Ayat Hari Ini:

Showing posts with label Wahyu 21. Show all posts
Showing posts with label Wahyu 21. Show all posts

Friday, April 27, 2007

Integrasi Iman dan Ilmu

Ditulis untuk Buku 40 tahun PO UI: Dahulu, Kini, dan Esok

I do not feel obliged to believe that the same God who has endowed us with sense, reason, and intellect has intended us to forgo their use.
- Galileo Galilei

Topik tentang hubungan Iman dan Ilmu sudah dibahas berkali-kali dan sudah terlalu banyak artikel dan buku tentang hal ini. Mengapa sampai harus dibahas berkali-kali? Sangat penting? Atau iman dan ilmu memang tidak pernah diintegrasikan sehingga harus dibahas terus-menerus?! Dalam tulisan ini, saya akan membahas bagaimana seharusnya kita melihat hubungan Iman dan Ilmu dari penciptaan sampai pada kekekalan.

Kej 1:27 Maka Allah menciptakan manusia itu menurut gambar-Nya, menurut gambar Allah diciptakan-Nya dia; laki-laki dan perempuan diciptakan-Nya mereka. 28 Allah memberkati mereka, lalu Allah berfirman kepada mereka: "Beranakcuculah dan bertambah banyak; penuhilah bumi dan taklukkanlah itu, berkuasalah atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas segala binatang yang merayap di bumi."

Kej 2:15 TUHAN Allah mengambil manusia itu dan menempatkannya dalam taman Eden untuk mengusahakan dan memelihara taman itu.

Kej 2:19 Lalu TUHAN Allah membentuk dari tanah segala binatang hutan dan segala burung di udara. Dibawa-Nyalah semuanya kepada manusia itu untuk melihat, bagaimana ia menamainya; dan seperti nama yang diberikan manusia itu kepada tiap-tiap makhluk yang hidup, demikianlah nanti nama makhluk itu.

Kejadian 1:27-28 menunjukkan sangat jelas bagaimana Allah menciptakan manusia menurut GambarNya, sehingga manusia bisa mengenal dan berkomunikasi dengan Allah dan tentu saja menjadi sumber untuk pengenalan manusia akan dirinya dan pengetahuan akan dunia yang harus ditaklukkannya. Pengetahuan yang dimiliki oleh manusia sebagai Gambar Allah adalah pengetahuan tentang Allah, tentang manusia dan tentang dunia. Ketiga hal ini sangat berhubungan. Khususnya dua pengetahuan yang pertama, yang berdampak dengan pengetahuan akan dunia. Tanpa pengetahuan akan Allah, manusia tidak bisa mengerti siapa dirinya. Begitu juga dengan tanpa pengetahuan akan dirinya, manusia tidak sanggup mengenal Allah.

Dalam Kejadian 2:19, kita bisa melihat bahwa pengetahuan adalah pemberian Allah kepada manusia dan bisa dipakai dengan baik oleh Adam untuk melakukan kehendak Allah. Adam menamai semua binatang dengan pengetahuannya. Pengetahuan Adam didapat karena manusia dicipta dalam gambar Allah; diberikan kemampuan untuk berpikir, mengolah dan mengembangkannya. Tetapi, yang memulai dan aktif adalah Allah yang membawa kepada manusia (yang percaya kepada Allah dan mempunyai pengetahuan tentang Allah), sehingga ia menyadari kemampuan dan pengetahuannya dan ia memakainya untuk melakukan apa yang menjadi kehendak Allah: menamai semua binatang (pengetahuan/ilmu).

Kalau kita melihat di dalam Kejadian 2:15. Hal yang sama juga terjadi. Allah menempatkan Adam dalam Taman Eden untuk mengusahakan dan memeliharanya. Dua kata yang sangat menarik adalah kata mengusahakan dan memelihara. Kata mengusahakan dalam bahasa aslinya, Ibrani, mempunyai dua pengertian: bekerja dan melayani (ibadah). Sedangkan kata memelihara (dalam bahasa Inggris: cultivate/culture) mempunyai arti menjaga, mengembangkan dan juga ada pengertian melayani. Sehingga, pada saat manusia mempergunakan segala jenis pengetahuan/ilmunya untuk bekerja dan mengembangkan dunia pemberian Tuhan, saat itu juga manusia sedang melayani dan beribadah kepada Allah.

