Ayat Hari Ini:

Showing posts with label Kedaulatan Allah. Show all posts
Showing posts with label Kedaulatan Allah. Show all posts

Tuesday, May 27, 2008

Allah kami Sanggup

Kitab Daniel dimulai dengan pendahuluan di dalam pasal 1 yang ditulis dalam bahasa Ibrani, sesudah itu pasal 2-7 ditulis dalam bahasa Aramaic, dan memiliki kiasmus yang menarik.
Secara garis besar, Daniel pasal 1-7 bisa dibagi seperti dibawah ini:

Pendahuluan (Pasal 1)
a Visi 4 Kerajaan (Pasal 2)
...b Cerita Martir dari 3 teman Daniel (Pasal 3)
......c Kesombongan Nebukadnezar(Pasal 4)
......c' Kesombongan anak Nebukadnezar(Pasal 5)
...b' Cerita Martir dari Daniel(Pasal 6)
a' Visi 4 Kerajaan (pasal 7)

Dari semua cerita itu, salah satu kesaksian yang paling menarik adalah kesaksian dari 3 teman Daniel yang diperhadapkan untuk menyembah patung emas atau dicampakkan ke dalam perapian yang menyala-nyala..

16 Lalu Sadrakh, Mesakh dan Abednego menjawab raja Nebukadnezar: "Tidak ada gunanya kami memberi jawab kepada tuanku dalam hal ini. 17 (Jika) Allah kami yang kami puja sanggup melepaskan kami, (maka) Ia akan melepaskan kami dari perapian yang menyala-nyala itu, dan dari dalam tanganmu, ya raja; 18 tetapi seandainya tidak, hendaklah tuanku mengetahui, ya raja, bahwa kami tidak akan memuja dewa tuanku, dan tidak akan menyembah patung emas yang tuanku dirikan itu."
Daniel 3:16-18

Di zaman sekarang ini di Indonesia, kalau diperhadapkan dengan menyembah patung emas, sekalipun tidak ada ancaman dilempar ke perapian yang menyala-nyala, maka dengan rela hati dan bahkan sebagian dengan segenap hati mau menyembah patung emas. Kenapa bisa? Karena dengan menyembah patung emas diharapkan bisa memberika segala keuntungan, kebaikan dan kenyamanan di dalam hidupnya. Bisa saja tetap menyembah Allah. Dan bahkan berdoa kepada Allah untuk memberi kekuatan dan keuntungan ketika menyembah patung emas!!!?

Berbeda dengan Sadrakh, Mesakh dan Abednego. Mereka memiliki posisi dalam pemerintahan Nebukadnezar, dan tentu saja mereka seharusnya memiliki kekayaan. Sebagai orang-orang muda yang terbaik, meskipun hanyalah orang buangan di Babel, mereka sudah mendapatkan banyak keuntungan. Jarang-jarang orang buangan bisa mendapatkan posisi dalam pemerintahan di Babel. Maka, kalau mereka tidak mau menyembah patung emas sama saja dengan membuang segala keuntungan dan kenikmatan yang sudah mereka dapatkan dan akan dapatkan.

Ikut Arus
Semua orang ikut menyembah patung emas. Kenapa tidak ikut arus saja? Bukankah itu sudah dianggap biasa. Selama hati kita menganggap itu bukan dewa, kenapa tidak ikut menunduk dan menyembah? Yang penting Allah tahu hati kami yang hanya ingin mengasihi dan menyembah-Nya!
Betulkah kalimat2 diatas menunjukkan hati yang mengasihi dan hanya ingin menyembah-Nya? Jawabannya TIDAK! Karena tidak ada buktinya. Yang ditunjukkan justru adalah keinginan dan cinta diri yang begitu besar. Keinginan untuk mempertahankan apa yang dianggap miliknya (padahal pemberian Allah). Dan hanya memikirkan berkat-berkat Allah saja demi keuntungan pribadi.
Orang-orang seperti ini tidak pernah memikirkan kemuliaan Allah. Yang dipikirkan hanyalah kemuliaan diri sendiri dan kebaikan2 bagi dirinya sendiri.
Ini yang sedang terjadi dengan bangsa Indonesia sekarang ini. Secara luar beribadah kepada Allah. Tapi kenyataannya sedang menyembah patung emas. Uang menjadi lebih penting dari segala sesuatu. Dan demi uang dan segala kenikmatan yang bisa dibeli, apapun bisa dikorbankan. Allah hanya menjadi tempat untuk memenuhi segala kebutuhan dan keinginan, Selain itu hanya menjadi tempat berdoa ketika mengalami kesulitan.

