Ayat Hari Ini:

Showing posts with label Kristologi. Show all posts
Showing posts with label Kristologi. Show all posts

Monday, April 13, 2009

Yesus Kristus Untuk Semua Orang?


Orang Kristen seringkali menjadi umat yang eksklusif yang terbatas bagi kalangan sendiri dan merasa keselamatan hanya bagi kita. Tapi, ketika membaca ayat-ayat Alkitab, ada ayat-ayat tertentu yang menyatakan bahwa Yesus Kristus untuk semua orang; atau Allah ingin semua manusia diselamatkan. Tapi di sisi lain ada ayat-ayat Alkitab yang berbicara tentang umat pilihan. Bagaimana kita bisa memahami pengertian yang sepertinya bertentangan?

Dan Kristus telah mati untuk semua orang, supaya mereka yang hidup, tidak lagi hidup untuk dirinya sendiri, tetapi untuk Dia, yang telah mati dan telah dibangkitkan untuk mereka.
2 Korintus 5:15

Pengertian yang salah dan Kegagalan Kristus
Jika kata semua dalam 2 Korintus 5:15 ditafsirkan sebagai semua individu yang pernah dan akan hidup di dunia, maka bisa membawa kepada kesimpulan kepada kegagalan Yesus Kristus. Bukankah Yesus Kristus sudah mati dan bangkit bagi semua orang? Mengapa banyak orang yang tidak percaya kepada-Nya? Artinya, Yesus Kristus gagal. Kuasa kematian dan kebangkitan-Nya tidak sanggup untuk merubah hidup seluruh umat manusia, hanya terjadi pada sebagian orang saja!?

Penafsiran ini akan bertentangan dengan keseluruhan ayat itu sendiri. Karena kalau Kristus sudah mati dan bangkit untuk semua individu manusia, semuanya dituntut hidup bagi Kristus. Tentu saja bukan ini maksud Paulus. Karena konteksnya adalah bagi orang percaya.

Penafsiran ini juga akan bertentangan dengan Mat 1:21, yang mengatakan bahwa Yesus akan menyelamatkan umat-Nya dari dosa mereka. Begitu juga dengan Efesus 1:4 yang berbicara tentang pemilihan yang akan diselamatkan dalam Yesus Kristus. Kalau yang dipilih untuk diselamatkan dalam Yesus Kristus hanya sebagian, mengapa Yesus Kristus harus mati untuk semua orang?

Untuk mengerti dan bisa menafsirkan dengan benar kata 'semua' kita perlu melihat pengertian dari bahasa aslinya dan tentu saja konteksnya.

Arti dari Kata Semua
Bandingkan juga dgn 1 Tim 2:3-4 yang juga menggunakan kata semua dengan konteks yang lebih baik.
3 Itulah yang baik dan yang berkenan kepada Allah, Juruselamat kita, 4 yang menghendaki supaya semua orang diselamatkan dan memperoleh pengetahuan akan kebenaran.

Baik 2 Kor 5:15 maupun 1 Tim 2:4 kata 'semua' berasal dari akar kata pas. Menurut salah satu lexicon yang terbaik, A Greek-English Lexicon of the New Testament and Other Early Christian Literature(BDAG), kata ini bisa berarti keseluruhan individu atau semua jenis/golongan.
Membandingkan dengan konteks di dalam 2 Kor 5:15 maupun 1 Tim 2:1-4, serta membandingkan dengan konteks umum keseluruhan Alkitab, maka seharusnya kata semua bukan ditafsirkan di dalam pengertian 'semua individu' tapi lebih tepat kalau menggunakan pengertian yang kedua: semua jenis/golongan manusia.

Penafsiran ini juga akan lebih jelas waktu kita melihat Wahyu 7:9. Kemudian dari pada itu aku melihat: sesungguhnya, suatu kumpulan besar orang banyak yang tidak dapat terhitung banyaknya, dari segala bangsa dan suku dan kaum dan bahasa, berdiri di hadapan takhta dan di hadapan Anak Domba, memakai jubah putih dan memegang daun-daun palem di tangan mereka.
Bukan semua manusia yang akan diselamatkan dalam Kristus, tapi semua jenis/golongan manusia, dari segala bangsa dan suku dan kaum dan bahasa.

Jadi, Yesus Kristus mati dan bangkit untuk semua jenis/golongan manusia, dari segala bangsa dan suku dan kaum dan bahasa.

Apa artinya buat kita?
Penekanan Paulus akan kematian dan kebangkitan Kristus harusnya merubah hidup orang percaya. Kita seharusnya tidak lagi hidup bagi diri sendiri, tetapi untuk Dia yang telah mati dan bangkit untuk kita. Mengapa kita harus hidup untuk Kristus? Bukankah hidup ini milik kita?

Hidup ini bukan milik kita. Kita tidak mencipta diri kita sendiri, tidak lahir sendiri, tidak bisa memilih orang tua kita, bahkan fisik kitapun tidak bisa kita pilih. Yang bisa kita pilih itu berbuat dosa dan mengakibatkan kematian. Kita milik Kristus, karena Dia yang mencipta kita. Waktu kita berdosa, Dia menebus kita dan memimpin hidup kita. Maka respon kita yang seharusnya, hidup bagi Dia yang sudah mati dan bangkit untuk kita dengan terus menceritakan dan membagikan Yesus Kristus bagi semua jenis/golongan manusia, dari segala bangsa dan suku dan kaum dan bahasa. Soli Deo Gloria.

Sunday, April 12, 2009

Bangkit? Gak Mungkin!


Bagi orang-orang yang percaya kepada Yesus Kristus, kebangkitan sudah menjadi suatu kepastian dan tidak perlu dipertanyakan lagi. Tapi, ketika ingin menyaksikan kebangkitan kepada orang-orang di sekitar kita, soal kebangkitan menjadi sesuatu yang sangat sulit. Siapa yang bisa percaya tentang kebangkitan? Peristiwa kebangkitan menjadi sesuatu yang susah dipercaya...

5 Mereka sangat ketakutan dan menundukkan kepala, tetapi kedua orang itu berkata kepada mereka: "Mengapa kamu mencari Dia yang hidup, di antara orang mati? 6 Ia tidak ada di sini, Ia telah bangkit. Ingatlah apa yang dikatakan-Nya kepada kamu, ketika Ia masih di Galilea, 7 yaitu bahwa Anak Manusia harus diserahkan ke tangan orang-orang berdosa dan disalibkan, dan akan bangkit pada hari yang ketiga."
Lukas 24:5-7


Jika kita membandingkan versi Matius, Markus, Lukas dan Yohanes tentang kebangkitan Yesus Kristus, maka kita pasti akan mengambil kesimpulan bahwa kebangkitan sulit untuk dipercaya. Sekalipun oleh murid-murid yang pernah melihat orang mati dibangkitkan oleh guru mereka.

Murid-murid sudah diberitahukan berkali-kali tentang kematian dan kebangkitan Yesus Kristus, mereka juga bahkan bukan cuma sekali melihat orang mati dibangkitkan, tetapi tetap saja mereka tidak mengerti dan tidak percaya bahwa Yesus Kristus sudah bangkit sampai malaikat dan Tuhan Yesus sendiri yang menampakkan diri kepada mereka.
Itu sebabnya di zaman ini kalau kita mengharapkan orang-orang bisa percaya kepada kebangkitan Yesus Kristus sepertinya mustahil. Apalagi bertemu dengan orang-orang seperti Tomas yang harus melihat dulu baru percaya.

Tetapi kenapa kita yang tidak melihat, tidak ada malaikat yang datang kepada kita dan bahkan Tuhan Yesus yang datang menampakkan diri, tapi tetap bisa percaya? Ini namanya anugerah. Kita tidak mungkin percaya akan kebangkitan Yesus Kristus, yang tahu itu kebenaranpun sengaja menutupinya (bnd. Mat 24:62-15 imam-imam kepala dan orang-orang Farisi tahu tentang kebangkitan Kristus).
Kita bisa percaya karena pekerjaan Roh Kudus yang menganugerahkan iman membuat kita bisa percaya kesaksian para Rasul dan beriman kepada Yesus Kristus yang mati dan bangkit untuk menebus dosa-dosa kita. Nubuat kematian dan kebangkitan-Nya bisa kita percaya, begitu juga dengan peristiwa kematian dan kebangkitan-Nya.
Kita termasuk orang-orang yang berbahagia karena tidak melihat, namun percaya (Yoh 19:29).

Pertanyaan selanjutnya, kalau berbahagia bisa percaya, terus kenapa? Apa yang harus dilakukan? Perempuan2 yang bertemu dengan malaikat dalam Luk 24, ketika mengerti dan percaya langsung menceritakan kepada murid-murid, yang menganggap cerita itu omong kosong dan mereka tidak percaya kepada perempuan-perempuan itu (Luk 24:10-11). Tapi, memang itu respon yang harus dilakukan; menceritakan tentang kebangkitan Yesus Kristus kepada orang yang tidak percaya dan yang akan menganggapnya omong kosong. Kesaksian yang sia-sia? Tidak! Karena akan ada pekerjaan dari Allah Roh Kudus kepada umat pilihan-Nya, membuat kesaksian yang kelihatannya omong kosong dan sulit dipercaya bisa dimengerti dan bahkan percaya akan kabar baik.

Paskah itu kelihatan omong kosong tapi kenyataan. Tidak mungkin tapi terjadi. Yang kelihatan omong kosong dan tidak mungkin terjadi ternyata punya dampak sangat besar bagi hidup manusia. Kebangkitan bukan hanya memberikan jaminan akan kebangkitan dan hidup kekal. Tapi kebangkitan juga mempunyai kekuatan yang mematikan; mematikan maut dan dosa. Karena maut sudah dikalahkan, dan dosa tidak bisa lagi membawa orang pilihan kepada kematian kekal. Jika Yesus Kristus pernah mati dan bangkit, maka tubuh kita yang akan mati ada jaminan akan bangkit. Jika Yesus Kristus sudah mati dan bangkit mengalahkan kuasa dosa, maka kita ada jaminan untuk bisa mengalahkan dosa.

Berbahagialah orang-orang yang percaya akan kebangkitan Yesus Kristus sekalipun tidak melihat. Hidupnya diubahkan dengan kuasa kebangkitan yang mengalahkan Iblis, maut dan dosa. Yang bisa terus menyaksikan kebangkitan-Nya, berperang melawan dosa, dan punya pengharapan akan kebangkitan tubuh waktu Kristus datang kedua kali. Kematian bukan lagi sesuatu yang mengahalangi, menyakitkan dan menakutkan, sengat maut sudah dipatahkan oleh kebangkitan Tuhan Yesus. Hidup sementara ini bukan untuk kematian tapi untuk hidup yang kekal. Selamat Paskah..

Friday, April 10, 2009

Jika Yesus Kristus Tidak Mati

Apa yang akan terjadi jika Yesus Kristus tidak pernah mati? Apa pengaruhnya terhadap hidup umat manusia? Bagi sebagian orang, hal ini merupakan pertanyaan bodoh. Tapi bagi sebagian orang lain di dunia ini, hal ini adalah kenyataan dan realita. Apa artinya bagi orang yang percaya kepada Yesus Kristus dan bagi orang yang tidak percaya akan kematian-Nya?

Maka Ia maju sedikit, lalu sujud dan berdoa, kata-Nya:"Ya Bapa-Ku, jikalau sekiranya mungkin, biarlah cawan ini lalu dari pada-Ku, tetapi janganlah seperti yang Kukehendaki, melainkan seperti yang Engkau kehendaki."
Matius 26:39


Pergumulan Tuhan Yesus di taman Getsemani sepertinya memberikan ruang kemungkinan untuk tidak meminum cawan yang harus diminum. Cawan itu adalah murka Allah untuk menghukum dosa umat pilihan-Nya. Bagaimana kalau Yesus Kristus sebenarnya tidak meminumnya atau tidak mati di kayu salib?

1. Penipuan Para Rasul
Kalau Yesus Kristus tidak jadi mati maka tidak ada murid2 yang akan menceritakan kematian dan kebangkitan. Tetapi kalaupun tetap ada kesaksian tentang kematian Yesus Kristus, maka ini adalah suatu penipuan. Penipuan ini bukan sembarang penipuan. Penipuan yang menyatakan kematian Tuhan Yesus yang dilakukan oleh murid2-Nya membawa konsekuensi dan pengorbanan yang sangat besar. Karena murid-murid dan jemaat mula-mula rela dianiaya dan dibunuh demi untuk konspirasi penipuan!? Begitu juga dengan mereka yang percaya pada kematian Yesus Kristus untuk mewakili menanggung dosa umat pilihan-Nya.
Penipuan inipun akan menyeret kepada penipuan selanjutnya bahwa Yesus Kristus sudah bangkit.

