Ayat Hari Ini:

Showing posts with label Kesaksian. Show all posts
Showing posts with label Kesaksian. Show all posts

Thursday, April 10, 2008

Sekarang melayani siapa?

Setiap kali mendengar orang mengatakan "melayani Tuhan" selalu muncul dalam pikiran saya, betulkah manusia bisa melayani Tuhan? Adakah yang kurang dari Tuhan sehingga Ia perlu dilayani? Apa yang dipunyai oleh manusia sehingga bisa membantu dan melayani Tuhan? Terlalu banyak pertanyaan di dalam pergumulan pribadi ketika ingin mengevaluasi kembali pekerjaan pelayanan setelah 14 tahun menjadi pengkhotbah. Benarkah saya melayani Tuhan?

5 Hai hamba-hamba, taatilah tuanmu yang di dunia dengan takut dan gentar, dan dengan tulus hati, sama seperti kamu taat kepada Kristus, 6 jangan hanya di hadapan mereka saja untuk menyenangkan hati orang, tetapi sebagai hamba-hamba Kristus yang dengan segenap hati melakukan kehendak Allah, 7 dan yang dengan rela menjalankan pelayanannya seperti orang-orang yang melayani Tuhan dan bukan manusia.
Efesus 6:5-7


Dari Efesus 6:5-7, saya mendapatkan pengertian dari melayani Tuhan. Yang melayani Tuhan bukan sedang melihat Tuhan dan melakukan sesuatu untuk membantu Dia seolah-olah Ia tidak bisa melakukannya. Tuhan punya segala sesuatu, lebih dari cukup dan Ia tidak perlu dilayani. Kalau begitu apa maksudnya melayani Tuhan?

1. Mengerjakan segala sesuatu bagi orang lain di dalam ketaatan kepada Kristus (5)
Di ayat 5, melayani Tuhan adalah melakukan segala sesuatu kepada manusia. Dalam konteks Efesus, budak taat dan melayani tuannya. Waktu sang budak melakukannya di dalam ketaatan kepada Kristus, maka ia sedang melayani Tuhan.
Sama seperti di dalam Maz 119:91, pemazmur mengatakan segala sesuatu melayani Tuhan. Aplikasinya dalam hidup ini, melayani Tuhan meliputi seluruh aspek hidup kita. Apakah pekerjaan yang kita kerjakan, ataupun segala sesuatu yang kita lakukan (kelihatannya bagi manusia), kita lakukan di dalam ketaatan dan tunduk kepada Kristus? Jikalau ya, maka hidup kita adalah hidup yang melayani Tuhan. Kita menjadi orang yang munafik, ketika di gereja atau persekutuan kita kelihatan tunduk dan taat kepada Kristus bahkan terlibat dalam pelayanan gerejawi, tapi dalam kehidupan sehari-hari aspek hidup kita yang lain tidak pernah tunduk dan taat kepada Kristus dan tidak pernah dipakai untuk membantu orang lain.
Agak mirip tapi berbeda konteks, bandingkan dengan Mat 25:42-45, Tuhan Yesus mengatakan melayani diriNya adalah pada waktu melayani manusia yang terhilang. Ini tidak sama dengan aksi sosial atau pelayanan kesaksian yang suka didengung-dengungkan gereja. Tapi ini berbicara tentang kebiasaan sehari-hari yang dilakukan untuk memuliakan Allah. Kita menjadi orang yang munafik jika kita rajin mengikuti kegiatan aksi sosial, tapi dalam kehidupan sehari-hari kita tidak menghargai orang-orang yang terhilang. Hanya menghargainya dan terharu ketika aksi sosial.
Refleksi pribadi: (Diajarin P'Sen untuk membuat refleksi pribadi, Thanks a lot!)
Orang-orang yang harus saya layani bagi kemuliaan Kristus adalah.....................

2. Menggenapi kehendak Allah (6)
Di ayat 6, Paulus mengatakan bukan hanya pada saat dilihat ataupun untuk menyenangkan hati orang tapi segenap hati melakukan kehendak Allah. Saya membayangkan budak-budak yang bekerja keras bagi tuan2 mereka waktu itu. Mereka yang sudah menjadi orang Kristen mungkin bertanya, "Kapan kami bisa terlibat dalam pelayanan?" Paulus menjawab mereka bahwa pekerjaan mereka sehari-hari adalah pelayanan mereka kepada Tuhan. Apa yang mereka lakukan selama ini hanya bagi tuan mereka seharusnya dilihat sebagai penggenapan kehendak Allah.
Apalikasinya bagi saya berupa satu pertanyaan, "Apakah semua yang sudah saya kerjakan selama ini sudah menggenapi kehendak Allah?" Sulit untuk menjawabnya.. Setiap jawaban ya, berarti sudah melayani Tuhan.
Refleksi Pribadi:
Untuk menggenapi kehendak Allah di dalam sisa hidup ini, hal-hal yang akan segera saya lakukan ...................................................................................

3. Eunoia: rela, senang hati, segenap hati (7)
Jikalau mendapatkan kesempatan mengerjakan hal-hal yang besar dan luar biasa, maka setiap orang bisa dengan sangat rela dan senang hati melakukannya, meskipun dengan kegentaran. Tapi, jikalau membayangkan budak-budak di Efesus yang melakukan pekerjaan sehari-harinya bagi tuan2 mereka yang tidak tentu baik, sebagian dari mereka adalah tuan yang kejam, bisakah mereka melakukannya dengan rela, segenap hati dan senang hati?
Sama seperti ketika di dalam pekerjaan sehari-hari yang situasinya tidak enak, memberatkan dan boss yang nyebelin, bisakah kita tetap dengan senang hati melakukannya karena sedang melayani Tuhan dan bukan si boss? Menarik sekali, karena inilah yang dimaksudkan oleh Paulus dengan melayani Tuhan dan bukan melayani manusia.
Jikalau dalam pekerjaan sehari-hari kita lakukan di dalam ketaatan kepada Kristus dan menggenapi kehendakNya, bukankah semua yang kita lakukan akan kita lakukan dengan rela dan senang hati? Karena kita sedang melayani Tuhan, bukan melayani manusia yang sedang kita bantu dan kita hadapi.
Refleksi Pribadi:
Hal-hal dalam kehidupan yang harus saya lakukan dengan rela, senang hati dan segenap hati untuk melayani Tuhan adalah ...........................................

Setiap kali selesai berkotbah di suatu tempat, entah di gereja atau parachurch, pertanyaannya yang selalu ditanyakan kepada saya, "Sekarang pelayanan di mana?"
Dan selalu saya harus menjelaskan bahwa sementara ini saya melayani tanpa gereja dan organisasi. Banyak yang kemudian berusaha meyakinkan bahwa melayani di gereja atau lembaga mereka itu lebih baik dibandingkan dengan pelayanan sendiri. Dan mulai menawarkan segala fasilitas untuk bergabung dengan lembaganya. Seolah-olah kalau saya melayani Tuhan dengan cara sendirian, maka hidup akan berkekurangan dibandingkan dengan melayani dilembaganya. Ada pula yang berusaha membuat saya merasa bersalah kalau pelayanan sendiri dan lebih baik kalau bergabung dengan lembaga mereka. Hmm, suatu saat saya akan bergabung dengan satu gereja atau lembaga jikalau Tuhan memberikan kesempatan untuk menggenapi kehendakNya. Yang pasti, alasannya bukan karena jaminan hidup yang lebih baik. Tuhan yang menjamin hidup ini, dan itu lebih baik dibandingkan jaminan dari lembaga atau gereja manapun!

Tidak ada yang pernah bertanya, "Sekarang melayani siapa?" Padahal pertanyaan ini yang perlu dipertanyakan. Banyak orang yang dalam hidup sehari-hari sudah melayani mimpinya, materi, dirinya, organisasinya, bahkan gerejanya dan semuanya bukan untuk menggenapi kehendak Allah. Celakanya, banyak yang tidak sadar dan terus merasa sedang melayani Tuhan!
Adakah Tuhan yang menjadi sumber, pusat dan kehendakNya yang digenapi dalam hidup ini, entah di dalam pekerjaan sehari-hari, di kantor ataupun di rumah, aksi sosial ataupun pelayanan gerejawi lainnya, sendirian ataupun di dalam satu gereja atau lembaga, adakah Yesus Kristus yang menjadi pusat pelayanan kita? Adakah kita melakukan segala sesuatu bagi Dia dan bukan bagi manusia (termasuk diri kita)???
Soli Deo Gloria.