Sadrakh, Mesakh dan Abednego sangat berbeda. Mereka percaya kepada Allah dan lebih menghargai Allah dibandingkan segala berkat-berkat-Nya. Malahan mereka dengan sangat rela kehilangan semuanya, termasuk nyawa mereka demi memuliakan Allah. Mengapa mereka melakukan itu?

Allah Sanggup
Sadrakh, Mesakh dan Abednego mengerti siapa Allah mereka. Mereka mengerti bahwa Allah adalah Allah yang berdaulat dan mereka mengenal-Nya. Bukan Nebukadnezar yang berdaulat, ia hanya diijinkan Allah berkuasa untuk sementara.
Mereka juga tahu bahwa Allah sanggup melakukan segala sesuatu. Dalam ayat 17 ada terjemahan yang kurang tepat. Seharusnya diterjemahkan:
Jika itu terjadi, Allah kami yang kami puja sanggup melepaskan kami dan Ia akan melepaskan kami dari perapian yang menyala-nyala itu, dan dari dalam tanganmu, ya raja;

Mereka percaya Allah sanggup melepaskan mereka dari perapian yang menyala-nyala. Iman akan kebangkitan dari kematian?
Bagi mereka, hanya Allah yang memimpin hidup mereka, sumber segala sesuatu. Bukan Nebukadnezar dan patung emas, serta kekuasaannya yang bisa menjamin hidup mereka.

Seandainya TIDAK
Bagaimana jika Allah tidak menginginkan mereka lepas dari penderitaan dan kematian? Apakah mereka bisa tetap percaya? YA! Sadrakh, Mesakh dan Abednego tetap memilih lebih baik mati daripada menyembah dewa Nebukadnezar. Mereka tetap memilih hanya menyembah Allah dibandingkan dengan jaminan hidup sementara yang palsu.
Jaminan dari Allah kepada umat-Nya bukan hanya penyertaan-Nya di dalam hidup sementara. Jaminan-Nya termasuk hidup yang kekal. Maka, penderitaan dan kematian tidak akan pernah menghilangkan penyertaan Allah yang adalah sumber segala berkat.

Adakah hal-hal lain dalam hidup ini yang lebih bisa menjamin hidup kita? Betulkah bisa menjamin seluruh hidup ini bahkan sampai hidup yang kekal?

Berbahagialah orang-orang yang hidup bagi Allah dan menyembah-Nya selalu. Karena Dia tidak akan pernah meninggalkan umat-Nya, sekalipun harus mengalami kesulitan dan penderitaan untuk memuliakan-Nya.

Monday, April 21, 2008

Tuhan mengenalmu?!

Sepanjang zaman selalu muncul ajaran-ajaran sesat. Baik yang dari awal sudah sesat, maupun menjadi sesat sesudah beberapa generasi selanjutnya. Salah satu ciri dari ajaran sesat, selalu merasa dirinya yang paling benar dan yang lainnya salah!
Kalau selalu klaimnya adalah yang paling benar. Apalagi mereka juga dengan beraninya memakai nama Tuhan dan merasa berasal dari pemberian Tuhan. Bagaimana kita bisa melihat bahwa mereka tidak benar? Bagaimana kita tahu bahwa kita dalam kebenaran?