2. Penipuan Para Nabi
Kalau Yesus Kristus tidak mati, maka nabi-nabi dalam Perjanjian Lama juga ikut menipu. Karena mereka sudah menubuatkan bahwa sang Messias harus menderita dan mati. Atau kalau nubuat mereka benar dan masih harus menunggu Messias yang sejati, maka Yesus Kristus yang menjadi penipu dengan mengakui bahwa Ia-lah sang Messias. Sampai kapan akan menunggu sang Messias yang bisa menggenapi semua nubuat seperti Yesus Kristus?

3. Simbol dan Perayaan
Kalau Yesus Kristus tidak mati, maka semua simbol dan perayaan yang menunjuk kepada Yesus Kristus dan harusnya digenapi oleh kematian Yesus Kristus harus terus dilakukan dan tidak boleh berhenti. Semua jenis korban, persembahan dan perayaan yang ada dalam Perjanjian Lama harus dilakukan persis sampai detil-detilnya jika ingin mengikuti kepercayaan seperti yang diajarkan dalam Perjanjian Lama.
Termasuk juga harus pergi ke Yerusalem bukan untuk wisata rohani, tapi beribadah dan mempersembahkan korban setiap tahun.

4. Tanggung Dosa sendiri-sendiri
Konsekuensi selanjutnya, setiap manusia harus menanggung dosanya sendiri-sendiri. Artinya semua manusia harus bersiap menanggung dosa sekecil apapun harus dihukum dan itu setimpal dengan kematian. Ujung-ujungnya pasti akan masuk neraka, karena manusia tidak akan terhindar dari dosa. Dosa sekecil apapun akan mencmari keseluruhan hidup seorang manusia dan berakibat kepada penghukuman di neraka pada akhirnya.
Tetapi manusia akan terus berusaha dengan perbuatannya dan kepercayaannya untuk berusaha membenarkan dirinya dan menutup dosanya tapi tanpa kepastian akan pembenaran itu sendiri. Logika yang aneh! Dosa harus dibayar dengan hukuman dan bukan dengan perbuatan baik! Kalau betul dosa bisa dihapus dengan perbuatan baik, sementara satu kali berdosa harusnya membawa kepada kematian, maka berapa banyak perbuatan baik untuk melepaskan dari kematian?

5. Penderitaan dan Kematian menjadi sesuatu yang menakutkan
Jikalau Yesus Kristus tidak pernah mengalami penderitaan dan kematian yang mengerikan, maka penderitaan dan kematian manusia menjadi sesuatu yang sangat mengerikan. Itu sebabnya manusia sering terkejut dengan berbagai musibah dan bencana yang mengerikan, karena tidak melihat ada yang pernah mengalami lebih sulit dan menaklukkan kematian itu sendiri.
Berbeda dengan mereka yang percaya kepada Yesus Kristus yang sudah mengalami dan melalui penderitaan dan kematian yang mengerikan.

Bersyukur kalau di Taman Getsemani kesimpulannya adalah "jadilah kehendak-Mu" maka Yesus Kristus-pun ditangkap, dianiaya, menderita dan mati di kayu salib menanggung dosa-dosa umat-Nya. Kematian yang menggenapi nubuat. Kematian yang menggenapi rencana Allah Bapa. Kematian yang memberikan pengharapan. Kematian yang membebaskan umat-Nya...

Wednesday, April 9, 2008

YESUS = BAPA???

Sepanjang subuh ini browsing dan membaca beberapa blog Kristen yang ada di CIBfest 2008 (Christian Indonesian Bloggger Festival 2008). Beberapa dari blog yang ada sangat menarik, tapi ketika berbicara tentang Tuhan Yesus, ada yang mengatakan My DAD JC, Jesus adalah Heavenly Father, dan beberapa lagi yang pada intinya melihat Yesus Kristus dan Bapa adalah satu pribadi. Betulkah YESUS = BAPA? Bukankah pertanyaan ini sudah dijawab melalui konsili2 dan pengakuan iman? Kenapa masih banyak orang Kristen yang tidak mengerti?

Kasih karunia dan damai sejahtera dari Allah, Bapa kita dan dari Tuhan Yesus Kristus menyertai kamu.
Efesus 1:2


Rasul Paulus dalam setiap pembukaan suratnya, biasanya mempergunakan Allah Bapa dan Tuhan Yesus Kristus. Kalau diperhatikan, maka Paulus sengaja melakukan hal itu untuk membedakan Pribadi Pertama dan Pribadi Kedua dari Allah Tritunggal. Setiap kali menyebut Allah, Paulus juga langsung menyebutkan Bapa. Begitu juga ketika menyebut Tuhan yang dimaksudkannya adalah Yesus Kristus. Kecuali dalam Titus 2:13, dimana Tuhan Yesus disebutkan sebagai Allah yang Mahabesar. Tapi, bukan karena Yesus adalah Allah maka Yesus adalah Bapa.

Bukankah beberapa kali Tuhan Yesus mengatakan bahwa Aku dan Bapa adalah satu? Misalnya dalam Yoh 10:30. Pertanyaannya, satu itu satu pribadi atau satu keberadaan? Di sini seringkali yang menjadi kesalahan dalam mengerti Allah Tritunggal. Karena di dunia ini tidak ada contoh dalam satu keberadaan ada lebih dari satu pribadi. Maksudnya satu dalam Yoh 10:30, adalah satu keberadaan sebagai Allah, dan bukanlah satu pribadi. Tuhan Yesus adalah pribadi yang berbeda dengan pribadi Allah Bapa di dalam satu kesatuan keberadaan Allah.

Jikalau Tuhan Yesus adalah Bapa, kenapa Ia mengajarkan doa kepada Bapa kami di Sorga. Dan berkali-kali Ia mengatakan BapaKu, yang artinya ada pribadi lain yang berbeda dengan diriNya, tapi satu keberadaan dengan diriNya?

Jadi jikalau Tuhan Yesus menyebut Allah Bapa sebagai Bapa, dan orang-orang memanggil Tuhan Yesus sebagai Bapa, maka Allah Bapa menjadi Kakek kami yang di Sorga.
Ada yang ingin mempertahankan menyebut Yesus sebagai Bapa dengan mengutip Yesaya 9:5, yang merupakan nubuat tentang Yesus Kristus. Di situ disebutkan "Bapa yang Kekal" Penafsiran dari kata Bapa perlu berhati-hati, karena kata ab/av yang diterjemahkan Bapa, bisa mempunyai banyak arti dan nuansa. Saya mencoba menafsirkan kata ab ini dalam pengertian sebagai sumber, pemimpin dan pelindung yang kekal bagi umatNya dan bukan dalam pengertian bahwa kita menjadi anak2 Yesus Kristus.

Dalam Alkitab tidak pernah mengatakan bahwa orang-orang percaya adalah anak-anak Yesus Kristus dan memanggil Yesus Kristus sebagai Bapa. Kita diangkat menjadi anak-anak Allah, dan bisa menyebut Allah (bukan Yesus Kristus) sebagai Bapa. Oknum pertama dari Allah Tritunggal yang disebut Bapa inilah yang disebut oleh Tuhan Yesus juga sebagai Bapa.

Semoga uraian singkat ini bisa meluruskan kesalahan yang telah berasal dari abad2 permulaan karena ketidakmengertian tentang Allah Tritunggal.

Sebagai penutup, kutipan dari Pengakuan Iman Rasuli:
1. Aku percaya kepada Allah Bapa yang Mahakuasa, khalik langit dan
bumi.

2. Dan kepada Yesus Kristus AnakNya Yang Tunggal, Tuhan Kita.

Tuesday, September 4, 2007

Lebih dari Kristus

Seorang murid tidak lebih dari pada gurunya, atau seorang hamba dari pada tuannya.
Mat 10:24


Memperhatikan diri sendiri dan juga memperhatikan kehidupan hamba-hamba Tuhan yang semakin terkenal, kelihatannya semakin jauh berbeda dengan Kristus.
Ada kecenderungan untuk kelihatan semakin sibuk dan dalam kotbah-kotbah semakin ingin menunjukkan bahwa pelayanan sebagai hamba Tuhan itu menderita dan capek sekali. Sampai-sampai kemudian tidak ada waktu lagi untuk melayani orang-orang yang harus dilayani.

Dalam Mat 10:24, Tuhan Yesus berbicara di dalam konteks penderitaan. Tidak ada seorang murid yang lebih dari pada gurunya. Maksudnya, penderitaan yang akan dialami oleh murid-murid Kristus tidak akan pernah melebihi penderitaan Kristus. Seharusnya, kalau kita menjadi serupa Kristuspun tetap tidak bisa dibandingkan penderitaan yang kita alami dengan penderitaan Kristus. Ia adalah Pencipta, jadi sama dengan ciptaan, menderita, berkorban dan mati bagi ciptaanNya. Kalau kita menderita dan mati bagi Kristuspun, tetap tidak sebanding dengan apa yang Ia telah lakukan.

Akhir-akhir ini dapat beberapa SMS yang memberikan informasi tentang gereja yang diserbu dan Pendetanya dianiaya. Banyak orang yang terkejut dengan berita-berita seperti ini. Tapi, bukankah hal-hal seperti ini adalah hal yang biasa. Sejak dari gereja mula-mula, murid-murid Kristus dikejar-kejar, dianiaya dan banyak yang disalibkan. Dilihat dari sisi kemanusiaan dan keadilan di dalam berbangsa dan negara, memang perlu disesali. Tapi dilihat dari sisi sejarah Kekristenan, hal itu biasa-biasa saja. Kematian Kristus yang adalah Pencipta yang menjadi ciptaan, itu yang luar biasa.

Melihat hidup Kristus sebagai manusia, seharusnya kita akan terheran-heran. Ia menderita dan terus-menerus dilawan oleh pemimpin2 politik dan agama. Tapi, ajaran-ajaranNya dikagumi tapi juga dilawan. Mujizat-mujizatNya ditunggu-tunggu, tapi orang-orang hanya membutuhkan mujizat bukan diriNya. Dalam keadaan-keadaan yang sangat melelahkan dan menderita, Ia selalu ada waktu untuk murid-muridNya, orang2 banyak, orang-orang sakit, dan orang-orang yang harus dilayani secara pribadi, bahkan anak-anak.

Membandingkan Kristus dengan pelayanan dan hidup saya serta hamba-hamba Tuhan yang lain, sepertinya bukan makin mirip, tapi jadi lebih bertentangan.
Semakin sibuk, bukan semakin melayani orang, tetapi semakin melayani pelayanan itu sendiri (yang ujung-ujungnya meberikan uang yang lebih banyak).
Kalau diundang untuk berkhotbah, ditanya dulu berapa banyak orang yang akan hadir?! Semakin terkenal seorang Hamba Tuhan, sudah menjadi pendapat umum bahwa harus lebih banyak orang mendengarkan kotbahnya. Kecuali untuk orang-orang penting/kaya, selalu ada waktu untuk duduk makan dan berbicara/konseling. Bagaiamana dengan orang-orang yang terpinggirkan? Adakah waktu untuk mereka? Bukankah Kristus justru selalu punya waktu dan bahkan duduk makan dengan mereka?

Tanpa sadar (atau banyak juga yang melakukannya dengan sadar), banyak hamba Tuhan hidup dan pelayanannya melebihi Kristus. Yang ditunjukkan sepertinya lebih menderita dan berkorban, lebih capek dan melakukan pekerjaan-pekerjaan pelayanan yang lebih besar (karena berkotbah kepada orang yang lebih banyak) dan bahkan waktu-waktunya lebih sibuk, sehingga orang-orang semakin sulit mendekatinya, termasuk jemaatnya sendiri. Begitulah hidup saya ketika menjadi Gembala Jemaat di salah satu gereja. Sepertinya ketika semakin sibuk dan banyak pelayanan, maka jemaat harus maklum kalau mereka tidak bisa dilayani. Masing-masing harus bisa melayani diri sendiri dan saling melayani. Masih banyak pekerjaan-pekerjaan besar yang harus saya lakukan. Di suatu waktu, saya sadar. Saya bukan mengikuti caranya Kristus. Saya hanya ingin melebihiNya. Dan kelihatan lebih sibuk lagi. Sepertinya seorang Hamba Tuhan yang ingin sekali menggenapkan kehendak Allah yang begitu banyak dan begitu besar. Semakin banyak yang saya lakukan, dan semakin banyak orang yang diberkati (apalagi orang-orang penting/kaya), sepertinya semakin dipakai Tuhan. Dan ternyata yang dinikmati: banyaknya pelayanan, perasaan berarti (apalagi kalau sesudah kotbah dan ngajar dipuji-puji) dan tentu saja uang yang dianggap sebagai berkat dari pelayanan dan pemeliharaan Tuhan. Berbeda sekali dengan yang dilakukan oleh Kristus.

