gambar-Nya, menurut gambar Allah diciptakan-Nya dia; laki-laki dan perempuan diciptakan-Nya mereka. 28 Allah memberkati mereka, lalu Allah berfirman kepada mereka: "Beranakcuculah dan bertambah banyak; penuhilah bumi dan taklukkanlah itu, berkuasalah atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas segala binatang yang merayap di bumi."

Kej 2:15 TUHAN Allah mengambil manusia itu dan menempatkannya dalam taman Eden untuk mengusahakan dan memelihara taman itu.

Kej 2:19 Lalu TUHAN Allah membentuk dari tanah segala binatang hutan dan segala burung di udara. Dibawa-Nyalah semuanya kepada manusia itu untuk melihat, bagaimana ia menamainya; dan seperti nama yang diberikan manusia itu kepada tiap-tiap makhluk yang hidup, demikianlah nanti nama makhluk itu.

Kejadian 1:27-28 menunjukkan sangat jelas bagaimana Allah menciptakan manusia menurut GambarNya, sehingga manusia bisa mengenal dan berkomunikasi dengan Allah dan tentu saja menjadi sumber untuk pengenalan manusia akan dirinya dan pengetahuan akan dunia yang harus ditaklukkannya. Pengetahuan yang dimiliki oleh manusia sebagai Gambar Allah adalah pengetahuan tentang Allah, tentang manusia dan tentang dunia. Ketiga hal ini sangat berhubungan. Khususnya dua pengetahuan yang pertama, yang berdampak dengan pengetahuan akan dunia. Tanpa pengetahuan akan Allah, manusia tidak bisa mengerti siapa dirinya. Begitu juga dengan tanpa pengetahuan akan dirinya, manusia tidak sanggup mengenal Allah.

Dalam Kejadian 2:19, kita bisa melihat bahwa pengetahuan adalah pemberian Allah kepada manusia dan bisa dipakai dengan baik oleh Adam untuk melakukan kehendak Allah. Adam menamai semua binatang dengan pengetahuannya. Pengetahuan Adam didapat karena manusia dicipta dalam gambar Allah; diberikan kemampuan untuk berpikir, mengolah dan mengembangkannya. Tetapi, yang memulai dan aktif adalah Allah yang membawa kepada manusia (yang percaya kepada Allah dan mempunyai pengetahuan tentang Allah), sehingga ia menyadari kemampuan dan pengetahuannya dan ia memakainya untuk melakukan apa yang menjadi kehendak Allah: menamai semua binatang (pengetahuan/ilmu).

Kalau kita melihat di dalam Kejadian 2:15. Hal yang sama juga terjadi. Allah menempatkan Adam dalam Taman Eden untuk mengusahakan dan memeliharanya. Dua kata yang sangat menarik adalah kata mengusahakan dan memelihara. Kata mengusahakan dalam bahasa aslinya, Ibrani, mempunyai dua pengertian: bekerja dan melayani (ibadah). Sedangkan kata memelihara (dalam bahasa Inggris: cultivate/culture) mempunyai arti menjaga, mengembangkan dan juga ada pengertian melayani. Sehingga, pada saat manusia mempergunakan segala jenis pengetahuan/ilmunya untuk bekerja dan mengembangkan dunia pemberian Tuhan, saat itu juga manusia sedang melayani dan beribadah kepada Allah.

Zaman sekarang ini kita melihat manusia memisahkan semua pengetahuan/ilmu yang dimilikinya. Ada tiga pemisahan pengetahuan/ilmu, pertama, pengetahuan tentang Allah dikategorikan sebagai Teologi (yang tidak ada hubungannya dengan ilmu-ilmu yang lain); kedua, pengetahuan tentang manusia (anthropologi, biologi, kedokteran, psiklogi, sosiologi, dsb); serta ketiga, pengetahuan tentang dunia ini (ekologi, ekonomi, biologi, dsb). Sangat berbeda dengan apa yang terjadi sebelumnya dalam Penciptaan. Mengapa? Karena manusia jatuh dalam dosa.

Kej 3:7 Maka terbukalah mata mereka berdua dan mereka tahu, bahwa mereka telanjang; lalu mereka menyemat daun pohon ara dan membuat cawat. 8 Ketika mereka mendengar bunyi langkah TUHAN Allah, yang berjalan-jalan dalam taman itu pada waktu hari sejuk, bersembunyilah manusia dan isterinya itu terhadap TUHAN Allah di antara pohon-pohonan dalam taman.

