Ayat Hari Ini:

Showing posts with label Yeremia. Show all posts
Showing posts with label Yeremia. Show all posts

Monday, October 1, 2007

Tipuan Masa Depan

Sebenarnya saya pernah menyinggung bagian firman ini. Tapi, akhir2 ini jadi sering dipakai di dalam kotbah2, jadi lebih baik dibahas lagi secara terpisah.

Sebab Aku ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada pada-Ku mengenai kamu, demikianlah firman TUHAN, yaitu rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan.
Yer 29:11

Tipuan Pengharapan untuk Masa Depan
Banyak orang yang hidup di dunia ini tidak menyadari bahwa dirinya sedang ditipu dengan pengharapan akan masa depan. Ada yang mengorbankan waktu, masa muda, keluarga, kehormatan, dll, demi utk mengejar masa depan yang dianggapnya penuh dengan pengharapan. Sesudah memasuki masa tua, baru umumnya orang-orang itu mulai sadar bahwa yang mereka kejar dan yang sudah mereka korbankan ternyata bukan untuk masa depan, tetapi untuk masa lalu. Karena apa yang sudah didapatkan, satu persatu harus ditinggalkan dan dilepaskan. Entah itu jabatan dan posisi (mungkin akan mengalami post power syndrom), ditinggalkan orang-orang yang dikasihi (isteri, anak, sahabat, dll), lebih gampang sakit (tidak seperti waktu masih muda), dan hidup sepertinya tanpa harapan bagi sebagian orang yang diijinkan kehilangan banyak hal dalam hidupnya dan ditinggal sendiri. Di mana masa depan itu? Banyak orang-orang yang menjadi kaya dan terkenal begitu sombong di dalam kejayaannya. Mereka merasa masa depan dan pengharapan untuk mereka. Tetapi, di mana kesombongan mereka ketika mereka sakit dan akan mati? Di mana kesombongan mereka ketika mulai merasa tidak berdaya dalam hidupnya? Kesombongan dan kejayaan mereka hanyalah masa lalu yang ditelan oleh waktu. Di mana masa depan mereka? Kalau tidak ada anugerah Allah untuk pertobatan, maka masa depan mereka adalah NERAKA.

Masa Depan dan Pengharapan
Dalam terjemahan LAI langsung digabung menjadi 'hari depan yang penuh harapan.' Dalam bahasa aslinya (Ibrani) sebenarnya merupakan dua kata, yaitu 'masa depan (future)' dan 'pengharapan'. Kesalahan dari kebanyakan orang yang membaca dan menafsirkan ayat ini, hanya melihat nuansa kesementaraan dan tidak menghubungkannya dengan kekekalan. Padahal kata yang dipakai berhubungan dengan kekekalan.
Saya membayangkan sebagai orang Israel yang berada di pembuangan (Babel) yang mendengarkan kalimat dari nabi Yeremia, seharusnya bertanya kapan masa depan itu? 50 tahun yang akan datang, sesudah penghukuman itu selesai? Jangan-jangan sebagian dari orang Israel sudah meninggal (termasuk Daniel dan rekan2nya!?) dan tidak kembali lagi ke Israel!
Itu sebabnya, masa depan dan pengharapan itu sebenarnya bukan hanya bergantung dari waktu yang akan datang. Tapi, waktu-waktu yang akan mereka jalani di dalam pembuanganpun adalah masa depan dan pengharapan jika dihubungkan dengan kekekalan yang merupakan masa depan yang sejati. Sejak di Babel, orang Israel belajar untuk menyembah satu Allah saja dan tidak ada lagi ilah2 lain di hadapan mereka. Ini adalah masa depan orang Israel, karena mereka akan terus beribadah kepada Allah sampai selama-lamanya.

Masa Lalu menjadi Masa Depan
Kalau hidup di dunia ini semuanya akan berlalu, maka di dunia ini seharusnya tidak ada masa depan. Semua yang belum terjadi, suatu saat akan terjadi dan dilewati menjadi masa lalu. Ada yang akan diingat di dalam sejarah dan ada yang akan sia-sia. Kalau begitu, di mana masa depan yang sejati?
Di dalam Kristus, kesementaraan ini sudah dikaitkan dengan kekekalan. Maka segala hal yang kita kerjakan di dalam kesementaraan ini sebagai persiapan untuk kekekalan. Waktu-waktu yang kita pakai untuk menyembah dan memuliakan Allah dengan cara menggenapkan dan menyelesaikan tugas yang dibebankan kepada kita di dunia ini, adalah waktu-waktu yang akan berlalu di dalam sejarah dunia ini. Tapi, akan tetap diingat di dalam kekekalan sampai selama-lamanya. Itu sebabnya, masa lalu yang akan berlalu di dalam waktu, bisa menjadi masa depan yang tidak akan berlalu di dalam kekekalan.
Kekekalan adalah masa depan yang sejati. Karena di dalam kekekalan, tidak ada yang akan berlalu. Adakah hal-hal yang kita kerjakan berhubungan dengan Allah yang kekal dan masa depan yang kekal dan penuh pengharapan?

Monday, February 19, 2007

I did it HIS Way

"And now, as tears subside, I find it all so amusing..."
"To think, I did all that, and may I say, not in a shy way"
"Oh no, oh no not me, I did it my way"


Pernah baca atau denger lagu ini? Ditulis oleh Paul Anka ke dalam bahasa Inggris dari versi aslinya bahasa Perancis Comme d'habitude. Kemudian lagu ini menjadi sangat populer melalui Frank Sinatra. Lagu ini bercerita tentang seorang pria yang sudah mendekati kematian dan mulai evaluasi hidupnya yang diceritakan kepada sahabatnya. Dan dengan bangga dia menceritakan semuanya.. Bagaimana dengan saya? Banggakah saya dengan 'my way' pada saat menjelang kematian? What about you my friend? Are you in the correct way?