Zaman sekarang ini kita melihat manusia memisahkan semua pengetahuan/ilmu yang dimilikinya. Ada tiga pemisahan pengetahuan/ilmu, pertama, pengetahuan tentang Allah dikategorikan sebagai Teologi (yang tidak ada hubungannya dengan ilmu-ilmu yang lain); kedua, pengetahuan tentang manusia (anthropologi, biologi, kedokteran, psiklogi, sosiologi, dsb); serta ketiga, pengetahuan tentang dunia ini (ekologi, ekonomi, biologi, dsb). Sangat berbeda dengan apa yang terjadi sebelumnya dalam Penciptaan. Mengapa? Karena manusia jatuh dalam dosa.

Kej 3:7 Maka terbukalah mata mereka berdua dan mereka tahu, bahwa mereka telanjang; lalu mereka menyemat daun pohon ara dan membuat cawat. 8 Ketika mereka mendengar bunyi langkah TUHAN Allah, yang berjalan-jalan dalam taman itu pada waktu hari sejuk, bersembunyilah manusia dan isterinya itu terhadap TUHAN Allah di antara pohon-pohonan dalam taman.

Narasi dalam Kejadian 3, menggambarkan semuanya. Ayat 7, manusia mulai salah menilai dirinya. Mereka tahu bahwa mereka telanjang dan ingin menutupinya dengan ‘ilmu mereka’ (tanpa melibatkan Allah). Manusia tidak mengerti lagi siapa dirinya di hadapan Allah. Ayat 8, mereka bersembunyi dari Allah. Apakah mereka bisa bersembunyi dari Allah? Pengetahuan yang salah! Pengetahuan tentang Allah menjadi jauh sekali berbeda dengan sebelumnya. Sebelumnya mereka bisa dengan bebas mengenal Allah dan beribadah kepadaNya. Sekarang mereka mengenal Allah menjadi Pribadi yang sangat menakutkan dan tidak bisa diandalkan lagi dalam hidup di dunia.

Lebih baik memakai pengetahuan pribadi. Padahal, pengetahuan peribadi ini yang membuat manusia jatuh dalam dosa. Karena ingin mengeksplorasi apa yang belum waktunya harus dimengerti. Masih begitu banyak buah-buahan yang sangat menarik dan baik untuk dimakan (Kej 2:9), tetapi Hawa dan Adam lebih tertarik kepada buah yang tidak pernah dikatakan menarik, tetapi menjadi menarik karena pengaruh Iblis. Cara yang sama, terus diikuti oleh manusia sekarang ini. Iblis yang terus-menerus membuat manusia tidak lagi melihat ilmu-ilmu yang menarik berhubungan dengan Allah dan tidak memerlukan Allah dalam setiap ilmu yang diusahakan dan dikembangkannya.

Kej 3:17 Lalu firman-Nya kepada manusia itu: "Karena engkau mendengarkan perkataan isterimu dan memakan dari buah pohon, yang telah Kuperintahkan kepadamu: Jangan makan dari padanya, maka terkutuklah tanah karena engkau; dengan bersusah payah engkau akan mencari rezekimu dari tanah seumur hidupmu: 18 semak duri dan rumput duri yang akan dihasilkannya bagimu, dan tumbuh-tumbuhan di padang akan menjadi makananmu; 19 dengan berpeluh engkau akan mencari makananmu, sampai engkau kembali lagi menjadi tanah, karena dari situlah engkau diambil; sebab engkau debu dan engkau akan kembali menjadi debu."

Di dalam Kejadian 3:12, Adam mempersalahkan manusia lainnya (Hawa). Ay. 13, Hawa mempersalahkan Ular (dunia). Sejak saat itu, pengetahuan manusia menjadi terpecah-pecah; tidak ada lagi integrasi. Yang paling menyedihkan, pengetahuan manusia yang sebelumnya dipakai untuk beribadah dan menggenapi rencana Allah, dalam Kej 3:17-19 akhirnya dipakai bersusah-payah HANYA UNTUK MENCARI MAKAN SAMPAI MATI. Maka bukan sesuatu yang mengherankan kalau manusia belajar dan akhirnya bekerja hanya demi untuk menjamin bisa makan sampai mati. Hanya itu ilmu (pengetahuan) yang dimiliki oleh manusia dalam keberdosaan.

Bagaimana manusia bisa kembali kepada integrasi yang benar? Bukankah dalam Amsal 1:7 mengatakan, “Takut akan TUHAN adalah permulaan pengetahuan, tetapi orang bodoh menghina hikmat dan didikan.” Bagaimana agar manusia tidak lagi menunjukkan diri sebagai orang-orang pintar yang sesungguhnya hanyalah orang-orang bodoh yang menghina HIKMAT? Jalan keluarnya, hanya satu. Yaitu di dalam Kristus. Mengapa?