Narasi dalam Kejadian 3, menggambarkan semuanya. Ayat 7, manusia mulai salah menilai dirinya. Mereka tahu bahwa mereka telanjang dan ingin menutupinya dengan ‘ilmu mereka’ (tanpa melibatkan Allah). Manusia tidak mengerti lagi siapa dirinya di hadapan Allah. Ayat 8, mereka bersembunyi dari Allah. Apakah mereka bisa bersembunyi dari Allah? Pengetahuan yang salah! Pengetahuan tentang Allah menjadi jauh sekali berbeda dengan sebelumnya. Sebelumnya mereka bisa dengan bebas mengenal Allah dan beribadah kepadaNya. Sekarang mereka mengenal Allah menjadi Pribadi yang sangat menakutkan dan tidak bisa diandalkan lagi dalam hidup di dunia.

Lebih baik memakai pengetahuan pribadi. Padahal, pengetahuan peribadi ini yang membuat manusia jatuh dalam dosa. Karena ingin mengeksplorasi apa yang belum waktunya harus dimengerti. Masih begitu banyak buah-buahan yang sangat menarik dan baik untuk dimakan (Kej 2:9), tetapi Hawa dan Adam lebih tertarik kepada buah yang tidak pernah dikatakan menarik, tetapi menjadi menarik karena pengaruh Iblis. Cara yang sama, terus diikuti oleh manusia sekarang ini. Iblis yang terus-menerus membuat manusia tidak lagi melihat ilmu-ilmu yang menarik berhubungan dengan Allah dan tidak memerlukan Allah dalam setiap ilmu yang diusahakan dan dikembangkannya.

Kej 3:17 Lalu firman-Nya kepada manusia itu: "Karena engkau mendengarkan perkataan isterimu dan memakan dari buah pohon, yang telah Kuperintahkan kepadamu: Jangan makan dari padanya, maka terkutuklah tanah karena engkau; dengan bersusah payah engkau akan mencari rezekimu dari tanah seumur hidupmu: 18 semak duri dan rumput duri yang akan dihasilkannya bagimu, dan tumbuh-tumbuhan di padang akan menjadi makananmu; 19 dengan berpeluh engkau akan mencari makananmu, sampai engkau kembali lagi menjadi tanah, karena dari situlah engkau diambil; sebab engkau debu dan engkau akan kembali menjadi debu."

Di dalam Kejadian 3:12, Adam mempersalahkan manusia lainnya (Hawa). Ay. 13, Hawa mempersalahkan Ular (dunia). Sejak saat itu, pengetahuan manusia menjadi terpecah-pecah; tidak ada lagi integrasi. Yang paling menyedihkan, pengetahuan manusia yang sebelumnya dipakai untuk beribadah dan menggenapi rencana Allah, dalam Kej 3:17-19 akhirnya dipakai bersusah-payah HANYA UNTUK MENCARI MAKAN SAMPAI MATI. Maka bukan sesuatu yang mengherankan kalau manusia belajar dan akhirnya bekerja hanya demi untuk menjamin bisa makan sampai mati. Hanya itu ilmu (pengetahuan) yang dimiliki oleh manusia dalam keberdosaan.

Bagaimana manusia bisa kembali kepada integrasi yang benar? Bukankah dalam Amsal 1:7 mengatakan, “Takut akan TUHAN adalah permulaan pengetahuan, tetapi orang bodoh menghina hikmat dan didikan.” Bagaimana agar manusia tidak lagi menunjukkan diri sebagai orang-orang pintar yang sesungguhnya hanyalah orang-orang bodoh yang menghina HIKMAT? Jalan keluarnya, hanya satu. Yaitu di dalam Kristus. Mengapa?

Kol 2:3 sebab di dalam Dialah tersembunyi segala harta hikmat dan pengetahuan.