Kristus tidak pernah memberikan syarat bahwa harus banyak orang dulu baru Ia akan berkotbah. Ia juga tidak pernah menolak pelayanan di dalam keadaan yang sangat sibuk dan meletihkan. Ia bisa didekati siapa saja, tapi Ia tidak bermulut manis kepada orang kaya dan pemimpin2 politik/agama (demi utk mendapatkan kesuksesan dan pengakuan yang lebih besar). Ia juga tidak perlu jaim (jaga image), dengan tdk mau berbicara dgn pemungut cukai, pelacur dan bahkan duduk makan dengan mereka yang terkenal sebagai orang-orang berdosa. Ia tetap bisa melakukan semuanya tanpa iming-iming kesuksesan, hidup yang lebih enak, dll. Dan Kristus betul-betul menderita dan berkorban bagi umatNya. He is the good Shepherd.
Bagaimana dengan saya? Masih terlalu jauh dari semuanya...

More like the Master I would ever be,
More of His meekness, more humility;
More zeal to labor, more courage to be true,
More consecration for work He bids me do.

Take Thou my heart, I would be Thine alone;
Take Thou my heart, and make it all Thine own.
Purge me from sin, O Lord, I now implore,
Wash me and keep me Thine forevermore.

(Words & Music: Charles H. Gab­ri­el, 1906)
Text selengkapnya dan MIDI bisa dilihat dan didengar di Cyber Hymnal

Thursday, August 23, 2007

Cinta Buta dan Tuan Rumah Palsu

Kejatuhan manusia di dalam dosa merusak banyak aspek di dalam hidup kita manusia. Bukan hanya itu, kebenaran menjadi diselewengkan dan diputar balikkan. Relasi yang benar diselewengkan. Jatuh cinta dianggap lebih penting daripada pertumbuhan di dalam pengenalan yang membuat cinta sejati muncul.
Bahkan orang-orang yang mengaku Kristen seringkali berada di dalam keadaan mencintai Tuhan, tapi dengan cinta buta. Dan merasa semakin hari semakin mencintaiNya. Karena makin mengenalNya? Atau karena berkat-berkatNya yang kita pikir menjadi hak kita?

10 Ia telah ada di dalam dunia dan dunia dijadikan oleh-Nya, tetapi dunia tidak mengenal-Nya. 11 Ia datang kepada milik kepunyaan-Nya, tetapi orang-orang kepunyaan-Nya itu tidak menerima-Nya.
Yoh 1:10-11


Cinta Buta
"Ia telah ada di dalam dunia,..., tetapi dunia tidak mengenal-Nya"
Kata 'mengenal' di dalam bahasa aslinya dari akar kata 'ginosko', yang bisa diartikan belajar mengenal, tahu dan memahami, mengerti. Tuhan Yesus sudah datang ke dunia, kepada umat kepunyaanNya, tapi manusia tidak bisa mengenal, memahami dan berusaha mengertiNya. Wajar bagi orang-orang yang tidak dipilih untuk diselamatkan, karena tidak mungkin untuk bisa mengenal Yesus Kristus dan percaya kepadaNya. Kegelapan tidak mungkin memahami Terang. Tetapi, bagaimana dengan orang-orang yang sudah menerima Kristus di zaman sekarang ini dan mengaku bahwa dirinya adalah orang Kristen? Adakah kita juga mengerti dan memahami siapakah Kristus?

Dalam beberapa kesempatan berkotbah keliling ke berbagai gereja, persekutuan, kantor, universitas dan sekolah2, saya mendapatkan beberapa fakta bahwa banyak orang yang mengaku Kristen, ternyata tidak mengenal siapakah Kristus. Pertanyaan yang sederhana sering ditanyakan, "Ada berapa banyak nama, gelar dan atribut Kristus di dalam Alkitab yang kita tahu?" Biasanya sangat sedikit yang bisa menjawab jumlahnya yang benar mendekati yang ada di dalam Alkitab. Bagaimana bisa mengenalNya, kalau namaNya saja kita tidak tahu!? Begitu juga dengan setiap perkataanNya, banyak yang hanya memperhatikan dan memperdebatkan kalimat-kalimat yang sulit untuk dimengerti. Tetapi, apakah kita bisa memahami dan mengerti kalimat-kalimat yang sederhana dari Tuhan Yesus? Di samping itu, bagaimana relasi kita denganNya? Apakah pengenalan kita akan pribadiNya membuat kita makin mencintai diriNya?

Jika kita tidak pernah belajar untuk mengenal diri Tuhan Yesus dan perkataan2Nya, dan bahkan berusaha dengan segenap hati dan segenap jiwa dan dengan segenap akal budi untuk mengasihiNya, maka cinta kita kepada Yesus Kristus hanyalah cinta buta semata...

Tuan Rumah Palsu
Dunia dijadikan oleh Yesus Kristus. Ia yang mencipta bumi dan seluruh isinya. Tetapi, ketika Ia datang ke dunia, orang-orang kepunyaanNya tidak menerimaNya. Kata 'menerima' di dalam bahasa aslinya berasal dari akar kata 'paralambano'. Kata ini bisa berarti menerima atau bergabung. Kata ini juga dipakai untuk menggambarkan tuan rumah yang menerima tamunya untuk masuk dalam rumahnya.
Masalahnya sekarang, manusia yang jatuh dalam dosa tidak mengerti siapa tuan rumah dan siapa tamu. Semua manusia di dalam dunia ini hanyalah tamu, bukan kita yang mencipta dunia ini. Kita hanya diberikan kesempatan oleh Tuhan untuk mengusahakan dan memelihara bumi ini. Waktunya tiba, kita harus kembalikan dan pergi dari tempat kita masing-masing. Kenyataannya, dalam pemikiran dan perasaan manusia sering menganggap dunia ini milik kita dan merasa menjadi tuan rumah di dalam dunia ini. Padahal, kita hanya budak-budak yang harus mengerjakan pekerjaan Tuan kita.
Anehnya, ketika Tuan Rumah datang ke dunia yang adalah ciptaan dan milikNya, budak-budak sudah bertindak sebagai tuan rumah. Ya, tuan rumah yang palsu menolak Tuan Rumah yang sejati. Ironis...
Dikasih anugerah dan kesempatan, ingin menguasai semuanya dan menolak Pemberi dan Pemilik. Suatu waktu nanti, mau tidak mau, pasti harus dikembalikan kepada pemilik sebenarnya dari dunia ini, yaitu Tuan di atas segala tuan, Raja di atas segala raja, Yesus Kristus, pencipta dunia ini.

Ingatlah akan anugerah dan kesempatan yang masih Tuhan berikan bagi kita, bukan sebagai tuan rumah, tetapi sebagai tamu dan budak yang dipercayakan untuk mengelola harta Tuan kita, yang kita cintai bukan dengan cinta buta. Maka, jika Tuan kita datang kembali, Ia akan menyapa kita sebagai hamba yang baik dan setia, dan kita akan diajak masuk di dalam kebahagiaan Tuan kita. Soli Deo Gloria..

Tuesday, June 26, 2007

Roti Hidup

Ada tujuh perkataan Tuhan Yesus tentang diriNya sendiri di dalam kitab Yohanes yang dimulai dengan kata Akulah (Ego eimi). Ego artinya Aku, sedangkan eimi berarti Aku adalah. Ada penekanan di dalam kata Aku, yaitu Tuhan Yesus sendiri. Di samping itu, Yohanes menggunakan tujuh yang merupakan lambang kesempurnaan.

Zaman sekarang ini, hampir setiap orang sangat senang membicarakan tentang dirinya sendiri. Kita bisa melihat dengan adanya berbagai macam blog yang bicara tentang diri sendiri, pemikirannya, perjalanannya, dll.
Di zaman Tuhan Yesus, orang-orang menganggap bahwa kesaksian dari seseorang itu tidak valid. Kalau seseorang bicara tentang dirinya sendiri, biasanya tidak tentu benar. Mungkin dilebih-lebihkan atau dikurangin (merendah). Karena itu diperlukan kesaksian orang lain yang berbicara tentang orang itu, minimal dua orang. Tapi, Tuhan Yesus tidak membutuhkan kesaksian manusia, karena sudah ada kesaksian dari Allah Bapa dan Allah Roh Kudus. Maka, sangat menarik kalau kita bisa mendengarkan kesaksian Tuhan Yesus tentang diriNya sendiri.

Kata Yesus kepada mereka: "Akulah roti hidup; barangsiapa datang kepada-Ku, ia tidak akan lapar lagi, dan barangsiapa percaya kepada-Ku, ia tidak akan haus lagi.
Yoh 6:35,48-51

Perkataan yang pertama yang ditulis oleh Yohanes mempergunakan roti, makanan, kebutuhan sehari-hari, yang sangat diperlukan manusia. Konteks di Israel pada saat itu, makanan utamanya adalah roti (dan bukan nasi). Tuhan Yesus sedang berbicara tentang kebutuhan yang utama dari manusia, roti, seharusnya menunjuk dan membawa manusia kepada kebutuhan yang paling utama, yaitu Roti Hidup.

Kalau kita melihat konteks ceritanya, di mulai dari Mujizat yang dilakukan oleh Tuhan Yesus dengan memberi makan 5000 laki-laki hanya dengan 5 roti dan 2 ikan, di mana sisanya sampai 12 bakul roti. Orang-orang yang sudah melihat, mengalami dan mendengarkan mujizat ini, berbondong-bondong untuk menjadikan Tuhan Yesus sebagai Raja. Tetapi Tuhan Yesus pergi menghindar dari mereka, tetapi mereka terus mencari Tuhan Yesus, dan akhirnya mereka menemukanNya.

Sekalipun mereka ingin menjadikan Tuhan Yesus sebagai Raja, tapi fokus mereka sebenarnya hanya kepada roti yang mengenyangkan mereka, bukan kepada diri Tuhan Yesus sendiri. Maka, Tuhan Yesus menantang mereka percaya bahwa diriNya adalah Messias yang berasal dari Allah. Tetapi mereka menantang Tuhan Yesus dan membandingkan antara mujizat Tuhan Yesus memberi makan roti 5000 orang dengan mujizat yang terjadi pada ribuan nenek moyang mereka di padang gurun waktu keluar dari Mesir yang mendapatkan manna (roti) yang turun dari langit. Sepertinya peristiwa manna lebih ajaib dibandingkan dengan mujizat Tuhan Yesus. Karena manna adalah roti yang turun langsung dari sorga.

Tetapi justru Tuhan Yesus membandingkan antara manna yang turun dari sorga dan diriNya yang turun dari sorga. Manna berasal dari Allah Bapa, begitu juga dengan diriNya yang merupakan pemberian bagi manusia yang memberikan hidup. Orang-orang Israel menginginkan roti yang memberikan hidup sampai selama-lamanya, dan Tuhan Yesus mengatakan bahwa diriNya-lah Roti Hidup yang bisa memberikan hidup sampai selama-lamanya. Sayang sekali orang Israel menolaknya, karena mereka hanya butuh roti jasmani di dalam pikiran mereka. Orang Israel tidak bisa melihat yang hadir di hadapan mereka adalah Roti Hidup yang jauh melebihi manna, yang mereka anggap roti surgawi atau roti2 lainnya yang mereka harapkan bisa memuaskan mereka sampai selama-lamanya. Menurut orang Israel, Yesus hanyalah anak Yusuf yang mereka kenal, mana mungkin Ia turun dari sorga. Padahal, mereka sedang berhadapan dengan Roti dari sorga dan mereka bisa mendapatkan hidup sampai selama-lamanya. Karena kehendak Bapa, setiap orang yang melihat Anak dan percaya kepadaNya beroleh hidup yang kekal dan akan dibangkitkan oleh Tuhan Yesus di akhir zaman (Yoh 6:40).

