Ayat Hari Ini:

Showing posts with label Firman. Show all posts
Showing posts with label Firman. Show all posts

Monday, March 26, 2007

Anda adalah Pengkotbah!?

Tulisan ini sebenarnya dipengaruhi oleh tulisan dari bukunya Martyn Lloyd-Jones, Spiritual Depression (dalam terjemahan Indonesia, Buluh yang Terkulai) dan kotbahnya John Piper, I Will Go to God, My Exceeding Joy. Sebenarnya secara pribadi sudah dipraktekkan dari dulu, tapi kaget ketika melihat ada yang membahas dan menjelaskan dasar Alkitabnya.
Apa gunanya kotbah kepada diri sendiri? Seberapa penting di dalam hidup orang percaya? Mengapa seharusnya kita melakukan hal ini? Mari kita lihat contohnya dari Pemazmur.

Mengapa engkau tertekan, hai jiwaku, dan mengapa engkau gelisah di dalam diriku? Berharaplah kepada Allah! Sebab aku bersyukur lagi kepada-Nya, penolongku dan Allahku!
Maz 43:5


Pemazmur di dalam keadaan yang begitu sulit. Ia dicurangi dan ditipu dan pemazmur merasa bahwa Tuhan telah membuangnya. Tetapi, ia bisa melihat bahwa altar Allah dan Allah sendiri adalah sukacita dan kenikmatannya. Itu sebabnya ia bertanya kepada jiwanya, mengapa jiwanya tertekan? bukankah ada sukacita di dalam kesulitan yang sedang dialaminya? Bukankah Allah adalah sumber sukacita dan Sang Sumber Sukacita tidak pernah meninggalkannya? Maka, menurut Martyn Lloyd-Jones, Pemazmur berkotbah kepada dirinya sendiri. Dan kotbah kepada diri sendiri merupakan salah satu aspek yang penting di dalam hidup orang percaya. Mengapa?
Sadar tidak sadar, setiap hari kita mendengarkan kotbah (firman). Masalahnya, firman seperti apa yang masuk dalam pemikiran kita, kemuadian membentuk sistem nilai dan ola pikir kita? Apakah firman yang disajikan oleh koran setiap hari? Firman yang disuguhkan televisi setiap hari? Tulisan-tulisan yang kita baca di dalam inbox dari e-mail kita? Perkataan dari rekan-rekan di kantor? Perkataan orang-orang yang kita dengar di dalam perjalanan? Perkataan dari orang-orang disekeliling kita waktu lagi makan? Perkataan orang tua atau saudara? Ataukah perkataan firman? Yang bisa menegur, mengoreksi, menguatkan dan mengubah hidup kita? Bukan berarti kita tidak boleh nonton tv, baca koran dan mendengarkan kalimat orang-orang. Tetapi, manakah yang paling dominan membentuk dan mempengaruhi hidup kita?
Ketika bergumul dan akan mengambil keputusan, suara-suara seperti apa yang berbicara di dalam hati kita? Sebagian orang membayangkan bahwa di dalam hatinya ada peperangan antara Iblis dan Malaikat. Dan ia sering menjadi korban karena mengikuti perkataan Iblis yang sepertinya lebih kuat dibandingkan dengan perkataan malaikat yang baik. Sebenarnya, diri kita yang sedang berperang dengan Iblis. Sama seperti Hawa yang dicobai oleh Iblis, kitapun tetap diijinkan oleh Tuhan berhadapan dengan pencobaan itu. Masalahnya, apakah kita mempunyai senjata firman yang bisa melawan firman Iblis? Apakah kita bisa mengkhotbahi diri kita pada saat tertekan dengan firman yang hidup dan berkuasa? Ataukah sama seperti sebagian orang yang tidak berdaya mengikuti rasionalisasi dan penjelasan Iblis, membuat cerita kejatuhan manusia di Taman Eden kembali terulang.
Bukankah seharusnya kita bisa melihat kuasa Kristus di dalam firmanNya yang sudah mengalahkan Iblis? Mengapa kita tidak pernah mempergunakannya? Mengapa bukan firman yang hidup dan memberikan sukacita sejati yang kita dengar pada saat kita dicobai, tertekan dan tidak berdaya? Jawabannya, karena kita tidak terbiasa dan berlatih mengkotbahkan firman kepada diri kita. Banyak yang hanya pasrah mendengarkan semuanya, sampai kemudian sadar kalau dirinya sudah terlalu jauh tersesat.Tetapi orang-orang yang mendengarkan firman Allah, bukan hanya bisa mengalahkan firman Iblis dengan kuasa Kristus melalui firmanNya, melainkan juga bisa membedakan di dalam setiap firman yang didengar, adakah yang sungguh amat baik yang merupakan anugerah Tuhan dan yang sudah dicemari oleh dosa. Setiap perkataan dan firman dari orang-orang dan media yang didengar mampu dibedakan dengan jelas dan bahkan ada anugerah Tuhan untuk memikirkan bagaimana transformasi yang sudah dicemari oleh dosa kepada apa yang berkenan dihadapan Allah. Saat-saat tertekan dan di dalam pergumulan, maka orang-orang ini tetap ada anugerah dan kekuatan untuk berkotbah kepada dirinya sendiri sesuai dengan firman yang biasa didengar. Bukan suara Iblis yang menjadi pegangan, tetapi suara Roh Kudus yang berbicara melalui firmanNya.
Banyak orang percaya yang ingin memiliki iman yang teguh dan tetap kuat di dalam segala keadaan, tetapi tidak diperlengkapi dengan firman. Akibatnya, komitmen yang kuat untuk beriman seringkali justru melihat kegagalan di dalam hidupnya. Sebagian lagi melihat mujizat bisa menjadi jalan keluar untuk perubahan hidupnya. Sedikit yang tetap melihat firman Allah yang memimpin hidupnya hari demi hari, dan berlatih untuk mengkotbahkan firman itu kepada dirinya sendiri.
Apakah Anda termasuk orang yang sedikit itu? Yang percaya kepada firman yang hidup? Dan terus mengkotbahkan firman yang hidup kepada diri sendiri? Selamat! Anda sudah menjadi pengkotbah..