Kedatangan Kristus di dunia bukan hanya memberikan keselamatan jiwa (dan pengetahuan tentang Allah) kepada orang-orang pilihanNya. Kedatangan Kristus adalah mendirikan Kerajaan Allah; dalam segala aspek kehidupan manusia kita bisa melihat bahwa Allah betul-betul memerintah. Segala macam ilmu kembali untuk melayani Allah dan rencanaNya. Yang sangat menarik dalam Kol 2:3, segala macam pengetahuan itu bersumber dari Kristus. Semua –logi (logikos) bersumber dari LOGOS (Firman/Kristus). Artinya, jika ada kebenaran dalam semua ilmu pengetahuan, maka sumbernya hanya satu: Kristus. Segala kebenaran adalah kebenaran dari Kristus. Dunia ini bukan sumber kebenaran, Iblis tidak bisa memberikan kebenaran. Satu-satunya sumber kebenaran adalah Allah.

Seseorang yang berada di dalam Kristus harusnya bisa melihat sumber hidupnya adalah Kristus, termasuk apa yang dipelajari dan dikerjakannya. Ilmu yang dipelajari sehari-hari bukan ilmu yang sekuler yang tidak ada hubungan sama sekali dengan imannya. Ilmu yang sehari-hari dipelajari juga bukan hanya untuk sekadar dipakai untuk mencari uang untuk bisa makan sampai mati (Ini pengertian manusia sejak jatuh dalam dosa). Tetapi ilmu sehari-hari adalah pelajaran tentang Allah, manusia dan dunia—yang harus diusahakan, dieksplorasi dan dikembangkan sebagai bagian dari pelayanan dan ibadah kepada Allah untuk memuliakan Kristus yang menjadi sumber dan tujuan dari ilmu-ilmu yang dikembangkan. Manusia yang betul-betul mengerti dan mendalami ilmunya akan takjub dengan semua anugerah dan kebenaran Tuhan yang ada di dalamnya. Bagi orang percaya, akhirnya hanya bisa memuji dan makin menyembah Tuhan dan makin ingin memuliakan Tuhan dengan segala penemuan yang di dapatnya.
Maka kita perlu terus-menerus diperbarui dalam pengetahuan kita, seperti yang ada di dalam Kol 3:10, “dan telah mengenakan manusia baru yang terus-menerus diperbaharui untuk memperoleh pengetahuan yang benar menurut gambar Khaliknya;”

Pertanyaan selanjutnya, adakah hubungan yang kita pelajari dan kerjakan sekarang ini dengan kekekalan?
C. S. Lewis, 1898-1963, British Academic, Writer, Christian Apologist, (dikutip dari http://www.great-quotes.com/ ) pernah mengatakan salah satu kalimatnya yang sangat terkenal: “If you read history you will find that the Christians who did most for the present world were precisely those who thought most of the next. It is since Christians have largely ceased to think of the other world that they have become so ineffective in this.” Dari kalimat C.S. Lewis ini, ada hal yang perlu dipikirkan tentang kekekalan yang berdampak pada kesementaraan. Meskipun, kalau terlalu banyak memikirkan tentang kekekalan mungkin bisa juga menjadi tidak efektif dalam kesementaraan ini. Maka, bagian terakhir dari tulisan ini, akan dihubungkan dengan kekekalan. Apa hubungannya ilmu dan pekerjaan sekarang ini dengan kekekalan?

Wahyu 21:22 Dan aku tidak melihat Bait Suci di dalamnya; sebab Allah, Tuhan Yang Mahakuasa, adalah Bait Sucinya, demikian juga Anak Domba itu. 23 Dan kota itu tidak memerlukan matahari dan bulan untuk menyinarinya, sebab kemuliaan Allah meneranginya dan Anak Domba itu adalah lampunya. 24 Dan bangsa-bangsa akan berjalan di dalam cahayanya dan raja-raja di bumi membawa kekayaan mereka kepadanya; 25 dan pintu-pintu gerbangnya tidak akan ditutup pada siang hari, sebab malam tidak akan ada lagi di sana; 26 dan kekayaan dan hormat bangsa-bangsa akan dibawa kepadanya.

Wahyu 22:5 Dan malam tidak akan ada lagi di sana, dan mereka tidak memerlukan cahaya lampu dan cahaya matahari, sebab Tuhan Allah akan menerangi mereka, dan mereka akan memerintah sebagai raja sampai selama-lamanya.

Dalam Wahyu 21:24,26, dua kali diulang bahwa bangsa-bangsa akan membawa kekayaan dan hormat ke Yerusalem Baru. Yang membawanya, adalah raja-raja di bumi (yang baru). Dua pertanyaan yang muncul: Siapakah raja-raja itu? Dan, apa maksudnya kekayaan dan hormat bangsa-bangsa?