Tetapi dasar yang diletakkan Allah itu teguh dan meterainya ialah: "Tuhan mengenal siapa kepunyaan-Nya" dan "Setiap orang yang menyebut nama Tuhan hendaklah meninggalkan kejahatan."
2 Timotius 2:19

Meterai
Permasalahan ajaran sesat juga terjadi di tempat Timotius melayani. Dan kemungkinan terjadi berbagai macam pertanyaan dari jemaat yang bingung. Mana yang benar? Apakah mereka salah? Bagaimana bisa membedakan yang benar dan tidak benar?

Paulus memberikan jawaban kepada Timotius, ada dua tanda untuk menunjukkan berasal dari kebenaran atau tidak. Tanda itu begitu kuat dan teguh, bahkan dikatakan seperti dimeterai. Tanda yang sah dan kuat. Kedua tanda itu adalah: Tuhan mengenal siapa kepunyaan-Nya dan setiap orang yang menyebut nama Tuhan hendaklah meninggalkan kejahatan.
Tanda yang pertama adalah kedaulatan Allah, sedangkan yang tanda yang kedua adalah tanggung jawab manusia.

Tuhan Mengenal
Ketika seseorang mengaku membawa ajaran 'kebenaran' yang berasal dari Allah, maka yang pertama-tama bisa membuktikan adalah Allah sendiri. Karena hanya Tuhan mengenal siapa kepunyaan-Nya. Pertanyaannya, bagaimana kita bisa tahu kalau Tuhan mengenalnya?
Setiap orang percaya dimeterai oleh Roh Kudus. Maka Roh Kudus melalui firman-Nya akan menunjukkan apakah Ia mengenal orang yang menyatakan memiliki kebenaran itu. Caranya?

Caranya dengan menguji setiap ajaran yang disebut kebenaran itu dengan seluruh kebenaran yang ada di dalam Alkitab. Ada beberapa kemungkinan yang akan didapatkan. Yang pertama bertentangan, yang kedua kelihatan mirip (ini yang paling berbahaya), dan yang ketiga sama dengan prinsip2 dalam Alkitab. Dari pengujian lewat firman, Allah Roh Kudus akan menunjukkan bahwa orang itu adalah kepunyaan-Nya.
Kalau kita terbiasa melakukan pengujian ini, sebenarnya akan lebih gampang untuk melihat apakah betul ajaran itu berasal dari Tuhan atau tidak.

Kadang-kadang kelemahan kita di dalam menguji melalui firman Tuhan akan membuat ajaran itu terlihat sangat mirip dengan kebenaran dan mampu 'menipu' banyak orang, tapi Tuhan sendiri tidak bisa ditipu. Tuhan mengenal siapa kepunyaan-Nya. Waktunya tiba, semuanya akan tersingkap dan Tuhan akan menunjukkan dengan cara-Nya.

Tinggalkan
Tanda kedua adalah meninggalkan ketidakbenaran. Seseorang yang mengajarkan kebenaran dan percaya kepada kebenaran itu, akan menghidupi kebenaran itu. Maka, kalau seseorang mengaku mengajarkan kebenaran tetapi hidupnya terus-menerus dalam ketidakbenaran, betulkah ia sendiri percaya kepada kebenaran? Kalau ia tidak percaya kepada kebenaran yang harus dihidupi, betulkah ia sungguh2 menyebut nama Tuhan? Betulkah bahwa ia adalah kepunyaan-Nya? Jangan-jangan cuma ge-er doang..

Pengujian apakah seseorang itu hidup dalam kebenaran, kadang-kadang Tuhan mengijinkan masyarakat dan norma2nya, meskipun Alkitab yang selalu menjadi dasar utama. Pengujian ini bukan bertujuan mencari-cari kesalahan. Karena pasti semua orang masih berdosa, dan masih ada aspek2 dalam hidupnya yang masih harus dibereskan.

