Ayat Hari Ini:

Showing posts with label Markus. Show all posts
Showing posts with label Markus. Show all posts

Monday, April 14, 2008

Mengapa harus bayar?

Melihat sepak terjang dalam masalah keuangan dari gereja dan berbagai lembaga Kristen, maka orang-orang yang tidak beragama akan menganggap bahwa banyak gereja dan lembaga tidak memiliki Tuhan lagi. Karena sekarang sudah menjadi kebiasaan bahwa mengadakan suatu acara, seminar, dll, semuanya harus bayar. Bahkan persembahanpun menjadi suatu paksaan yang harus dilakukan. Gereja yang mengaku mendapatkan segala berkat dari Tuhan, ternyata memaksa manusia untuk membayar semuanya dan kalau bisa membayar lebih lagi. Jadi mikir lagi, mengapa harus bayar? Tidak ada yang gratis di dunia ini? Apa bedanya dengan persembahan? Samakah dengan tuntutan untuk membayar?

41 Pada suatu kali Yesus duduk menghadapi peti persembahan dan memperhatikan bagaimana orang banyak memasukkan uang ke dalam peti itu. Banyak orang kaya memberi jumlah yang besar. 42 Lalu datanglah seorang janda yang miskin dan ia memasukkan dua peser, yaitu satu duit. 43 Maka dipanggil-Nya murid-murid-Nya dan berkata kepada mereka: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya janda miskin ini memberi lebih banyak dari pada semua orang yang memasukkan uang ke dalam peti persembahan. 44 Sebab mereka semua memberi dari kelimpahannya, tetapi janda ini memberi dari kekurangannya, semua yang ada padanya, yaitu seluruh nafkahnya."
Markus 12:41-44

Mau jadi berkat tapi tapi tidak mau rugi
Janda memberikan persembahan bukan untuk mendapatkan keuntungan. Memang tidak dijelaskan motivasi dari sang janda. Tapi ketika ia memberi dari kekurangannya, apalagi yang diberikan adalah seluruh penghasilannya untuk hidup hari itu. Kelihatannya ada kerugian yang harus dialaminya.
Kembali memikirkan tentang gereja-gereja yang ingin berbagi berkat kepada dunia, tapi tidak mau rugi dan ingin terus mendapatkan keuntungan. Sengaja mengadakan seminar, retreat, dan berbagai macam acara, semuanya ada uang pendaftaran. Alasannya, untuk membayar konsumsi, akomodasi, makalah, bayar pembicara, dll... Sama persis dengan sistem yang diterapkan oleh dunia yang berdosa.
Tetapi gereja biasanya mengatakan, ada dukungan ALkitab. Mau ikut Tuhan, harus bayar harga. Pernakah Tuhan menuntut kita untuk membayar atas seluruh anugerah yang sudah diberikanNya kepada kita???
Pasti muncul pertanyaan selanjutnya, bagaimana menutup segala biaya yang diperlukan untuk sewa tempat, akomodasi, dll? Jawabannya sederhana, yang ingin menjadi berkat yang harus bayar harga. Yang ikut Tuhan harus bayar harga. Jadi, yang harus bayar harga terlebih dahulu adalah yang mau melaksanakan acara itu. Kalau visinya dari Tuhan, apakah Tuhan tidak bisa menanamkan visi itu juga kepada orang lain untuk berbagian dalam pekerjaanNya?

Persembahan atau pemaksaan?
Ada perbedaan dalam memberikan persembahan antara gereja zaman sekarang dengan di zaman Tuhan Yesus. Persembahan bukan suatu paksaan yang diberikan kepada semua pengunjung berupa kantong yang langsung berhadapan di muka mereka, seolah-olah berkata, "Kalau tidak persembahan berdosa!" Ada juga gereja yang sampai dua atau tiga kantong persembahan untuk berbagai acara. Jemaat diminta untuk mendukung semuanya. Ada lagi yang menempatkan kotak persembahan di depan mimbar dan seolah-olah memaksa setiap jemaat harus maju ke depan untuk memberikan persembahan.
Yang lebih parah setiap mau persembahan, maka majelis suka mengutip ayat-ayat Alkitab biar jemaat memberikan lebih banyak lagi karena akan dapat berkat lebih banyak.
Kalau dilihat dari sudut orang yang tidak mengenal Tuhan, yang hari itu baru datang ke gereja, maka orang itu pasti berpikir, "Kasihan Tuhan sedang berkekurangan, sampai umatNya yang dikasihiNya harus meminta-minta!"
Tapi, ternyata ada juga gereja yang tidak ada persembahan dalam liturginya, tapi mengikuti praktek di zaman Tuhan Yesus. Hanya ada kotak persembahan di dekat jalan masuk. Yang mau memberi persembahan tinggal memasukkan persembahannya. Yang tidak mengerti tentang persembahan, malah dihimbau untuk tidak memberi!!? Anehnya, gereja itu tidak berkekurangan dan terus berkembang.
Memberi persembahan ternyata bukanlah masalah harus dipaksa, tapi soal kesadaran. Kesadaran itu tidak mungkin sama. Orang yang mendapatkan lebih banyak berkat seharusnya bisa memberikan lebih banyak lagi.