Untuk menjelaskan tentang raja-raja di bumi, kita perlu melihat Wahyu 22:5. Dari ayat ini, kita bisa mengerti bahwa yang dimaksudkan sebagai raja-raja adalah semua orang percaya yang memerintah bersama-sama Kristus. Apa yang diperintah oleh raja-raja? Bumi yang baru. Sama seperti Adam dan Hawa menjadi raja pertama di dunia, yang memerintah dunia dan segala isinya, maka kitapun sebagai orang-orang percaya harus memerintah bumi yang baru dengan mengusahakan dan memeliharanya.

Hasil usaha inilah yang dipersembahkan ke Yerusalem baru: yang terbaik dan termulia dari apa yang kita kerjakan. Jadi, yang dimaksud dengan kekayaan dan hormat dari bangsa-bangsa adalah segala hasil budaya manusia yang terbaik dan termulia, itulah yang kita persembahkan kepada Tuhan. Yang dimaksudkan dengan hasil budaya manusia adalah segala hal yang pernah dipelajari, digali, ditemukan, dan dikembangkan manusia. Kalau mengerti hal ini, maka seharusnya selama proses pembelajaran, kita harus menggali sampai kepada penemuan-penemuan yang bisa terus dikembangkan dan yang akan dipersembahkan kepada Tuhan.

Mungkin pertanyaan selanjutnya muncul, dari mana modal awal kita sebagai raja? Untuk mengerti hal ini, perlu untuk memahami perumpamaan dalam Mat 25:14-30, perumpamaan tentang Talenta (seharusnya tentang Hamba yang baik dan yang jahat). Kalau kita perhatikan, perumpamaan ini berbicara tentang Akhir Zaman. Ada evaluasi dari Tuhan terhadap semua pemberianNya kepada kita, apakah kita sudah maksimal atau tidak. Sesudah dikembalikan kepada Tuhan, hasil dari pengembangan talenta itu justru tidak di ambil Tuhan, tetapi diberikan kembali kepada hamba-hambanyaNya. Untuk apa? Di dalam perumpamaan ini tidak dijelaskan. Tetapi, kita bisa mengambil kesimpulan sebagai modal yang akan dikembangkan lagi dalam kekekalan dan dalam kebahagiaan bersama Tuhan.

Jadi, apa yang kita pelajari selama hidup di dunia, bukan hanya untuk kesementaraan, ternyata juga bisa menjadi modal sekaligus pembelajaran untuk pekerjaan dan ibadah yang harus kita kerjakan dalam kekekalan.

Apa yang dikatakan oleh C.S. Lewis benar. Orang Kristen yang bisa melihat sampai kepada kekekalan, akan belajar dan bekerja dengan tujuan sampai pada kekekalan. Dampaknya, yang dikerjakan bukan hanya bernilai sementara, tapi bernilai kekal (seperti yang sudah dilakukan oleh Lewis). Dan, kalau kita melihat sampai pada kekekalan, yang kita lakukan adalah standar kekekalan; yang terbaik dan termulia, yang akan kita persembahkan kepada Tuhan di Yerusalem Baru. Hal ini yang kita kejar, sesuai dengan kemampuan yang sudah Tuhan berikan kepada kita masing-masing.
Masih adakah orang-orang Kristen yang belajar semua ilmu, menggalinya, menemukannya, mengembangkannya dan mempersembahkan semuanya untuk sumber dari semuanya itu dan bagi kemuliaan Allah? Sejarah akan membuktikannya, Tuhan akan terus-menerus membangkitkan orang-orang pilihanNya yang sudah ditebusNya dengan harga yang sangat mahal. Karena kita ini buatan Allah, diciptakan dalam Kristus Yesus untuk melakukan pekerjaan baik, yang dipersiapkan Allah sebelumnya. Ia mau, supaya kita hidup di dalamnya.