Orang percaya bisa melihat dengan jelas tanda dari orang-orang yang hidup dalam kebenaran, menyebut nama Tuhan dan meninggalkan ketidakbenaran. Orang yang berani menyebut nama Tuhan, mau dikoreksi oleh kebenaran-kebenaran firman Tuhan dan mau meninggalkan setiap ketidakbenaran yang bertentangan dengan firman Tuhan.
Berbeda sekali dengan para pengikut dan pengajar ajaran sesat yang sudah merasa tidak perlu lagi diuji dan dikoreksi, malahan ingin mengoreksi semuanya harus sesuai dengan ajarannya. Begitu juga dengan kehidupan mereka, yang tidak mau dikoreksi dan diuji lagi, bahkan merasa seharusnya seluruh dunia harus hidup seperti mereka.

Apakah Tuhan mengenalmu?
Pertanyaannya bagi kita, benarkah kita? Apakah Tuhan mengenal kita? Apakah kita kepunyaan Tuhan? Apakah Tuhan memimpin hidup kita dalam kebenaran? Apakah kita selalu bersedia dikoreksi dengan kebenaran-kebenaran dari firman Tuhan? Adakah kita sudah meninggalkan setiap ketidakbenaran yang kita tahu?

Bapa, ampuni kami, milik kepunyaan-Mu, yang sering merasa sudah terlalu benar. Padahal kenyataannya dalam kehidupan ini kami berhadapan dengan lebih banyak ketidakbenaran yang masih kami lakukan. Ampuni kami ya Bapa. Biarlah kebenaran-kebenaran firman-Mu terus mengoreksi kami, dan membuat kami bukan hanya tahu dan setuju akan kebenaran, tapi kami menghidupi kebenaran-kebenaran firman-Mu dengan pimpinan Roh Kudus. Di dalam nama Tuhan Yesus kami berdoa. Amin.

Thursday, May 3, 2007

Kehendak Allah (2)

Kalau di dalam Kehendak Allah (1) sudah melihat perbandingan dari beberapa teolog tentang bagaimana melihat kehendak Allah, maka dalam tulisan ini adalah penggalian pribadi dari Roma 12:1-2.
Khususnya ingin menyoroti tiga kata kerja yang dipakai oleh Rasul Paulus di dalam dua ayat ini.

1 Karena itu, saudara-saudara, demi kemurahan Allah aku menasihatkan kamu, supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah: itu adalah ibadahmu yang sejati. 2 Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna.
Roma 12:1-2


Ketiga kata kerja yang dipakai oleh Rasul Paulus adalah bagian dari nasehatnya yang bertujuan agar jemaat di Roma mampu untuk menguji dan membuktikan manakah kehendak Allah yang baik, berkenan kepada Allah yang sempurna.

(1) Parastesai, dari akar kata paristemi. Kata kerja ini ada di ayat pertama. Dalam Alkitab LAI diterjemahkan dengan 'mempersembahkan'. Persembahan ini bukanlah dilakukan berkali-kali, melainkan hanya sekali dan dilakukan secara aktif. Orang-orang yang ingin mengetahui kehendak Allah adalah orang-orang yang mempersembahkan hidupnya terlebih dahulu kepada Allah. Sebaliknya orang-orang yang hanya ingin memaksakan kehendaknya kepada Allah adalah orang-orang yang tidak pernah mempersembahkan dirinya. Mempersembahkan diri menjadi syarat pertama untuk mengetahui kehendak Allah, karena dengan mempersembahkan diri maka kita siap untuk menerima apapun kehendak Allah yang dibukakan untuk mengubah kehendak kita yang biasanya bertentangan dengan kehendak Allah.