Tuesday, April 8, 2008

Backpacker (4): SYD-MEL

Sydney, April 3, 2008
Jam 6pm sudah mengambil koper yang dititip, terus nyari dinner di sekitar Central Station sambil nunggu greyhound bus. Kalau ketinggalan bus bisa gawat, karena tanggal 4 April pagi sudah harus ada di Melbourne utk naik Garuda ke Denpasar, lalu pulang ke Jakarta. Kalau ketinggalan bus, pesawat ke Melbourne ga ada lagi yang murah. Adanya Qantas yang mahal banget. So, lebih baik nunggu di dekat Central Station. Tapi, dinner dulu.
Ketemu Chinese Restaurant, parahnya yang jaga kurang bisa bahasa Inggris, harus panggil anaknya dulu. Lucu juga. Saya juga cuma bisa 3 kalimat bahasa Mandarin. Komunikasi juga bisa kacau. Untung anaknya cepat datang. Bisa makan nasi deh, satu setengah hari makan makanan bule terus. Mahal banget, sama Tea harganya $15 (Rp. 125.000, stop mikirin kursnya!!!).
Beli yang take away di dekat situ untuk di makan kalau bus berhenti istirahat makan, eh malahan cuma $4, jadi curiga!!!, masih bagus apa sudah basi. Eh, yang beli banyak. Apa semua pecinta makanan basi??

Selesai makan ke counter Greyhound sudah tutup. Ga ada tempat untuk duduk dan nunggu. Duduk di trotoarpun jadilah ditemani Wibrain, yang dilihatin tiap orang yang lewat, karena mirip PSP tapi kelihatan ada Windowsnya.. UMPC belum terlalu ngetop di Sydney, khususnya Wibrain.. Biasanya orang yang lihat suka nanya, "what's that?" Jawaban standarnya, "This is an UMPC"

Backpackers lain yang mau ke Melbourne, ikutan duduk2 di trotoar. Lega, ga dianggap gelandangan (mana belum mandi terakhir mandi kemaren pagi di Brisbane) karena banyak yang ikutan duduk di situ. Capek banget seharian jalan-jalan. Bisa2 di bus tidur terus.

Berangkat dari Sydney terlambat 1 menit. Dapat tempat duduk yang berduaan. Penumpangnya lebih banyak dibandingkan bus yang dari Brisbane. Drivernya nakut-nakutin penumpang kalau harus pake seatbelt, kalau tidak akan ada masalah dengan polisi Canberra. Saya sih pasti pake, karena kalau ketiduran ada penahan biar ga kemana-mana:)
Berusaha biar ga ketiduran dulu. Kota-kota tempat berhenti cuma sedikit (pantesan murah, cuma $80), jadi kalau ketiduran kayanya rugi. Mendingan tidur di pesawat besok.
Sampai di Liverpool sudah ngantuk banget. Lupa ngeliat apa aja, antara sadar dan tidak sadar.
Di Canberra bangun karena drivernya bicara dan say goodbye, mau ganti driver. Sudah tengah malam di Canberra, sepi banget. Ya iyalah.. Siang aja sepi. Kotanya sangat teratur, sayang semua tempat sudah tutup. Dan dingin banget sampe menggigil, kayanya suhunya dibawah 10 derajat Celcius. Beda banget dengan di dalam bus yang 24 derajat. Sempat lihat-lihat sebentar, tapi karena restaurantpun sudah pada tutup, jadi balik lagi ke dalam bus. Hangat dan nyaman. Kayanya ada cewek orang Indo yang naik dari Canberra.

Sesudah itu merenung kembali sambil melihat langit dan bintang. Masih seperti mimpi, kenapa bisa melakukan perjalanan nekat dengan modal bahasa Inggris yang pas-pasan dan tanpa map lengkap, tapi begitu beriman kepada greyhound, maksudnya kepada Tuhan yang pasti memimpin. Hanya bisa bersyukur, untuk kesempatan menjadi seseorang yang tidak berdaya in the middle of nowhere. Bagaimana kalau busnya mogok ditengah cuaca dingin seperti itu??? Mungkin bisa jadi pengalaman yang lebih menarik lagi!! Ketiduran lagi mungkin sambil senyum...

Berhenti di Holbrook untuk makan. Dingin banget, sambil makan dan minum hot choccolate tapi tetap aja menggigil. Jaket saya terlalu tipis untuk suhu dibawah 10 C. Buru-buru habisin makanannya, lalu masuk ke dalam bus. Tidur lagi.. Sayang sekali mata ga kuat lagi menikmati banyak hal.
Sempat berhenti lagi di Albury, hanya membuka mata sebentar dan ketiduran lagi. Kayanya yang orang Indo turun di Albury. Belum sempat nanya apa betul dia orang Indonesia untuk memuaskan pikiran yang menebak. Eh.. ketiduran lagi..

Melbourne, April 4, 2008
Bangun-bangun sudah dekat Melbourne. Waktu yang tersisa dipakai untuk evaluasi perjalanan dari Brisbane-Sydney-Melbourne. Apa yang dipelajari? Apa yang harus disyukuri?
- Menambah sedikit kepercayaan diri. Beberapa kali ngobrol dengan orang Aussie dalam bahasa Inggris, at least ga terlalu banyak ngomong pardon/sorry:)
- Belajar bergantung kepada Tuhan dengan sepenuhnya dan melihat penyertaan Tuhan. Biasanya pergi kotbah kemana-mana semuanya sudah disiapkan dan dijemput. Kali ini pergi ke beberapa kota dengan cara yang baru pertama kali, by bus. Naik pesawat ke Brisbane, Gold Coast, Sydney dan Melbourne, semuanya sudah pernah. Tapi dengan bus, first time in my life.
- Belajar mengambil keputusan di dalam waktu yang singkat. Selalu sulit mengambil keputusan dalam waktu yang terdesak, tapi dalam perjalanan ini harus mengambil keputusan secepat mungkin, kapan turun dari bus dan menikmati semuanya dan kapan tetap tinggal di dalam bus. Khususnya di Sydney, waktunya sangat2 terbatas untuk bisa dinikmati.
- Bisa melihat kebesaran Tuhan dalam ciptaanNya, semakin merasa kerdilnya manusia dan betapa hebat dan luar biasanya Tuhan dalam karya2Nya.

Sampai di Melbourne jam 8 pagi. Di Southern Cross Terminal bisa mandi, bayar $3. Kalau sama handuk $6. Shower aja dibisnisin.. Melbourne dingin banget, jadi malas untuk mandi, meskipun mandi air hangat. Harus ngantri pula. Waktunya sudah mepet. Jadi, hanya sikat gigi, cuci muka dan ganti baju lalu pake parfum (habisin yang lama sekaligus memastikan parfum yang baru dibeli kurang dari 100 ml- karena di Airport dilarang membawa ke pesawat lebih dari 100 ml). Gratis ga perlu bayar, semuanya dilakukan di toilet. Semoga di pesawat ke Denpasar dan Jakarta kosong, dan ga ada orang di samping..Ternyata harapan tidak terkabul, MEL-DPS penuh, begitu juga DPS-JKT. Kasihan yang duduk di samping saya, harus mencium campuran parfum dan bau badan dua hari tidak mandi.. Tetap aja bisa ngobrol sama ibu itu sampai Denpasar. Sesudah empat jam, dia mulai kipas2, baru mulai tercium baunya sesudah kekuatan parfum mulai menghilang. Sorry..
Lain kali kalau ada kesempatan untuk traveling, akan disiapkan lebih baik lagi dan tentu saja pake mandi, itupun kalau sempat:)


Cerita sebelumnya di Sydney bisa baca di Backpacker (3): Exploring Sydney

Tuesday, September 4, 2007

Lebih dari Kristus

Seorang murid tidak lebih dari pada gurunya, atau seorang hamba dari pada tuannya.
Mat 10:24


Memperhatikan diri sendiri dan juga memperhatikan kehidupan hamba-hamba Tuhan yang semakin terkenal, kelihatannya semakin jauh berbeda dengan Kristus.
Ada kecenderungan untuk kelihatan semakin sibuk dan dalam kotbah-kotbah semakin ingin menunjukkan bahwa pelayanan sebagai hamba Tuhan itu menderita dan capek sekali. Sampai-sampai kemudian tidak ada waktu lagi untuk melayani orang-orang yang harus dilayani.