Tuhan Yesus juga memberikan perbedaan yang terjadi antara orang yang sudah menikmati mujizat manna dengan Roti Hidup, yang adalah diriNya sendiri. Semua yang sudah menikmati manna, semuanya sudah mati. Bahkan hampir tidak ada satupun yang masuk dalam Kanaan. Apa yang harus dibanggakan dari orang-orang yang makan manna? Mereka semua mati!
Tetapi, yang menikmati Roti Hidup, percaya kepada Tuhan Yesus akan hidup selama-lamanya. Lho bukannya semua orang yang percaya pada waktu itu kepada Tuhan Yesus juga sudah mati saat ini?! Betul! Mereka mati, tetapi hidup. Kematian dan kebangkitan Tuhan Yesus yang menjamin kehidupan setiap orang percaya, bahwa mati secara fisik tidak menghalangi hidup sampai selama-lamanya. Bukan karena memakan manna dan segala berkat2 serta mujizat. Bukan! Melainkan karena percaya kepada Roti Hidup, kebutuhan utama manusia, yang membuat manusia tidak akan lapar dan haus lagi. Karena kekekalan kita sudah terisi dengan Allah yang kekal yang menjamin hidup kita adalah hidup yang kekal. Ada kelimpahan kenikmatan dan kepuasan di dalam menikmati Roti Hidup, yaitu peribadi Tuhan Yesus Kristus, yang memberikan tubuhNya untuk menjadi korban penebus dosa-dosa kita dan membawa kita kepada hidup yang kekal.

Berbahagialah orang-orang yang mendapatkan anugerah Roti Hidup. Percayalah kepadaNya dan nikmatilah Dia dalam segala kelimpahan.

Monday, May 21, 2007

Perjalanan yang Berat

Empat hari yang lalu, dari hari Kamis sampai Minggu ada liburan panjang di Indonesia. Semua transportasi di Indonesia mendapatkan keuntungan yang lumayan banyak. Orang-orang pergi berlibur, dan dengan rela (sebagian mungkin tidak rela tapi terpaksa) membayar harga yang lebih mahal dari biasanya untuk transportasi.

Kamis sore (17 Mei) dapat kabar dari kakak saya bahwa saudara kami di Manado ada yang meninggal. Kemudian kami putuskan untuk pergi ke Manado Jumat pagi karena penguburannya hari Jumat. Kamis malam cari tiket untuk Jumat pagi, dapat. Tapi, karena perjalanannya untuk hari Jumat dan itu adalah hari libur, maka harganya dua kali lipat dari biasanya. Begitu juga dengan perjalanan pulangnya. Saya pulang sabtu siang, kakak saya minggu siang. Perjalanan satu hari harus mengeluarkan uang beberapa juta rupiah, dan bukan hanya itu saja. Ada yang lebih berat dan mahal, yaitu fisik dan emosi yang terkuras selama dalam perjalanan singkat. Perjalanan yang berat dan mahal kadang-kadang bisa dilihat sebagai sesuatu yang merugikan.

Jadi mikir tentang betapa mahal, berharga dan beratnya perjalanan dalam hidup ini. Bagaimana dengan perjalanan Tuhan Yesus ke bumi dan di bumi? Seberapa mahal dan berat? Bagaimana dengan perjalanan orang-orang yang mengikut Yesus seberapa berat perjalanan ini?

Seringkali perjalanan-perjalanan kita yang harus mengeluarkan uang kita secara pribadi dan tentu saja perjalanan yang mahal akan kita hitung dan diingat. Kita mungkin juga akan melihat betapa mahal dan berharganya perjalanan itu, dan mungkin juga akan menyesali terlalu banyak uang dan waktu yang kita buang untuk perjalanan itu. Adakah yang bisa kita pelajari dari setiap perjalanan di dalam hidup kita?

Saya mencoba belajar melihat perjalanan Tuhan Yesus di bumi. Ia yang adalah Allah, tetapi tidak mempertahankan keilahianNya, melainkan mengambil rupa menjadi hamba dan menjadi sama dengan manusia. Allah menjadi manusia, terlalu mahal untuk dinilai dan terlalu berharga untuk dihitung. Perjalanan yang mahal, penuh resiko dan sangat-sangat merugikan. Sedikit orang yang melihat kerugian Bapa dan kerugian Anak yang harus menjadi manusia dan mengambil rupa seorang hamba.

yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia.
Fil 2:6-7

Bukan hanya itu saja. Untuk menggenapkan rencana Allah Bapa, Tuhan Yesus harus menunggu 30 tahun. Perjalanan hidup yang sangat panjang. Allah yang mencipta dunia dan segala isinya dan sanggup untuk melakukan apa saja, harus menunggu 30 tahun untuk memulai pelayanannya selama tiga setengah tahun. Tiga puluh tahun menyangkal diri demi untuk menggenapkan rencana Allah. Betapa mahalnya perjalanan 30 tahun di bumi, hanya untuk menunggu waktu yang direncanakan untuk tiba. Menjadi tukang kayu, membiayai ibu dan adik-adiknya, sambil bersiap untuk menggenapi rencana Bapa. Hal-hal inipun adalah pengorbanan yang mahal di dalam hidup Yesus Kristus.

Puncak hidup dari Tuhan Yesus di dalam perjalananNya di bumi ini adalah pengorbananNya di atas kayu salib. Perjalanan untuk berkorban. Yang dikorbankan adalah diriNya sendiri. Sekali lagi, terlalu mahal untuk dihitung atas apa yang dilakukan Yesus Kristus terhadap umatNya.

Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib.
Fil 2:8

Adakah perjalanan yang terlalu berkorban dan terlalu mahal untuk memuliakan Allah? Seharusnya kalau dibandingkan dengan apa yang sudah Tuhan lakukan bagi kita, maka tidak ada yang terlalu berat, terlalu mahal dan merugikan bagi kita untuk memuliakan Allah. Kita tidak layak mendapatkan semua yang sudah kita dapat dan yang mungkin suatu saat kita harus korbankan.

Sedangkan apa yang harus dijalani oleh Tuhan Yesus adalah perjalanan yang tidak layak Ia jalani. Ia adalah Allah yang selayaknya menikmati segala kenikmatan, kemudahan dan yang terbaik dari yang terbaik untuk memuliakan diriNya sendiri. Tetapi yang didapatkan adalah kebalikan yang sangat ekstrim dari semuanya. Terlalu berat, terlalu tidak layak, dan terlalu banyak pengorbanan demi untuk orang-orang berdosa yang hanya ingin hidup bagi dirinya sendiri, hanya ingin terus-menerus dijamin di dalam segala sesuatu oleh Tuhan dan yang terus ingin mengontrol segala sesuatu di dunia ini dan kalau perlu tanpa Tuhan yang sering dianggap cuma mengganggu kesenangan hidup dalam dosa.

Seharusnya kalau kita mengerti anugerah Tuhan, ada perubahan dalam respon kita terhadap anugerah Tuhan yang terlalu berlimpah untuk kita yang tidak layak menerima semuanya. Tidak ada yang terlalu berat dan terlalu mahal kalau kita bisa memakainya untuk memuliakan Allah. Banyak orang yang sudah membuang banyak uang, waktu tenaga, pikiran dan emosi untuk dirinya sendiri dan kebodohan, tetapi tidak pernah merasakan hal-hal itu sebagai sesuatu yang sangat mahal. Tetapi, terlalu pelit dan terlalu berhitung kalau dipakai untuk memuliakan Allah.

Sudah seberapa mahalkah dan seberapa beratkah yang kita lakukan untuk memuliakan Allah? Adakah yang bisa banggakan dan ceritakan karena kita sudah terlalu memuliakan Allah? Cerita-cerita tentang pengalaman orang2 percaya yang sudah berkorban dan bekerja dengan berat untuk memuliakan Allah, bahkan ada yang sampai menderita dan mati, sebenarnya tidak seberapa dan sama sekali tidak ada artinya dibandingkan dengan apa yang dilakukan oleh Allah kepada manusia. Tidak ada bandingannya...!
Semoga kita bisa terus menyadarinya untuk kemuliaan Allah..

Monday, April 9, 2007

Kristus tidak Bangkit!? Paskah atau Paksa?

Seperti Paskah tahun-tahun sebelumnya, biasanya menjelang Paskah ada berbagai tulisan/film yang mencoba menentang kebangkitan Kristus. Dan tentu saja ada berbagai macam tulisan yang berbicara tentang kebangkitan Kristus dan menjawab orang-orang yang menentang kebangkitan Kristus. Tahun ini agak seru sedikit. Film The Lost Tomb of Jesus yang ditayangkan Discovery Channel pada 4 Maret 2007 sepertinya memberi angin segar bagi orang-orang yang percaya Kristus tidak bangkit. Untuk percaya Kristus tidak bangkit juga butuh iman!
Ternyata ini juga mempengaruhi di banyak negara, termasuk Indonesia. Seorang Pendeta yang juga dosen di salah satu Sekolah Teologi yang paling berpengaruh di Indonesia, menuliskan tentang hal ini di koran yang paling berpengaruh di Indonesia juga dengan mengemukakan teorinya (imannya). Teorinya, Yesus telah naik ke surga, ya; dalam arti: ia telah diangkat dalam roh untuk berada di sisi Allah di kawasan rohani surgawi. Kebangkitan dan kenaikan tidak harus membuat jasad Yesus lenyap dari makamnya. Untuk keduanya terjadi, yang dibutuhkan adalah "tubuh rohani", bukan tubuh jasmani protoplasmik. Benarkah seperti itu? Kita hanya bisa membandingkan dengan Alkitab, dan melihat iman seperti apa yang dianugerahkan kepada kita.

27:62 Keesokan harinya, yaitu sesudah hari persiapan, datanglah imam-imam kepala dan orang-orang Farisi bersama-sama menghadap Pilatus, 63 dan mereka berkata: "Tuan, kami ingat, bahwa si penyesat itu sewaktu hidup-Nya berkata: Sesudah tiga hari Aku akan bangkit. 64 Karena itu perintahkanlah untuk menjaga kubur itu sampai hari yang ketiga; jikalau tidak, murid-murid-Nya mungkin datang untuk mencuri Dia, lalu mengatakan kepada rakyat: Ia telah bangkit dari antara orang mati, sehingga penyesatan yang terakhir akan lebih buruk akibatnya dari pada yang pertama." 65 Kata Pilatus kepada mereka: "Ini penjaga-penjaga bagimu, pergi dan jagalah kubur itu sebaik-baiknya." 66 Maka pergilah mereka dan dengan bantuan penjaga-penjaga itu mereka memeterai kubur itu dan menjaganya.
28:1 Setelah hari Sabat lewat, menjelang menyingsingnya fajar pada hari pertama minggu itu, pergilah Maria Magdalena dan Maria yang lain, menengok kubur itu. 2 Maka terjadilah gempa bumi yang hebat sebab seorang malaikat Tuhan turun dari langit dan datang ke batu itu dan menggulingkannya lalu duduk di atasnya. 3 Wajahnya bagaikan kilat dan pakaiannya putih bagaikan salju. 4 Dan penjaga-penjaga itu gentar ketakutan dan menjadi seperti orang-orang mati. 5 Akan tetapi malaikat itu berkata kepada perempuan-perempuan itu: "Janganlah kamu takut; sebab aku tahu kamu mencari Yesus yang disalibkan itu. 6 Ia tidak ada di sini, sebab Ia telah bangkit, sama seperti yang telah dikatakan-Nya. Mari, lihatlah tempat Ia berbaring. 7 Dan segeralah pergi dan katakanlah kepada murid-murid-Nya bahwa Ia telah bangkit dari antara orang mati. Ia mendahului kamu ke Galilea; di sana kamu akan melihat Dia. Sesungguhnya aku telah mengatakannya kepadamu." 8 Mereka segera pergi dari kubur itu, dengan takut dan dengan sukacita yang besar dan berlari cepat-cepat untuk memberitahukannya kepada murid-murid Yesus. 9 Tiba-tiba Yesus berjumpa dengan mereka dan berkata: "Salam bagimu." Mereka mendekati-Nya dan memeluk kaki-Nya serta menyembah-Nya. 10 Maka kata Yesus kepada mereka: "Jangan takut. Pergi dan katakanlah kepada saudara-saudara-Ku, supaya mereka pergi ke Galilea, dan di sanalah mereka akan melihat Aku." 11 Ketika mereka di tengah jalan, datanglah beberapa orang dari penjaga itu ke kota dan memberitahukan segala yang terjadi itu kepada imam-imam kepala. 12 Dan sesudah berunding dengan tua-tua, mereka mengambil keputusan lalu memberikan sejumlah besar uang kepada serdadu-serdadu itu 13 dan berkata: "Kamu harus mengatakan, bahwa murid-murid-Nya datang malam-malam dan mencuri-Nya ketika kamu sedang tidur. 14 Dan apabila hal ini kedengaran oleh wali negeri, kami akan berbicara dengan dia, sehingga kamu tidak beroleh kesulitan apa-apa." 15 Mereka menerima uang itu dan berbuat seperti yang dipesankan kepada mereka. Dan ceritera ini tersiar di antara orang Yahudi sampai sekarang ini.
Mat 27:62-28:15

Dari kesaksian Matius, ada tiga macam orang yang berhubungan dengan Kebangkitan Kristus.

