Ayat Hari Ini:

Showing posts with label Pengkhotbah 9. Show all posts
Showing posts with label Pengkhotbah 9. Show all posts

Friday, May 11, 2007

Berhikmat tapi dihina!

Biasanya kita berpikir bahwa orang-orang yang berhikmat pasti akan didengarkan dan banyak orang yang akan mencarinya. Waktu mendengarkan kata 'orang-orang berhikmat', maka pikiran kita langsung tertuju kepada orang-orang yang kita anggap berhikmat dan berdampak besar di dalam sejarah dunia.
Tetapi kenyataannya, ternyata tidak semuanya bisa seperti itu. Tidak semua orang berhikmat pasti akan didengarkan, dicari dan akan diingat selamanya. Bahkan banyak orang berhikmat yang sebenarnya tidak pernah diingat, bahkan dihina. Ko bisa?!

Bagi Pengkhotbah, pengertian akan hal ini juga merupakan suatu hikmat yang besar di bawah matahari.

13 Hal ini juga kupandang sebagai hikmat di bawah matahari dan nampaknya besar bagiku; 14 ada sebuah kota yang kecil, penduduknya tidak seberapa; seorang raja yang agung menyerang, mengepungnya dan mendirikan tembok-tembok pengepungan yang besar terhadapnya; 15 di situ terdapat seorang miskin yang berhikmat, dengan hikmatnya ia menyelamatkan kota itu, tetapi tak ada orang yang mengingat orang yang miskin itu. 16 Kataku: "Hikmat lebih baik dari pada keperkasaan, tetapi hikmat orang miskin dihina dan perkataannya tidak didengar orang." 17 Perkataan orang berhikmat yang didengar dengan tenang, lebih baik dari pada teriakan orang yang berkuasa di antara orang bodoh. 18 Hikmat lebih baik dari pada alat-alat perang, tetapi satu orang yang keliru dapat merusakkan banyak hal yang baik.
Pengkhotbah 9:13-18

Pengkhotbah menceritakan suatu kejadian dimana ada seorang raja yang agung ternyata bisa 'dikalahkan' oleh seorang miskin yang berhikmat. Agak aneh. Karena Raja yang agung itu sudah mendirikan tembok-tembok besar untuk mengepung kota itu. Tetapi ternyata dengan hikmat orang miskin itu, kota bisa diselamatkan. Kita tidak perlu menanyakan bagaimana caranya. Yang perlu kita mengerti the moral of the story.

Pengkhotbah ingin mengatakan bahwa hikmat bisa mengalahkan dan lebih baik dari keperkasaan (ay.14) dan alat-alat perang (ay.18). Selain itu, yang lebih baik (hikmat dan orang miskin yang berhikmat itu) ternyata tidak diingat (15) dan bahkan dihina dan tidak didengar (16). Padahal hikmat itu kalau didengar dengan tenang, pasti lebih baik dari penguasa yang berasal dari orang bodoh (17). Mengapa sampai dilupakan, tidak didengar dan bahkan dihina? Karena miskin!?

Kemiskinan ternyata bisa membuat hikmat tidak akan didengarkan. Karena dunia ini melihat hikmat seharusnya memberikan kesuksesan dan kekayaan; serta orang yang sukses dan kaya seharusnya adalah orang berhikmat. Apa betul orang yang kelihatan sukses dan kaya menurut ukuran dunia adalah orang yang berhikmat?!
Meskipun orang miskin hikmatnya tidak akan didengar dan bahkan dihina, tetapi bagi Pengkhotbah lebih baik menjadi orang berhikmat daripada memiliki semuanya tetapi memilikinya di dalam kebodohan. Apa gunanya? Semuanya akan sia-sia.

Orang kaya tetapi tidak berhikmat mungkin akan lebih didengar dibandingkan dengan orang miskin yang berhikmat. Ini yang diinginkan oleh dunia yang tidak menginginkan hikmat. Siapa yang dirugikan? Orang kaya dan yang mendengarkan orang kaya itu yang rugi dengan segala kesia-siaan.

Itu sebabnya, seharusnya kita bisa belajar dari siapa saja termasuk orang miskin. Karena mungkin banyak orang miskin yang lebih berhikmat. Waktu kita tidak mendengarkan mereka dan menghina mereka, maka kita yang akan rugi sendiri. Sementara orang-orang miskin yang berhikmat tidak akan rugi, karena mereka bisa mempergunakan dan menikmati hikmatnya. Bahkan sebagian dari mereka tetap memilih hidup miskin karena meereka bisa tetap menikmati hidup dalam keadaan seperti itu dan mereka tidak terganggu sama sekali. Mereka sudah memiliki hikmat yang membantu mereka menjalani hidup!

Biarlah Sumber Hikmat menaungi kita, sehingga kita bisa melihat dan belajar dari hikmat yang diberikan kepada manusia, siapapun dia, orang kaya atau orang miskin, pemerintah ataupun pembantu, tua ataupun muda. Karena hikmat itu lebih daripada uang, alat-alat perang, jabatan, kuasa dan semua yang diandalkan oleh manusia. Jangan pernah menghina hikmat hanya karena melihat pembawa hikmat itu yang kelihatan hina.

Sesungguhnya, pembawa-pembawa Hikamat yang benar hanyalah bejana tanah liat. Yang berharga dan yang penting adalah harta Hikmat yang ada di dalam bejana. Maka kalau kita hanya tertarik dengan bejana yang dihias, maka sesungguhnya kita tidak pernah mengerti mana yang lebih berharga dan mana yang lebih utama.

Be Wise!!!

But we have this treasure in jars of clay, to show that the surpassing power belongs to God and not to us.