Ayat Hari Ini:

Showing posts with label Matius 7. Show all posts
Showing posts with label Matius 7. Show all posts

Monday, July 28, 2008

Ask, Search and Find?!


7 "Mintalah, maka akan diberikan kepadamu; carilah, maka kamu akan mendapat; ketoklah, maka pintu akan dibukakan bagimu. 8 Karena setiap orang yang meminta, menerima dan setiap orang yang mencari, mendapat dan setiap orang yang mengetok, baginya pintu dibukakan. 9 Adakah seorang dari padamu yang memberi batu kepada anaknya, jika ia meminta roti, 10 atau memberi ular, jika ia meminta ikan? 11 Jadi jika kamu yang jahat tahu memberi pemberian yang baik kepada anak-anakmu, apalagi Bapamu yang di sorga! Ia akan memberikan yang baik kepada mereka yang meminta kepada-Nya."
Mat 7:7-11


Apa saja yang harus diminta?
Biasanya ayat ini suka ditafsirkan semaunya di luar konteks. Apa saja yang dipikirkan, semuanya akan diminta, terutama uang dan materi serta kesuksesan. Padahal dalam Mat 6:24, tidak boleh diperbudak oleh Mammon. Tapi, justru uang yang menjadi prioritas utama dan yang mungkin paling banyak diminta di dalam doa-doa orang percaya?!

Melihat konteks dekat di dalam perikopnya, memakai contoh soal meminta makanan. Maka makanan yang seharusnya diminta. Berdasarkan konteks dari Doa Bapa Kami, salah satu permintaan yang penting adalah makanan. Tapi berdasarkan Mat 6:25-34, kekuatiran akan makanan dan menjadi prioritas pencarian adalah salah satu ciri dari orang-orang yang tidak mengenal Allah. Tentu saja boleh diminta, tapi bukan dengan penuh kekuatiran.

Berdasarkan konteks Mat 7:7-11, khususnya ayat 11 menyatakan bahwa Bapa di Sorga akan memberikan yang baik kepada mereka yang meminta kepada-Nya. Maka seharusnya yang ditanyakan adalah apa saja yang baik yang harus diminta, dicari dan yang akan didapatkan?

Meminta, Mencari dan Mendapatkan yang baik
Untuk mengerti apa saja yang baik, maka kita harus melihat konteks dari kotbah di bukit. Yang harus diperhatikan pertama adlah tiga permintaan pertama di dalam Doa Bapa Kami, kekudusan nama Allah, Kerajaan Allah dan Kehendak Allah terjadi (Mat 6:9-10). Baru sesudah itu melihat tiga permintaan selanjutnya yang berhubungan dengan tiga permintaan pertama, makanan dan seluruh kebutuhan hidup, pengampunan dosa, serta pemeliharaan Allah (Mat 6:11-13).
Selanjutnya juga harus melihat Mat 6: 33, yaitu Kerajaan Allah dan kebenaran-Nya dengan janji semua kebutuhan akan ditambahkan (didapatkan).

Jadi, makanan dan seluruh kebutuhan hidup bukan yang menjadi pusat dari permintaan, pencarian dan yang harus didapatkan. Seharusnyapun semuanya itu diminta, dicari dan didapatkan untuk menggenapkan kehadiran Kerajaan Allah dan kebenaran-Nya yang menjadi pusat dan fokus semua permintaan, pencarian dan apa yang didapatkan.
Jika semua kebutuhan itu diminta, dicari dan didapatkan bukan untuk Kerajaan Allah dan kebenaran-Nya maka menjadi sama persis dengan orang-orang yang tidak mengenal Allah.

Yang baik itu di dalam sudut pandang Bapa yang tahu apa yang terbaik bagi anak-anak-Nya. Kita tidak pernah bisa melihat big picture, tapi Bapa bisa melihatnya. Sehingga yang baik itu harus selalu dari sudut kehendak-Nya dan bukan kehendak kita. Kita lebih menyukai batu dibandingkan roti. Dan bahkan meminta ular dibandingkan dengan ikan. Tapi dari sudut pandang kita, mungkin kelihatannya baik. Itu sebabnya kehendak Allah yang harus menjadi lebih utama dan bukan keinginan kita yang seolah-olah ingin menyesuaikan dengan kehendak Allah.

Meminta, mencari dan mendapatkan yang baikpun perlu pembelajaran. Pembelajaran ini bukan hanya untuk sehari, tapi pembelajaran seumur hidup dan setiap saat. Karena setiap hari kita sedang ditipu oleh Iblis dengan berbagai macam permintaan dan ketidakpuasan. Dan anehnya, kita lebih percaya kepadanya daripada perkataan2 dalam firman-Nya. Sama seperti orang-orang yang tidak mengenal Allah dan tidak memiliki Firman, banyak orang percaya ditipu untuk meminta, mencari dan mendapatkan semua keinginannya.

Pernahkah Anda meminta, mencari dan mendapatkan yang baik untuk Kerajaan Allah dan kebenaran-NYa? Mintalah dari sekarang! Carilah, maka pasti akan mendapatkannya!

