Ayat Hari Ini:

Showing posts with label Natal. Show all posts
Showing posts with label Natal. Show all posts

Sunday, December 26, 2010

Anugerah yang Terlupakan

Kelahiran Kristus bagi setiap orang bisa berbeda artinya. Ada yang melihatnya sebagai kabar sukacita, ada yang melihat sebagai ancaman, ada yang mengerti tapi melupakan begitu saja, dan masih banyak lagi yang sulit disebutkan semuanya satu-persatu.
Kelahiran Kristus adalah anugerah bagi manusia. Karena Allah datang untuk membereskan dosa manusia dan membawa kerajaan Sorga. Bagaimana manusia meresponi anugerah yang Tuhan sudah berikan?

1 Sesudah Yesus dilahirkan di Betlehem di tanah Yudea pada zaman raja Herodes, datanglah orang-orang majus dari Timur ke Yerusalem 2 dan bertanya-tanya: "Di manakah Dia, raja orang Yahudi yang baru dilahirkan itu? Kami telah melihat bintang-Nya di Timur dan kami datang untuk menyembah Dia." 3 Ketika raja Herodes mendengar hal itu terkejutlah ia beserta seluruh Yerusalem. 4 Maka dikumpulkannya semua imam kepala dan ahli Taurat bangsa Yahudi, lalu dimintanya keterangan dari mereka, di mana Mesias akan dilahirkan. 5 Mereka berkata kepadanya: "Di Betlehem di tanah Yudea, karena demikianlah ada tertulis dalam kitab nabi:
Matius 2:1-5


Jauh tapi Tahu
Orang-orang Majus dari Timur datang untuk menyembah Raja orang Yahudi. Agak aneh, karena mereka bukan orang Yahudi tapi mengapa mereka mau datang untuk menyembah raja orang Yahudi?

Ada anugerah yang bekerja dalam hidup para orang Majus, membuat mereka datang untuk menyembah raja diatas segala raja. Karena anugerah yang luar biasa berharga, maka mereka datang mencari-Nya untuk sujud menyembah-Nya dan mempersembahkan emas, kemenyan dan mur. Anugerah itu dilihat oleh orang-orang Majus sebagai kesempatan untuk bisa menikmati sukacita tertinggi. Mereka menemukan-Nya dan di ayat 10 mengatakan bahwa mereka bersukacita. Bagaimana dengan kita?

Kita tidak perlu lagi ke Betlehem untuk bertemu, menyembah dan membawa persembahan kepada Kristus. Kristus sudah naik ke Surga. Setiap kali Natal, adakah kerinduan yang sama seperti orang Majus yang ingin bertemu sang Raja? Adakah kerinduan untuk segera pergi ke Surga untuk menyembah dan membawa persembahan kepada Sang Raja? Atau kebalikannya? Hanya mau sang Raja memberikan hidup yang lebih baik, lebih sukses dan sehat senantiasa?

Dekat tapi Kaget
Herodes yang tinggal di Yerusalem, lebih dekat ke Betlehem bila dibandingkan dengan orang Majus malahan memiliki respon yang jauh berbeda. Ia kaget karena ada raja baru yang menjadi saingannya. Ia sangat ingin mengetahui ancaman yang akan datang itu. Dan ia menemukan-Nya. Herodes bukan orang Yahudi, sama seperti para orang Majus. Tapi, ia seharusnya memiliki kesempatna yang lebih besar untuk menikmati anugerah dari Tuhan. Ternyata yang dilihatnya bukan anugerah, tapi ancaman.

Ketika mengetahui berita tentang Raja Yahudi, Herodes tidak ikut bersama orang Majus ke Betlehem dan menyembah-Nya. Ia mengutus orang ke Betlehem untuk membunuh sang Raja. Anugerah bagi manusia dan Herodes sangat beruntung karena mengetahui yang tidak diketahui orang Majus, tapi justru kebencian, kepanikan yang mengakibatkan pembunuhan anak2 yang berumur dua tahun ke bawah di Betlehem.

Seringkali anugerah yang membebaskan justru dianggap akan merampas kebebasan kita untuk berdosa. Lebih parah lagi, sang Raja dianggap ingin mengambil alih posisi kita sebagai raja untuk hidup kita. Kita ingin mengontrol semuanya dan tidak ingin dikuasai oleh siapapun, kecuali terpaksa. Padahal sang Raja ketika menjadi raja dalam kehidupan kita, justru membebaskan kita dari dosa, memberi kita kesempatan untuk memerintah dan mengatur hidup dengan benar berdasarkan hikmat dan anugerah-Nya. Apakah sang Raja ancaman buat manusia? Ya, kalau manusia ingin tetap berdosa!

Anugerah yang Terlupakan
Imam Kepala dan ahli2 Taurat seharusnya lebih beruntung bila dibandingkan dengan orang Majus dan Herodes. Mereka tahu nubuat tentang Mesias. Mereka mungkin sudah hafal semua ayat-ayat yang berbicara tentang Mesias. Sayang sekali hampir dua tahun, sang Mesias sudah datang ke dunia, tapi mereka melupakan-Nya.

Mungkin terlalu banyak tugas yang harus mereka kerjakan, sehingga mereka melupakan kedatangan Mesias. Bahkan ketika sudah diberitahukan oleh orang Majus, mereka tidak ikut ke Betlehem dan menyembah Mesias yang dijanjikan dalam Kitab Suci. Mereka tahu akan anugerah Allah, tapi mereka sengaja melupakan-Nya demi hal-hal yang menurut mereka lebih berharga.

Banyak orang percaya agak mirip dengan ahli2 Taurat, merasa tahu dan mengerti banyak hal yang berhubungan dengan Kitab Suci, tapi melupakan yang menjadi pusat dari Kitab Suci yaitu Kristus yang adalah anugerah terindah bagi manusia. Kristus hanya diingat ketika kita dalam kesulitan dan perlu berkat dan pertolongan-Nya. Ketika tidak merasa butuh dan bisa kontrol hidupnya dengan bebas, maka dengan cepatnya kita melupakan anugerah yang sudah diberikan.

Biarlah Natal membuat kita makin merindukan bertemu Kristus, karena ingin mempersembahkan kembali segala berkat terbaik yang sudah diberikan-Nya kepada kita. Membuat kita mengingat kebebasan yang dianugerahkan kepada kita, disertai kesempatan untuk belajar memerintah bersama sang Raja. Dan kita tidak pernah melupakan anugerah yang terindah itu, karena terus-menerus disaksikan kepada dunia. Selamat Natal.

Saturday, December 25, 2010

Gloria in excelsis Deo

Sudah berkali-kali kita mendengar istilah kemuliaan dan memuliakan Allah. Tapi kalau ditanya apa itu kemuliaan dan bagaimana memuliakan Allah, seringkali menjadi sulit untuk menjelaskannya. Begitu juga ketika berhadapan dengan peristiwa Natal di suatu kandang di Betlehem, dimana kemuliaan yang dinyanyikan oleh para malaikat? Apakah para malaikat melihat apa yang tidak dilihat manusia?