Dalam Mat 10:24, Tuhan Yesus berbicara di dalam konteks penderitaan. Tidak ada seorang murid yang lebih dari pada gurunya. Maksudnya, penderitaan yang akan dialami oleh murid-murid Kristus tidak akan pernah melebihi penderitaan Kristus. Seharusnya, kalau kita menjadi serupa Kristuspun tetap tidak bisa dibandingkan penderitaan yang kita alami dengan penderitaan Kristus. Ia adalah Pencipta, jadi sama dengan ciptaan, menderita, berkorban dan mati bagi ciptaanNya. Kalau kita menderita dan mati bagi Kristuspun, tetap tidak sebanding dengan apa yang Ia telah lakukan.

Akhir-akhir ini dapat beberapa SMS yang memberikan informasi tentang gereja yang diserbu dan Pendetanya dianiaya. Banyak orang yang terkejut dengan berita-berita seperti ini. Tapi, bukankah hal-hal seperti ini adalah hal yang biasa. Sejak dari gereja mula-mula, murid-murid Kristus dikejar-kejar, dianiaya dan banyak yang disalibkan. Dilihat dari sisi kemanusiaan dan keadilan di dalam berbangsa dan negara, memang perlu disesali. Tapi dilihat dari sisi sejarah Kekristenan, hal itu biasa-biasa saja. Kematian Kristus yang adalah Pencipta yang menjadi ciptaan, itu yang luar biasa.

Melihat hidup Kristus sebagai manusia, seharusnya kita akan terheran-heran. Ia menderita dan terus-menerus dilawan oleh pemimpin2 politik dan agama. Tapi, ajaran-ajaranNya dikagumi tapi juga dilawan. Mujizat-mujizatNya ditunggu-tunggu, tapi orang-orang hanya membutuhkan mujizat bukan diriNya. Dalam keadaan-keadaan yang sangat melelahkan dan menderita, Ia selalu ada waktu untuk murid-muridNya, orang2 banyak, orang-orang sakit, dan orang-orang yang harus dilayani secara pribadi, bahkan anak-anak.

Membandingkan Kristus dengan pelayanan dan hidup saya serta hamba-hamba Tuhan yang lain, sepertinya bukan makin mirip, tapi jadi lebih bertentangan.
Semakin sibuk, bukan semakin melayani orang, tetapi semakin melayani pelayanan itu sendiri (yang ujung-ujungnya meberikan uang yang lebih banyak).
Kalau diundang untuk berkhotbah, ditanya dulu berapa banyak orang yang akan hadir?! Semakin terkenal seorang Hamba Tuhan, sudah menjadi pendapat umum bahwa harus lebih banyak orang mendengarkan kotbahnya. Kecuali untuk orang-orang penting/kaya, selalu ada waktu untuk duduk makan dan berbicara/konseling. Bagaiamana dengan orang-orang yang terpinggirkan? Adakah waktu untuk mereka? Bukankah Kristus justru selalu punya waktu dan bahkan duduk makan dengan mereka?

Tanpa sadar (atau banyak juga yang melakukannya dengan sadar), banyak hamba Tuhan hidup dan pelayanannya melebihi Kristus. Yang ditunjukkan sepertinya lebih menderita dan berkorban, lebih capek dan melakukan pekerjaan-pekerjaan pelayanan yang lebih besar (karena berkotbah kepada orang yang lebih banyak) dan bahkan waktu-waktunya lebih sibuk, sehingga orang-orang semakin sulit mendekatinya, termasuk jemaatnya sendiri. Begitulah hidup saya ketika menjadi Gembala Jemaat di salah satu gereja. Sepertinya ketika semakin sibuk dan banyak pelayanan, maka jemaat harus maklum kalau mereka tidak bisa dilayani. Masing-masing harus bisa melayani diri sendiri dan saling melayani. Masih banyak pekerjaan-pekerjaan besar yang harus saya lakukan. Di suatu waktu, saya sadar. Saya bukan mengikuti caranya Kristus. Saya hanya ingin melebihiNya. Dan kelihatan lebih sibuk lagi. Sepertinya seorang Hamba Tuhan yang ingin sekali menggenapkan kehendak Allah yang begitu banyak dan begitu besar. Semakin banyak yang saya lakukan, dan semakin banyak orang yang diberkati (apalagi orang-orang penting/kaya), sepertinya semakin dipakai Tuhan. Dan ternyata yang dinikmati: banyaknya pelayanan, perasaan berarti (apalagi kalau sesudah kotbah dan ngajar dipuji-puji) dan tentu saja uang yang dianggap sebagai berkat dari pelayanan dan pemeliharaan Tuhan. Berbeda sekali dengan yang dilakukan oleh Kristus.

Kristus tidak pernah memberikan syarat bahwa harus banyak orang dulu baru Ia akan berkotbah. Ia juga tidak pernah menolak pelayanan di dalam keadaan yang sangat sibuk dan meletihkan. Ia bisa didekati siapa saja, tapi Ia tidak bermulut manis kepada orang kaya dan pemimpin2 politik/agama (demi utk mendapatkan kesuksesan dan pengakuan yang lebih besar). Ia juga tidak perlu jaim (jaga image), dengan tdk mau berbicara dgn pemungut cukai, pelacur dan bahkan duduk makan dengan mereka yang terkenal sebagai orang-orang berdosa. Ia tetap bisa melakukan semuanya tanpa iming-iming kesuksesan, hidup yang lebih enak, dll. Dan Kristus betul-betul menderita dan berkorban bagi umatNya. He is the good Shepherd.
Bagaimana dengan saya? Masih terlalu jauh dari semuanya...

More like the Master I would ever be,
More of His meekness, more humility;
More zeal to labor, more courage to be true,
More consecration for work He bids me do.

Take Thou my heart, I would be Thine alone;
Take Thou my heart, and make it all Thine own.
Purge me from sin, O Lord, I now implore,
Wash me and keep me Thine forevermore.

(Words & Music: Charles H. Gab­ri­el, 1906)
Text selengkapnya dan MIDI bisa dilihat dan didengar di Cyber Hymnal

Tuesday, May 15, 2007

Lupakan Masa Lalu yang terindah!?

Sejarah dan masa lalu biasanya mengandung banyak kejadian yang sangat berguna untuk hidup ini. Banyak orang sudah belajar dari sejarah dan masa lalu dan mendapatkan berbagai macam kebaikan bagi hidup.

Sebagian orang yang masa lalunya suram, berjuang untuk melupakan masa lalunya. Ada yang bisa melupakan sesudah mengambil pelajarannya dan ada yang melupakan semuanya tanpa belajar sedikitpun, karena mungkin masa lalunya terlalu pahit.

Bagaimana dengan masa lalu yang memberikan kebanggaan, kejayaan dan sukacita yang besar? Adakah yang melupakan semuanya itu? Tentu saja tidak ada yang mau melupakan itu! Biasanya semuanya disimpan di dalam album-album kenangan dan kalau tidak ada album, maka semuanya tetap disimpan di dalam hati sebagai kenangan yang terindah.
Apakah semua masa lalu yang indah harus diingat? Adakah yang harus dilupakan? Yang mana? Mengapa?