(2) Suschematizo. Kata kerja ini ada di ayat kedua, yang diterjemahkan dengan 'menjadi serupa'. Sebenarnya lebih tepat kalau diterjemhkan 'mencocokan diri dengan pola/skema zaman ini'. Rasul Paulus menasehatkan jemaat di Roma untuk berhenti berusaha untuk terus-menerus mencocokan diri dengan pola zaman. Karena pola zaman yang menjadi trend justru ditandai dengan kecenderungan berbuat dosa yang begitu hebat. Seharusnya orang percaya tidak mengikuti pola hidup berdosa zaman ini. Ini adalah tahap kedua untuk mengerti kehendak Allah. Berhenti mengikuti keinginan dari ilah zaman ini dan tidak mengikuti pola hidup yang berdosa di zaman ini. Hal ini bukan berarti bahwa kita harus lari dari dunia ini dan menghindar dari semua trend dan gaya hidup serta kenikmatan yang ada. Nasehat dari rasul Paulus adalah berhenti mencocokan diri dengan pola hidup orang-orang berdosa. Jadi, apa yang harus dilakukan?

(3) metamorphoo. Kata kerja ini terdapat di ayat kedua, yang diterjemahkan dengan 'berubahlah'. Kata ini sebenarnya adalah kata kerja pasif dan bersifat terus-menerus. Lebih baik kalau diterjemahkan dengan 'bertransformasilah'. Transformasi ini adalah pekerjaan Allah di dalam pembaruan (renovasi) pikiran dan cara pandang kita. Kita pasif karena Roh Kudus yang mengubahkan kita melalui firman, tetapi aktif di dalam menggali dan merenungkan firman, yang dengan pekerjaan Roh Kudus sedang mengubah, mengoreksi dan membentuk cara pandang kita. Jadi, bukan hanya berhenti mencocokan diri, kemudian lari dan menghindar dari kenyataan dunia yang berdosa ini, melainkan melihat pembaruan yang terjadi dan merubah arah dari pola zaman ini yang berdosa, di bawa kembali kepada arah yang sejati, kepada Allah. Di tahap ketiga ini, membuat kita bisa menguji dan membuktikan manakah kehendak Allah yang baik, berkenan kepada Allah dan yang sempurna.

Sesungguhnya orang-orang yang sudah mempersembahkan seluruh hidupnya kepada Allah, akan berhenti untuk menjadi sama dengan pola zaman ini yang berdosa, kemudian akan ditransformasikan cara pandangnya dengan kebenaran-kebenaran firman,sehingga bisa menguji dan membuktikan manakah yang benar-benar kehendak Allah..

Tuesday, May 1, 2007

Kehendak Allah (1)

Istilah kehendak Allah sepertinya menjadi istilah yang biasa dalam banyak kepercayaan dan agama yang menyembah Allah. Segala sesuatu yang terjadi biasanya dianggap sebagai kehendak Allah. Sehingga seharusnya sangat mudah dan gampang waktu berbicara tentang kehendak Allah. Tetapi kenyataannya ternyata terlalu jauh berbeda. Kehendak Allah terlalu sulit untuk dimengerti dan seringkali penyimpangannya terlalu jauh dari yang seharusnya.

Banyak orang yang mengatakan melakukan kehendak Allah, tetapi justru terlihat egois dan jauh dari kebenaran. Banyak orang yang ingin mengetahui kehendak Allah, ternyata hanya ingin memastikan bahwa keinginan dan kehendaknya dibenarkan oleh Allah.
Bagaimana seharusnya kita melihat, mengerti dan melakukan kehendak Allah? Saya ingin membagikan pendapat dari beberapa teolog yang mengajarkan langkah2 dan metode untuk melihat kehendak Allah.