Why are you cast down, O my soul, and why are you in turmoil within me? Hope in God; for I shall again praise him, my salvation and my God.
Psalm 42:11 ESV

Thursday, March 22, 2007

My Delight in Your Commandments

Zaman sekarang ini banyak orang sangat tidak menyukai hukum dan aturan. Kita sedang masuk dalam zaman yang menekankan kebebasan, yang kalau bisa tidak ada lagi aturan, larangan dan perintah. Anak-anak muda melihat orang-orang tua penuh dengan aturan dan perintah yang mengikat dan menyulitkan hidup yang seharusnya dinikmati. Begitu juga banyak orang melihat agama-agama. Bahkan Kekristenan juga menjadi agama yang penuh dengan aturan dan ikatan yang tidak memberikan kebebasan. Orang-orang yang kelihatan sebagai orang-orang Kristen yang sungguh-sungguh adalah orang-orang yang bisa menahan diri sedemikian rupa sehingga menjadi orang-orang yang bisa menolak segala kesenangan dan kenikmatan (sama dengan konsep dari agama-agama dan kepercayaan yang sangat mengagumi para pertapa). Alkitabpun dilihat sebagai kumpulan peraturan dan hukum yang tidak ada habis-habisnya (sama seperti kitab hukum perdata dan pidana!?). Hanya orang-orang yang senang mempelajari hukum dan orang-orang yang lemah yang akan menyukainya. Tetapi tidak untuk pencinta dan kebebasan dan para pelanggar hukum (pendosa). Mengapa bisa seperti ini?

Untuk mengerti semua ini kita harus kembali ke dalam kitab Kejadian. Melihat kembali dan membandingkan Firman Allah yang disampaikan kepada Adam (Kej 2:16-17) dan firman Iblis yang disampaikan kepada Hawa (Kej 3:1).