Kol 2:3 sebab di dalam Dialah tersembunyi segala harta hikmat dan pengetahuan.

Kedatangan Kristus di dunia bukan hanya memberikan keselamatan jiwa (dan pengetahuan tentang Allah) kepada orang-orang pilihanNya. Kedatangan Kristus adalah mendirikan Kerajaan Allah; dalam segala aspek kehidupan manusia kita bisa melihat bahwa Allah betul-betul memerintah. Segala macam ilmu kembali untuk melayani Allah dan rencanaNya. Yang sangat menarik dalam Kol 2:3, segala macam pengetahuan itu bersumber dari Kristus. Semua –logi (logikos) bersumber dari LOGOS (Firman/Kristus). Artinya, jika ada kebenaran dalam semua ilmu pengetahuan, maka sumbernya hanya satu: Kristus. Segala kebenaran adalah kebenaran dari Kristus. Dunia ini bukan sumber kebenaran, Iblis tidak bisa memberikan kebenaran. Satu-satunya sumber kebenaran adalah Allah.

Seseorang yang berada di dalam Kristus harusnya bisa melihat sumber hidupnya adalah Kristus, termasuk apa yang dipelajari dan dikerjakannya. Ilmu yang dipelajari sehari-hari bukan ilmu yang sekuler yang tidak ada hubungan sama sekali dengan imannya. Ilmu yang sehari-hari dipelajari juga bukan hanya untuk sekadar dipakai untuk mencari uang untuk bisa makan sampai mati (Ini pengertian manusia sejak jatuh dalam dosa). Tetapi ilmu sehari-hari adalah pelajaran tentang Allah, manusia dan dunia—yang harus diusahakan, dieksplorasi dan dikembangkan sebagai bagian dari pelayanan dan ibadah kepada Allah untuk memuliakan Kristus yang menjadi sumber dan tujuan dari ilmu-ilmu yang dikembangkan. Manusia yang betul-betul mengerti dan mendalami ilmunya akan takjub dengan semua anugerah dan kebenaran Tuhan yang ada di dalamnya. Bagi orang percaya, akhirnya hanya bisa memuji dan makin menyembah Tuhan dan makin ingin memuliakan Tuhan dengan segala penemuan yang di dapatnya.
Maka kita perlu terus-menerus diperbarui dalam pengetahuan kita, seperti yang ada di dalam Kol 3:10, “dan telah mengenakan manusia baru yang terus-menerus diperbaharui untuk memperoleh pengetahuan yang benar menurut gambar Khaliknya;”

Pertanyaan selanjutnya, adakah hubungan yang kita pelajari dan kerjakan sekarang ini dengan kekekalan?
C. S. Lewis, 1898-1963, British Academic, Writer, Christian Apologist, (dikutip dari http://www.great-quotes.com/ ) pernah mengatakan salah satu kalimatnya yang sangat terkenal: “If you read history you will find that the Christians who did most for the present world were precisely those who thought most of the next. It is since Christians have largely ceased to think of the other world that they have become so ineffective in this.” Dari kalimat C.S. Lewis ini, ada hal yang perlu dipikirkan tentang kekekalan yang berdampak pada kesementaraan. Meskipun, kalau terlalu banyak memikirkan tentang kekekalan mungkin bisa juga menjadi tidak efektif dalam kesementaraan ini. Maka, bagian terakhir dari tulisan ini, akan dihubungkan dengan kekekalan. Apa hubungannya ilmu dan pekerjaan sekarang ini dengan kekekalan?

Wahyu 21:22 Dan aku tidak melihat Bait Suci di dalamnya; sebab Allah, Tuhan Yang Mahakuasa, adalah Bait Sucinya, demikian juga Anak Domba itu. 23 Dan kota itu tidak memerlukan matahari dan bulan untuk menyinarinya, sebab kemuliaan Allah meneranginya dan Anak Domba itu adalah lampunya. 24 Dan bangsa-bangsa akan berjalan di dalam cahayanya dan raja-raja di bumi membawa kekayaan mereka kepadanya; 25 dan pintu-pintu gerbangnya tidak akan ditutup pada siang hari, sebab malam tidak akan ada lagi di sana; 26 dan kekayaan dan hormat bangsa-bangsa akan dibawa kepadanya.