14 "Kemuliaan bagi Allah di tempat yang mahatinggi dan damai sejahtera di bumi di antara manusia yang berkenan kepada-Nya."
Lukas 2:14


Dimana kemuliaan itu?
Untuk bisa melihat kemuliaan di Betlehem, maka kita perlu untuk mengerti apa itu kemuliaan. Menurut American Heritage Dictionary, kemuliaan itu bisa berarti: penghormatan/pujian yang luar biasa, keindahan yang luar biasa, bahkan bisa berarti kebahagiaan yang sempurna.

Ketika melihat apa yang terjadi di Betlehem, tidak bisa melihat kemuliaan Tuhan kalau fokusnya pada keadaan di Betlehem. Karena kemuliaan itu bukan karena keadaan, tapi pada pribadi Allah yang menjadi manusia. Kemuliaan Allah sedang dinyatakan pada seorang bayi yang terlihat seperti bayi kebanyakan, tapi dengan nasib sedikit malang karena lahir di saat yang kurang tepat dan tempat kurang layak. Kalau kita tahu dan kenal sang bayi itu seperti para malaikat yang diciptakan-Nya mengenal-Nya, maka kitapun akan menyanyikan pujian yang sama seperti para malaikat. Kalau kita tahu untuk apa sang Pencipta mau menjadi manusia, mengikuti dan menggenapi kehendak Bapa, maka kitapun akan memuji dan mengembalikan segala kemuliaan bagi-Nya.

Natal adalah Kristus. Kemuliaan Natal ada pada dan hanya di dalam Kristus. Kemuliaan itu tidak bisa digantikan dengan pertemuan keluarga, tukar kado, lagu2 dengan suasana Natal, keadaan Natal yang bersuasana Winter dan perayaan-perayaan yang hanya membawa sukacita palsu. Tanpa pengenalan yang makin bertambah terhadap Yesus Kristus, maka kemuliaan Natal tidak akan makin bisa dikagumi.
Bertambahkah kekaguman kita kepada sang Pencipta yang menjadi manusia setiap kali kita merayakan Natal?

Adakah yang lebih berharga?
Jika kita makin mengerti kemuliaan yang dinyatakan oleh Yesus Kristus, maka kita perlu bertanya, "Adakah yang lebih berharga dibandingkan Kemuliaan Kristus?"

Secara umum manusia hanya terbiasa dengan kemuliaan yang ada di dunia ini, manusia berjuang dan berusaha untuk mendapatkan semua itu. Semua manusia ingin bahagia, ingin dihargai dan ingin mendapatkan jaminan selama hidup di dunia. Itu sebabnya manusia bekerja keras untuk mendapatkan uang, menyimpannya sebagai jaminan hidup, berusaha menghindar dari sakit dan bahaya dan membuat hidupnya bisa dikontrol. Dengan harapan kalau semuanya terjadi, maka hidup akan bahagia. Kalaupun manusia mendapatkan semuanya itu, adakah manusia yang bahagia sampai selamanya karena dapat semua yang diinginkan hatinya?

Kemuliaan Kristus membawa manusia berdamai dengan Bapa, tidak dikejar-kejar perasaan berdosa, dibawa masuk ke dalam kerajaan Sorga dimana Allah yang mengontrol segala sesuatunya. Diberi jaminan baik hidup yang sementara maupun hidup yang kekal. Adakah yang lebih baik, lebih bernilai, lebih berharga dibandingkan dengan apa yang dilakukan Kristus bagi umat-Nya?

Masalah selanjutnya, kalau kita sudah dijamin dapat hidup yang kekal, mengapa kita tidak langsung mati dan menikmati semua kelimpahan dalam Kristus? Bukankah itu lebih baik dibandingkan tetap hidup dalam dunia yang berdosa dan tidak sempurna ini?

Saksi kemuliaan
Siapa yang harus menyatakan dan bersaksi kepada dunia ini, jikalau semua orang yang mengerti akan kemuliaan Kristus sudah bertemu dengan Kristus? Siapa yang harus menyatakan kepada dunia betapa indahnya, betapa agungnya dan berharganya kemuliaan Kristus, kalau bukan orang-orang yang bisa melihat itu lebih berharga dari apapun?
Siapakah yang akan bersaksi dengan sukacita kalau bukan orang-orang yang sudah menikmati sukacita itu?

Natal menyatakan kepada kita kemuliaan yang terlalu tinggi untuk dimengerti manusia, tapi sudah dibawa masuk di dalam kerendahan. Membuat kita bisa terkagum-kagum dan menghargainya lebih dari segala sesuatu. Dan mendorong kita dengan sukacita menunjukan, mengabarkan dan bersaksi kepada dunia. Soli Deo Gloria.

Friday, December 24, 2010

Sudah Siap?

Setiap manusia mempunyai pandangan sendiri untuk apa dia hidup di dunia. Begitu juga dengan pandangan tentang siapa dirinya dan siapa yang menciptakan dirinya.
Bagi orang Kristen meskipun Alkitab memberikan penuntun untuk mengerti semuanya, tapi dalam kenyataan hidup ini banyak orang Kristen tidak mengerti, lupa, atau bahkan kehilangan arah.
Natal, biasanya menjadi salah satu momen yang bisa dipakai untuk mengingatkan tentang siapa yang memberi hidup, untuk apa hidup ini, siapa kita yang diberi hidup, dan sudahkah kita melakukan tugas kita dalam hidup ini.


3 Sesungguhnya dialah yang dimaksudkan nabi Yesaya ketika ia berkata: "Ada suara orang yang berseru-seru di padang gurun: Persiapkanlah jalan untuk Tuhan, luruskanlah jalan bagi-Nya."
Matius 3:3


Untuk Siapa?
Untuk Tuhan! Sederhana, biasa kita dengar, biasa kita ucapkan, tapi biasakah kita melakukannya? Karena banyak hal yang dilakukan orang Kristen yang mengatakan melakukannya untuk Tuhan, kalau ditelusuri dan dipikirkan lebih jauh sebenarnya berpusat kepada diri kita dan keinginan kita. Misalnya, mana yang lebih kita pedulikan: menyenangkan hati Tuhan (dan mungkin menyakitkan hati kita) atau menyenangkan hati kita; menyakitkan hati Tuhan atau menyakitkan hati kita; rencana Tuhan atau rencana kita; jalan Tuhan atau jalan kita? Lebih banyak mana dalam doa-doa kita, bertanya kehendak Tuhan yang harus kita lakukan atau membawa segala kehendak dan keinginan kita?

Yohanes Pembaptis mengerti bahwa hidupnya dipersiapkan oleh Tuhan untuk Tuhan. Itu sebabnya, pusat perhatian dalam hidupnya adalah Tuhan, kehendak-Nya, pertobatan manusia dan Kerajaan Sorga. Dia diberi hidup oleh Sang Pencipta untuk Sang Pencipta itu sendiri, melakukan tugas yang diberikan oleh Sang Pencipta meskipun hanya sebentar dan Yohanes harus jadi korban.
Yohanes Pembaptis hidup untuk Tuhan yang mengasihi dan dikasihinya. Mengapa ia bisa hidup seperti itu, siapakah dia?