16 Lalu TUHAN Allah memberi perintah ini kepada manusia: "Semua pohon dalam taman ini boleh kaumakan buahnya dengan bebas, 17 tetapi pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat itu, janganlah kaumakan buahnya, sebab pada hari engkau memakannya, pastilah engkau mati." (Kej 2:16-17)

1 Adapun ular ialah yang paling cerdik dari segala binatang di darat yang dijadikan oleh TUHAN Allah. Ular itu berkata kepada perempuan itu: "Tentulah Allah berfirman: Semua pohon dalam taman ini jangan kamu makan buahnya, bukan? (Kej 3:1)

Kalimat dari Tuhan Allah di dalam Kej 2:16-17, berisi dua hal:
- kebebasan kepada manusia untuk bisa menikmati semua pemberian Tuhan di dunia
- larangan yang kalau dilanggar akan membuat manusia mati dan tidak bisa menikmati lagi semua pemberian Tuhan

Sementara kalimat dari Ular (Iblis) dalam Kej 3:1, yang mengutip Kej 2:16-17, hanya berisi satu hal:
- semua tidak boleh dinikmati!!!

Mana yang benar? Mana yang cocok dengan hidup sekarang ini? Kelihatannya kalimat dari Iblis sangat cocok untuk hidup manusia sekarang ini. Tuhan seolah-olah mencipta dan mengijinkan manusia hidup di dunia ini tetapi melarang manusia menikmati segala sesuatu. Orang yang beriman adalah orang yang bisa menolak segala kenikmatan dan hidup menderita!? Iblis sepertinya benar!? Tetapi tunggu dulu.
Mari kita bedakan antara yang dulu, sekarang dan nanti. Mari kita lihat dengan lebih jelas perbedaan antara sebelum manusia jatuh dalam dosa (dulu), sesudah di dalam dosa (dulu dan sekarang dan bagi sebagian besar orang sampai selama-lamanya), sesudah diselamatkan oleh Kristus (sekarang dan nanti), dan di dalam kekekalan (nanti).
Sebelum manusia jatuh dalam dosa, Firman Tuhan membawa manusia kepada kebebasan untuk menikmati dunia dan segala pemberian Tuhan. Tuhan memimpin hidup manusia lewat FirmanNya, membuat manusia dengan bebasnya dan bahagianya menikmati semuanya. Semua boleh, kecuali hanya satu yang dilarang. Ini adalah kebebasan yang sangat diidam-idamkan manusia di zaman ini, tetapi tidak didapatkan lagi oleh manusia meskipun berbagai cara sudah dilakukan dan diusahakan.
Tetapi, karena tipuan Iblis membuat manusia menginginkan lebih dari segala kenikmatan dan kebebasan yang sudah diberikan. Manusia ingin menjadi seperti Allah dan menikmati apa yang dilarang. Masih kurangkah kenikmatan Hawa dan Adam?
- Relasi dengan Allah. Bisa menikmati Allah dan FirmanNya (langsung tanpa perantara Imam, Pendeta atau apapun yang merasa jadi hamba Tuhan). Tidak perlu bertapa, tidak perlu berdebat dengan sesama manusia untuk menafsirkan Allah.
- Relasi dengan manusia. Bisa saling menikmati sesama manusia dengan sebebas-bebasnya (bahkan tanpa baju, ini yang diinginkan secara sembunyi-sembunyi oleh manusia). Tidak ada problem rumah tangga (bahkan adanya puisi dan lagu romantis dari Adam utk Hawa!?-ini yang diinginkan para wanita dari kekasihnya). Tidak ada yang harus dicemburui dan selingkuh (ga ada orang lain soalnya). Bebas bicara dan bercengkerama berdua. Dunia hanya milik berdua (ini yang diinginkan orang-orang yang lagi kasmaran dan lagi bulan madu).
- Relasi dengan dunia. Bisa menikmati dan bermain dengan semua binatang (melebihi kemampuan Tarzan) dan tentu saja menikmati pekerjaan, pemandangan yang terindah (Adam dan Hawa sering tur dan kagum dengan segala keindahan dunia yang betul-betul natural dan untouchable, lebih indah dari Swiss, New Zealand, apalagi Bali) dan tentu saja bisa menikmati makanan yang bergizi, bebas sampai kenyang (Adam paling suka buah apa ya? Duren!?).
Kurang apa lagi??!