Whatever you do, learn heartily, as for the Lord and not for men

Tuesday, April 17, 2007

Managing Oneself

Kemarin ada seorang mantan Majelis yang pernah pelayanan bareng di satu gereja mengajak ketemu, dan kita makan di salah satu restoren di Mall Taman Anggrek. Ngobrol banyak tentang pelayanan masing-masing dan rencana ke depan. Bapak Majelis itu mempromosikan satu buku yang baru saja dibelinya di toko buku di situ. Ternyata dia sengaja beli untuk dikasih ke saya. Buku dikasih gratis, maka harus dibagi-bagi apa yang didapat dari buku itu. Kumpulan tulisannya Peter F. Drucker, The Man who invented Management (BusinessWeek). Kumpulan tulisannya dibagi 2 bagian, yang pertama tentang tanggung jawab dari Manager (kita semua adalah manager/oikonomia, yang diserahkan talenta oleh Tuhan utk dikembangkan). Sedangkan bagian keduanya adalah tentang dunia dari para Executive (kita bukan hanya executive, melainkan adalah Raja yang mewakili Tuhan di bumi ini). Saya hanya ingin membagikan artikel pertama yang ada di dalam bagian pertama tentang Managing Oneself. Karena ada hal-hal yang menarik untuk mengevaluasi diri.

The sum of true wisdom—viz. the knowledge of God and of ourselves
(John Calvin)

Drucker melihat di dalam sejarah bahwa orang-orang yang mencapai puncaknya adalah orang-orang yang bisa manage dirinya. Contohnya: Napoleon, da Vinci, Mozart.
Untuk bisa manage diri sendiri perlu mengetahui beberapa hal:

What are my Strengths?
Drucker menemukan kekuatan2nya melalui feedback analysis. Setiap kali ia ingin mengambil kepurusan yang penting, dia menuliskan apa yang dia harapkan akan terjadi. Kemudian di dalam waktu 9 atau 12 bulan kemudian dibandingkan dengan apa yang terjadi sebenarnya. Yang menarik, menurut Drucker cara ini bukan cara baru, tapi sudah dimulai dari abad ke-14 yang kemudian dipraktekkan dengan sangat baik sebagai suatu kebiasaan oleh John Calvin dan Ignatius Loyola, dua orang yang mendirikan Gereja Calvinist dan Jesuit order. Kedua-duanya mendominasi Eropa dalam waktu yang cukup lama.
Implikasi dari pengetahuan tentang kekuatan2 kita: Pertama, konsentrasi pada kekuatan2 itu. Kedua, kembangkan dan tingkatkan kekuatan2 itu. Ketiga, selidiki dan atasi kesomobngan intelektual yang menghambat kemajuan.
Apa yang dipikirkan oleh Drucker sebenarnya mirip dengan evaluasi dari pemberian2 yang sudah Tuhan berikan kepada kita, talenta2 dan karunia. Melihat di mana bagian kita dari tubuh Kristus. Evaluasi yang lebih baik adalah dengan melihat kepada firman dan pengenalan akan Allah. Sama seperti yang dikatakan oleh Calvin, tanpa pengenalan akan Allah tidak ada pengenalan akan diri; dan sebaliknya. Implikasinya, sebenarnya dalam pengenalan akan diri membuat kita semakin mengenal, bersyukur dan memuliakan Tuhan.

How Do I Perform?
Drucker melihatnya sebagai keunikan yang berasal dari kepribadian seseorang. Bisa diubah, tapi tidak bisa secara keseluruhan. Drucker melihat beberapa pertanyaan2 lagi untuk bisa mengerti hal ini:
Am I a Reader or a Listener? Drucker memberikan dua contoh Presiden USA, Dwight Eisenhower dan Lyndon Johnson. Yang pernah berhasil dan akhirnya gagal karena tidak melihat kemampuannya sebagai pembaca atau pendengar.
How do I Learn? Dari mengetahui bahwa apakah kita adalah pembaca atau pendengar akan membuat kita mengerti bagaimana cara belajar yang lebih baik.
Sebenarnya masih ada juga pertanyaan yang harus dipertanyakan, seperti apa saya lebih baik bekerja sendiri? Atau lebih baik di dalam satu grup?, dan masih banyak pertanyaan lainnya.
Drucker mengambil kesimpulan bahwa jangan berusaha merubah diri sendiri tapi kerja keras untuk improve the way you perform.
Bagi saya sangat menarik, karena banyak yang mengajarkan pembentukan kepribadian bukan berasal dari dalam, tapi dari luar. Padahal kepribadian seseorang justru dibentuk dari firman hari demi hari dan pergumulannya untuk melakukan firman. Seharusnya orang-orang Kristen yang dibentuk dengan firman akan perform lebih baik.