Siapa Saya?
Hidup Yohanes Pembaptis adalah hidup yang sangat unik. Lahir melalui keajaiban, berasal dari keluarga imam yang seharusnya membuat ia mendapatkan kehidupan yang sangat layak. Tapi anehnya ia pergi ke padang gurun, memakai jubah bulu unta dan ikat pinggang kulit, dan makanannya belalang dan madu hutan. Kehidupannya terlalu sederhana untuk orang yang berasal dari keluarga yang status sosialnya terpandang. Mengapa ia tidak menjadi imam seperti ayahnya dan menikmati segala fasilitas yang ada? Mengapa ia tidak mengejar banyak hal seperti orang kebanyakan? Panggilan!?

Menunggu 30 tahun (karena dari hukum Taurat sudah ditetapkan untuk para imam yang melayani) dan dipersiapkan selama itu di padang gurun bukanlah sesuatu yang menyenangkan bagi semua orang. Dan ketika waktunya tiba, seluruh potensi, karunia dan energinya dicurahkan untuk menyatakan kehendak Tuhan bagi umat-Nya. Dengan penuh kuasa, ia menarik perhatian banyak orang. Bertolak belakang dengan kehidupan sebelumnya, ia menjadi sangat populer. Terlalu cepat populer, bisa membuatnya lupa siapa dirinya dan tugas dari Penciptanya. Ketika orang banyak bertanya, "Siapa Rabbi muda ini? Messiaskah?"

Jawaban Yohanes menunjukkan ia mengenal siapa dirinya dan siapa yang lebih besar darinya yang harus disaksikannya. Ia menunjuk kepada nubuat nabi Yesaya tentang dirinya yang hanya menyiapkan jalan untuk pribadi yang Agung dan tidak bisa dibandingkan dengan dirinya. Jadi budakpun yang membuka kasut Messias, baginya pun masih tidak layak. Yohanes masih tahu diri.

Di kamar mandi tempat saya tinggal, ada cermin yang besar. Tepatnya, satu2nya cermin yang ada di tempat saya tinggal. Setiap kali mau mandi, ada satu pertanyaan yang selalu muncul, "Siapa saya?"
Kebanyakan orang lupa siapa dirinya dalam segala anugerah, berkat dan kelimpahan yang diberikan Sang Pencipta. Banyak orang lupa bagaimana ia lahir dan tidak tahu bagaimana akan berakhir hidupnya. Kita semua tidak lebih dari budak, yang hanya diberi kesempatan oleh Tuan kita untuk tugas yang harus kita lakukan dalam hidup ini. Tugas apa?

Untuk Apa?
Membicarakan tugas biasanya bukan sesuatu yang menyenangkan karena yang terbayangkan adalah beban dan sesuatu yang sulit. Tapi berbeda dengan Yohanes, karena hidupnya, dipersiapkan 30 tahun, demi untuk tugas yang harus dilakukan dalam beberapa bulan sebelum hidupnya akan berakhir. Apa tugas Yohanes?

Mempersiapkan jalan untuk Tuhan. Ia hidup bukan untuk kesuksesan hidupnya. Tapi, ia hidup untuk menyaksikan Penciptanya yang sedang membawa kesuksesan yang bernilai kekal yang jauh lebih tinggi dan indah dibandingkan kesuksesan palsu dan sementara yang ditawarkan oleh dunia. Yohanes hidup biar orang-orang bisa bertobat dan melihat Sang Raja yang membawa Kerajaan Sorga. Yohanes hidup untuk Natal yang sejati, kedatangan sang Raja Sorgawi.

Bagaimana dengan Saya? Untuk apa saya hidup di dunia? Adakah misi khusus? Mengapa saya hidup lebih lama dari Yohanes Pembabptis? Terlalu banyakkah tugas yang harus dilakukan sehingga hidupnya harus lebih lama? Atau belum bereskah yang harus dilakukan sehingga masih harus tetap hidup?

Sudah Siap?
Saya belum siap! Bukan soal kita siap atau tidak siap, tapi jalan Tuhan yang harus dipersiapkan. Kita siap atau tidak siap, tugas harus dilakukan dan diselesaikan. Manusia siap atau tidak, Tuhan tetap datang ke dunia. Setiap tahun, kita siap atau tidak, Natal tetap dirayakan.

Ketika terlalu banyak waktu kita dicurahkan dan dihabiskan untuk menyiapkan diri kita, maka terlalu sedikit waktu dan tenaga untuk mempersiapkan jalan Tuhan. Kita tidak bisa menyiapkan diri kita, hanya Tuhan yang bisa bekerja, mempersiapkan dan mengubah hidup kita. Tugas kita mengenal dan mengasihi Tuhan kita, mempersiapkan jalan-Nya biar banyak orang bisa melihat kemuliaan-Nya dan memuji kemuliaan-Nya.

Sudah siapkah jalan Tuhan yang harus kita persiapkan? Biarlah banyak orang bisa melihat Sang Raja yang datang membawa kerajaan-Nya. Selamat Natal.

Monday, December 21, 2009

Nuh (3): Natal di Bahtera

Natal yang dimaksud di sini bukan kelahiran Tuhan Yesus. Karena Tuhan Yesus hanya lahir sekali menjadi manusia di Betlehem, dan bukan di bahtera Nuh. Jadi kelahiran seperti apa yang terjadi di bahtera Nuh? Siapa yang lahir di sana? Atau mungkin lebih tepat, apa yang lahir? Adakah perayaan natal (kelahiran) di sana?

11 Pada waktu umur Nuh enam ratus tahun, pada bulan yang kedua, pada hari yang ketujuh belas bulan itu, pada hari itulah terbelah segala mata air samudera raya yang dahsyat dan terbukalah tingkap-tingkap di langit.
Kejadian 7:11
13 Dalam tahun keenam ratus satu, dalam bulan pertama, pada tanggal satu bulan itu, sudahlah kering air itu dari atas bumi; kemudian Nuh membuka tutup bahtera itu dan melihat-lihat; ternyatalah muka bumi sudah mulai kering. 14 Dalam bulan kedua, pada hari yang kedua puluh tujuh bulan itu, bumi telah kering.
Kejadian 8:13-14


Kalau kita memperhatikan umur Nuh dan tanggal yang disebutkan oleh Alkitab dimulai dengan Nuh masuk ke dalam bahtera sampai surutnya air dari bumi, maka kita bisa menyimpulkan bahwa Nuh berada di dalam bahtera kurang lebih satu tahun. Pasti banyak hal yang terjadi dalam satu tahun di dalam bahtera. Alkitab memang tidak menceritakan apa-apa. Tapi, ada hal-hal yang bisa kita tafsirkan dari data-data yang diberikan Alkitab.

Di dalam satu tahun itu pasti terjadi beberapa kelahiran dari binatang-binatang yang masuk dalam bahtera. Alasannya, selain ada beberapa binatang yang bisa cepat untuk reproduksi, dalam Kej 8:20 beberapa dari binatang itu ada yang dipersembahkan sebagai korban. Kalau tidak ada yang dilahirkan dalam bahtera, maka binatang-binatang yang yang tidak haram yang dikorbankan itu sudah punah (atau sisa yang betina yang kemudian hari akan punah), karena mereka hanya sepasang2 dan yang dipersembahkan biasanya yang jantan.