Yang kurang adalah kesadaran melihat bahwa semua anugerah Allah yang memberikan kebebasan adalah gratis dan manusia hanyalah ciptaan. Akibatnya, manusia ingin memiliki lebih dari apa yang namanya anugerah dan ingin menguasai segala sesuatu, menjadi seperti Allah, yang kelihatan bebas sebebas-bebasnya. Maka masuklah manusia dalam perangkap Iblis dan memulai tahap baru dalam sejarah manusia. Bagaimana manusia melihat Tuhan dan FirmanNya? Tepat seperti kalimat Iblis dalam Kej 3:1. Semua tidak boleh. Tuhan berubah menjadi Tuhan yang jahat dan melarang semuanya. FirmanNya menjadi kumpulan dari perintah-perintah yang berisi semuanya larangan. Bagi manusia, Tuhan dan FirmanNya menjadi sangat menakutkan (Kej 3:8-10). Selama manusia hidup dalam dosa, maka manusia berada di dalam ketidakbebasan, diikat dalam dosa. Semakin melihat kepada Firman, maka semakin melihat bahwa dirinya terikat dan tidak bebas. Maka Tuhan menjadi Tuhan yang menakutkan. FirmanNya hanyalah perintah-perintah dan larangan yang mengikat dan membuat hidup menderita. Bahkan sebagian orang Kristen masih melihat Tuhan dan Alkitab dengan cara seperti ini. Betulkah Tuhan dan FirmanNya itu menakutkan dan tidak membebaskan, serta membuat hidup hanya terus-menerus dalam penderitaan?
Ketika seseorang diselamatkan oleh Allah dan hidup dalam relasi dengan Kristus, maka ada perubahan yang terjadi. Di satu sisi, karena perubahan kita masih dalam proses dan masih melakukan perbuatan dosa, maka bayang-bayang ketidakbebasan dan keterikatan masih sering muncul dan mengganggu. Itu sebabnya, banyak yang bereaksi dengan melarang segala sesuatu dengan tujuan agar terhindar dari keterikatan dengan dosa, tetapi kalau berlebihan maka membuat terikat kepada hukum (legalisme) dan menderita yang tidak perlu. Di sisi yang lain, kita sudah dibebaskan dari dosa. Dan bebas berhadapan dengan Allah dan menikmati segala kelimpahan anugerahNya. Firman Tuhan bukan dilihat hanya sekedar larangan. Tetapi bisa melihat cinta kasih Tuhan dibalik semua larangan. Hidup bersama Tuhan bukan dilihat sebagai keterikatan, tetapi kebebasan!, yang tidak bisa diberikan oleh dunia hanya berusaha mengikat, menjerat dan tidak pernah mau melepaskan sampai mati. Penderitaan tetap ada karena ingin untuk hidup dalam keterikatan yang lama yang diajarkan oleh Iblis dan dunia. Dunia berusaha membuat kita melihat bahwa kenikmatan yang sebenarnya hanyalah sebuah penderitaan (hati-hati dengan fenomena).
Firman Tuhan menjadi sesuatu yang hidup. Bahkan perintah-perintah dan larangan bisa menjadi kesukaan yang bisa dinikmati dan dicintai, karena perintah dan larangan bukanlah suatu keterikatan. Tuhan bukan hanya menjadi Pribadi yang menakutkan, tetapi juga adalah Pribadi yang begitu mengasihi, memberikan harapan, tempat perlindungan dan tentu saja adalah Tuan. Sang Tuan tidak mengikat budakNya. Relasi Kasih antara sang budak dengan Sang Tuan tidak akan pernah putus dan terpisahkan (Rom 8:31-39). Tetapi sang Tuan tidak pernah memaksa budakNya untuk melayaniNya, melainkan membebaskan sang budak dengan melihat prinsip-prinsip dalam FirmanNya untuk berinovasi dengan kebebasan untuk melayani sesama budak.
Firman Tuhan membukakan mata yang biasanya hanya melihat fenomena untuk bisa melihat fakta yang sesungguhnya, dan bahkan sanggup membedakannya dengan firman Iblis yang terus-menerus menipu. Firman Tuhan betul-betul mengubah, membebaskan, mengoreksi, menegur, mendidik dan melatih hidup orang percaya untuk sampai kepada keadaan yang betul-betul bebas menikmati segala sesuatu di dalam kekekalan.
Di dalam bumi yang baru dan langit yang baru, ada kebebasan spiritual, memuliakan, memuji dan menyembah serta menikmati Allah; kebebasan berelasi dengan sesama manusia (bukan dgn hubungan seks, karena tujuan hubungan seks sudah mencapai puncaknya: bertambah banyak penuhi bumi-orang pilihan sudah lengkap; serta relasi manusia yg paling intim untuk saling memahami dan menikmati sudah dimengerti manusia tanpa harus berhubungan seks); kebebasan menikmati bumi dan langit yang baru. Tuhan memberikan Alkitab kepada manusia, agar manusia dibebaskan. Maka, marilah kita di dalam anugerah kebebasan itu, mencintai dan menikmati FirmanNya.