What are My Values?
Pertanyaan ini adalah salah satu pertanyaan yang terpenting yang harus dipertanyakan. Drucker memberikan sebuah tes, yang dinamakannya mirror test. Suatu pertanyaan, orang seperti apa yang saya ingin lihat di kaca pada pagi ini? Pertanyaan yang bukan untuk memanipulasi diri, tapi mempertanyakan nilai2 yang dianggap penting dan berharga, serta seperti apa kita melihat sukses di dalam hidup. Drucker sedikit membagikan cerita hidupnya. Ia sangat baik sebagai seorang bankir muda di London pada pertengahan tahun 1930-an. Pekerjaannya sangat sesuai dengan kemampuan dan kekuatannya, tapi ia melihat bahwa tidak ada yang penting menjadi seorang yang sangat kaya yang akan mati di dalam kuburan. Dalam keadaan tidak punya uang dan prospek pekerjaan selanjutnya, ia berhenti dan keputusannya tidak salah. Ia tidak menjadi seorang yang sangat kaya, tetapi kekayaan pengetahuan dan pergumulannya membuat banyak orang mengerti tentang hidup dan kerja.
Saya sangat setuju dengan Drucker, Values are and should be the ultimate test. Maka nilai-nilai di dalam hidup kita harus dibangun melalui pengenalan akan Tuhan melalui firmanNya. Tanpa itu, nilai2 kita hanya akan dipengaruhi oleh dunia. Cara melihat kesuksesan yang sebenarnya hanya UUD (ujung-ujungnya duit).

Masih ada beberapa point yang dibahas oleh Drucker dalam artikel ini seperti, Where Do I Belong? What Should I Contribute? Responsibility for Relationships and The Second Half of Your Life. Tetapi, tiga point yang pertama di atas sudah cukup untuk mengerti dan bisa belajar banyak untuk mengenal diri kita yang seharusnya hidup untuk memuliakan Tuhan.

Tulisan singkat lain tentang Managing Oneself dari Drucker bisa di baca di Managing Knowledge Means Managing Oneself

Berdasarkan kasih karunia yang dianugerahkan kepadaku, aku berkata kepada setiap orang di antara kamu: Janganlah kamu memikirkan hal-hal yang lebih tinggi dari pada yang patut kamu pikirkan, tetapi hendaklah kamu berpikir begitu rupa, sehingga kamu menguasai diri menurut ukuran iman, yang dikaruniakan Allah kepada kamu masing-masing.
Roma 12:3

Friday, January 19, 2007

Links

Pengakuan Iman


  • The Apostles' Creed

  • The Westminster Confession of Faith

  • The Heidelberg Catechism

  • Canon of Dordrecht

  • Historic Church Documents



  • Situs-situs yang menarik


  • CRTA

  • Calvinism and The Reformed Faith

  • Hall of Church History

  • John Calvin

  • SOTeRI

  • Study Light

  • Theopedia: Encylopedia Christianity

  • Wikiversity: set learning free



  • Perpustakaan Online


  • Desiring God

  • John Piper Books

  • ThirdMill Books

  • Christian Classic Books

  • The Threshold Books

  • Christian Educational Resources

  • Reformed Books

  • Banner of Truth General Articles

  • Spurgeon's Writings

  • Cornelius Van Til

  • Da Vinci Code Truth

  • Puritan Writings (Fire and Ice)

  • Pemuda Kristen

  • Modern Reformation

  • Sola Scriptura!

  • Wikibooks: Free textbooks & Manual

  • Wikisource: Free content Library



  • Musik Yang Dinikmati


  • The Cyber Hymnal

  • Hymnal Jukebox

  • ICMS - Indonesian Gospel

  • musikethos

  • The Classical Archives

  • A BAROQUE MUSIC

  • Electronic Hymnal

  • Genevan Psalter

  • Wigtune

  • Sibelius Music

  • Kidung Jemaat



  • Berita Online


  • detikcom

  • Kompas Online

  • The Jakarta Post

  • Seputar Indonesia

  • Indo Pos

  • Suara Pembaruan

  • Kristiani Pos

  • Tempo Interaktif

  • Elshinta

  • Sinar Harapan

  • Indonesian Newspapers

  • CNN

  • BBC

  • Antara News


  •