16 Beginilah firman TUHAN, yang telah membuat jalan melalui laut dan melalui air yang hebat, 17 yang telah menyuruh kereta dan kuda keluar untuk berperang, juga tentara dan orang gagah mereka terbaring, tidak dapat bangkit, sudah mati, sudah padam sebagai sumbu , 18 firman-Nya: "Janganlah ingat-ingat hal-hal yang dahulu, dan janganlah perhatikan hal-hal yang dari zaman purbakala! 19 Lihat, Aku hendak membuat sesuatu yang baru, yang sekarang sudah tumbuh, belumkah kamu mengetahuinya? Ya, Aku hendak membuat jalan di padang gurun dan sungai-sungai di padang belantara. 20 Binatang hutan akan memuliakan Aku, serigala dan burung unta, sebab Aku telah membuat air memancar di padang gurun dan sungai-sungai di padang belantara, untuk memberi minum umat pilihan-Ku; 21 umat yang telah Kubentuk bagi-Ku akan memberitakan kemasyhuran-Ku."
Yes 43:16-21

Ay. 16-17 berbicara tentang karya Tuhan yang luar biasa pada saat membawa bangsa Israel keluar dari Mesir, dengan membelah laut dan membuat para prajurit Firaun tenggelam di dalam laut. Cerita ini merupakan kenangan yang terindah bagi orang Israel. Cerita ini terus diceritakan kepada anak cucu mereka untuk mengingat perbuatan2 Tuhan yang luar biasa terhadap Israel. Tuhan memerintahkan kepada bangsa Israel untuk mengajarkannya kepada keturunan mereka di dalam Ulangan 6.
Tetapi, mengapa sekarang Tuhan mengatakan jangan mengingatnya?! (ay.18). Apa yang salah dalam mengingat anugerah dan karya Tuhan yang luar biasa dalam hidup ini?

Orang Israel yang sedang berada di dalam penghukuman karena kesalahan dan dosa2 mereka, mengingat kembali apa yang dilakukan oleh Tuhan terhadap nenek moyang mereka dan berharap Tuhan melakukan hal yang sama terhadap mereka. Tetapi itu bukan kehendak Tuhan. Tuhan ingin membuat sesuatu yang baru, yang jauh sekali berbeda dengan keajaiban yang pernah dilakukan (19-20). Tuhan ingin membuat sesuatu yang berbeda, dan hal-hal ini bukan berdasarkan keinginan manusia.
Ingatan masa lalu yang indah yang akhirnya hanya melihat Tuhan hanya bisa melakukan hal itu dalam hidup bangsa Israel, itulah yang dilarang untuk diingat oleh Tuhan. Karena Tuhan bukan hanya melakukan itu saja dan hanya seperti itu.

Zaman sekarang ini, banyak orang yang hanya mengalami satu 'pengalaman rohani' dengan Tuhan. Kemudian hal itu yang terus-menerus diceritakan dan diingat-ingat. Kemana-mana hanya menceritakan hal itu. Seolah-olah Tuhan hanya berkarya kepadanya dengan satu pangalaman rohani yang dia anggap luar biasa. Sementara hal-hal lain di dalam hidupnya, tidak pernah diingat, dan tidak bisa melihat bahwa Tuhan berkarya di dalamnya. Selain itu, ada banyak pengalaman yang lain lagi yang akan terjadi di dalam hidupnya, tetapi hidupnya sudah ditutupi dengan satu pengalaman yang hebat dan ajaib, sehingga sulit menyaksikan lagi kehebatan2 dan kuasa Tuhan yang terus bekerja.

Begitu juga dengan orang-orang yang terus memikirkan relasi masa lalunya yang indah dan ingin mengulangi semuanya. Seandainya kenangan yang indah tidak membuang masa sekarang dan masa depan, it's OK. Kenyataannya, banyak yang hanya ingin mengulang realsi masa lalu dan tidak bisa menerima masa sekarang ini dan tidak bersiap untuk kemungkinan masa depan. Sayang sekali!

Maka, seringkali pengalaman2 dan kenangan2 yang terindah membuat seseorang sulit untuk bertumbuh dan melihat karya Tuhan yang lebih besar lagi yang akan Tuhan kerjakan untuk kemashyuran namaNya. Kenangan terindah dimana Tuhan bekerja luar biasa dalam hidup kita, seringkali harus dilupakan dulu supaya kita bisa melihat lagi karya-karya Tuhan yang besar dalam hidup kita.

Saya memiliki pengalaman berhubungan dengan hal ini. Pada saat lulus dari sekolah teologi, saya mendapatkan banyak pujian. Saat wisuda, dipuji oleh pendeta sekaligus rektor dan pemimpin yang saya kagumi. Pujian itu diucapkan di dalam kotbah saat wisuda. Sesudah itu, karena saya akan keluar dari gereja tempat saya praktek pelayanan, maka diadakan acara perpisahan. Pendeta yang menjadi Gembala Sidang pun memuji hasil akademik dan pelayanan yang saya kerjakan. Pujian2 ini merupakan hal2 yang terindah yang pernah terjadi di dalam hidup saya sampai saat itu. Tetapi, akibat dari pujian2 itu membuat saya sulit berkembang di dalam pelayanan. Ada perasaan bangga, puas atas apa yang sudah dicapai dan hasil yang diterima.
Beberapa tahun akhirnya tidak bisa melihat bagaimana Tuhan bekerja yang lebih besar dalam hidup saya, hanya karena terus mengingat peristiwa wisuda dan perpisahan. Saya akhirnya belajar untuk melihat bahwa Tuhan bisa membuat yang lebih lagi, bukan untuk pujian yang lebih lagi untuk diri saya, tetapi untuk menunjukkan kebesaranNya yang bisa membentuk siapa saja yang mau Ia bentuk dan pakai demi kebesaran dan kemuliaan namaNya.

Jadi, ada hal2 yang tidak bisa kita lupakan. Keselamatan yang Tuhan sudah anugerahkan dalam hidup kita, pemeliharaan, kenangan2 indah dan karya2Nya dalam hidup ini. Tetapi, kalau karyaNya dan kenangan2 yang indah dalam hidup kita menghalangi kita untuk bertumbuh dan melihat karya2Nya yang akan terus bekerja dalam hidup kita, lebih baik kita lupakan dulu masa lalu itu, menerima apa yang ada sekarang dan melihat masa depan dan karya2 Tuhan yang akan terus bekerja dan tidak akan pernah berhenti untuk memashyurkan namaNya. Soli Deo Gloria.

Thursday, April 12, 2007

Lagi dalami apa?

Kemarin pergi ke rumah duka. Orangtua dari seorang teman penginjil meninggal dunia. Siangnya ketemu dengan mantan dosen, sekaligus dekan di seminary dulu. Kemudian sang dosen berbicara dengan teman yang lagi berduka. Sesudah basa-basi, tanya mengapa meninggal, sang teman tidak melewatkan kesempatan untuk diskusi teologi dan filsafat. Memang agak lain hidup dari seorang penginjil yang suka belajar. Padahal dua bulan sebelumnya papanya meninggal, kemudian mamanya meninggal. Di tengah kedukaan, dia tidak melewatkan kesempatan untuk belajar dari sang dosen yang memang paling banyak mempengaruhi pemikirannya di awal-awal belajar teologi dan filsafat. Kami duduk berempat di dalam satu lingkaran, dan sang penginjil dan dosen asyik ngobrol tentang beberapa hal dan beberapa nama tokoh2 terkenal disebutkan, sambil sang dosen share bagaimana dia mendalaminya. Sampai kemudian tiba-tiba sang dosen berpaling ke saya dan bertanya, "Ronald, lagi dalami apa?" Saya dengan gampangnya menjawab, "saya yang cetek2 aja yg bisa aplikatif." Ditanggapi sama sang dosen,"Seringkali orang yang sudah berpikir dalam sulit untuk aplikasi!" Saya kemudian mengatakan kepada sang dosen bahwa sedalam apapun yang saya dalami sepertinya tetap cetek dibandingkan dengan kedalaman sang dosen. Dia ketawa dan mungkin melupakan percakapan kita, tapi saya masih terus memikirkannya.