Wahyu 22:5 Dan malam tidak akan ada lagi di sana, dan mereka tidak memerlukan cahaya lampu dan cahaya matahari, sebab Tuhan Allah akan menerangi mereka, dan mereka akan memerintah sebagai raja sampai selama-lamanya.

Dalam Wahyu 21:24,26, dua kali diulang bahwa bangsa-bangsa akan membawa kekayaan dan hormat ke Yerusalem Baru. Yang membawanya, adalah raja-raja di bumi (yang baru). Dua pertanyaan yang muncul: Siapakah raja-raja itu? Dan, apa maksudnya kekayaan dan hormat bangsa-bangsa?

Untuk menjelaskan tentang raja-raja di bumi, kita perlu melihat Wahyu 22:5. Dari ayat ini, kita bisa mengerti bahwa yang dimaksudkan sebagai raja-raja adalah semua orang percaya yang memerintah bersama-sama Kristus. Apa yang diperintah oleh raja-raja? Bumi yang baru. Sama seperti Adam dan Hawa menjadi raja pertama di dunia, yang memerintah dunia dan segala isinya, maka kitapun sebagai orang-orang percaya harus memerintah bumi yang baru dengan mengusahakan dan memeliharanya.

Hasil usaha inilah yang dipersembahkan ke Yerusalem baru: yang terbaik dan termulia dari apa yang kita kerjakan. Jadi, yang dimaksud dengan kekayaan dan hormat dari bangsa-bangsa adalah segala hasil budaya manusia yang terbaik dan termulia, itulah yang kita persembahkan kepada Tuhan. Yang dimaksudkan dengan hasil budaya manusia adalah segala hal yang pernah dipelajari, digali, ditemukan, dan dikembangkan manusia. Kalau mengerti hal ini, maka seharusnya selama proses pembelajaran, kita harus menggali sampai kepada penemuan-penemuan yang bisa terus dikembangkan dan yang akan dipersembahkan kepada Tuhan.

Mungkin pertanyaan selanjutnya muncul, dari mana modal awal kita sebagai raja? Untuk mengerti hal ini, perlu untuk memahami perumpamaan dalam Mat 25:14-30, perumpamaan tentang Talenta (seharusnya tentang Hamba yang baik dan yang jahat). Kalau kita perhatikan, perumpamaan ini berbicara tentang Akhir Zaman. Ada evaluasi dari Tuhan terhadap semua pemberianNya kepada kita, apakah kita sudah maksimal atau tidak. Sesudah dikembalikan kepada Tuhan, hasil dari pengembangan talenta itu justru tidak di ambil Tuhan, tetapi diberikan kembali kepada hamba-hambanyaNya. Untuk apa? Di dalam perumpamaan ini tidak dijelaskan. Tetapi, kita bisa mengambil kesimpulan sebagai modal yang akan dikembangkan lagi dalam kekekalan dan dalam kebahagiaan bersama Tuhan.

Jadi, apa yang kita pelajari selama hidup di dunia, bukan hanya untuk kesementaraan, ternyata juga bisa menjadi modal sekaligus pembelajaran untuk pekerjaan dan ibadah yang harus kita kerjakan dalam kekekalan.

Apa yang dikatakan oleh C.S. Lewis benar. Orang Kristen yang bisa melihat sampai kepada kekekalan, akan belajar dan bekerja dengan tujuan sampai pada kekekalan. Dampaknya, yang dikerjakan bukan hanya bernilai sementara, tapi bernilai kekal (seperti yang sudah dilakukan oleh Lewis). Dan, kalau kita melihat sampai pada kekekalan, yang kita lakukan adalah standar kekekalan; yang terbaik dan termulia, yang akan kita persembahkan kepada Tuhan di Yerusalem Baru. Hal ini yang kita kejar, sesuai dengan kemampuan yang sudah Tuhan berikan kepada kita masing-masing.
Masih adakah orang-orang Kristen yang belajar semua ilmu, menggalinya, menemukannya, mengembangkannya dan mempersembahkan semuanya untuk sumber dari semuanya itu dan bagi kemuliaan Allah? Sejarah akan membuktikannya, Tuhan akan terus-menerus membangkitkan orang-orang pilihanNya yang sudah ditebusNya dengan harga yang sangat mahal. Karena kita ini buatan Allah, diciptakan dalam Kristus Yesus untuk melakukan pekerjaan baik, yang dipersiapkan Allah sebelumnya. Ia mau, supaya kita hidup di dalamnya.