Jikalau kamu tinggal di dalam Aku dan firman-Ku tinggal di dalam kamu, mintalah apa saja yang kamu kehendaki, dan kamu akan menerimanya.
Yoh 15:7


Tuesday, May 29, 2007

Apakah kalau saya sibuk maka saya melakukan kehendak Allah?

Di bulan ini saya mengalami kesibukan yang lebih dalam hal membawakan renungan dan kotbah. Bulan ini, saya berkotbah lebih dari 45 kali dalam satu bulan. Bagi sebagian orang terdengar fantastis, karena beberapa Pendeta yang sibuk mungkin cuma sekitar 20-30 kali sebulan.

Yang menjadi pergumulan dan pertanyaan saya, "Apakah kalau saya sibuk maka saya betul-betul dipakai oleh Tuhan? Apakah saya sedang melakukan kehendak Allah?"
Banyak orang pasti akan menjawab tergantung...
Pertanyaan ini muncul karena di satu gereja saya pernah melihat bahwa dipakai oleh Tuhan identik dengan banyak kotbah. Betulkah sibuk dalam pelayanan pasti identik dengan melakukan kehendak Tuhan?

21 Bukan setiap orang yang berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan! akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa-Ku yang di sorga. 22 Pada hari terakhir banyak orang akan berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan, bukankah kami bernubuat demi nama-Mu, dan mengusir setan demi nama-Mu, dan mengadakan banyak mujizat demi nama-Mu juga? 23 Pada waktu itulah Aku akan berterus terang kepada mereka dan berkata: Aku tidak pernah mengenal kamu! Enyahlah dari pada-Ku, kamu sekalian pembuat kejahatan!"
Mat 7:21-23

Ayat-ayat ini yang sering terbayang-bayang dalam pikiranku. Meskipun ayat ini ditujukan kepada orang-orang yang tidak percaya, tetapi memanfaatkan nama Yesus dan kuasanya. Namun demikian, ayat ini juga seharusnya berbicara bahwa bukan berapa banyak aktivitas kita yang menunjukkan bahwa kita sedang dipakai ataupun sedang melakukan kehendak Allah.

Kuantitas
Kalau seseorang hanya memiliki sedikit karunia, apakah wajar kalau ia bisa melakukan banyak hal? Sebaliknya, kalau seseorang memiliki banyak karunia, apakah wajar kalau ia hanya mengerjakan sedikit? Maka masing-masing harus mengenal diri dan melihat seberapa banyak karunia, talenta, dan berkat yang sudah Tuhan anugerahkan kepada kita.

Kualitas
Selain soal kuantitas, harusnya juga ada pertanyaan mengenai kualitas. Seberapa berkualitaskah talenta dan karunia yang Tuhan anugerahkan kepada kita? Dan seberapa berkualitaskah yang dikerjakan dan dipersembahkan untuk memuliakan Allah? Sebagian orang tertarik dengan kuantitas, ada lagi yang tertarik dengan kualitas dan menjadikan alasan untuk tidak melakukan banyak hal secara kuantitas.

Banyak orang tertarik dan kagum dengan kuantitas dan kualitas yang dimiliki oleh orang-orang tertentu. Tetapi jarang orang yang bisa melihat sesungguhnya berapa banyak kapasitas yang dimiliki oleh orang-orang itu dan seberapa banyak kuantitas dan kualitas yang seharusnya dilakukan.
Apalagi untuk melihat motivasi dibalik semua kelebihan yang kelihatan. Adakah semua itu untuk menggenapkan kehendak Allah, ataukah hanya sekedar meninggikan diri, menunjukkan kelebihan2 diri yang sesungguhnya adalah anugerah Allah!?

Banyak orang yang merasa sudah sibuk melakukan pelayanan, sebenarnya mungkin jauh dari kehendak Allah. Banyak berkotbah, mungkin hanya sekedar membagikan kebenaran2 yang didapatkan, sementara diri sendiri tidak pernah diubahkan melalui firman. Semakin sibuk melakukan 'pelayanan', malahan mungkin mengorbankan banyak hal yang harus dilayani tetapi mungkin tidak dianggap sepenting pelayanan utama yang dilakukan, misalnya berkotbah. Apakah betul semua kesibukan itu sedang menggenapkan kehendak Allah?

Maka, jangan-jangan orang yang sedang berlibur dan tidak bekerja sama sekali, mungkin lebih memuliakan Tuhan dibandingkan dengan orang-orang yang bekerja keras dalam pelayanan (yang biasanya menganggap dirinya lebih baik dibandingkan dengan orang-orang yang kelihatannya kurang melayani, kurang dipanggil dalam mengajar, berkotbah, memberitakan Injil, dan pelayanan-pelayanan yang lain).

Semoga yang mendapatkan kesempatan, karunia yang banyak, atau mendapatkan kuantitas dan kualitas lebih banyak dari orang lain tidak pernah menganggap diri lebih baik dari orang-orang lain. Karena semuanya anugerah, dan masing-masing ada tanggung jawab yang berbeda kepada Tuhan dan semuanya harus menggenapkan apa yang menjadi kehendak Allah. Semoga kemuliaan Allah yang terus bersinar, baik di dalam waktu-waktu sibuk maupun waktu-waktu luang.