For I find my delight in your commandments, which I love.
I will lift up my hands toward your commandments, which I love, and I will meditate on your statutes.

Psa 119:47-48 ESV



Friday, March 16, 2007

Telinga dan Lidah Seorang Murid

Di dalam Kekristenan sekarang ini banyak yang cepat tertarik dengan berbagai fenomena yang diperlihatkan oleh orang-orang yang bertalenta, apalagi kalau kelihatan mempunyai kemampuan yang supranatural. Tetapi dengan berjalannya waktu, orang-orang seperti itu kemudian sepertinya menghilang, karena lama-kelamaan semua yang kelihatan hebat dan mengagumkan menjadi sesuatu yang biasa dan cenderung membosankan. Ada perbedaan dari orang yang ingin belajar firman dan ingin menjadi serupa Kristus. Semakin hari semakin merasa kekurangan dan membutuhkan pengenalan dan pengetahuan yang lebih. Semakin hari semakin kagum dan semakin takjub kepada Allah kita. Di samping itu, kita semakin mengenal firman, maka kitapun semakin memiliki kesempatan dan kemampuan menceritakan kebenaran firman. Bukan orang-orang yang kelihatan hebat dengan femonenanya, tetapi Tuhan sendiri dengan kuasa dan kebenaranNya yang diceritakan. Mengapa bisa seperti itu? Nabi Yesaya menjelaskan pergumulan seorang hamba di dalam Yes 50:4. Kita bisa belajar dari pergumulan ini.

The Lord GOD has given me the tongue of those who are taught, that I may know how to sustain with a word him who is weary. Morning by morning he awakens; he awakens my ear to hear as those who are taught.
ESV Isaiah 50:4