18 Aku berdoa, supaya kamu bersama-sama dengan segala orang kudus dapat memahami, betapa lebarnya dan panjangnya dan tingginya dan dalamnya kasih Kristus, 19 dan dapat mengenal kasih itu, sekalipun ia melampaui segala pengetahuan. Aku berdoa, supaya kamu dipenuhi di dalam seluruh kepenuhan Allah.
Efesus 3:18-19

Ayat ini adalah harapan Rasul Paulus bagi jemaat Efesus bersama-sama dengan semua orang kudus untuk sanggup memahami, betapa lebarnya dan panjangnya dan tingginya dan dalamnya, serta mengenal yang melampaui segala pengetahuan dan hikmat yaitu Kasih Allah. Paulus berharap kita bisa dipenuhi dengan segala kepenuhan Allah. Maka, meskipun sudah berkali-kali berbicara tentang Kasih Allah, sepertinya masih terlalu jauh dan terlalu cetek untuk bisa melihat kedalamannya. Keinginan sekarang ini masih ingin lebih memahami dan mendalami tentang Kasih Allah di dalam seluruh kepenuhan Allah. Seperti apa itu? Sulit dilukiskan dan dijelaskan, tapi bisa dialami dan dirasakan oleh orang-orang percaya. Saat diselamatkan, dalam kehidupan sehari-hari, di dalam melihat jalan-jalan Tuhan. Sesungguhnya kita bisa merasakan dan mengalami betapa lebarnya dan panjangnya dan tingginya dan dalamnya kasih Allah.
Jadi ingat satu lagu yang berbicara tentang kasih Allah. Ditulis oleh Fred­er­ick M. Leh­man pada tahun 1917.

The love of God is greater far
Than tongue or pen can ever tell;
It goes beyond the highest star,
And reaches to the lowest hell;
The guilty pair, bowed down with care,
God gave His Son to win;
His erring child He reconciled,
And pardoned from his sin.

Refrain
O love of God, how rich and pure!
How measureless and strong!
It shall forevermore endure
The saints’ and angels’ song.

When years of time shall pass away,
And earthly thrones and kingdoms fall,
When men, who here refuse to pray,
On rocks and hills and mountains call,
God’s love so sure, shall still endure,
All measureless and strong;
Redeeming grace to Adam’s race—
The saints’ and angels’ song.

Could we with ink the ocean fill,
And were the skies of parchment made,
Were every stalk on earth a quill,
And every man a scribe by trade,
To write the love of God above,
Would drain the ocean dry.
Nor could the scroll contain the whole,
Though stretched from sky to sky.


Mau denger, nyanyi atau download mp3 lagu ini? KLIK DI SINI

Banyak orang sudah bicara tentang kasih Allah, tapi kasih Allah tidak pernah habis-habisnya dibicarakan, bahkan semakin dibicarakan, semakin dirasakan bahwa semakin perlu dibicarakan kembali. Bahkan cerita tentang kasih Allah yang sederhana bisa mengubah orang-orang yang merasa dirinya sudah besar.
Dwight L. Moody menyelesaikan kebaktian kebangunan rohaninya di Birmingham, England. Waktu orang-orang mengucapkan selamat jalan kepada Moody yang akan kembali ke Amerika, seorang muda dalam jemaat itu ikut memberi ucapan selamat jalan kepada Dwight L. Moody, dan nama anak muda itu adalah Harry Morehouse.
Ia berkata kepada D. L. Moody, “Saya akan datang ke Amerika. Dan ketika saya sampai di sana, saya akan berkhotbah untuk Anda.” Pada umumnya tidak ada orang yang menyodorkan diri sendiri untuk berkhotbah. Biasanya seseorang berkhotbah oleh karena ada yang mengundangnya. Lalu Moody menjawab dengan bijaksana, “Yah, ketika Anda tiba di Amerika, hubungi kami. Kami akan menerima Anda dengan senang hati.”
Kira-kira enam bulan kemudian, ketika D.L. Moody ada di Chicago, ia menerima telepon dari Harry Morehouse yang ada di New York. Harry berkata kepada Moody, “Saya telah tiba di Amerika. Saya ada di New York. Saya ingin berada di Chicago pada hari Rabu dan saya ingin berkhotbah untuk Anda Rabu malam.”
Ketiba Rabu tiba, Moody harus pergi keluar kota, namun ia telah meninggalkan pesan, “Ada anak muda yang akan datang kemari yang bernama Harry Morehouse. Ia berasal dari Birmingham, England. Berilah kesempatan kepadanya untuk berbicara beberapa patah kata saja.”
Apa yang terjadi kemudian? Harry berkhotbah dari Yohanes 3:16. Dan di bagian akhir kebaktian Ia menantang orang-orang untuk percaya kepada Kristus, dan kira-kira ada sepuluh orang diselamatkan. Kemudian para diaken berkata kepada anak muda itu, “Besok malam atau Kamis malam kami ada kebaktian, dan Anda yang akan menyampaikan Firman Tuhan lagi.” Kamis malam anak muda itu kembali menyampaikan Firman Tuhan dari teks yang sama. Dan kira-kira ada lima belas orang diselamatkan. Mereka berkata lagi, “Jum’at malam kami ada kebaktian lagi. Dan Anda yang akan menyampaikan Firman Tuhan kembali.” Anak muda itu menyampaikan Firman Tuhan dari teks yang sama: “Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini.” Kira-kira ada dua puluh orang diselamatkan.
Selesai kebaktian mereka berkata, “Sabtu malam, kami juga ada kebaktian lagi, dan kami minta Anda menyampaikan Firman Tuhan kembali.” Sabtu itu, D.L. Moody kembali ke Chicago. Dan istrinya berkata kepadanya, “Sayang, kita sedang berada di tengah kebangunan rohani yang luar biasa, kebangunan rohani yang ajaib. Banyak orang berubah dan bertobat.” Dan istinya melanjutkan, “Ketika kamu menghadiri kebaktian itu, pasti kami akan bertobat.” Moody menentangnya, dan berkata, “Saya telah berkhotbah lebih dari dua puluh tahun. Dan kamu katakan saya akan bertobat?”
“Ya,” kata isterinya. “Kamu akan melihatnya sendiri.”
Ketika ia datang dalam kebaktian Sabtu malam itu, ia duduk paling depan. Ia duduk di sana dengan sikap meremehkan anak muda itu. Namun ketika anak muda itu menyampaikan khotbahnya, kira-kira ada tiga puluh orang yang bertobat. Anak muda itu secara terus menerus berkhotbah dari ayat yang sama setiap malam di gereja itu selama enam minggu berturut-turut dan kebangunan rohani terjadi.
Ketika pelayanan itu berakhir, Moody berkata, “Istriku benar. Saya telah diubahkannya.” Ia berkata, “Selama ini saya berkhotbah dari sisi Sinai. Berkhotbah tentang Neraka, penghukuman dan api dan kilat dan guntur. Namun,” katanya, “Saya telah berubah. Saya telah bertobat. Saya mulai sekarang akan mengkhotbahkan sisi yang lain, yaitu tentang kasih Allah, dan darah Yesus serta pencurahan kasih Roh Kudus.”

Saya tidak ingin mengikuti Moody, bagi saya dua sisi: keadilan dan kasih Allah harus dikotbahkan. Tetapi harus diakui bahwa keadilan tidak sebanding dengan kasih Allah. Memang kasih Allah lebih bisa dimengerti dengan melihat kepada keadilan Allah. Tanpa keadilan Allah, kasih akan terlihat sebagai kasih murahan. Meskipun demikian, kasih Allah masih terlu dalam dan terlalu ajaib. Banyak orang yang sudah membicarakannya, tapi apa artinya bagi saya secara pribadi? Seberapa dalam pengenalan saya terhadap kasih Allah?
Suatu hari kalau bertemu lagi dengan sang dosen dan kalau pertanyaannya lagi dalami apa? Dengan mantap akan saya jawab, "Kasih Allah"

Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal. Sebab Allah mengutus Anak-Nya ke dalam dunia bukan untuk menghakimi dunia, melainkan untuk menyelamatkannya oleh Dia. Barangsiapa percaya kepada-Nya, ia tidak akan dihukum; barangsiapa tidak percaya, ia telah berada di bawah hukuman, sebab ia tidak percaya dalam nama Anak Tunggal Allah.

Thursday, March 29, 2007

Aku Bebas

Yang ini juga salah satu puisi yang kembali diketemukan. Saya menulisnya pada tahun 1996 tanggal 10 November, dalam pergumulan dengan dosa-dosa yang terus menghantui dan mengganggu, bahkan sepertinya tidak menginginkan untuk pergi meninggalkan diriku yang lemah.