Hal-hal yang tersembunyi ialah bagi TUHAN, Allah kita, tetapi hal-hal yang dinyatakan ialah bagi kita dan bagi anak-anak kita sampai selama-lamanya, supaya kita melakukan segala perkataan hukum Taurat ini."
Ul 29:29

Banyak orang melihat kehendak Allah sebagai sesuatu yang tersembunyi, misterius dan bahkan ada yang menganggap sebagai sesuatu yang mustahil untuk dimengerti. Sebagian orang mencarinya dengan begitu antusias dan waktu merasa sudah mendapatkannya, menganggap dirinya sebagai seseorang yang lebih hebat dan lebih baik dari orang lain.

Dalam Ulangan 29:29, kita bisa melihat bahwa ada dua jenis kehendak Allah. Yang pertama, hal-hal yang tersembunyi yang hanya bagi Allah sendiri; sedangkan yang kedua, hal-hal yang dinyatakan bagi manusia. Biasanya banyak orang hanya melihat yang pertama dan ingin mendapatkan yang pertama. Padahal justru yang dibutuhkan oleh manusia dan yang dibukakan kepada manusia justru yang kedua. Sebenarnya manusia sering menyulitkan dirinya sendiri ketika hanya ingin mengetahui yang tersembunyi dan tidak melihat yang sudah dibukakan. Padahal untuk melihat yang sudah dibukakanpun ada kesulitan tersendiri.

Apa maksudnya kehendak Allah yang sudah dibukakan? Kehendak Allah yang sudah dinyatakan di dalam Alkitab. Semuanya sudah dinyatakan, manusia hanya tinggal membaca, mendengar, mengerti dan melakukannya. Jadi, melihat kehendak Allah menjadi sesuatu yang mudah!?? Hanya tinggal membaca firman, merenungkannya, lalu melakukannya. Gampang sekali!!? Meskipun tidak segampang yang kelihatan. Karena mengerti dan melakukan firman ternyata sulit.

John Piper melihat ada dua macam kehendak Allah dalam pembahasannya tentang Roma 12:1-2 (klik disini utk melihat tulisan Piper), God’s Will of Decree, or Sovereign Will dan God’s Will of Command. Jenis yang pertama, tidak bisa dilawan, mau tidak mau pasti akan dilakukan oleh siapapun juga. Sementara jenis yang kedua, kehendak Allah yang sering dilawan dan dilanggar oleh manusia.
Piper selanjutnya juga membagikan tiga langkah untuk melihat kehendak Allah yang dinyatakan kepada manusia:
1. Otoritas tertinggi adalah Firman, pikiran dan hati kita diubahkan melalui Firman.
2. Perubahan terjadi dengan mengaplikasikan kebenaran2 Firman ke dalam situasi kita yang berbeda.
3. Meditasi Firman dan melakukan kebenaran yang sudah dimeditasikan.

Metode lain dengan mengajukan beberapa pertanyaan diberikan oleh Sinclair B. Ferguson: (klik disini utk melihat tulisan Ferguson)
1. Apakah boleh? (1 Kor 6:12). Meskipun kita boleh melakukan segala sesuatu dan sudah dibebaskan oleh Kristus, tetapi perlu mempertanyakan apakah boleh di dalam anugerah dan kasih Tuhan..
2. Apakah berguna? (1 Kor 6:12)
3. Apakah memperbudak diri? (1 Kor 6:12)
4. Apakah Kristus tetap diper-Tuhan-kan?
5. Apakah menolong orang lain?
6. Apakah konsisten dan sesuai dengan contoh2 Alkitab?

Lain lagi pendapat dari J. Budziszewski yang membuat narasi untuk menjelaskan tentang melihat kehendak Allah (klik disini utk melihat tulisan Budziszewski). Ia tidak terlalu menyetujui metode-metode yang ada dan melihat bahwa manusia hanya perlu mengerti dan menyadari kehendak Allah melalui tiga hukum:
1. Kebiasaan. Kebiasaan menunggu Tuhan, kebiasaan berdoa, beriman.
2. Meditasi, merenungkan kebenaran2 Firman.
3. Taat dan patuh melakukannya.