Kelahiran binatang peliharaan di zaman dulu biasanya memberikan sukacita yang besar bagi pemiliknya. Entah merasa punya anggota keluarga baru (?) ataupun merasa mendapatkan tambahan harta yang bisa dijual atau diberdayakan. Bagaimana dengan kelahiran binatang2 yang dibawa Nuh di dalam bahtera? Harusnya juga memberikan kegembiraan bagi Nuh dan keluarganya yang berada dalam kengerian karena melihat air bah dan kematian massal, serta mungkin juga kegembiraan karena selamat dari kematian massal itu.
Kelahiran seharusnya membuat Nuh dan keluarganya melihat dan merenungkan soal kesempatan baru yang diberikan. Ditengah kematian massal seluruh bumi, masih ada harapan dengan adanya kelahiran.

Kelahiran Yesus Kristus ke dunia mempunyai kemiripan dengan keadaan yang terjadi di zaman Nuh. Israel dan Palestina di zaman Tuhan Yesus habis mengalami pembantaian karena perang yang dipimpin oleh Dinasti Hasmonean. Pemberontakan-pemberontakan yang masih terjadi terhadap pemerintah Romawi membuat ada banyak orang yang disalibkan. Di tengah keadaan yang sulit dan cerita-cerita kematian, lahirlah Sang Juruselamat.
Bedanya dengan kelahiran binatang di bahtera Nuh, kelahiran Tuhan Yesus (yang justru di kandang binatang) tidak ada yang menyambut dan merayakannya. Kecuali Yusuf dan Maria serta gembala-gembala (itupun karena diberi tahu oleh Malaikat) dan 2 tahun kemudian orang Majus.

Kalau kelahiran binatang sudah membuat manusia disekitarnya bersukacita, apalagi dengan kelahiran manusia. Padahal kelahiran binatang dan manusia pada umumnya di dunia hanya akan menambah kesulitan dan penderitaan bagi sesama manusia.

Bagaimana dengan kelahiran Anak Manusia yang justru datang untuk melayani dan menjadi tebusan bagi banyak orang? Samakah sukacita yang dirasakan oleh orang-orang yang mengenal-Nya waktu berhadapan dengan kelahiran-Nya? Bagaimanakah seharusnya orang-orang percaya menyambut-Nya?
Apakah hanya dengan perayaan-perayaan yang sebenarnya hanya untuk menghibur manusia yang mengikuti perayaan itu dan sedikit sekali menyatakan kemuliaan Allah?
Semoga kemuliaan Allah selalu terpancar di dalam Ibadah Natal meski yang terlihat oleh manusia sepertinya hanya kehinaan Anak Manusia yang lahir di kandang hina di Betlehem. Selamat Natal..

Tuesday, December 30, 2008

Bukan Sembarang Raja

Sebentar lagi Indonesia mau Pemilu dan pemilihan presiden. Sebenarnya, yang dibutuhkan oleh Indonesia bukan presiden, tapi Raja. Eiiits.. tunggu dulu, bukan raja2 boneka seperti di beberapa negara di dunia. Yang dibutuhkan adalah raja yang berkuasa mutlak, bijaksana dengan kemampuan yang luar biasa dan yang tidak perlu diganti2 dan dipilih-pilih terus. Masalahnya, ada ga raja seperti ini???

5 Sebab seorang anak telah lahir untuk kita, seorang putera telah diberikan untuk kita; lambang pemerintahan ada di atas bahunya, dan namanya disebutkan orang: Penasihat Ajaib, Allah yang Perkasa, Bapa yang Kekal, Raja Damai.
Yesaya 9:5


Jadilah Kehendak-Mu
Raja yang datang ke dunia menjadi manusia, ternyata bukan hanya sekedar raja yang perlu bergantung kepada pemimpin-pemimpin lainnya untuk menghasilkan keputusan yang baik dan bijaksana. Sang Raja ini ternyata juga adalah Penasihat Ajaib (pele yoets).
Kalau raja butuh beberapa penasihat untuk bisa mengambil keputusan yang baik, maka Sang Raja ini merangkap fungsi penasihat, dan bahkan Ia adalah penasihat yang luar biasa, jauh melebihi penasihat2 yang pernah ada (Rom 11:33-34).

Enak banget kalau punya pemimpin seperti ini. Tidak pernah ada keputusan yang salah, dan semuanya untuk kebaikan umat-Nya (Rom 8:28). Respon kita seharusnya hanyalah, jadilah kehendak-Mu! Yup, susah banget! Butuh anugerah dan iman untuk percaya dan mengikuti kehendak-Nya.

Perang Yuk!
Sang Raja bukan hanya seorang pemimpin yang memerintah dan meminta umat-Nya untuk melakukan kehendak-Nya. Ia ternyata ikut berperang, dan bahkan yang memimpin umat-Nya dalam peperangan. Itu sebabnya, Ia disebut orang sebagai Allah yang Perkasa (El Gibor), Allah yang berperang dengan hebatnya.

Konsep berperang agak aneh bagi kita sekarang ini, karena menginginkan kedamaian dan keamanan. Tapi kalau baca Alkitab dari PL sampai PB, peperangan akan terus terjadi. Tapi jangan salah, peperangan kita bukan seperti Amerika atau Israel. Dari PL, peperangan yang sebenarnya adalah melawan dosa. Dan Allah yang memimpin dalam setiap peperangan.

Kedatangan Yesus Kristus ke dunia untuk berperang melawan dosa, dan Ia menang dengan kematian dan kebangkitan-Nya. Ia bukan datang menjadi raja Israel dan berperang melawan Romawi yang berkuasa waktu itu. Tapi, Ia datang berperang dan mengalahkan iblis, dosa dan kematian.

Itu sebabnya, Natal yang pertama di Betlehem bukan hanya Malam Kudus, sunyi senyap. Tapi, ada ratapan dan tangisan karena pembunuhan (Mat 2:16-18). Sejak kedatangan-Nya ke dunia, sang Raja sudah harus berperang melawan dosa dan kejahatan di bumi.
Kalau kita punya raja seperti itu, yang bisa berperang dan yang memimpin umat-Nya, maka respon kita seharusnya, "perang yuk!"

Pemimpin Selamanya
Terus terang membosankan kalau setiap empat atau lima tahun ganti2 pemimpin. Bukan hanya karena salah pilih terus, tapi memang ga ada pilihan yang baik. Semua pemimpin mempromosikan dirinya sebagai yang hebat dan membuat perubahan. Kenyataannya, berubah sih! Tapi, lebih buruk.

Sang Raja yang datang ke dunia ini berbeda. Ia menjadi pemimpin sampai selama-lamanya. Dalam Yes 9:5, kata abiyad suka diterjemahkan sebagai Bapa yang Kekal (Eternal Father). Karena kata ini hanya muncul satu kali, dan berawalan ab, maka biasanya langsung disimpulkan artinya sebagai Bapa. Padahal kata ab, bisa mempunyai beberapa pengertian, salah satunya adalah pemimpin.