Di lihat dari sudut kedaulatan Allah, Tuhan yang memberikan Firman kepada seseorang. Kepada siapa Ia mau memberikan Ia akan memberikan pencerahan sehingga bisa mengerti akan firmanNya dan diberikan kuasa untuk mengajarkannya. Itu sebabnya, Yesaya mengatakan bahwa Tuhan Allah memberikannya lidah yang diajar, sehingga bisa memberikan semangat baru dan membangkitkan orang yang sudah lemah dan tidak berdaya.
Lidah yang memiliki pengajaran dan kuasa itu, adalah anugerah Tuhan yang melalui proses setiap pagi diajar oleh Tuhan. Yesaya mengatakan, Tuhan membangunkan (diulang dua kali, berarti ada hal yang penting) telinganya untuk mendengar seperti seorang murid. Dari sisi kedaulatan Allah, dua hal ini yang dilakukan oleh Tuhan untuk orang-orang yang akan dipakaiNya. Setiap hari mengajar umatNya dengan firman, memproses umatNya sehingga memiliki lidah yang sudah diajar dan bisa menjadi berkat dan melayani orang-orang yang lemah dan membutuhkan kebenaran dan perlu di ajar. Kesalahan dari kebanyakan orang percaya adalah pemikiran bahwa ia bisa bertumbuh dengan mendengar banyak kesaksian orang-orang yang dipakai Tuhan, mencontoh hidup dari orang-orang beriman, semakin aktif dalam pelayanan-pelayanan yang ditawarkan, banyak berdoa ataupun melihat banyak mujizat. Memang hal-hal demikian akan membuat seorang percaya bertumbuh jika dipimpin oleh firman.
Firman Tuhan yang mencipta kita, menopang kita dan membukakan kepada kita jalan-jalanNya. Tuhan mengajar kita dengan firmanNya hari demi hari, mengubah kita dan memimpin hidup kita. Tanpa dipimpin oleh firman, maka banyak aktifitas pelayanan justru mendukakan hati Tuhan karena banyak orang yang merasa beribadah dan melayani, sebenarnya sedang melawan rencana Tuhan dan bahkan bertentangan dengan firman Tuhan!?
Maka mari kita melihat dari sisi tanggung jawab manusia, apa yang sebaiknya kita lakukan. Yesaya mengatakan bahwa dia memiliki lidah dan telinga yang diajar setiap hari. Artinya, kita harus bersiap setiap hari. Membaca firman dan mendengar apa yang akan diajarkan Tuhan setiap hari di dalam firman dan meminta biar kita ada kuasa untuk mengajar diri kita terlebih dulu dengan firman, kemudian bisa membagikannya kepada orang lain. Kita tidak perlu menjadi teolog dan telah membaca dan menguasai banyak buku teologi (meskipun saya melakukan hal ini) untuk bisa dipakai oleh Tuhan untuk membangkitkan dan memberi pengertian firman kepada banyak orang.. Tetapi kita perlu mendengar dan mengerti firman hari demi hari sebagai persiapan untuk berbicara hal-hal yang benar di dalam Alkitab.
Yang saya bicarakan tentang mendengar dan mengerti firman, bukan dalam pengertian banyak orang, yang selalu ingin menafsirkan firman sesuai dengan keinginan dan pengertiannya sendiri. Tetapi, mencoba melihat apa maksud Tuhan bagi kerajaan Allah secara keseluruhan untuk menggenapkan rencana Allah dan di mana bagian yang harus saya genapi selama ada anugerah Tuhan. Banyak orang sebenarnya membaca Alkitab, tetapi tidak mau diajar dan ingin mengajar Tuhan. Kalau seseorang ingin diajar, maka ia pasti ingin mengerti seluruh rencana Allah (mau membaca dan mengerti keseluruhan Alkitab), dan membacanya dengan Tuhan sebagai pusat yang sedang ingin mengubah dan mengoreksi umatnya. Orang yang tidak ingin diajar, hanya ingin melihat firman sesuai dengan kebutuhan dan keinginannya dan tidak ingin melihatnya sebagai satu keseluruhan. Yang penting apa yang berguna bagi dirinya sendiri. Akibatnya, di dalam kesaksian hidup sehari-hari, bukan bicara tentang firman yang begitu agung, mulia, menyenangkan dan Allah yang sedang bekerja, melainkan hanya menceritakan dirinya yang begitu istimewa dan Tuhan makin membuatnya istimewa karena membaca firman. Kalau diteliti dan dipikirkan, sebenarnya ada dua hal yang sangat berbeda dan bertentangan. Yang pertama, adalah murid yang berpusat kepada Tuhan. Sedangkan yang kedua, hanya ingin memanfaatkan Tuhan bagi dirinya. Yang pertama, bisa membuat orang-orang akan mengerti dan mencintai firman. Yang kedua, akan memotivasi orang-orang untuk ikutan memanfaatkan Tuhan untuk diri sendiri. Kelihatannya, sama-sama melayani dan sama-sama berpengaruh, tetapi bila waktunya tiba, Tuhan akan menunjukkan mana yang sejati dan mana yang bukan. Mana yang betul-betul telinganya terbuka untuk kehendak Tuhan dan mana yang hanya mau telinga Tuhan terbuka untuk kehendaknya sendiri.
Dunia sering menipu kita dengan fenomena yang kelihatan mirip sekali. Tetapi orang-orang yang mendengarkan firman, matanya akan terbuka dan sanggup membedakan mana yang fenomena dan mana yang fakta sebenarnya. Mengapa? Karena kuasa dan kekuatan di dalam firman yang sangat tajam melebihi pedang bermata dua, yang sanggup membedakan semuanya itu. Maka mari kita berdoa supaya Tuhan membangkitkan kita untuk mendengar firmanNya setiap hari, dan kita meminta Tuhan menganugerahkan lidah yang sudah diajar untuk melayani dan menguatkan orang-orang yang lemah lesu, orang-orang yang perlu dibangkitkan dari kematiannya di dalam dosa. Tanpa firman kita terlalu lemah untuk melakukan semuanya itu. Hanya firman yang bisa melakukan itu di dalam kelemahan dan keterbatasan kita.

1 Blessed is the man who does not walk in the counsel of the wicked or stand in the way of sinners or sit in the seat of mockers. 2 But his delight is in the law of the LORD, and on his law he meditates day and night. 3 He is like a tree planted by streams of water, which yields its fruit in season and whose leaf does not wither. Whatever he does prospers.
Psalm 1:1-3