Terakhir, Bruce Waltke dalam bukunya Finding the Will of God, membagikan enam program yang sudah Tuhan sediakan untuk menemukan kehendak Allah:
1. Baca Alkitab
2. Hati untuk Allah
3. Cari Nasehat yang bijaksana
4. Lihat pemeliharaan Allah
5. Apakah masuk akal?
6. Intervensi Ilahi.

Artikel2 lain yang berbicara tentang kehendak Allah bisa klik disini .

God Guides us first through his Word, then through our heartfelt desires, then the wise counsel of others, and then our circumstances. At that point we must rely on our own sound judgment...God gave each of us a brain, and he expects us to put it to good use.
Bruce Waltke, Finding the Will of God


Wednesday, March 7, 2007

Tuhan melakukan apa yang dinikmatiNya

Hari ini terjadi lagi musibah di Indonesia, kecelakaan pesawat. Belum selesai gempa berkali-kali yang diisukan berpotensi kepada tsunami. Begitu juga dengan penyelidikan terhadap kapal Levina 1 yang terbakar dan tenggelam. Bahkan pesawat Adam Air dan penumpangnya sampai sekarang belum bisa ditemukan. Kasus Lapindo yang tidak ada penyelesaian. Angin puting beliung yang masih mengamuk di beberapa tempat dan longsor yang terjadi di beberapa tempat karena curah hujan yang tinggi dan gempa. Banjirpun masih terjadi. Membuat banyak orang berpikir, apa yang sedang terjadi di Indonesia. Kenapa musibah tidak pernah berhenti di Indonesia. Apakah bangsa ini sudah terlalu banyak dosanya? Kalau dalam artikel Fly Me to the Moon saya sudah membahas kegunaan segala musibah bagi manusia dan keuntungannya bagi orang percaya di Indonesia, maka dalam tulisan ini saya ingin mencoba memikirkan dari sudutnya Tuhan.

5 I know that the LORD is great, that our Lord is greater than all gods. 6 The LORD does whatever pleases him, in the heavens and on the earth, in the seas and all their depths. 7 He makes clouds rise from the ends of the earth; he sends lightning with the rain and brings out the wind from his storehouses.
Psalm 135:5-7