Saya menafsirkan kata abiyad sebagai pemimpin yang kekal, karena lebih sesuai konteks dalam Yesaya 9, yang berbicara tentang kepemimpinan.

Punya pemimpin dan raja sampai selama-lamanya itu enak, karena program2 pasti akan berkesinambungan dan tidak berubah2. Sudah dalam satu paket dari kekekalan. Enak kan!?

Damai yang Sejati
Terakhir, Ia disebut orang sebagai Raja (Pangeran) Damai Sejahtera (sar syalom). Ia datang membawa kedamaian yang sejati. Bukan damai dalam pengertian tidak ada perang, tidak ada masalah dan kesulitan. Tapi damai sejahtera yang sejati, kita dibawa kembali dalam relasi yang harmonis dengan Allah Bapa, kita dibebaskan dari dosa dan segala tuduhan dan ketakutan akan hukumannya, serta disertai dan dipimpin dalam segala keadaan. Damai sejahtera seperti inilah yang diberikan oleh Yesus Kristus yang datang sebagai Raja.

Damai sejati yang dicari oleh manusia tidak bisa diberikan oleh dunia ini dengan tidak ada peperangan, terjamin secara materi, dan semua pengharapan palsu yang ditawarkan. Karena damai yang ditawarkan oleh dunia hanya sementara dan sesaat, sesudah itu hilang tak berbekas.

Berbeda dengan damai yang diberikan oleh Raja diatas segala Raja. Ia akan memimpin umat-Nya dalam segala keadaan, termasuk peperangan dan permasalahan, tapi umat-Nya tetap merasakan damai sejahtera.

Berbahagialah orang yang percaya dan dipimpin oleh Sang Raja Sejati, karena Ia bukan sembarang Raja. Raja diatas segala raja. Soli Deo Gloria.

Thursday, December 18, 2008

Kerajaan Sorga Datang

Di zaman sekarang ini, umumnya raja bukan lagi suatu posisi yang dianggap berkuasa dalam pemerintahan. Di negara-negara kerajaan sekalipun biasanya perdana menteri yang menjadi pemimpin yang berkuasa. Seorang raja hanya menjadi simbol, sekalipun tetap dihormati. Lihatlah di Inggris, Spanyol, ataupun Thailand.
Berbeda dengan raja zaman dulu yang betul-betul berkuasa penuh dalam pemerintahan.

5 Sebab seorang anak telah lahir untuk kita, seorang putera telah diberikan untuk kita; lambang pemerintahan ada di atas bahunya, dan namanya disebutkan orang: Penasihat Ajaib, Allah yang Perkasa, Bapa yang Kekal, Raja Damai.
Yesaya 9:5

Kebanyakan orang percaya merayakan Natal hanya melihat Yesus Kristus sebagai Juruselamat. Maksudnya, hanya melihat Tuhan Yesus datang untuk menyelamatkan umat-Nya. Padahal kedatangan Tuhan Yesus mempunyai pengertian yang lebih luas dan lebih dalam dibandingkan dengan hanya memberikan anugerah keselamatan. Dia datang untuk menjadi Raja. Bukan sembarang Raja, tapi Raja yang membawa Kerajaan Sorga hadir dalam dunia.

Pemimpin yang Berkorban
Yesaya mengatakan, "lambang pemerintahan ada di atas bahunya." Yeus Kristus datang untuk memerintah milik kepunyaan-Nya. Ia datang untuk menebus umat-Nya, menyatakan pekerjaan baik yang harus dilakukan umat-Nya dan memimpin umat-Nya dengan kasih dan kehendak-Nya.
Ditengah keterhilangan dan ketidakpastian hidup, kita memiliki pemimpin yang bukan hanya sekedar sok jadi penguasa, tapi betul-betul memimpin, memberikan contoh dalam menghadapi segala kesulitan dan melaksanakan kehendak Bapa.

Natal bukan hanya sekedar bersyukur karena Tuhan sudah datang dan memulai rencana penebusan yang membuat kita dibebaskan dari dosa; Natal seharusnya membuat kita bersyukur karena Allah menjadi manusia, berada dekat dengan manusia dan memimpin manusia ke arah dan tujuan yang benar. Natal mengingatkan kita bahwa Allah kita bukan hanya seperti raja2 (atau presiden zaman sekarang ini) yang hanya duduk ditakhtanya dan memerintah seenak perutnya. Natal menunjukkan bahwa Raja di atas segala raja datang dalam segala kemiskinan dan kehinaan, merasakan kesulitan umat-Nya dan bahkan berkorban untuk umat-Nya.
Raja yang memimpin kita bukan hanya ngomong doang. Ia memimpin kita dengan pengorbanan dimulai dari kelahiran sampai kematiann-Nya.

Jadi, kalau kita mengatakan merayakan Natal tapi tidak mau dikoreksi, diperintah, mengikuti dan hidup dalam firman-Nya maka sesungguhnya kita tidak pernah menyambut kedatangan Yesus Kristus ke dunia. Ia datang sebagai Raja, harusnya kita tunduk kepada-Nya dalam segala aspek hidup kita.

Kerajaan Sorga
Baik Yohanes Pembaptis maupun Yesus Kristus memulai pelayanan dengan berita yang sama, "Bertobatlah, sebab Kerajaan Sorga sudah dekat!"
Kerajaan Sorga itu betul-betul dinyatakan pada saat kematian dan Kebangkitan Tuhan Yesus. Berbeda dengan keinginan banyak orang bahwa Tuhan Yesus pergi ke Yerusalem seharusnya merebut kekuasaan dan menjadi Raja secara politik di Yerusalem. Ternyata Tuhan Yesus pergi ke Yerusalem untuk menjadi Raja dengan cara menderita dianiaya, mati dan bangkit. Kerajaan Sorga hadir dengan cara yang sulit dimengerti manusia, sama seperti kedatangan Sang Raja dengan kelahiran-Nya ditempat yang hina.

Kekuasaan dan kebesaran ternyata tidak hanya ditunjukkan dengan segala kemampuan, kekuatan dan kekayaan. Kerajaan Sorga dinyatakan dengan cara yang jauh sekali berbeda dengan pengharapan manusia kepada hal yang fana. Dimulai dari kehinaan,miskin, penderitaan dan penganiayaan dan bahkan kematian. Tapi justru menunjukkan dan berbuah kemuliaan dan keagungan yang tiada taranya.

Semoga Natal membuat kita semakin kagum kepada Raja diatas segala raja, dan semakin tunduk kepada keputusan2-Nya yang berdasarkan keadilan dan kebenaran. Semoga dalam seluruh aspek hidup ini kita betul-betul bisa melihat Yesus Kristus betul2 menjadi Raja yang diagungkan, disembah, ditinggikan dan dimuliakan...
Karena Ia bukan hanya sekedar Pemimpin dan Raja, Ia juga Penasihat Ajaib, Allah yang Perkasa, Pemimpin yang Kekal, Pangeran Damai Sejahtera.

Wednesday, December 17, 2008

Merry Christmas or Clausmas?