Memberi Seluruh Hidup
Tuhan Yesus sebenarnya ingin mengajarkan seperti apa persembahan yang sejati, yaitu memberi seluruh hidup kita. Seperti si janda yang memberikan seluruh nafkah untuk kehidupannya. Seharusnya, jikalau seluruh hidup kita sudah dipersembahkan kepada Tuhan yang memiliki hidup ini, tidak ada persembahan (ataupun harga yang harus dibayar) yang terlalu besar ataupun merugikan.
Sekalipun semua yang ada pada kita dipersembahkan untuk dipakai memuliakan Tuhan di dalam pekerjaanNya di dunia inipun, bukanlah pengorbanan yang terlalu besar. Semuanya milik Tuhan yang sedang dititipkan kepada kita. Suatu saat nanti, mau tidak mau, semuanya harus dikembalikan kepada Tuhan. Kalau begitu, kenapa tidak berlatih dari sekarang? Bukan karena harus membayar, bukan karena paksaan, tapi karena berkat-berkatNya terlalu banyak, dan kita yang perlu untuk belajar mempersembahkan semuanya. Sampai waktunya tiba, kita harus mempersembahkan semuanya dan yang kita persembahkan semua yang terbaik...
Soli Deo Gloria.

Thursday, March 1, 2007

Karunia Bahasa2 atau Bahasa Roh?

Sebenarnya ini permasalahan klasik. Anehnya, ternyata ketemu lagi dengan orang yang begitu bangga karena di gerejanya ada bahasa Roh dan dengan bangganya dia cerita bagaimana waktu bisa memiliki dan bagaimana cara memilikinya. Dia cerita kepada direkturnya dengan semangat sebelum saya kotbah. Selesai kotbah, pada saat sessi tanya-jawab yang bisa tanya apa aja dan tanpa batas waktu, Pak Direktur nanya tentang bahasa Roh dan minta penjelasan. Saya jelasin dari beberapa bagian Alkitab dan ada satu orang yang berusaha berdebat, tapi justru makin pertajam pengertiannya. Selesai penjelasan, mau makan malam, orang itu yang memimpin doa makan, dia berterima kasih karena sudah mendapatkan kebenaran yang baru tentang bahasa Roh..!!?