Whatever you do, learn heartily, as for the Lord and not for men

Thursday, April 26, 2007

Imagine

Imagine adalah lagu yang dirilis pada tahun 1971 oleh John Lennon, menjadi salah satu lagu yang sangat populer dan disukai oleh banyak orang. Menurut Lennon, lagunya sebenarnya adalah anti-religious, anti-nationalistic, anti-conventional, anti-capitalistic, tetapi ternyata tetap bisa terima karena dibuat manis. Diinspirasikan oleh pergumulan Yoko Ono di Jepang yang mengalami Perang Dunia II, tetapi Yoko Ono mengatakan bahwa apa yang ditulis oleh Lennon adalah apa yang dipercayai oleh Lennon, bahwa kita adalah satu negara, satu dunia dan satu umat.
Apakah lirik lagu ini hanya sekedar utopia? Mimpi yang tidak akan pernah menjadi kenyataan? Ataukah hanya sekedar pemberontakan dari dunia yang semakin rusak dan berdosa? Bagaimana Alkitab melihat utopianya John Lennon?

Imagine there's no Heaven
It's easy if you try
No hell below us
Above us only sky
Imagine all the people
Living for today

Imagine there's no countries
It isn't hard to do
Nothing to kill or die for
And no religion too
Imagine all the people
Living life in peace

You may say that I'm a dreamer
But I'm not the only one
I hope someday you'll join us
And the world will be as one

Imagine no possessions
I wonder if you can
No need for greed or hunger
A brotherhood of man
Imagine all the people
Sharing all the world


Kemudian dari pada itu aku melihat: sesungguhnya, suatu kumpulan besar orang banyak yang tidak dapat terhitung banyaknya, dari segala bangsa dan suku dan kaum dan bahasa, berdiri di hadapan takhta dan di hadapan Anak Domba, memakai jubah putih dan memegang daun-daun palem di tangan mereka.
Wahyu 7:9

1 Lalu aku melihat langit yang baru dan bumi yang baru, sebab langit yang pertama dan bumi yang pertama telah berlalu, dan lautpun tidak ada lagi. 2 Dan aku melihat kota yang kudus, Yerusalem yang baru, turun dari sorga, dari Allah, yang berhias bagaikan pengantin perempuan yang berdandan untuk suaminya. 3 Lalu aku mendengar suara yang nyaring dari takhta itu berkata: "Lihatlah, kemah Allah ada di tengah-tengah manusia dan Ia akan diam bersama-sama dengan mereka. Mereka akan menjadi umat-Nya dan Ia akan menjadi Allah mereka. 4 Dan Ia akan menghapus segala air mata dari mata mereka, dan maut tidak akan ada lagi; tidak akan ada lagi perkabungan, atau ratap tangis, atau dukacita, sebab segala sesuatu yang lama itu telah berlalu."
Wahyu 21:1-4


Dibandingkan dengan apa yang dinyatakan di dalam Alkitab, ada bagian-bagian yang jelas bertentangan dan hanya mimpi John Lennon yang tidak akan pernah terwujud, tetapi ada juga bagian-bagian dari lagu itu yang akan terjadi. Misalnya: Surga dan Neraka, tidak bisa dibayangkan bagaimana kalau tidak ada Surga dan Neraka, dan manusia hanya hidup utk kesementaraan ini. Sesungguhnya dunia ini akan segera berubah menjadi neraka hanya dalam waktu yang singkat. Itu yang terjadi ketika manusia jatuh dalam dosa. Kitab Kejadian menggambarkannya. Kej 3 menggambarkan bagaimana jatuh dalam dosa, Kej 4 pembunuhan pertama terjadi, Kej 6 puncak dari keberdosaan, karena manusia hanya hidup bagi kesementaraan dan tidak takut akan apa yang akan terjadi sesudahnya, tidak perlu Allah. Sesungguhnya, bukan kedamaian yang akan didapatkan, justru Neraka.

Tetapi, ada bagian-bagian lagu yang sebenarnya akan terwujud. Yaitu, tidak ada pembunuhan, tidak ada peperangan karena ingin merebut tanah (daerah orang lain), tidak ada agama-agama yang berbeda dan berperang, tidak ada yang rakus dan kelaparan, dunia menjadi kumpulan dari satu persaudaraan yang saling mengasihi dan hidup dengan damai. Sayang sekali hal-hal ini tidak akan terjadi di dunia yang berdosa ini, melainkan terjadi di surga/langit dan bumi yang baru (yang ingin dihilangkan oleh Lennon). Ini bukan mimpi, tapi Alkitab sudah mengatakan semuanya sebelum John Lennon bermimpi karena tidak bisa menerima kenyataan dunia yang berdosa.