Kalau jalan-jalan di pusat2 perbelanjaan, maka kita akan melihat spirit Natal. Sayangnya itu bukan Christmas tapi Clausmas. Karena yang menjadi pusat adalah berbagai hiasan Natal dan tokoh yang paling terkenal pada saat Natal adalah Santa Claus (ko bisa jadi Santa??, harusnya Satan Claus!)!!!?
Mengapa si Claus jadi lebih terkenal dan lebih diharapkan daripada Yesus Kristus?

5 Sebab seorang anak telah lahir untuk kita, seorang putera telah diberikan untuk kita; lambang pemerintahan ada di atas bahunya, dan namanya disebutkan orang: Penasihat Ajaib, Allah yang Perkasa, Bapa yang Kekal, Raja Damai.
Yesaya 9:5

Setidaknya ada 7 perbedaan antara Christ dan Claus.
1. Anak Kecil vs Bapak2
Yang diberikan sebagai Juruselamat dunia itu anak kecil, seorang anak. Siapa yang mau percaya kepada anak kecil yang lahir di Betlehem? Dunia butuh superhero, tapi bukan anak2. Maunya yang dewasa dan berpengalaman. Padahal anak2 harusnya menerima tokoh sang anak juga dong? Tapi mungkin karena banyak anak2 bapak mereka ga beres, maka mereka butuh figur bapak.
Tepat deh kalo ketemu dengan si Claus yang bapak2 berambut dan jenggot putih, yang sepertinya menawarkan cinta, bijaksana dan pengertian, meskipun bagi banyak orang kelihatan lucu dan goblok.

2. Lahir Miskin vs Kaya
Anak yang akan menyelamatkan dunia justru lahir dalam kemiskinan, tidak ada rumah untuk kelahirannya, hanya ada kandang binatang. Siapa yang mau mengikuti anak kecil yang miskin??? Kalo kaya, mungkin masih pikir2.
Beda dengan si Claus yang ga pernah lahir tapi tiba2 muncul dengan segala kekayaannya dari kutub utara, dan bahkan dengan kereta terbangnya yang lebih cepat dari jet pribadi. Wow! Ini yang dibutuhkan dunia dalam krisis global.

3. Mati (dan Bangkit) vs Ga ada matinya
Anak yang sebelum dilahirkan pun sudah dinubuatkan akan mati (dan bangkit). Kalau nanti akan mati, ogah ah. Dah miskin, menderita, dan cepat mati lagi. Siapa yang mau ikut?
Beda dengan si Claus yang ga ada matinya. Dari dulu sampai sekarang, tetap ada dan akan abadi, tidak ada perubahan sama sekali dan tidak akan bertambah tua. Ini yang diharapkan oleh manusia, ga ada matinya, hidup terus.

4. Dapat Hadiah vs Memberi Hadiah
Sang Anak lahir, orang Majus datang memberikan hadiah. Jadi kalau ikut sang Anak, harus kasih kado dong ke anak itu???
Kalau ikut si Claus beda, bukannya memberi eh malah dapat hadiah. Tinggal minta dan disebutkan, tiap tahun dia akan datang dan beri.

5. Semua Umur vs Untuk Anak2
Sang Anak ternyata datang untuk semua umur, dari anak-anak (yang harus dibimbing oleh orang tua) sampai orang2 tua.
Beda dengan si Claus yang datang hanya untuk anak2. Kenapa? Karena yang bisa diboongin anak2 doang. Ko orang tuanya setuju? Habis orangtuanya bodoh sih sama suka boong juga sih!!? Makanya ketipu dan nipu anaknya sendiri..

6. Memberi yang tidak diinginkan vs Memberi yang diinginkan
Sang Anak memberikan apa yang tidak diinginkan manusia, yaitu dibebaskan dari dosa dan hidup kekal, tanpa peduli baik atau jahatnya manusia. Mana ada manusia yang baik??? Tapi mana mau manusia? Maunya terus berdosa mengikuti keinginan hatinya dan hidup di bumi ini, ga ada matinya.
Si Claus bisa nih kasih apa yang diinginkan manusia. Pokoknya apapun yang diinginkan akan diberikan, asalkan berlaku baik dan permintaannya bisa masuk dalam kaos kaki.. Ho..ho..ho..

7. Ditolak vs Diterima
Sang Anak datang kepada milik kepunyaan-Nya, tapi ditolak dan tidak diterima. Mana sanggup manusia menerima yang terlalu luar biasa, kalau tidak ada anugerah yang memampukan?
Sementara si Claus akan terus diterima, karena manusia suka hidup dalam mimpi dan keinginannya yang sepertinya bisa dipuaskan dan diberi oleh si Claus, meskipun ia ga pernah beri apa2, tapi mimpi itu tetap ada dan memuaskan.

Semoga salam natal dari banyak anak2 tidak berubah menjadi Merry Clausmas, meskipun bagi banyak anak2 sudah seperti itu dalam prakteknya.
Mari kita melihat kepada sang Anak yang diberikan bagi kita, kelihatan miskin, hina, lahir dalam kekurangan, tapi Ia adalah Allah, Tuhan, Juruselamat dan Raja atas umat-Nya.

Tuesday, December 16, 2008

Natal Yohanes Pembaptis atau Yesus?

Natal untuk memperingati kelahiran Tuhan Yesus biasanya menjadi suatu perayaan yang penuh kemeriahan. Di seluruh bagian dunia yang merayakan Natal biasanya akan berlangsung meriah. Mungkin krisis global akan mengurangi sedikit kemeriahannya, tapi tetap saja kemeriahan tidak bisa dilepaskan dari Natal. Hari kelahiran soalnya.

Betulkah kemeriahan Natal saat ini seperti Natal pertama yang di Betlehem? Jangan2 selama ini Natal yang terjadi di pegunungan Yehuda yang diikuti..

57 Kemudian genaplah bulannya bagi Elisabet untuk bersalin dan iapun melahirkan seorang anak laki-laki. 58 Ketika tetangga-tetangganya serta sanak saudaranya mendengar, bahwa Tuhan telah menunjukkan rahmat-Nya yang begitu besar kepadanya, bersukacitalah mereka bersama-sama dengan dia.59 Maka datanglah mereka pada hari yang kedelapan untuk menyunatkan anak itu dan mereka hendak menamai dia Zakharia menurut nama bapanya,
Luk 1:57-59

Persamaan dan Perbedaan
Maksudnya Natal di pegunungan Yehuda adalah kelahiran Yohanes Pembaptis. Ada perbedaan signifikan antara kelahiran Yohanes dengan Yesus, meskipun ada juga beberapa persamaan.
Kelahiran mereka sama-sama dimulai oleh pemberitahuan dari Malaikat Gabriel, dan sama2 terjadi peristiwa yang luar biasa, meskipun yang terjadi pada Maria lebih tidak mungkin dan hanya terjadi sekali.

Perbedaan utamanya adalah yang ikut merayakan kelahiran mereka. Yohanes dikunjungi oleh tetangga2 dan saudara2 dan mereka ikut bersukacita bersama-sama. Tuhan Yesus dirayakan oleh para malaikat di padang dan yang membuat para gembala datang ke Betlehem dan memuji Allah sedangkan orang2 yang diceritakan peristiwa malaikat dan kelahiran Yesus hanya terheran-heran. Apa karena bukan di Nazaret, jadi tidak ada tetangga dan saudara? Ataukah ada alasan lain kenapa kelahiran Yesus tidak semeriah Yohanes Pembaptis?