Masalah yang pertama sebenarnya dalam penerjemahan baik ke dalam bahasa Inggris maupun dalam bahasa Indonesia. Dalam bahasa Yunani (saya pakai Greek New Testament), hanya pakai satu kata dengan berbagai deklensi, kata dasarnya adalah glossa, biasanya muncul dalam bentuk jamak glossais. Dalam beberapa terjemahan bahasa Inggris menerjemahkannya sebagai tongue, sementara bahasa Indonesia menerjemahkan dengan dua kata, bahasa Roh. Kata glossa ini muncul di dalam Mar 16:17; Kis 2:4; Kis 10:46; Kis 19:6; 1 Kor 12:10,28,30; 13:8; dan 1 Kor 14:2,4,5,6,9,13,14,18,19,22,23,26,27,39. Tapi anehnya, dalam Mar 16:17 dan Kis 2:4 kata glossais diterjemahkan menjadi bahasa-bahasa, sementara dalam ayat-ayat lainnya diterjemahkan menjadi tunggal dan ditambahkan dengan kata Roh, menjadi bahasa Roh.
Kesalahan terjemahan yang paling mendasar pertama ada di dalam Kis 10:46. Penulis Kisah Para Rasul adalah Lukas. Ia memakai kata yang sama di dalam Kis 2:4 dan Kis 10:46 dan konteksnya sama.
45 Dan semua orang percaya dari golongan bersunat yang menyertai Petrus, tercengang-cengang, karena melihat, bahwa karunia Roh Kudus dicurahkan ke atas bangsa-bangsa lain juga, 46 sebab mereka mendengar orang-orang itu berkata-kata dalam bahasa roh dan memuliakan Allah. Lalu kata Petrus:.. (Kis 10:45-46 )
Konteksnya, orang-orang yang melihat karunia bahasa di Yerusalem (Kis 2) melihat juga itu terjadi di rumah Kornelius (Kis 10). Tapi, dalam Kis 2:4 itu diterjemahkan bahasa2 sementara Kis 10 menjadi bahasa Roh. Padahal dalam bahasa Yunaninya memakai kata yang sama, glossais. Begitu juga dengan Kis 19:6, kata yang sama dipakai oleh penulis yang sama. Yang unik, dalam Kis 19:6, Paulus yang melihat kejadian itu. Dan Paulus memakai kata yang sama untuk dipakai dalam 1 Kor 12-14. Seharusnya, kesimpulannya itu karunia yang sama, dan diterjemahkan sebagai bahasa-bahasa dan bukannya bahasa Roh. Karena pembicaraan tentang karunia bahasa2 hanya ada di dalam Kisah Para Rasul. Dari mana lagi referensi jemaat Korintus tentang karunia bahasa2?
Tetapi banyak orang yang mengatakan bahwa karunia bahasa2 yang di dalam Kisah Para Rasul berbeda dengan di dalam 1 Kor 12-14. Bedanya di mana? Yang di Kisah Para Rasul, yang mendengar bisa langsung mengerti; sedangkan di Korintus yang mendengar tidak mengerti kecuali ada yang menafsirkan...
Saya mencoba menafsirkan dengan sedikit melihat latar belakang dari jemaat Korintus. Surat-surat Paulus harus dimengerti dengan pengertian konteks dan latar belakang. Kalau membaca 1 Korintus, kita bisa melihat bahwa mereka bukan jemaat yang dewasa (1 Kor 3:2-3; 14:20), yang begitu membanggakan karunia2. Bagi mereka itu adalah karunia yang begitu hebat, bisa berbahasa yang lain. Jangan-jangan yang mereka coba praktekkan diambil dari bahasa-bahasa yang dipakai oleh imam2 dalam kuil2, yang diucapkan pada saat mereka trance. Dalam kebudayaan apapun, biasanya para imam dan dukun mempunyai bahasa sendiri yang tidak dimengerti orang lain. Mungkin bahasa-bahasa ini yang dicocok-cocokan orang Korintus dengan bahasa-bahasa di dalam Kisah Para Rasul. Ini hanya dugaan dan penafsiran saya...
Mengapa orang yang mendengar bahasa-bahasa itu tidak mengerti di Korintus? Perbedaannya, di dalam konteks Kisah Para Rasul, yang mendengar adalah orang-orang yang datang dari berbagai macam bahasa. Di dalam Korintus, hanyalah orang-orang Korintus yang berbahasa Yunani ataupun Latin. Maka kalau ada yang berbicara dalam bahasa Mandarin, tidak ada yang bisa mengerti.
Perbedaan lainnya dari kedua konteks. Di dalam Kisah Para Rasul untuk menunjukkan bahwa Injil adalah untuk semua bangsa dan bahasa. Sementara dalam 1 Kor 14:2, berkata kepada Allah, membangun diri sendiri & jemaat ('kalau ngerti,' jangan pisahin dgn ayat 5 - 14:4-5); untuk mengucap syukur (14:16). Sedangkan dalam 1 Kor 14:21 (yg merupakan kutipan dari Yes 28:11-12), agar mereka tidak mendengarkan Tuhan, karena tidak mengerti. Lebih lanjut lagi dalam 1 Kor 14:22, karunia ini adalah tanda untuk orang-orang tidak beriman. Lebih parah lagi dalam ay.23, orang tidak beriman akan menganggap orang yang pakai karunia bahasa ini sebagai orang gila. Kesimpulannya sebenarnya: jangan dipake dalam pertemuan jemaat, lebih banyak karunia lain yang lebih berguna..Dan, ada yang lebih perlu dipraktekkan karena lebih penting, yaitu: KASIH. Paulus menulis 1 Kor 12-14 dalam bentuk Kiasmus:

...........Pasal 12 Karunia-karunia Roh: Satu tubuh

......Pasal 13 Kasih (Center)

...........Pasal 14 Karunia-karunia Roh: Nubuat dan bahasa2

Maka, sebenarnya lebih baik banyak bicara tentang kasih ataupun Buah Roh, dibandingkan perdebatan-perdebatan tentang karunia bahasa2 yang tidak terlalu penting.

NB: Ada teman yang berdialog dengan temannya tentang "Benarkah bahasa Roh yang ada sekarang ini?" (click di sini untuk membacanya)

Sekalipun aku dapat berkata-kata dengan semua bahasa manusia dan bahasa malaikat, tetapi jika aku tidak mempunyai kasih, aku sama dengan gong yang berkumandang dan canang yang gemerincing.