Sesungguhnya, penyertaan Allah yang bisa membuat segala sesuatunya menjadi lebih baik. Ketika Allah diam bersama-sama dengan manusia, Ia menjadi Allah kita dan kita menjadi umatNya maka segala kesulitan hidup dalam dosa dan penderitaan tidak akan ada lagi. Dunia ini menjadi rusak, berdosa, penuh dengan penderitaan karena manusia ingin hidup sendiri tanpa Allah. Bahkan orang-orang yang mengaku beragama yang kemudian menanamkan benih-benih permusuhan dan kebencian, sebenarnya adalah orang-orang yang hanya ingin hidup bagi dirinya dan alirannya sendiri. Termasuk para Atheist yang ternyata juga mempunyai kebencian yang sangat besar dan memusuhi orang-orang yang beragama. Beragama dan tidak beragama, ternyata tidak menyelesaikan permasalahan dunia ini. Hanya menambah permasalah, persoalan dan penderitaan dunia ini. Allah yang akan datang kembali dan diam dengan umatNya, satu-satunya yang bisa membereskan semuanya ini. Allah yang menyatakan keadilan, tetapi juga adalah Allah yang mengasihi. Masalahnya, siapa yang percaya kepada Allah seperti ini?

Allah yang dinyatakan dalam Alkitab adalah Allah yang merencanakan, mencipta, memelihara dan menyempurnakan. Apa yang terjadi di dalam dunia ini, tidak pernah terlepas dari kedaulatan Allah. Ia sudah menyiapkan kesempurnaan dari semua ciptaanNya yang saat ini sedang di dalam proses waktu menuju kepada kesempurnaan itu. Kedatangan Yesus Kristus yang pertama kali ke dunia sudah memberikan jaminan bahwa Allah menyertai manusia dan kita sesungguhnya tinggal menunggu kedatangan Kristus yang kedua kali, dimana terjadi kegenapan dari keseluruhan bayang-bayang kesempurnaan di dalam kekekalan yang sudah dinyatakan kepada kita. Langit dan bumi yang baru, bukan lagi hanya suatu utopia, tetapi suatu kepastian. Bumi yang baru dimana tidak ada lagi peperangan, penderitaan, kebencian dan permusuhan, sakit-penyakit akan betul-betul kita alami. Bumi yang penuh dengan cinta kasih, persahabatan, persaudaraan, semuanya berada di dalam satu keluarga bersama-sama hanya memuji dan menyembah satu Allah sampai selama-selamanya...

Bayangkanlah semua itu akan terjadi, bukan di dunia yang berdosa ini, tetapi di bumi yang baru. Kalau begitu, apa artinya bumi yang berdosa ini? Tidak ada artinya sama sekali kita hidup di bumi ini? Memang hidup di bumi yang berdosa ini tidak ada artinya bila dibandingkan dengan hidup di bumi yang baru. Tetapi, kehidupan di bumi yang berdosa dan sementara ini adalah persiapan kepada hidup kekal di bumi yang baru. Artinya, kehidupan yang sementara ini ternyata penting untuk belajar bagaimana bisa menerima perbedaan negara, suku, ras, denominasi dan berbagai macam perbedaan yang lain, untuk bisa saling mengasihi sebagai satu keluarga Allah yang akan bersama-sama hidup dalam satu persekutuan keluarga Allah untuk memuji, menyembah dan menikmati Allah sampai selama-lamanya. Hidup di dalam dunia sementara ini adalah proses yang terus berubah. Tetapi, hidup di bumi yang baru adalah akhir yang akan sampai selama-lamanya. Itu sebabnya, jangan salah membayangkan. Yang terjadi dalam kesementaraan, terimalah sebagai realita yang memang harus dialami, tetapi ada kesempurnaan yang akan terjadi di dalam kekekalan.

Bayangkanlah apa yang bisa terjadi di dalam kesementaraan ini dan apa yang akan terjadi di dalam kekekalan...Ada Alkitab yang memberikan jawabannya. It's easy if you try...

You may say that I'm a dreamer
But I'm not the only one
I hope someday you'll join us
And the (new) earth will be as one