Dalam Maz 135, pemazmur ingin mengajak kita untuk memuji kebesaran Tuhan. Dengan melihat pekerjaan Tuhan yang luar biasa, manusia seharusnya mengakui bahwa Tuhan lebih dari segala ilah-ilah. Manusia sudah terlalu percaya kepada diri sendiri dan percaya akan kemampuan teknologi. Tapi, sekalipun usaha manusia yang begitu hebat, begitu teliti untuk mempersiapkannya, tetap saja ada faktor kesalahan manusia dan faktor alam yang tidak bisa ditaklukkan oleh manusia. Ini membuktikan bahwa Tuhan lebih hebat dibandingkan ilah-ilah yang dipercaya oleh manusia, yang seringkali dianggap lebih menjamin kenikmatan hidupnya di dunia ini.
Pemazmur juga mengatakan di dalam ayat 6, bahwa Tuhan melakukan apa yang dinikmatiNya, apa yang menyenangkanNya. Konsep ini jarang dipikirkan oleh manusia. Manusia biasanya hanya memikirkan segala sesuatu yang berpusat kepada dirinya sendiri. Misalnya, waktu terjadi musibah, pertanyaan pertama bukanlah, "Apakah ini menyenangkan dan memuliakan Tuhan?" tetapi, "Mengapa ini terjadi kepada orang-orang yang tidak berdosa? Mengapa harus mengalami kecelakaan seperti ini? Mengapa saya yang mengalaminya? Mengapa kami yang harus kehilangan orang-orang yang dikasihi?" Padahal kalau dipikir-pikir, mana ada manusia yang tidak berdosa? Terus, mengapa manusia merasa layak untuk mati tanpa kesulitan, padahal hidupnya penuh dengan dosa!? Sesungguhnya, semua manusia layak mati dengan cara yang paling menggenaskan karena dosa-dosa kita kepada Tuhan. Itu baru pembalasan yang adil dari Tuhan. Selanjutnya, mengapa manusia berpikir tidak boleh kehilangan orang yang dikasihinya? Apakah manusia yang sudah menciptakan sesama manusia, memberikan hidup dan yang mengatur kapan harus mati dan dengan cara bagaimana!? Sebenarnya, problem besar dalam semua musibah yang terjadi adalah manusia tidak mengerti posisinya di hadapan Allah dan tidak mencoba melihat segala sesuatu dari sisi rencana Tuhan secara keseluruhan.
Itu sebabnya saya ingin mencoba melihat dari sudut yang berbeda, selain dari cara melihat dari sudut manusia yang hanya ingin Tuhan melakukan segala sesuatu sesuai dengan keinginannya. Maka saya mencoba memikirkan dan bertanya, "Apa yang dirasakan oleh Tuhan waktu menjalankan semua rencanaNya yang baik, termasuk ketika harus menghukum manusia dan mengijinkan banyak hal yang buruk menurut manusia terjadi dalam hidupnya? Saya dapat jawabannya dari pemazmur, Tuhan menikmatinya. Di dalam ayat 6 digambarkan bagaimana Tuhan melakukan apa yang dikehendakinya di laut dan di dalam kedalaman laut (tsunami!?). Di ayat 7, dijelaskan kehebatan Tuhan dengan memberikan kilat bersama-sama dengan hujan (badai petir!?) dan juga yang mengatur angin (badai dan angin puting beliung!?). Manusia sulit mengerti, bagaimana mungkin Tuhan menikmati akan kejadian-kejadian yang buruk dalam hidup manusia. Masalahnya, Tuhan melakukan dalam kekekalan dan segala sesuatu berkaitan dengan akhir yang Tuhan tahu membawa kepada kebaikan orang-orang pilihan sekaligus penghukuman kepada orang-orang berdosa. Tetapi, kita manusia dalam kesementaraan hanya bisa melihat sampai kepada fenomena kejadian itu, berhenti di situ dan sulit untuk melihat kaitannya dengan hidup selanjutnya, apalagi dengan dampaknya sampai pada kekekalan. Itu sebabnya, manusia sulit untuk menerima kenikmatan Tuhan dan memuji keagungan Tuhan pada saat itu. Manusia hanya berpusat kepada manusia dan bukan kepada Tuhan.
Jadi, seharusnya kita bersiap untuk melihat segala pekerjaan Tuhan yang terus menunjukkan keagungan dan kebesaranNya. Dan terus bersiap untuk memuji Tuhan dalam segala keadaan dan bahkan bisa melihat kenikmatan Tuhan dan kitpun ikut bersukacita menikmatinya. Maka secara manusia, kita akan sedih dan berducita dengan segala musibah dan kehilangan, tetapi di sisi lain kita juga bersukacita karena mengerti jalan-jalan Tuhan dan menikmati saat-saat di mana Tuhan menunjukkan kemahakuasaan, keagungan dan kebesaranNya, serta menikmati apa yang dilakukanNya.
Semoga kita bisa belajar dari segala musibah, bencana dan segala kejadian yang diijinkan Tuhan, dan kita belajar melihat dari sisi Tuhan melihatnya.

Ya Bapa, biarlah kami bukan hanya terus melihat diri kami dan menganggap kami tidak layak menerima segala musibah, bencana dan masalah. Tetapi dalam dukacita yang dalam, biarlah kami yang layak dimusnahkan dengan cara yang paling kejam karena dosa-dosa kami, bisa memandang Engkau dan pekerjaanMu yang selalu baik. Dan ajarlah kami bersukacita menikmati, apa yang Engkau nikmati. Di dalam nama Tuhan Yesus, kami berdoa. Amin.