Begitu juga pada waktu hari kedelapan harus disunat dan diberi nama, Yohanes banyak dikunjungi orang, sedangkan Yesus hanya bertemu Simeon dan Hana yang bernubuat dan memuji Allah.

Kemeriahan = Sukacita?
Kelahiran Tuhan Yesus seharusnya memberikan sukacita yang besar kepada dunia, tetapi kelahirannya tidak ada yang merayakan dan bersukacita hanya para malaikat. Padahal sukacita itu bagi dunia.

Jangan-jangan ada yang salah dengan sukacita yang diharapkan, karena banyak orang bersukacita pada saat kelahiran Yohanes Pembaptis karena melihat rahmat-Nya yang besar. Sukacita karena apa? Sesuai dengan nama Yohanes, Tuhan itu baik. Jadi, sukacitanya karena kebaikan Tuhan. Bagaimana kalau Tuhan kelihatan tidak baik???

Sedangkan sukacita kelahiran Yesus, dasarnya bukan hanya kebaikan Tuhan. Memang Tuhan baik karena mau datang menyelamatkan umat-Nya, tapi sukacita karena ada pembebasan dari dosa dan Tuhan datang sebagai Raja untuk memerintah umat-Nya yang tanpa gembala dan tidak menentu hidupnya.

Itu sebabnya Natal sekarang ini bukan dirayakan seperti kemeriahan ulang tahun yang merupakan praktek dari orang yang tidak mengenal Allah; tapi Natal dirayakan dengan sukacita karena penebus yang dijanjikan datang, dan penuh kekaguman atas karya Allah yang luar biasa.

Dunia selama ini hanya memanfaatkan Natal dengan segala kemeriahannya untuk mendapatkan keuntungan. Gerejapun tidak ketinggalan dengan berbagai perayaannya yang meriah dan menguras pikiran, waktu, tenaga dan uang. Semuanya ingin menawarkan makna Natal yang sejati. Pertanyaannya, betulkah ada makna Natal yang sejati dalam perayaan2 itu?

Natal dan Kesaksian
Natal sekarang ini seharusnya bukan diisi seperti kemeriahan didalam Natal (baca kelahiran)Yohanes Pembaptis, tetapi diisi dengan kesaksian tentang Kristus seperti yang dilakukan oleh para malaikat (Luk 2:9-14), gembala2 yang menceritakan tentang Yesus (Luk 2:17-18), begitu juga yang dilakukan oleh Simeon dan Hana yang memuliakan Allah dan menyaksikan Yesus (Luk 2:35-38).

Natal juga bukan hanya menyaksikan kebaikan Tuhan kepada manusia; ini hanya pendahuluan, sama seperti Yohanes Pembaptis yang mendahului Yesus Kristus. Natal yang sesungguhnya menyaksikan Tuhan yang menyelamatkan. Itu sebanya tidak perlu kemeriahan dan perayaan-perayaan palsu (atau KKR?) yang ditawarkan oleh gereja2 dan persekutuan2 demi untuk mendapatkan jemaat yang lebih banyak ataupun persembahan yang lebih banyak meskipun dimulut berbicara agar lebih banyak orang yang mendengarkan Injil!?

Jika betul-betul mau merayakan Natal Yesus Kristus maka setiap hari (bukan hanya pada saat perayaan ataupun KKR) Yesus Kristus disaksikan kepada dunia. Lebih dari 90% yang datang ke perayaan Natal atau KKR adalah orang Kristen, tapi lebih dari 70% orang yang kita temui sehari2 adalah bukan orang yang percaya kepada Kristus (persen2an ini hanya perkiraan). Adakah Ia disaksikan dalam hidup kita sehari2? Adakah Natal Yesus Kristus diingat dan dirayakan?
Jika betul Kristus disaksikan, maka kita akan melihat sukacita Natal yang sejati ketika umat Tuhan kembali kepada-Nya dan tunduk kepada Sang Raja... Semoga kita bisa melihat sukacita sejati yang ada di Betlehem waktu itu...

Wednesday, December 12, 2007

I'll have a blue Christmas without YOU

Bukan bermaksud untuk membahas lagu yang tidak ada nafas kekristenannya, tapi sudah dianggap sebagai salah satu lagu Natal. Hanya meminjam judulnya saja.

Sebab itu Tuhan sendirilah yang akan memberikan kepadamu suatu pertanda: Sesungguhnya, seorang perempuan muda mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki, dan ia akan menamakan Dia Imanuel.
Yesaya 7:14

"Sesungguhnya, anak dara itu akan mengandung dan melahirkan seorang anak laki-laki, dan mereka akan menamakan Dia Imanuel" yang berarti: Allah menyertai kita.
Mat 1:23


Imanuel menjadi salah satu nubuat yang sangat penting bagi umat manusia. Karena Allah yang begitu jauh dan menakutkan, sekarang menjadi dekat dan bersama-sama umatNya. Yesus Kristus tidak memilih untuk lahir di dalam Bait Allah, di dalam Ruang Maha Kudus (tempat yang paling kudus di dunia!?). Tapi, memilih untuk lahir di tempat yang paling jorok, tapi paling dekat dengan umat gembalaanNya, yaitu di kandang binatang.
Ia tidak lahir di dalam istana dan dihadapan pembesar2 dengan segala kemewahannya. Kabar gembira tentang kelahirannya pertama kali diberitakan bukan kepada para pembesar dan raja2 yang berhak menerima informasi terbaru, dan terakurat. Tapi justru kabar gembiranya dibagikan kepada para gembala yang berada di padang (orang yang terbuang?), ditambah dengan konser gratis dari para malaikat. Tidak perlu membeli tiket, semuanya gratis.....

Natal yang pertama, jauh sekali berbeda dengan zaman sekarang ini.

Promosi dari perayaan Natal diberitakan oleh para nabi sepanjang zaman. Tapi, pada waktunya tiba hanya diberitakan kepada segelintir orang. Zaman sekarang ini, semua berlomba-lomba mempromosikan perayaan Natalnya. Entah dengan KKR, ada konser musik, ada penyanyi, drama, dll. Banyak yang ingin mendapatkan orang-orang baru dan jiwa-jiwa yang terhilang. Rencananya dibuat sematang mungkin, panitia dibentuk. Rapat2 dan pencarian dana. Promosi kesana-kemari.
Jauh sekali berbeda dengan Natal yang pertama. Hanya diberitahukan kepada gembala dan orang2 majus. Tidak pentingkah Natal yang pertama, sehingga hanya diberitahukan kepada segelintir orang? Bukankah itu kesukaan besar bagi dunia? Kenapa tidak diadakan KKR di stadion yang paling besar di dunia + siaran langsung ke seluruh TV di dunia (dua2nya belum ada sih!)?
Ataukah, mungkin perayaan2 Natal yang sekarang ini jauh lebih penting? Harus menyewa tempat2 yang besar dan lumayan mahal. Kenapa tempat yang besar dan mahal? Ada yang terus terang mengakui, biar yang datang adalah orang2 yang berkelas dan berduit. Bukan sedang bersaing dengan gereja2 yang lain untuk menarik orang baru (dan kaya) lebih banyak lagi, tapi kenyataannya sedang bersaing. Masing-masing dengan cara dan keinginan sendiri. Adakah Yesus Kristus yang menjadi pusat di dalam semuanya? Adakah Allah menyertai umatNya? Semua pasti menjawab, "Ya! Kami memberitakan Yesus Kristus yang lahir dengan segala sukacitanya dan semuanya untuk kemuliaan Allah"