Aku Bebas

Jiwaku bergembira di dalam Tuhan
Ada damai dan sukacita dalam hatiku
Karena dari sengsaraku aku dibebaskan
dari dosa-dosa yang menghimpit jiwaku

Aku sengsara karena dosa-dosaku
Bukan karena Tuhan meninggalkanku
Tapi kehendakku yang menjauhiNya
Mengikuti nafsuku melawan kehendakNya

Aku belajar dari kesalahanku
Tanpa Tuhan aku lemah
Tanpa Tuhan aku bodoh
Yang kulakukan hanyalah kebodohanku

Persekutuan dengan Tuhan sangat kurindukan
Aku merindukannya setiap hari
Di waktu pagi jiwaku memuji Tuhan
Hatiku bersyukur di malam hari

Adakah yang melebihi Tuhanku?
Pencipta langit, bumi dan segala isinya
Yang mencipta manusia, menebus dan memeliharanya
Tidak ada yang bisa melebihi Tuhanku

Ronald Arthur
10 Nov 1996
09.42 am WIB

Menjadi Seorang Pelayan

Lagi bongkar-bongkar semua dokumen pribadi, eh ketemu beberapa lagu dan puisi yang pernah saya tulis, ini salah satu di antaranya. Di tulis pada saat melewati pergumulan mempertanyakan apakah Tuhan masih memberikan anugerah kepada hambaNya, karena seprtinya Tuhan meninggalkan hambaNya yang sedang dalam kesulitan dan sangat membutuhkan pertolongan. Dalam pergumulan itu juga mempertanyakan apakah saya betul-betul adalah hambaNya? Karena hidup sepertinya saat itu penuh dengan kesulitan dan penderitaan. Saat memikirkan semua itu, maka muncullah kalimat-kalimat dan menjadi suatu pujian. Notnya masih saya tulis, tapi saya lupa cara menyanyikannya. Seingat saya, lagunya cepat dan gembira.

Menjadi Seorang Pelayan

Ketika masih dalam dosa
Tuhan datang menyelamatkan
Bukan kar'na kita berjasa
Tapi kar'na anug'rah Tuhan

Kita t'lah dis'lamatkan Tuhan
dan juga jadi pelayanNya
Itu semua anug'rah Tuhan
Menurut kasih karuniaNya

Reff:
Kita semua pelayan Tuhan
Pemb'rian kasih karuniaNya
Untuk membawa Injil Tuhan
Kepada semua manusia

Keberanian diberiNya
Untuk membawa Injil Tuhan
Janganlah takut menderita
'Tuk memuliakan nama Tuhan

Musik dan Syair oleh Ronald Arthur
Depok, 26 Juli 1996
15.30 WIB

Monday, March 26, 2007

Anda adalah Pengkotbah!?

Tulisan ini sebenarnya dipengaruhi oleh tulisan dari bukunya Martyn Lloyd-Jones, Spiritual Depression (dalam terjemahan Indonesia, Buluh yang Terkulai) dan kotbahnya John Piper, I Will Go to God, My Exceeding Joy. Sebenarnya secara pribadi sudah dipraktekkan dari dulu, tapi kaget ketika melihat ada yang membahas dan menjelaskan dasar Alkitabnya.
Apa gunanya kotbah kepada diri sendiri? Seberapa penting di dalam hidup orang percaya? Mengapa seharusnya kita melakukan hal ini? Mari kita lihat contohnya dari Pemazmur.

Mengapa engkau tertekan, hai jiwaku, dan mengapa engkau gelisah di dalam diriku? Berharaplah kepada Allah! Sebab aku bersyukur lagi kepada-Nya, penolongku dan Allahku!
Maz 43:5


Pemazmur di dalam keadaan yang begitu sulit. Ia dicurangi dan ditipu dan pemazmur merasa bahwa Tuhan telah membuangnya. Tetapi, ia bisa melihat bahwa altar Allah dan Allah sendiri adalah sukacita dan kenikmatannya. Itu sebabnya ia bertanya kepada jiwanya, mengapa jiwanya tertekan? bukankah ada sukacita di dalam kesulitan yang sedang dialaminya? Bukankah Allah adalah sumber sukacita dan Sang Sumber Sukacita tidak pernah meninggalkannya? Maka, menurut Martyn Lloyd-Jones, Pemazmur berkotbah kepada dirinya sendiri. Dan kotbah kepada diri sendiri merupakan salah satu aspek yang penting di dalam hidup orang percaya. Mengapa?
Sadar tidak sadar, setiap hari kita mendengarkan kotbah (firman). Masalahnya, firman seperti apa yang masuk dalam pemikiran kita, kemuadian membentuk sistem nilai dan ola pikir kita? Apakah firman yang disajikan oleh koran setiap hari? Firman yang disuguhkan televisi setiap hari? Tulisan-tulisan yang kita baca di dalam inbox dari e-mail kita? Perkataan dari rekan-rekan di kantor? Perkataan orang-orang yang kita dengar di dalam perjalanan? Perkataan dari orang-orang disekeliling kita waktu lagi makan? Perkataan orang tua atau saudara? Ataukah perkataan firman? Yang bisa menegur, mengoreksi, menguatkan dan mengubah hidup kita? Bukan berarti kita tidak boleh nonton tv, baca koran dan mendengarkan kalimat orang-orang. Tetapi, manakah yang paling dominan membentuk dan mempengaruhi hidup kita?
Ketika bergumul dan akan mengambil keputusan, suara-suara seperti apa yang berbicara di dalam hati kita? Sebagian orang membayangkan bahwa di dalam hatinya ada peperangan antara Iblis dan Malaikat. Dan ia sering menjadi korban karena mengikuti perkataan Iblis yang sepertinya lebih kuat dibandingkan dengan perkataan malaikat yang baik. Sebenarnya, diri kita yang sedang berperang dengan Iblis. Sama seperti Hawa yang dicobai oleh Iblis, kitapun tetap diijinkan oleh Tuhan berhadapan dengan pencobaan itu. Masalahnya, apakah kita mempunyai senjata firman yang bisa melawan firman Iblis? Apakah kita bisa mengkhotbahi diri kita pada saat tertekan dengan firman yang hidup dan berkuasa? Ataukah sama seperti sebagian orang yang tidak berdaya mengikuti rasionalisasi dan penjelasan Iblis, membuat cerita kejatuhan manusia di Taman Eden kembali terulang.
Bukankah seharusnya kita bisa melihat kuasa Kristus di dalam firmanNya yang sudah mengalahkan Iblis? Mengapa kita tidak pernah mempergunakannya? Mengapa bukan firman yang hidup dan memberikan sukacita sejati yang kita dengar pada saat kita dicobai, tertekan dan tidak berdaya? Jawabannya, karena kita tidak terbiasa dan berlatih mengkotbahkan firman kepada diri kita. Banyak yang hanya pasrah mendengarkan semuanya, sampai kemudian sadar kalau dirinya sudah terlalu jauh tersesat.Tetapi orang-orang yang mendengarkan firman Allah, bukan hanya bisa mengalahkan firman Iblis dengan kuasa Kristus melalui firmanNya, melainkan juga bisa membedakan di dalam setiap firman yang didengar, adakah yang sungguh amat baik yang merupakan anugerah Tuhan dan yang sudah dicemari oleh dosa. Setiap perkataan dan firman dari orang-orang dan media yang didengar mampu dibedakan dengan jelas dan bahkan ada anugerah Tuhan untuk memikirkan bagaimana transformasi yang sudah dicemari oleh dosa kepada apa yang berkenan dihadapan Allah. Saat-saat tertekan dan di dalam pergumulan, maka orang-orang ini tetap ada anugerah dan kekuatan untuk berkotbah kepada dirinya sendiri sesuai dengan firman yang biasa didengar. Bukan suara Iblis yang menjadi pegangan, tetapi suara Roh Kudus yang berbicara melalui firmanNya.
Banyak orang percaya yang ingin memiliki iman yang teguh dan tetap kuat di dalam segala keadaan, tetapi tidak diperlengkapi dengan firman. Akibatnya, komitmen yang kuat untuk beriman seringkali justru melihat kegagalan di dalam hidupnya. Sebagian lagi melihat mujizat bisa menjadi jalan keluar untuk perubahan hidupnya. Sedikit yang tetap melihat firman Allah yang memimpin hidupnya hari demi hari, dan berlatih untuk mengkotbahkan firman itu kepada dirinya sendiri.
Apakah Anda termasuk orang yang sedikit itu? Yang percaya kepada firman yang hidup? Dan terus mengkotbahkan firman yang hidup kepada diri sendiri? Selamat! Anda sudah menjadi pengkotbah..