Yang pertama, adalah Imam-imam kepala dan orang-orang Farisi. Mereka punya ingatan yang tajam (27:63). Mereka mengingat perkataan Kristus tentang kebangkitanNya (ternyata mereka memperhatikan dan mengingat kotbah-kotbah Kristus). Dan ternyata mereka juga percaya kebangkitan Kristus, karena sesudah serdadu-serdadu itu melaporkan kubur telah kosong, mereka percaya kepada para serdadu (27:11-15). Sesudah itu merancang cerita dan teori baru yang mengatakan bahwa murid-muridNya datang mencuri pada waktu malam. Kalau dilanjutkan dengan cerita zaman sekarang ini, dibawa ke mana oleh para murid? Dibawa ke kuburan keluarga Yesus. Tapi ternyata para serdadu, imam-imam kepala dan orang-orang Farisi tidak bisa melacaknya. Mungkin terlalu sulit untuk menemukannya. Itu sebabnya baru akhir-akhir ini bisa ditemukan, mungkin karena arkeologi dan intelijen yang makin maju!?
Bagi mereka, Paskah berarti Paksa. Segala sesuatu dipaksakan demi untuk tujuan pribadi yang menguntungkan, kalau perlu ada sedikit pengorbanan yang nantinya akan membawa keuntungan. Ternyata penulis buku yang menginspirasikan film The Lost Tomb, pembuat film dan juga pendeta di Indonesia yang menulis bahwa Kristus tidak bangkit tubuhnya, mempunyai iman yang sama dengan imam-imam kepala dan orang-orang Farisi? Saya pikir, mereka lebih diinspirasikan oleh tokoh kedua di dalam kesaksian Matius.

Siapa tokoh kedua? Para serdadu. Mereka punya senjata dan mereka punya kuasa, tapi tidak berdaya dengan kebangkitan Kristus. Hmm..Meskipun demikian mereka bisa mengambil keuntungan dari kisah kebangkitan Kristus. Caranya? Dengan menceritakan bahwa Kristus tidak bangkit, tetapi murid-murid mencuri mayatNya (dua wanita mengalahkan mereka dan mencuri mayatNya (28:1-4)?), maka mereka mendapatkan uang (28:15). Ini juga yang dilakukan oleh orang-orang yang berbicara bahwa Kristus tidak bangkit. Biasanya mendapatkan keuntungan yang lumayan dengan teori dan cerita mereka. Bagi mereka, Paskah adalah Paksaan yang menguntungkan. Dipaksa untuk menceritakan kebohongan dan beriman terhadap kebohongan, ternyata mendapatkan upah yang menguntungkan.

Yang ketiga, dua orang Maria. Mereka seharusnya sudah mendengarkan ajaran Kristus tentang kebangkitanNya. Tetapi mungkin ingatan mereka tidak setajam para imam dan orang Farisi. Ataupun mungkin mereka tidak perhatian? Jangan-jangan mereka sebenarnya tidak percaya bahwa Kristus akan bangkit!? Sama seperti murid-murid yang lain sudah mendengar berkali-kali tapi tidak percaya bahwa Kristus akan bangkit dan sudah bangkit. Sesudah mendapatkan pengertian dan anugerah dari Tuhan, teryata terjadi perubahan. Mereka menyambutnya dengan takut dan sukacita (28:8). Tidak percaya, menjadi percaya dan bahkan mendapatkan sukacita dari Paskah. Berbeda dengan imam-imam kepala, orang Farisi dan para serdadu yang tahu tentang kebangkitan, justru tidak beriman, mengambil keuntungan dari cerita yang dibuat sendiri, dan sukacitanya mungkin hanya didalam uang dan pengaruh/sensasi yang didapatkan.

Bagaimana dengan kita? Berbahagialah orang-orang yang dianugerahi iman dan bisa merasakan kegentaran dan kekaguman kepada Tuhan serta bersukacita di dalam kebangkitan Kristus. Bagi kita ada jaminan kebangkitan dan terlepas dari kuasa dosa dan kematian. Selamat Paskah!

Dan jika Kristus tidak dibangkitkan, maka sia-sialah kepercayaan kamu dan kamu masih hidup dalam dosamu.
1 Korintus 15:17

Sunday, April 1, 2007

Were we the reason?

We were the reason
That He gave His life
We were the reason
That He suffered and died
To a world that was lost
He gave all He could give
To show us the reason to live

Apakah betul bahwa hanya kita yang menjadi alasan kematian Kristus? Apakah kita yang menjadi alasan utama dan yang menjadi tujuan penderitaan dan kematian Kristus? Sebegitu pentingkah manusia sehingga Allah harus menjadi manusia, menderita dan mati? Pertanyaan-pertanyaan ini terus terpikirkan setiap kali mendekati minggu sengsara, Jumat Agung dan Paskah.

Aku telah mempermuliakan Engkau di bumi dengan jalan menyelesaikan pekerjaan yang Engkau berikan kepada-Ku untuk melakukannya.
Yoh 17:4

Dan Kristus telah mati untuk semua orang, supaya mereka yang hidup, tidak lagi hidup untuk dirinya sendiri, tetapi untuk Dia, yang telah mati dan telah dibangkitkan untuk mereka.
2 Kor 5:15


Dari Yoh 17:1,4, ada jawaban dari pertanyaan2 di atas. Yesus Kristus datang ke dunia, menderita, mati dan bangkit untuk mempermuliakan Bapa. Hal ini yang menjadi alasan utama mengapa Kristus datang dan mati bagi orang-orang pilihan. Kristus mempermuliakan Bapa dengan jalan menyelesaikan pekerjaan yang diberikan oleh Bapa untuk dilakukanNya, yaitu menderita, mati dan bangkit untuk menebus dosa-dosa orang pilihan.
Maka kalau hanya kita disebut sebagai alasan kematian Kristus, sebenarnya tidak sepenuhnya benar. Alasan utamanya adalah kemuliaan Bapa. Semua manusia berdosa, tetapi tidak semua manusia ditebus. Artinya, bukan kita yang menjadi alasan utama.
Apa bedanya kalau kita hanya berpikir bahwa kita yang menjadi alasan dan memikirkan kemuliaan Bapa yang menjadi alasan?
Kalau hanya memikirkan bahwa diri kita yang menjadi alasan kematian Kristus, maka kita mungkin akan merasa sedih dan terharu, karena kita yang berdosa ini dianggap begitu berharga sampai Pencipta mau menderita dan mati bagi kita. Mungkin selanjutnya, akan bertanya apa yang menjadi respon kita. Kemungkinan besar kebanyakan orang hanya akan berhenti sampai di dalam kemuliaan dan keberhargaan diri sendiri.
Tapi, kalau kita melihat bahwa kemuliaan Bapa yang menjadi alasan utama Kristus menderita dan mati bagi kita, maka kita tidak hanya berhenti di dalam melihat betapa berharga dan mulianya diri kita. Melainkan kita akan memuliakan Bapa dan melihat pekerjaan Bapa yang harus diselesaikan. Kita akan menjadi serupa Kristus, meneladani Kristus yang menyelesaikan pekerjaanNya supaya Bapa dipermuliakan di bumi ini. Perbedaan pengertian ini kelihatan sederhana. Tetapi sebenarnya berdampak yang besar kepada orang-orang percaya.
Orang-orang yang hanya melihat Kristus mati baginya, kemungkinan besar hanya akan melihat dirinya sendiri yang menjadi pusat. Meskipun tidak menutup kemungkinan tetap memuliakan Kristus dan ingin hidup berkorban bagi Kristus yang dianggap sudah membuat hidupnya menjadi berharga. Tetapi seringkali mengalami kesulitan ketika berhadapan penderitaan dan permasalahan. Kalau Kristus sudah mati bagi saya, menanggung penderitaan saya, mengapa saya masih menderita dan mengalami kesulitan seperti ini?
Sedangkan orang-orang yang mengerti kemuliaan Bapa yang menjadi pusat dan alasannya, akan melihat bahwa kemuliaan Bapa yang lebih penting dibandingkan dengan penderitaan diri sendiri. Selama Bapa dimuliakan, maka penderitaan bukanlah sesuatu yang terlalu sulit untuk ditanggung. Kristus sudah menderita untuk menyelesaikan pekerjaan Bapa, mengapa kita juga tidak mengalami hal yang sama. Rasul Paulus mengerti akan hal ini, seperti yang dituliskannya di dalam Kol 1:24. Ia bersukacita saat bisa menderita bagi jemaat Kolose untuk menggenapkan penderitaan Kristus di dalam dirinya.
Bagaimana dengan kita, apakah kita melihat penderitaan dan kematian Kristus untuk menyelesaikan pekerjaan Bapa dan memuliakan Bapa? Apakah hidup kitapun adalah hidup untuk menyelesaikan pekerjaan Bapa bagi kita?
Rasul Paulus di dalam 2 Kor 5:15 kemudian menjelaskan arti dari kematian dan kebangkitan Kristus bagi orang-orang yang sudah mati dan bangkit dengan Kristus. Ternyata orang-orang yang ditebus oleh Kristus bukan hanya berhenti di dalam ucapan syukur karena sudah ditebus. Tetapi ada perubahan di dalam kehidupan dari orang-orang yang ditebus. Kalau dulu hanya hidup bagi diri, dosa, benda-benda mati dan kematian itu sendiri, maka sekarang seharusnya kita hidup bagi Kristus. Ada perubahan total di dalam kehidupan orang-orang percaya. Hidup yang bukan lagi berpusat bagi diri sendiri dan hanya untuk diri sendiri. Melainkan hidup yang sepenuhnya bagi Penebus yang sudah menebus kita. Artinya, He is the reason.
Jadi, kita bisa melihat bahwa penderitaan dan kematian Kristus dasarnya adalah kemuliaan Bapa dan tujuannya adalah hidup bagi Dia. Bagaimana dengan manusia? Were we the reason? Ya, kita yang membuat Kristus menderita dan mati, tetapi bukan kita yang menjadi alasan dan tujuan dari semuanya. Kristus harus menderita dan mati menebus kita, demi kemuliaan Bapa yang pekerjaanNya harus diselesaikan. Membuat kita yang sudah ditebus itu hidup bagi Dia, memuliakan Allah dengan menyelesaikan pekerjaan baik yang sudah dipersiapkan bagi kita.

Karena kita ini buatan Allah, diciptakan dalam Kristus Yesus untuk melakukan pekerjaan baik, yang dipersiapkan Allah sebelumnya. Ia mau, supaya kita hidup di dalamnya.
Efesus 2:10

Tuesday, March 27, 2007

Kristologi dan Doktrin Gereja dalam relasi suami isteri

Apa hubungannya antara doktrin yang dipelajari dengan hidup sehari-hari? Banyak yang merasa bahwa belajar doktrin hanyalah untuk konsumsi pemuasan otak dan menjadi sangat kering, apalgi tidak ada hubungannya dengan hidup sehari-hari. Sebagian orang percaya malahan hanya menginginkan hal-hal yang praktis, daripada doktrin. Karena hal-hal yang praktis berbicara tentang hidup sehari-hari, sedangkan doktrin tidak.
Apakah betul bahwa doktrin tidak praktis? Apakah doktrin memang hanya untuk otak dan bukan untuk dilakukan dalam hidup sehari-hari? Jangan-jangan para pengajar doktrin yang telah membuat doktrin tidak ada hubungan dengan hidup sehari-hari?
Dalam tulisan ini ingin melihat apa hubungannya Kristologi dan Doktrin Gereja dalam relasi suami isteri.