Natal zaman sekarang ini berusaha menghadirkan sukacita. Dan sukacita itu diusahakan bisa didapatkan dari berbagai sumber. Entah itu tempat perayaan yang lebih enak, besar dan megah, acara2 yang lebih variatif dan menghibur, musik, drama, konser, dan tentu saja diharapkan bersifat kekeluargaan. Di sisi yang lebih ekstrim, sukacita itu coba didapatkan melalui Santa Claus, kasih dan perhatian lewat kartu Natal, pemberian kado, film-film dan lagu2 yang bernuansa Natal, tapi tanpa Kristus. Adakah manusia bersukacita dengan Natal? Adakah penyertaan Allah kepada umatNya?

Sukacita lewat perayaan yang sedang ditawarkan sekarang ini kebanyakan adalah sukacita palsu. Karena sukacita yang sejati didapatkan lewat Imanuel. Ya, Allah menjadi manusia, mengubah hidup manusia yang berdosa. Bukan lagi menjadi sama dengan dunia ini yang hanya ingin terus dilayani, tapi melayani. Bukan mengandalkan segala kebesaran, kemegahan dan kemewahan, tapi justru kesederhanaan dan kasih yang tidak menuntut balas. Mencari orang-orang yang terhilang, yang tersingkir karena keberdosaan dan bukan karena mereka orang-orang kaya yang bisa mendukung perkembangan gereja. Bukan dengan motivasi untuk mendapatkan orang lebih banyak untuk perkembangan gereja sendiri (yang berimplikasi kpd jumlah persembahan yg lebih banyak), tapi untuk menggenapi apa yang menjadi kehendak Allah.
Sukacita ini didapatkan bukan dengan jaminan dalam hidup yang pasti enak, penuh kemewahan dan kegembiraan, seperti dalam perayaan2 Natal. Sukacita itu akan menguap sesudah perayaan dan kebersamaan selesai. Tapi, sukacita yang sejati berpusat pada Yesus Kristus yang menjadi gembala jiwa dalam segala keadaan dan setiap saat. Kalau Tuhan sudah menyertai kita, apalagi yang kita butuhkan? Tuhan adalah gembalaku, takkan kekurangan aku.

Tanpa Kristus dan penyertaanNya, perayaan natal dengan segala variasi dan hiburannya hanya akan menjadi sukacita palsu yang akan berakhir dengan kesedihan. I'll have a blue Christmas without YOU.

Monday, December 25, 2006

Christmas: Cur Deus Homo?

1 Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah. 14 Firman itu telah menjadi manusia, dan diam di antara kita, dan kita telah melihat kemuliaan-Nya, yaitu kemuliaan yang diberikan kepada-Nya sebagai Anak Tunggal Bapa, penuh kasih karunia dan kebenaran.
(Yoh 1:1,14)


Pertanyaan dari Anselm selalu menjadi pertanyaan yang menjadi perenungan waktu Natal. Why God-man? Why God became man? Mengapa harus Allah menjadi manusia? Mengapa harus Allah dan manusia? Sedikit orang Kristen yang merenungkan hal ini pada saat Natal. Biasanya yang dipikirkan hanya sukacita dan kasih Allah.
Pada saat malaikat memberitakan kabar kesukaan tentang kelahiran Tuhan Yesus dalam Luk 2:11, yang ditekankan adalah kelahiran Juruselamat: Kristus Tuhan di kota Daud. Sang Mesias datang sebagai Juruselamat, Dia adalah Tuhan tapi juga manusia keturunan Daud. Maka, Allah dan Manusia ada hubungannya dengan keselamatan. Natal tanpa bicara sampai kepada salib dan kebangkitan, maka itu bukan Natal yang sebenarnya.
Apa mungkin manusia membebaskan dirinya dari keberdosaannya? Kalau mungkin, maka manusia tidak membutuhkan Juruselamat..Agama-agama ingin memberikan jalan keluar dengan usaha manusia untuk melepaskan diri dari keberdosaannya. Dengan perbuatan baik, penyiksaan diri, dan 'memanipulasi' Allah. Mengapa agama2 berusaha melakukan semua ini? Karena pengertian tentang dosa dan penebusan dosa yang salah.
Alkitab dengan sangat jelas berbicara tentang dosa dan kuasanya, serta akibat dari dosa. Kemudian Alkitab juga berbicara tentang penebusan dosa. Kuasa dosa yang membawa kepada maut hanya bisa dipatahkan dengan kematian dan kebangkitan seorang yang tidak berdosa..Hmmm..Mana mungkin? Mana ada manusia yang tidak berdosa? Kalaupun ada yang tidak berdosa, siapa yang bisa mati dan membangkitkan dirinya sendiri, serta mengalahkan kuasa dosa dan kuasa maut, sehingga bisa hidup sampai selama-lamanya tanpa dosa?
Kalau begitu jalan keluarnya, harusnya pada Allah. Meminta cinta kasihNya dan pengampunanNya. Bukankah Allah adalah Maha Pemurah dan Maha Penyayang? Tetapi, kalau Allah mengampuni semua dosa manusia tanpa menghukum manusia, maka Dia bukan Allah yang Maha Adil, maka Dia pasti bukan Allah sejati. Lagi pula Dia melawan hukum-hukumNya sendiri, upah dosa adalah maut. Apakah Allah bisa mati dan mewakili manusia?
Kalau begitu, apa mungkin Allah tetap ADIL dan juga Maha Pengasih? Dan bisa melepaskan manusia dari segala kesulitannya dengan dosa?
Jawabannya, ada di dalam Natal, Salib dan Paskah. Mengapa? Karena Tuhan Yesus Kristus, sang Juruselamat, Allah-Manusia, satu-satunya jalan keluar dari kesulitan manusia dengan dosa. Karena Yesus Kristus Manusia yang tidak berdosa (dikandung dari Roh Kudus), maka Dia bisa mewakili manusia, merasakan kesulitan manusia, dicobai oleh Iblis, menderita dan mati di atas kayu salib untuk menanggung murka Allah Bapa (keadilan Bapa). Tetapi, karena Yesus Kristus adalah Allah, maka dia bisa menanggung semua murka yang seharusnya ditanggung umat pilihan Allah di neraka (kasih Allah), dan bisa bangkit mengalahkan Iblis dan kuasa maut. Semuanya dimulai dari Natal. God became Man.
Pertanyaannya bagi kita, apa artinya bagi kita Allah menjadi manusia? Apa respon kita untuk menggenapi dan melakukan apa yang menjadi kehendakNya?
Merry Christmas...