Why are you cast down, O my soul, and why are you in turmoil within me? Hope in God; for I shall again praise him, my salvation and my God.
Psalm 42:11 ESV

Saturday, March 3, 2007

Tears of Joy

Hari ini harusnya ultah Mammi yang ke 61. Tapi, Mammi sudah meninggal tanggal 10 Juni 2006. Jadi, tahun ini tidak ada lagi ultah, yang ada hanyalah kenangan. Kenangan yang mengingatkan pelajaran berharga untuk hidup. Ada dua moment di dalam waktu yang jauh berbeda, saya menangis untuk kematian Mammi. Dan dua tangisan itu adalah tangisan dengan arti yang juga berbeda. Tangisan yang pertama, terjadi di tahun 1991. Waktu itu mimpi kalau Pappi dan Mammi meninggal dunia. Bangun dari tidur, langsung nangis, tangisan kesedihan. Hari itu baru sadar, mungkin tidak akan pernah ketemu lagi dengan kedua orangtuaku. Karena saat itu, saya sudah pergi jauh dari rumah selama 1 tahun, dan mungkin tidak akan pernah pulang lagi ke rumah.
Sedangkan tangisan yang kedua, adalah tangisan pada tanggal 12 Juni 2006. Hari itu, saya harus mewakili keluarga untuk memberikan ucapan terima kasih pada saat penguburan Mammi. Tangisan itu adalah tangisan sukacita, karena mengingat iman Mammi yang tetap mengingat Tuhan saat bergumul dengan penyakit kanker payudaranya, bahkan bisa tetap bersyukur dan pada hari kematiannya kelihatan bersukacita. Jadi ingat saat-saat di rumah sakit, waktu kankernya sudah menjalar sampai ke paru-paru, ada satu lagu yang Mammi seneng dan suka nyanyiin bareng Elvis Presley dari notebook saya. Lagu itu karangan dari Ira F. Stanphill, Mansion Over The Hilltop (Click di sini untuk denger lagunya dan seluruh teksnya), chorusnya:

I've got a mansion just over the hilltop,
In that bright land where we'll never grow old;
And someday yonder we will never more wander,
But walk the streets that are purest gold.

Mengingat semua itu dan kebahagiaan yang dialami oleh Mammi yang membuat saya menangis dengan sukacita di hari penguburan Mammi.
Akhir-akhir ini kembali saya memikirkan tentang perbedaan menangis dan tertawa. Kotbah ke berbagai tempat (khususnya persekutuan2 doa), pemimpin pujian/MC, biasanya berusaha membuat jemaat untuk bisa tertawa dan dianggap itu sebagai sukacita. Apa betul tertawa itu identik dengan sukacita? Ada yang bilang bahwa tertawa itu baik untuk kesehatan, tertawa bisa menyembuhkan, bahkan ada terapi tertawa. Tetapi, apakah tertawa itu pasti sukacita? Saya coba memperhatikan orang yang tertawa. Beberapa di antara mereka adalah orang gila. Sebagian lagi, adalah orang-orang yang mengambil keuntungan dari orang lain, berhasil menipu orang lain dan mereka tertawa. Sebagian lagi yang disebut dengan humor dan lucu adalah kejadian2 yang membuat orang lain kelihatan bodoh, melakukan kesalahan, jadi obyek penderitaan. Jadi, tertawa karena orang lain menderita. Itulah humor yang lucu. Jarang sekali, humor yang mempergunakan logika dan membuat orang tertawa. Dan mungkin ada sebagian kecil yang tertawa karena sukacita!? Dan anehnya, dalam kehidupan Tuhan Yesus, tidak pernah disebutkan bahwa Tuhan Yesus tertawa. Bahkan Tuhan Yesus pernah berkata dalam Lukas 6:25, "Celakalah kamu, yang sekarang ini kenyang, karena kamu akan lapar. Celakalah kamu, yang sekarang ini tertawa, karena kamu akan berdukacita dan menangis." Apakah Tuhan Yesus tidak ada sukacita selama hidup di dunia?
Sejujurnya, saya suka sekali ketawa. Bahkan karena satu sekolah teologi melarang untuk ketawa berlebihan, maka saya memutuskan untuk tidak masuk sekolah teologi itu. Saya memiliki kemampuan untuk mentertawakan diri sendiri, mentertawakan orang lain dan dunia, serta membuat orang lain tertawa. Tapi, apakah waktu melakukan semuanya itu saya bersukacita, jawabannya: Tidak tentu!
Bagaimana dengan menangis? Biasanya menangis identik dengan kesedihan, kehilangan, musibah, dan semua yang berhubungan dengan hal itu. Tetapi, biasanya orang melupakan satu hal tentang menangis. Malam ini, mimpin KKR di salah satu gereja. Waktu altar call, beberapa dari yang maju ke depan menangis terus dan tidak ada satupun yang tertawa. Apakah mereka sedih dan tidak ada sukacita karena menyerahkan hidup kepada Tuhan? Faktanya, semua orang yang betul-betul mengalami sukacita yang dalam justru menangis dan bukan tertawa. Bahkan orang yang tertawa terbahak-bahak justru sering diakhiri dengan air mata.. Sehingga menangis justru menjadi satu elemen yang lebih penting dibandingkan dengan tertawa. Pertanyaannya, hal-hal apa yang membuat seseorang menangis dengan sukacita? Apakah itu karena hal-hal yang sementara ataukah hal-hal yang bernilai kekal?
Ada banyak tangisan dan air mata kita seharusnya disimpan untuk hal-hal yang bernilai kekal, dan bukan hanya air mata buaya yang selalu datang begitu saja dalam kesulitan dan penderitaan. Justru kita seharusnya terus memiliki tangisan untuk jiwa-jiwa orang pilihan yang masih hidup dalam dosa, tangisan sukacita waktu melihat mereka kembali kepada Bapa, tangisan untuk kehendak Allah yang belum digenapi dan tangisan untuk sukacita orang-orang percaya yang hidup menurut jalan-jalan Tuhan, dan masih banyak-banyak lagi tangisan-tangisan yang penuh sukacita dalam kehendak Tuhan yang akan dianugerahkan Tuhan. I'm waiting for it? What about you?

2 In my Father's house are many mansions: if it were not so, I would have told you. I go to prepare a place for you.
3 And if I go and prepare a place for you, I will come again, and receive you unto myself; that where I am, there ye may be also.
John 14:2,3

Wednesday, February 28, 2007

My First Song: Aku Percaya pada Tuhan

Sebenarnya ada beberapa puisi dan lagu yang pernah saya tulis dan compose. Tapi, karena ga pernah disimpan dan diarsip, sama ga pernah dinyanyiin, maka yang bisa diingat cuma yang satu ini. Semua puisi dan lagu itu dicompose di dalam latar belakang yang sama. Balik kembali ke 11 tahun yang lalu, waktu itu ada kesempatan untuk puasa selama satu minggu. Lagu ini ditulis pada saat sudah tiga hari puasa, dan mulai bertanya di mana pertolongan Tuhan. Mengapa Tuhan tidak menolong saya yang sedang dalam kesulitan? Sampai kemudian membaca kitab Ratapan dan mendapatkan kekuatan. Sesudah itu, mulai menulis lagu ini. Sengaja ditulis dalam bentuk a-b-a-b.

AKU PERCAYA PADA TUHAN

Ada saat tak percaya,
Apakah Tuhan kan menolong?
Hatiku terus bertanya,
Bagaimana pertolongan datang?

Kucari dalam firmanNya,
Apakah Tuhan kan menolong?
Hatiku terus bertanya,
Bagaimana pertolongan datang?

Reff:
Aku Percaya pada Tuhan
Dan firmanNya aku percaya
Tuhan t'lah b'ri keslamatan
Mengapa tak percaya?

Pertolongan belum datang,
Tapi aku tetap percaya,
Waktu Tuhan pasti datang,
Karna Tuhan selalu setia.