22 Hai isteri, tunduklah kepada suamimu seperti kepada Tuhan, 23 karena suami adalah kepala isteri sama seperti Kristus adalah kepala jemaat. Dialah yang menyelamatkan tubuh. 24 Karena itu sebagaimana jemaat tunduk kepada Kristus, demikian jugalah isteri kepada suami dalam segala sesuatu. 25 Hai suami, kasihilah isterimu sebagaimana Kristus telah mengasihi jemaat dan telah menyerahkan diri-Nya baginya 26 untuk menguduskannya, sesudah Ia menyucikannya dengan memandikannya dengan air dan firman, 27 supaya dengan demikian Ia menempatkan jemaat di hadapan diri-Nya dengan cemerlang tanpa cacat atau kerut atau yang serupa itu, tetapi supaya jemaat kudus dan tidak bercela.
Efesus 5:22-27

Dalam surat kepada jemaat Efesus yang kita baca di atas, Isteri diperintahkan untuk tunduk kepada suami seperti jemaat tunduk kepada Kristus. Implikasinya, isteri yang betul-betul bisa tunduk kepada suaminya, haruslah isteri yang mengenal Kristus dan mengerti seperti apa jemaat di dalam hubungannya dengan Kristus dan bagaimana respon yang benar dari jemaat. Pengertian Kristologi yang benar seharusnya bisa membuat seorang isteri akan makin mengasihi suaminya. Sedangkan pengertian yang benar tentang doktrin gereja yang benar akan membuat seorang istri akan mengerti bagaimana seharusnya tunduk kepada suaminya. Jadi isteri-isteri harus belajar Kristologi dan Ekklesiologi.

Apanya yang harus dipelajari? Yang dipelajari bukan teori-teori tentang Kristus dan gereja, tetapi pengenalan akan Kristus. Siapa Kristus? Apa yang sudah dikerjakan? Bagaimana Ia memimpin kerajaanNya dan gereja? Sesudah itu melihat bahwa Kristus sedang diwakili oleh suami yang seharusnya memimpin seperti Kristus memimpin dan Kristus mengasihi. Sedangkan pembelajaran tentang jemaat, seharusnya isteri-isteri melihat bagaimana gereja terbentuk, apa yang dimaksud dengan gereja, seberapa besar anugerah dan kasih Tuhan terhadap gereja dan apa tugas gereja untuk memuliakan Tuhan. Sesudah itu isteri-isteri menempatkan diri seperti gereja di hadapan Kristus, mempelai yang kudus, taat dan tunduk kepada Kristus yang mengasihinya. Banyak isteri sulit untuk tunduk kepada suami karena tidak bisa melihat suami-suami mewakili Kristus. Tetapi isteri harus belajar untuk itu.

Bagaimana dengan suami-suami? Sebenarnya sama. Suami-suami harus lebih lagi mengerti tentang Kristologi. Karena pola sebagai pemimpin hanya bisa dimengerti dengan melihat bagaimana Kristus memimpin gerejaNya. Bagaimana Kristus mengasihi gerejaNya, bahkan mau mati dan berkorban, serta melayani gerejaNya. Artinya juga, harus mengerti tentang gereja. Seperti apa gereja yang dikasihi dan bahkan rela berkorban dan masih terus dilayani.

Dalam hubungan suami-isteri seringkali ada anggapan bahwa isteri harus terus-menerus melayani suami yang posisinya lebih tinggi. Tetapi kalau suami dan isteri benar-benar mempelajari Kristologi dan gereja, maka sebenarnya yang harus lebih melayani adalah suami. Karena gereja tidak pernah melayani Kristus. Allah tidak perlu pelayanan umatNya. Kristus hanya memakai gerejaNya untuk berbagian dalam pekerjaanNya yang mulia dengan melayani sesama. Itu sebabnya isteri-isteri tidak dinasehatkan untuk mengasihi dan melayani suami, tetapi diminta untuk tunduk kepada suami. Karena dengan tunduknya isteri maka isteri akan ikut bersama suami untuk mengerjakan panggilan dalam satu keluarga yang diberikan melalui suami.

Sementara sang suami diminta untuk mengasihi isterinya, karena seperti Kristus datang bukan untuk dilayani tetapi untuk melayani, maka demikianlah suami. Suami seharusnya melayani isteri dan bukan menjadikan isteri sebagai budak yang harus melayaninya yang sudah bekerja keras. Justru suami harus menunjukkan pelayanan yang lebih lagi sehingga bisa memimpin isterinya. Isteri bisa melihat bahwa ia tunduk sebagai hamba tetapi bukan diperbudak, tetapi budak yang melayani dalam panggilan dalam keluarga, tetapi juga budak yang dilayani oleh tuannya, suami sendiri. Ini paradoks dari hamba/budak. Di satu sisi harus melayani, di sisi yang lain dilayani oleh tuannya.

Suami-isteri yang melihat kepada Kristus dan belajar bagaimana Kristus dalam relasiNya dengan jemaat akan mendapatkan banyak hal yang penting dan berharga untuk hidup memuliakan Tuhan dalam keluarganya. Selamat Melayani!

Karena Anak Manusia juga datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang."
Markus 10:45

Friday, March 9, 2007

What's so special about Jesus?

6 Jesus said to him, "I am the way, and the truth, and the life. No one comes to the Father except through me.
John 14:6 ESV

Many Christians tell that they love Jesus, and Jesus has saved them. But, what does it mean? If people ask about Jesus, what would we tell about Him? What's so special about Jesus? Is He special because He has saved me? It means that I'm the special one and not the Savior. I'm the special one and I made Him special to me. That's it, isn't it? But, what about Jesus Himself? What's so special about Him? Let me share my opinion..
Banyak yang melihat keistimewaan Tuhan Yesus dalam hal perbuatan-perbuatanNya kepada kita. Bukan hanya keselamatan, tapi juga di dalam berkat-berkat yang terus diberikan dan bahkan di dalam mempergunakan namaNya. Apalagi kalau berhubungan dengan mujizat-mujizatNya, it's really special, isn't it? Yup, it's special. But, did Jesus come into this world, just to make some miracles and showed that He's special because of it??!
Kalau yang spesial dari Tuhan Yesus hanya di dalam hal-hal itu, maka banyak sekarang yang mengklaim bisa melakukan lebih baik dan lebih banyak mujizat daripada yang pernah dilakukan oleh Tuhan Yesus (meskipun ada perbedaan kualitas di dalam mujizat yang dilakukan oleh Tuhan Yesus dan dilakukan oleh orang-orang lain). Kecuali, satu hal yang tidak bisa disamai, yaitu dalam keselamatan. Siapa yang bisa menebus dosa banyak orang? Hanya ada satu Pribadi yang pernah berkata, "Akulah Jalan itu (satu-satunya), dan kebenaran itu (satu-satunya kebenaran), dan hidup itu (sumber hidup)."
Tuhan Yesus menyatakan bahwa hanya diriNya adalah jalan kepada Bapa, berbeda dengan dunia yang mengajarkan banyak jalan kepada Allah dan keselamatan. Maka hanya ada dua pilihan. Percaya, atau tidak percaya kepada Yesus Kristus. Tidak bisa menerima bahwa Tuhan Yesus adalah salah satu jalan, karena itu akan bertentangan dengan perkataan Tuhan Yesus sendiri. Dengan kematian dan kebangkitanNya Tuhan Yesus membuktikan bahwa Dia-lah satu-satunya jalan yang memberikan jawaban atas seluruh pergumulan manusia akan keselamatan. Bukan dengan usaha manusia, tetapi Anugerah Tuhan Yesus. Silahkan manusia membuat jalannya sendiri dengan segala kebodohannya, yang akhirnya hanya berakhir dengan ketidakpastian. Hanya Yesus Kristus yang memberikan satu-satunya jalan yang pasti, yaitu diriNya sendiri.
Bukan hanya itu, Tetapi Tuhan Yesus juga mengatakan bahwa Dia-lah kebenaran itu sendiri. Yohanes menyebutNya, LOGOS, yaitu FIRMAN. Itu sebabnya kalau membaca Alkitab, dari awal sampai akhir berpusat pada karya dan diri Yesus Kristus. Dia yang membenarkan manusia, karena Dia-lah kebenaran. Hanya Dia-lah yang memberi kebenaran kepada manusia. Karena di dalam Dia tersembunyi segala harta hikmat dan pengetahuan (Kol 2:3). Artinya, di dalam dunia ini, kalau ada kebenaran, itu berasal dari Yesus Kristus dan akan kembali untuk Dia.
Melengkapi jalan dan kebenaran, maka Tuhan Yesus berkata bahwa Dia adalah Hidup. Dia yang memberikan hidup kepada seluruh ciptaan dan keseluruhan hidup dari ciptaan bergantung kepada Yesus Kristus. Tetapi manusia tidak mengerti akan hal ini. Rasul Paulus mengerti dengan benar, sehingga ia mengatakan bahwa Hidup adalah Kristus. Sesungguhnya manusia sejak jatuh dalam dosa, maka manusia sudah mati, meskipun kelihatan masih hidup. Hanya Kristus yang sanggup membangkitkan kita dari kematian dan hidup bagi Allah, melalui salib yang menebus dosa, serta kematian dan kebangkitan Kristus. Berbahagialah orang-orang yang mengalami dan mengerti akan hal ini, karena itu artinya kita sudah dibangkitkan dari kematian. Mengapa Yesus Kristus bisa menebus dosa-dosa kita dan menghidupkan kita dari kematian? Apa yang spesial dari diriNya?
Maka, mari kita melihat hal yang spesial dari Tuhan Yesus. Mengutip pendapat dari Rektor saya waktu masih di Sekolah Teologi, beliau mengatakan ada 7 syarat Juruselamat.
1. Ia Allah sejati (Fil 2:6; Tit 2:13; Yoh 1:1)
2. Ia manusia sejati (2 Tim 2:8)
3. Tidak berdosa (2 Kor 5:21)
4. Mati, menggantikan hukuman umat manusia (Rom 5:7-8)
5. Bangkit dari kematian tanpa didoakan orang lain (Mark 16:9; 2 Tim 2:8)
6. Menggenapi tuntutan Tuhan Allah di dalam Taurat (Rom 8:3-4)
7. Diterima kembali Allah Bapa dan akan dikirim kembali untuk mengakhiri dunia yang berdosa, dan mengumpulkan orang beriman. (Kis 1:9-11; Kis 7:55-56; 2 Tes 2:1)

Siapa yang bisa melaksanakan 7 syarat di atas ? Hanya Yesus yang telah melaksanakan tuntutan tersebut. Untuk memenuhi tujuh syarat itu, Yesus yang adalah Allah menjadi manusia. Hanya satu pribadi yang adalah Allah dan manusia, yang bisa menyelamatkan umat manusia dari keberdosaannya. Mengapa?
Karena kalau hanya manusia yang ingin menyelamatkan dirinya sendiri, di mana ada manusia yang tidak berdosa? Usaha apapun yang dilakukan oleh manusia, tidak bisa membebaskan dirinya dari keberdosaannya. Lagipula, manusia bisa mati, tapi tidak bisa bangkit dan maut serta Iblis yang terus membuat manusia jatuh dalam dosa.
Kalau Allah sendiri yang menyelamatkan dan tidak menjadi manusia, maka Allah tidak bisa mati dan sejarah keselamatan akan berakhir dengan semua manusia masuk ke dalam neraka, karena Allah bertindak dengan adil dan menghukum kita semua untuk masuk ke dalam neraka. Banyak yang mungkin menolak pernyataan ini, karena berpikir bahwa Allah punya cara lain untuk keselamatan manusia tanpa melibatkan manusia. Masalahnya, Allah justru memilih cara yang ditunjukkan dalam Alkitab sebagai satu-satunya cara dan jalan, dan tentu saja yang hanya bisa digenapkan oleh Yesus Kristus. Tanpa usaha manusia (karena manusia memang tidak mampu), tetapi anugerah dari Allah yang menjadi manusia. Hal ini yang benar-benar spesial dan belum pernah dan tidak akan pernah terjadi lagi, seperti yang sudah dilakukan oleh Allah Bapa, melalui Allah Anak, yaitu Yesus Kristus dan dengan kuasa Allah Roh Kudus menerapkan karya keselamatan ini kepada orang-orang pilihan.
Sudahkah Anda mengalami anugerah yang spesial yang merupakan karya spesial dari Pribadi yang spesial, yaitu Tuhan kita Yesus Kristus? What's so spesial about Jesus? You can answer now.

Jesus said to YOU, "I am the way, and the truth, and the life. No one comes to the Father except through me.
Believe it or not?

Thursday, March 8, 2007

Hidup adalah Kristus. Mati membuat hidup lebih hidup.

Manusia hidup dalam kesementaraan ini seringkali melupakan bahwa hidup ini adalah sementara. Berbagai bencana dan musibah yang membawa kematian seharusnya mengingatkan kita, bahwa hidup ini hanya sementara di dunia ini. Maka buat apa kita hidup? Apakah hidup ini hanya untuk kesementaraan yang kemudian akan berlalu dengan sia-sia? Ataukah kita hidup untuk kekekalan dengan memanfaatkan kesementaraan ini dan bersiap dalam kesementaraan ini? C.S. Lewis pernah mengatakan, "Aim at heaven, and you will get earth thrown in; aim at earth, and you will get neither."

20 Sebab yang sangat kurindukan dan kuharapkan ialah bahwa aku dalam segala hal tidak akan beroleh malu, melainkan seperti sediakala, demikianpun sekarang, Kristus dengan nyata dimuliakan di dalam tubuhku, baik oleh hidupku, maupun oleh matiku. 21 Karena bagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan. 22 Tetapi jika aku harus hidup di dunia ini, itu berarti bagiku bekerja memberi buah. Jadi mana yang harus kupilih, aku tidak tahu. 23 Aku didesak dari dua pihak: aku ingin pergi dan diam bersama-sama dengan Kristus itu memang jauh lebih baik; 24 tetapi lebih perlu untuk tinggal di dunia ini karena kamu.
Fil 1:20-24

Rasul Paulus dalam kesaksiannya pada jemaat di Filipi, menjelaskan bagaimana seharusnya orang percaya memandang hidup dan mati. Bagi Paulus, hidup adalah Kristus (21) dan bekerja memberi buah (22), tetapi hanya lebih perlu untuk hidup di dunia (24). Sedangkan mati adalah keuntungan (21), karena berdiam bersama-sama Kritus (23), dan itu lebih baik (23). Jadi, sebenarnya sudah disimpulkan oleh Rasul Paulus dalam ay.20, Kristus dengan nyata dimuliakan dalam tubuhku, baik oleh hidupku, maupun oleh matiku.

Hidup adalah Kristus
Paulus ingin mengatakan bahwa Kristus adalah sumber, penopang dan pemelihara serta menjadi tujuan dari hidup ini. Sangat jelas, karena kita dicipta dalam gambar Kristus, dan mempunyai tujuan untuk menjadi serupa dengan gambaran Kristus (Roma 8:29). Dampak tinggal di dalam Kristus, maka pasti akan bekerja memberi buah. Saya mendapatkan pengertian yang berbeda lagi tentang bekerja memberi buah. Sekarang, saya ingin melihat dari 3 sisi yang berbeda:
Yang pertama, dalam hubungannya dengan Tuhan. Saya melihatnya seperti di dalam perumpamaan tentang talenta. Kita bekerja memberi buah, jikalau kita menjadi seperti hamba-hamba yang baik, yang mengerjakan dan memaksimalkan semua pemberian Tuhan dan mempersembahkannya untuk kemuliaan Kristus.
Yang kedua, dalam hubungannya dengan sesama manusia. Kita bekerja memberi buah, bukan hanya dalam pemberitaan Injil, tetapi juga bagaimana memuridkan. Seorang Pendeta yang baik, seharusnya juga menghasilkan Pendeta-Pendeta yang baik. Begitu juga dengan pekerjaan dan panggilan2 yang lain. Selain itu, kita berusaha untuk berbagian dalam hidup orang lain untuk persiapan menuju kekekalan dengan melayani dan mengasihi.
Yang ketiga, dalam hubungannya dengan bumi ini. Bekerja memberi buah, artinya kita bertanggung jawab dalam pekerjaan kita masing-masing. Kita mengusahakan dan memelihara bumi ini (Kej 2:15 - Konteksnya Taman Eden). Bukan hanya sekedar bekerja dan mengeksploitasi bumi ini. Dua kata yang diterjemahkan dalam bahasa Indonesia dengan mengusahakan dan memelihara, keduanya mempunyai nuansa ibadah, pelayanan dan takut akan Tuhan.
Jadi, keseluruhan hidup kita dalam bekerja memberi buah sangat berhubungan sekali dengan Kristus sebagai Pencipta, Pemelihara, Penyelamat dan Penyempurna kita.
Tetapi anehnya, Paulus mengatakan untuk tinggal di dunia ini hanya lebih perlu. Mengapa? Apa gunanya hidup yang sementara ini? Adakah yang jauh lebih baik dari hidup ini? Mengapa hampir semua orang tidak ingin mati dan ingin hidup 1000 tahun lagi?

Hidup Lebih Hidup
Banyak orang sebenarnya tidak mengerti tentang kekekalan dan tidak ada kepastian sama-sekali, sehingga kematian menjadi sesuatu yang menakutkan. Dibandingkan dengan hidup yang kelihatan ini dan sepertinya kita bisa mengontrol dan menikmatinya.
Padahal, hidup yang sementara ini adalah persiapan untuk hidup yang kekal, yang akan sampai selama-lamanya. Itu sebabnya, Paulus mengatakan bahwa mati jauh lebih baik, karena diam bersama-sama dengan Kristus di dalam kekekalan.
Mati adalah gerbang untuk masuk ke dalam kesempurnaan, serupa dengan Kristus, diam dengan Kristus, menjadi raja sampai selama-lamanya, tidak berdosa lagi, tidak ada sakit-penyakit, dan bahkan bisa menikmati Allah Tritunggal dalam segala kelimpahan. Jadi, hidup sesudah mati pasti lebih menyenangkan dari hidup yang sekarang ini. Seharusnya orang-orang yang sungguh percaya kepada Kristus, sangat menanti-nantikan akan kematian dan hidup yang kekal. Mata kita seharusnya memandang kepada kekekalan. Bersukacita dengan segala hal yang dibukakan kepada kita dan mempersiapkannya dalam kesementaraan ini.
Apakah ini berarti bahwa kesementaraan ini menjadi tidak berharga dibandingkan dengan hidup kekal? YA! Tetapi, bukan berarti hidup yang sementara ini tidak perlu. Justru kita harus melihat hidup yang sementara ini sebagai kesempatan yang akan berlalu. Kalau kita melihat dengan cara pandang bahwa ini hanya sementara dan akan berlalu tetapi berdampak untuk kekekalan, maka kita akan memanfaatkan dan mempergunakannya sebagai mungkin demi untuk Kristus dan untuk mempersembahkan semuanya kepada Kristus.
Bagi orang Kristen, mati bukan lagi sesuatu yang menakutkan. Malahan kematian membuat hidup menjadi lebih hidup. Mari kita menunggu dan menanti-nantikan kematian, bukan untuk kematian itu sendiri. Tetapi bagi Kristus, yang sudah mati dan bangkit, dan yang akan membangkitkan kita untuk hidup bagi Dia dalam kekekalan. Sementara kita menunggu, mari kita bekerja memberi buah, mempersiapkan diri kita dan orang-orang pilihan lainnya untuk hidup dalam kekekalan. Karena hidup adalah Kristus dan mati membuat hidup menjadi lebih hidup.

If you read history you will find that the Christians who did most for the present world were precisely those who thought most of the next. It is since Christians have largely ceased to think of the other world that they have become so ineffective in this.
C. S. Lewis (1898-1963)
British Academic, Writer, Christian Apologist

Wednesday, March 7, 2007

I Love this Game!

Habis nonton bola, UEFA Champions League jadi mikir lagi tentang posisi permainan, game, olahraga, hobby dan rekreasi dalam hidup ini. Mengapa manusia sangat menyukai bermain? Mengapa banyak orang yang sampai dewasa, keinginannya hanya bermain terus? Apakah bermain hanya untuk anak-anak? Mengapa kecenderungan dalam ibadah gereja yang bersifat persekutuan memasukkan elemen bermain di dalamnya? Tepatkah ini? Jangan-jangan karena dalam hidup ini terlalu banyak kesibukan dalam kerja, tidak ada kesempatan untuk bermain sehingga ibadahpun dijadikan kesempatan untuk bermain, bergaya dan pelampiasan ekspresi? Ada banyak pertanyaan yang justru muncul karena habis nonton sepakbola..Tapi, saya tidak akan membahas konsep sepakbola, tetapi konsep bermain dihubungkan dengan kerja.

30 aku ada serta-Nya sebagai arsitek, setiap hari aku bersukacita, dan senantiasa bermain-main di hadapan-Nya; 31 aku bermain-main di atas muka bumi-Nya dan anak-anak manusia menjadi kesenanganku.
Amsal 8:30-31 ROT

Saya menafsirkan Amsal 8 ini menunjuk kepada Kristus. Harusnya membahas dulu Amsal 8:22-25, dengan melihat ke bahasa Ibraninya yang menunjukkan bahwa Hikmat bukan diciptakan, tetapi keberadaannya sudah ada sejak kekekalan. Bahkan dalam ayat 30 berbicara tentang Hikmat yang mencipta (sebagai arsitek), setelah sebelumnya berbicara bahwa Tuhan mencipta. Dan sesudah penciptaan itu, sang Hikmat bermain-main. Begitu juga ay. 31, dikatakan bahwa Hikmat juga bermain-main di atas muka bumi. Pasti jadi banyak pertanyaan, apa maksudnya bermain-main?
Konsep kita tentang bermain sebenarnya banyak yang sudah dicemari oleh dosa. Bermain dianggap cocok untuk anak kecil, tapi bukan lagi prioritas bagi orang dewasa yang sudah bekerja. Kalaupun ada orang dewasa yang menyukai bermain, biasanya menjadi terikat dengan permainan dan sulit untuk berhenti. Maka muncul banyak konsep tentang bermain, yang berhubungan dengan memanfaatkan waktu, khususnya waktu luang.
Untuk mengerti tentang konsep bermain dan kerja, saya mengutip pendapat dari Robert. K. Johnston, dalam bukunya The Christian at Play. Meskipun saya tidak setuju dengan semua analisanya, tapi setidaknya kita bisa belajar dari analisanya (dalam tulisan ini, pendapatnya sudah bercampur dengan pendapat saya). Johnston mencoba membedakan tiga cara pandang dari orang Yunani, Protestan dan orang Israel dalam melihat bermain dihubungkan dengan kerja.
1.Orang Yunani. Bagi orang Yunani, pekerjaan adalah untuk budak. Orang yang bebas adalah orang yang bermain dan bukan bekerja. Maka, bagi mereka hidup adalah bermain dan bersenang-senang. Tentu saja tidak semua orang Yunani berpikiran seperti itu. Tetapi konsep yang paling umum, yang banyak bekerja adalah budak. Maka bermain dan waktu luang menjadi salah satu elemen yang penting dalam hidup orang Yunani yang bebas. Sementara kerja adalah bagian dari para budak.
2. Di zaman Protestan, konsep ini berubah. Kerja adalah bagian dari ibadah dan merupakan salah satu elemen yang terpenting dalam hidup. Maka kerja menjadi pusat. Menurut Johnston(yg ini tidak tentu benar), orang2 Protestan memandang bermain dan waktu luang itu penting sebagai upah dari kerja dan sebagai kesempatan refreshing untuk bekerja lagi. Jadi, bermain itu baik kalau berguna melampaui dirinya. Jadi, kalau bermain hanya untuk bermain tidak ada gunanya, kecuali kalau bermain sebagai upah atau persiapan untuk kerja lagi.
3. Israel dalam Perjanjian Lama. Kalau diperhatikan, banyak sekali perayaan-perayaan yang ditetapkan, selain pekerjaan. Dan perayaan-perayaan itu bukan untuk bekerja. Bahkan disuruh untuk berhenti bekerja. Bahkan dalam relasi pria dan wanita, digambarkan dengan permainan dalam Kidung Agung. Maka, permainan pada dirinya sendiri mempunyai kebaikan dan tujuan sendiri, sama seperti kerja pada dirinya sendiri.
Saya sendiri mencoba melihat dari sudut CFRC (Creation, Fall, Redemption and Consummation).
- Creation. Dalam Penciptaan, hidup manusia dimulai dari Sabat, kesempatan untuk pemenuhan diri, ada kepuasan dalam perayaan (sama seperti yang dirasakan dalam permainan). Kemudian cerita Adam bermain-main dengan binatang2 (meskipun sebagian hanya melihatnya sebagai Adam menamai mereka), binatang2 adalah mainan sekaligus rekan bermain Adam, sampai dia bertemu dengan penolong yang sepadan, dimana Adam bisa betul-betul menikmati permainan yang lebih memuaskan.
- Fall. Waktu manusia, jatuh dalam dosa. Kerja sepertinya hanya menjadi beban. Maka muncul dua ekstrim: konsentrasi hanya pada kerja; atau bermain dan meninggalkan pekerjaan, sesudah memastikan kebebasan finansial. Zaman sekarang ini banyak yang ingin mengkombinasikan kerja sambil bermain. Betulkah ini konsep terbaik?
- Redemption. Tuhan Yesus menunjukkan gaya hidup sering pergi ke perjamuan makan (perayaan zaman itu), bahkan mujizat pertama Tuhan Yesus bukan terjadi di Bait Allah, tapi di sebuah perjamuan kawin. Paulus bahkan sering memakai analogi permainan untuk menjelaskan konsep-konsep kebenaran, artinya ia tidak menolaknya bahkan memakainya sebagai bahan pelajaran. Maka permainan, kembali menjadi bagian dari hidup yang bisa juga dinikmati.
- Consummation. Bagaimana dengan kekekalan? Pada umumnya orang berpikir, bahwa hidup ini untuk bekerja. Tetapi, sesudah tidak bisa bekerja dan mati, bahkan sampai selama-lamanya tidak bekerja lagi, tetapi bebas bermain. Saya tidak setuju dengan pendapat ini. Bagi saya sampai selama-lamanya akan terus bekerja (Saya membahasnya dalam Work and Family). Di mana posisi bermain? Bermain sebenarnya adalah bagian dari pemuasan dan pemenuhan hidup yang didapatkan dalam beribadah. Maka, permainannya adalah bermain dengan Tuhan (bukan mempermainkan Tuhan, seperti yg ditunjukkan dalam banyak ibadah dan persekutuan) dan dengan sesama orang pilihan. Saya tidak bisa membayangkan seperti apa. Tetapi, kalau kita kembali kepada Amsal 8, maka Kristus akan bermain-main dengan kita, dan bukan mempermainkan kita.
Maka, ada banyak pemikiran yang muncul, permainan2 dan olahraga seperti apa yang akan terus bertahan sampai kepada kekekalan, permainan2 yang betul-betul memuliakan Tuhan? (Pemikiran seperti ini mungkin agak aneh dan perlu diperdebatkan, tapi saya memikirkannya). Kata bermain-main yang dipakai dalam Amsal 8:31, sebenarnya juga bisa diartikan bersukacita, merayakan. Ini sebenarnya yang menjadi inti dari permainan. Bukan kompetisi, kemenangan dan uang, seperti dalam permainan zaman sekarang ini.