Belajar teologinya masih sedikit, maka imannya cuma melihat kepada keselamatan yang sudah Tuhan kerjakan. Beberapa hari kemudian Tuhan mengirimkan seseorang yang sudah lama tidak ketemu untuk menolong saya dalam kesulitan. My GOD is Real. Allah bukan hanya konsep, tapi betul-betul nyata dan bertindak dalam hidup sehari-hari..Ini salah satu momen yang tidak pernah bisa dilupakan. Sesungguhnya yang paling berharga, bukan pertolongan sesudah melewati puasa itu, tetapi bisa dapat anugerah Tuhan untuk makin mengenal Tuhan dan tetap percaya kepadaNya dalam kesulitan yang besar. Itu anugerah yang sangat-sangat berharga.

Wednesday, December 27, 2006

Who am I? I hope I could answer too..

Lahir dari keluarga Kristen di hari minggu siang jam 15.00 tanggal 18 Juni 1972 di Manado dengan nama Ronald Arthur Harold Oroh. Harusnya pertanda baik:) Dari keluarga Kristen, di hari minggu lagi. Hidup dimulai di hari perhentian...Ternyata, 17 tahun lamanya jadi Atheist. Sudah dibaptis dari umur 3 tahun (kalo ga salah ingat), tapi sampai umur 17 tahun, hampir tidak pernah masuk ke gereja pada hari minggu. Mungkin karena lahir minggu, maka dunia ini rasanya jadi tempat perhentian yang nyaman...Ini menyalahkan keadaan.

Dilatih utk membuat kotbah oleh Tuhan pada saat SMP-SMA. Caranya, karena tidak pernah ke gereja, sementara setiap minggu ada tugas agama utk membuat ringkasan kotbah, maka pertama-tama suka nyontek catatan dan nitip tanda tangan Pendeta ke ade saya.. Lama-kelamaan ga boleh lagi, karena dilarang. Akhirnya harus membuat kotbah sendiri dan tanda-tangan sendiri, mentahbiskan diri sendiri menjadi pendeta...(Dosa saya banyak sekali dalam hal ini).

Umur 17 tahun akhirnya bertobat, karena memikirkan tentang masa depan (maksudnya hidup kekal). Satu minggu tidak bisa tidur, penuh ketakutan, karena tidak ada kepastian dalam hidup ini dan hidup yang akan datang. Sampai di hari Jumat, ada Kebaktian Kebangunan Rohani di sekolah, pendetanya bicara tentang Tuhan Yesus dan memberi jawaban dari pertanyaan2 saya. Aneh, hari itu saya mendapatkan anugerah Tuhan dan bisa terbuka dengan ayat2 Alkitab yang sudah dibaca tapi tidak pernah mengerti. Tapi, apa yang terjadi? Saya diketawain oleh teman2 yang lihat saya angkat tangan waktu KKR, bagi mereka lucu, karena akhirnya saya bertobat. Mereka tidak percaya, kalau saya bisa juga bertobat. Padahal, mereka yang rajin ke gereja dan aktif di gereja, harusnya sukacita melihat ada yang bertobat, dan bukan diusilin. Maka hari itu, saya berjanji, selama tinggal di Manado, saya tetap tidak akan masuk gereja.

Beberapa bulan kemudian, di tahun 1990, di terima di Matematika UI dan pindah ke Depok. Ko bisa masuk UI? Ceritanya begini. Orang tua saya sebenarnya tidak mampu kalau harus biayain saya kuliah. Jadi, lebih baik cari beasiswa ke luar negeri. Kakak saya yang paling tua sudah dapat beasiswa di Australia. Jadi, saya tdk pernah mikir utk ikut UMPTN, apalagi persiapan. Ternyata saya tetap disuruh untuk ikut UMPTN oleh orangtua saya. Karena luluspun ga mungkin kuliah, maka saya hampir tidak belajar sama sekali (sehari sebelum UMPTN teman2 datang bawa soal thn sebelumnya dan minta saya bahas sama2- di sini satu2nya kesempatan belajar), apalagi beberapa minggu sebelumnya saya kecelakaan mobil dan harus dijahit di dua tempat di kepala saya dan membuat kepala saya pusing selama beberapa minggu. Waktu memilih jurusan, saya pilih Mat UI. Karena tidak mungkin diterima. Yang akan diterima cuma 50 org tp peminatnya bnyk banget. Maka saya pilih. Soalnya kalo tidak diterima, ada alasannya, 'terlalu banyak peminatnya.' Eh, anehnya justru diterima di Matematika UI. Ini namanya anugerah..

Tujuan hidup di UI, belajar dan berharap punya pacar 2 tahun kemudian. Yang terjadi, 2 tahun kemudian jadi pengurus Persekutuan Mahasiswa di PO FMIPA UI. Jadi jatuh cinta dengan Persekutuan Mahasiswa, dan jadi jarang belajar (karena selain terlibat pelayanan, harus juga ngajar les private untuk biaya hidup). Bahkan sampai tidak mau lulus lebih cepat (harusnya skripsi yg dimulai di tahun 1994 bisa selesai di tahun 1995, tapi saya pilih cuti akademik), demi utk bisa menjadi Ketua POSA (Persekutuan Oikumene Sivitas Akademika) UI. Aneh, tapi terjadi. Tahun 1995, jadi ketua POSA UI.

Sejak tahun 1994, mulai dapat kesempatan berkhotbah di Persekutuan Mahasiswa. Artinya, kalau dihitung sampai sekarang ini sudah memasuki tahun ke-13. Lumayan lama juga, tapi rasanya koleksi kotbah2nya belum banyak dan masih harus banyak belajar nih.

Tahun 1996 menerima tantangan untuk menjadi Hamba Tuhan sepenuh waktu dalam KKR Kamp Nasional Perkantas. Tapi, baru tahun 1998 masuk sekolah teologi di Institut Reformed, Sunter. Sebenarnya daftar dan dites di program S.Th., tapi ditolak, dan diterima di M.Div. Aneh...

Tahun 2000 diberi kesempatan untuk menjadi Dosen di Institut Reformed, menggantikan Dosen yang sedang hamil. Dan ternyata itu berlangsung terus sampai pertengahan 2006. Saya mengajar Biblical Hebrew, Biblical Greek, General Epistles and Paul's Letters. Hampir semua mahasiswa di situ pernah jadi muridku, kecuali angkatan pertama (saya masuk angkatan pertama, ada beberapa orang akhirnya jadi muridku juga...aneh).

Tahun 2001 mulai mengajar di STRIJ sampai pertengahan 2006. Telah mengajar hampir semua doktrin dalam Systematic Theology (kecuali doktrin gereja), Biblical Theology, bahasa Ibrani, Yunani dan Etika. Jadi punya ratusan murid dari berbagai macam gereja.

Pengalaman menjadi gembala sidang hanya setahun lebih beberapa bulan di MRII Matraman, diantara tahun 2004-2005. Mundur dari gembala sidang, karena tidak sanggup melayani jemaat yang terus nambah. Banyak orang anggap aneh....

Keluar dari pelayanan di GRII pada bulan September 2006, dan memulai hidup baru dengan pelayanan yang bergantung hanya pada Tuhan sampai sekarang ini...Inipun dianggap aneh, mengapa keluar dari gereja besar dengan segala kemapanan hidup dan pelayanan yang sudah tersedia, dapat kesempatan untuk keliling ke beberapa kota di Indonesia dan bahkan ke luar negeri? Eh..Malahan memilih pelayanan sendiri tanpa lembaga dan tanpa honor??? Aneh...

Ternyata sampai saat ini masih dipelihara oleh Tuhan dan diberikan hidup yang berlimpah. Bahkan masih banyak kesempatan yang diberikan Tuhan untuk berkhotbah dan mengajar di berbagai gereja, denominasi, kampus, sekolah, kantor dan persekutuan2.

Sekarang ini, di mana gereja dan pelayanan tetap saya? Hampir setiap minggu berkhotbah pindah2 dari satu gereja ke gereja yang lain. Keanggotaan saya di Gereja yang Am, yang ada di dalam Kingdom of God.

Sudah selesai ceritanya? Belum...Suatu saat cerita ini akan terus bertambah dengan keanehan (sebenarnya mungkin keunikan) dan keanehan yang lain lagi...Sampai nanti bertemu dengan Tuhan.. And I will see Him face to face and tell the story, saved by grace...