Kembali kepada Amsal 8, Tuhan mencipta lalu bermain. Atau dalam bahasa Kejadian 1, mencipta lalu Sabat. Sebaliknya, manusia sesudah dicipta Sabat dulu (bermain) pada hari ketujuh, lalu bekerja dari hari pertama sampai keenam. Itu sebabnya, sejak dari kecil manusia tidak langsung bekerja, tapi bermain dulu, lalu bekerja. Dua hal ini, bermain dan bekerja adalah dua hal yang penting dalam hidup. Keduanya adalah bagian dari ibadah. Bukan dengan mencampurkannya atau memanfaatkannya untuk salah satu, kerja untuk bermain dan bermain untuk bekerja. Tetapi menerima kerja adalah suatu kenikmatan sebagai bagian dari ibadah. Dan menerima bermain sebagai bagian dari ibadah juga, waktu kita hanya bermain dan memanfaatkan waktu kita untuk hobi kita.
Salah satu cara untuk melihat apakah permainan itu tetap berguna dalam pemuasan hidup, adalah dengan melihat apakah kita terikat atau tetap bebas memanfaatkannya. Ibadah tidak pernah mengikat kita, tapi membebaskan kita untuk menikmati segala kelimpahan anugerah Tuhan. Maka, bertanyalah apakah olahraga, hobi, games dan segala sesuatu yang kita lakukan sudah mengikat kita, ataukah kita bisa menikmatinya dengan bebas dalam rangka pembelajaran menikmati sumber segala kenikmatan?
Yang terakhir, sebaiknya kita memilih permainan dan kegiatan dalam waktu luang kita yang membawa kita untuk bisa lebih dekat kepada Tuhan, persekutuan dengan manusia, menikmati keindahan dunia dan membuat kita semakin mengerti semua yang baik.

Jadi akhirnya, saudara-saudara, semua yang benar, semua yang mulia, semua yang adil, semua yang suci, semua yang manis, semua yang sedap didengar, semua yang disebut kebajikan dan patut dipuji, pikirkanlah semuanya itu.
Fil 4:8

Monday, February 12, 2007

HEROES: Ordinary People Discovering Extraordinary Abilities

"Heroes chronicles the story of people who "thought they were like everyone else... until they woke with incredible abilities..."

Sesudah nonton dua kali dari film serial ini di STAR WORLD, sepertinya ingin menunjukkan mimpi dari hampir semua manusia yang ingin punya extraordinary abilities dan bisa menjadi HEROES di setiap dibutuhkan. Tapi, saya juga jadi punya pemikiran yang berbeda ketika menonton film ini. Yang pasti, ini bukan analisis dari film ini, ataupun usaha untuk mengkritisi film ini. Engga sama sekali... Cuma mendapatkan inspirasi aja, terus dihubung2kan dgn pergumulan untuk menjadi Hero...

Ada beberapa tokoh yang sangat menarik dalam HEROES, diantanya:
1. Isaac Mendez. Seorang pelukis dan pembuat kartun, yg juga adalah pecandu heroin. Kemampuannya, bisa melukiskan kejadian2 yang akan datang. Semuanya dituangkan di dalam lukisan dan komiknya..
2. Claire Bennet. Seorang cheerleader, yang melewati berbagai musibah dan tahu kalau tubuhnya tidak akan hancur. Tulang2 yang patah bisa diperbaiki dengan cepat dan tidak ada yang rusak. Berjalan ditengah-tengah api, tapi tidak terbakar sama sekali.
3. Matt Parkman. Seorang Polisi di Los Angeles (LAPD), yang punya kemampuan untuk mendengarkan suara hati orang lain. Wow!
4. Nathan Petrelli. Seorang politisi yang bisa terbang..
5. Hiro Nakamura. Seorang animator dari Tokyo, yang bisa menghentikan waktu dan time-travel..Ga butuh pasport sama visa lagi...
6. Monhinder Suresh. Seorang profesor genetika dari India, yang ingin membuktikan penelitian ayahnya, bahwa ada orang-orang yang mempunyai kemampuan khusus yang hidup di dunia.

Ada beberapa cast lagi.. Tapi, orang-orang di atas sudah cukup untuk menunjukkan seperti apa orang-orang yang luar biasa ini.
Saya jadi mikir, bagaimana kalau ada orang yang memiliki kemampuan2 gabungan dari keenam tokoh di atas.. Bisa prediksi masa depan, tubuhnya yang rusak bisa diperbaiki sendiri, bisa mendengarkan suara hati dan pemikiran orang lain, bisa terbang, bisa time-travel dan bisa melihat kemampuan2 khusus dari orang-orang yang hidup di dunia.
Ternyata, dalam sejarah dan di dalam Alkitab, pernah menuliskan ada satu pribadi yang memiliki semua kemampuan itu dan ditambah dengan kemampuan2 untuk membuat banyak mujizat, membangkitkan orang mati, mengampuni dosa dan bahkan bisa menciptakan orang-orang yang sangat luar biasa di dunia ini serta membuat pengikut-pengikutnya yang adalah orang-orang biasa bisa memiliki kemampuan2 luar biasa di dalam Dia.
Siapa Dia? JESUS CHRIST. My Super HERO...Who has created ordinary people has extraordinary abilities...

Monday, December 25, 2006

Christmas: Cur Deus Homo?

1 Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah. 14 Firman itu telah menjadi manusia, dan diam di antara kita, dan kita telah melihat kemuliaan-Nya, yaitu kemuliaan yang diberikan kepada-Nya sebagai Anak Tunggal Bapa, penuh kasih karunia dan kebenaran.
(Yoh 1:1,14)


Pertanyaan dari Anselm selalu menjadi pertanyaan yang menjadi perenungan waktu Natal. Why God-man? Why God became man? Mengapa harus Allah menjadi manusia? Mengapa harus Allah dan manusia? Sedikit orang Kristen yang merenungkan hal ini pada saat Natal. Biasanya yang dipikirkan hanya sukacita dan kasih Allah.
Pada saat malaikat memberitakan kabar kesukaan tentang kelahiran Tuhan Yesus dalam Luk 2:11, yang ditekankan adalah kelahiran Juruselamat: Kristus Tuhan di kota Daud. Sang Mesias datang sebagai Juruselamat, Dia adalah Tuhan tapi juga manusia keturunan Daud. Maka, Allah dan Manusia ada hubungannya dengan keselamatan. Natal tanpa bicara sampai kepada salib dan kebangkitan, maka itu bukan Natal yang sebenarnya.
Apa mungkin manusia membebaskan dirinya dari keberdosaannya? Kalau mungkin, maka manusia tidak membutuhkan Juruselamat..Agama-agama ingin memberikan jalan keluar dengan usaha manusia untuk melepaskan diri dari keberdosaannya. Dengan perbuatan baik, penyiksaan diri, dan 'memanipulasi' Allah. Mengapa agama2 berusaha melakukan semua ini? Karena pengertian tentang dosa dan penebusan dosa yang salah.
Alkitab dengan sangat jelas berbicara tentang dosa dan kuasanya, serta akibat dari dosa. Kemudian Alkitab juga berbicara tentang penebusan dosa. Kuasa dosa yang membawa kepada maut hanya bisa dipatahkan dengan kematian dan kebangkitan seorang yang tidak berdosa..Hmmm..Mana mungkin? Mana ada manusia yang tidak berdosa? Kalaupun ada yang tidak berdosa, siapa yang bisa mati dan membangkitkan dirinya sendiri, serta mengalahkan kuasa dosa dan kuasa maut, sehingga bisa hidup sampai selama-lamanya tanpa dosa?
Kalau begitu jalan keluarnya, harusnya pada Allah. Meminta cinta kasihNya dan pengampunanNya. Bukankah Allah adalah Maha Pemurah dan Maha Penyayang? Tetapi, kalau Allah mengampuni semua dosa manusia tanpa menghukum manusia, maka Dia bukan Allah yang Maha Adil, maka Dia pasti bukan Allah sejati. Lagi pula Dia melawan hukum-hukumNya sendiri, upah dosa adalah maut. Apakah Allah bisa mati dan mewakili manusia?
Kalau begitu, apa mungkin Allah tetap ADIL dan juga Maha Pengasih? Dan bisa melepaskan manusia dari segala kesulitannya dengan dosa?
Jawabannya, ada di dalam Natal, Salib dan Paskah. Mengapa? Karena Tuhan Yesus Kristus, sang Juruselamat, Allah-Manusia, satu-satunya jalan keluar dari kesulitan manusia dengan dosa. Karena Yesus Kristus Manusia yang tidak berdosa (dikandung dari Roh Kudus), maka Dia bisa mewakili manusia, merasakan kesulitan manusia, dicobai oleh Iblis, menderita dan mati di atas kayu salib untuk menanggung murka Allah Bapa (keadilan Bapa). Tetapi, karena Yesus Kristus adalah Allah, maka dia bisa menanggung semua murka yang seharusnya ditanggung umat pilihan Allah di neraka (kasih Allah), dan bisa bangkit mengalahkan Iblis dan kuasa maut. Semuanya dimulai dari Natal. God became Man.
Pertanyaannya bagi kita, apa artinya bagi kita Allah menjadi manusia? Apa respon kita untuk menggenapi dan melakukan apa yang menjadi kehendakNya?
Merry Christmas...