8 Sebab rancangan-Ku bukanlah rancanganmu, dan jalanmu bukanlah jalan-Ku, demikianlah firman TUHAN. 9 Seperti tingginya langit dari bumi, demikianlah tingginya jalan-Ku dari jalanmu dan rancangan-Ku dari rancanganmu.
Yes 55:8-9

11 Sebab Aku ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada pada-Ku mengenai kamu, demikianlah firman TUHAN, yaitu rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan.
Yeremia 29:11


Siapapun manusia karena kejatuhan dalam dosa membuat kita tidak ingin melibatkan Tuhan dalam rencana, rancangan dan jalan-jalan kita. Kecuali ketika kita melihat rancangan kita sangat sulit untuk terjadi, ataupun hidup kita ini selalu gagal, maka kita biasanya berpaling kepada Tuhan untuk meminta Dia menggenapi rencana kita dan membuat kita berhasil.

Banyak orang mengatakan ingin mencari dan melakukan kehendak Allah. Sebenarnya hanya ingin memanfaatkan Allah untuk melakukan kebaikan baginya. Sangat sedikit orang-orang yang ingin melakukan kehendak Allah apalagi sampai harus mengorbankan dirinya sendiri.. Dalam agama-agama, sebagian orang yang mengorbankan diri sendiri, biasanya motivasinya sangat egois. Seolah-olah ingin berkorban bagi Allah, tapi ada iming2 kenikmatan dan kebahagiaan atau balasan dan upah yg lebih yang bisa didapatkan sesudah berkorban.

Dalam Alkitab, kalau melihat contoh-contoh yang benar, biasanya jauh berbeda dengan praktek-praktek yang sangat egois yang dilakukan oleh sebagian orang Kristen. Alkitab bicara tentang anugerah, semuanya sudah disediakan dan diberikan kepada kita (already), tapi dalam kesementaraan masih harus menunggu kegenapannya (not yet). Kehendak ALlah yang diberikan kepada manusia, semuanya yg diperlukan oleh manusia sudah dibukakan kepada manusia dalam Alkitab. Prinsip-prinsip dan nubuat2 yang pasti akan terjadi pada waktunya. Tapi, banyak orang Kristen tidak/belum bisa melihat hal ini. Lebih banyak menginginkan kehendak Allah yang tersembunyi, yang mungkin tidak akan dibukakan ataupun yang belum waktunya dibukakan.
Maka ketika berdoa dan meminta sesuatu, biasanya memaksakan keinginan dan kehendak, bahkan 'memaksa' Allah untuk melakukan dan memenuhinya. Bukannya berusaha melihat bagaimana cara Allah bekerja, prinsip2Nya dan menunggu apa yang sudah ditetapkan akan digenapi dan hidup dalam rencana yang digenapi. Dengan memaksa kita membawa rancangan2 kita, jalan-jalan kita, yang dalam sepanjang sejarah dan kalau kita membandingkan dengan Alkitab, sebenarnya jelas2 jauh, sangat berbeda dan bahkan bertentangan dengan rancangan dan jalan2 Allah. Sebagian orang Kristen sesudah menyatakan keinginan dan rancangannya, menutupnya dengan doa Tuhan Yesus, "bukan kehendakku, tapi kehendakMulah yang jadi" Kelihatannya sangat rohani, padahal mungkin tidak mengerti maksud doa Tuhan Yesus.
Doa Tuhan Yesus dalam Luk 22:42, bukan dalam pengertian Kristus tidak mengetahui kehendak Bapa. Tuhan Yesus mengetahui kehendak Bapa, tapi Dia tetap menyatakan keinginanNya untuk mengajarkan kepada kita bagaimana keinginan dan kehendak kita seharusnya tunduk kepada kehendak Bapa. Tapi, sebagian orang yang berdoa seperti doa Tuhan Yesus, tidak tahu kehendak Bapa, dan hanya menutup doanya dengan kalimat itu untuk menunjukkan bahwa mereka tidak memaksa kepada Bapa. Sesudah selesai berdoa tetap tidak tahu kehendak Bapa dan tidak ada perubahan dalam kehendaknya apalagi ingin melakukan kehendak Bapa.. Ah.. terlalu jauh dari kebenaran, dan lebih dekat dengan kemunafikan..

Firman Tuhan, rancangan dan jalanNya jauh sekali berbeda dari rencana dan jalan kita. Bukan hanya itu, tapi rancangan Tuhan adalah rancangan damai sejahtera (syalom), bukan kejahatan dan memberikan hari depan yang penuh harapan.
Maka, kalau hidup kita penuh dengan segala kejahatan, sebagian besar berasal dan akibat dari rancangan2 kita sendiri, di tambah dengan pekerjaan iblis dan pengikutnya dalam dunia yg berdosa ini.

Sebagian orang Kristen menafsirkan Yer 29:11, sebagai janji Tuhan bahwa dibalik segala kesulitan, bencana dan masalah, Tuhan akan memberikan hari depan yg lebih baik. Tapi, ternyata banyak orang Kristen yang tetap hidup dalam kesulitan, bencana dan musibah terus-menerus sampai mati. Kapan masa depannya? Dan mana masa depan yang penuh harapan?
Kata yang dipake dalam bahasa Ibrani untuk masa depan adalah 'achariyth {akh-ar-eeth'}. Kata ini sebenarnya bisa menunjuk kepada akhir zaman ataupun kepada kekekalan. Maka, seharusnya masa depan bukan di dalam bentuk kesementaraan. Karena pada akhirnya, semua yang kita pikir tentang masa depan adalah masa lalu pada saat kita akan mati. Contohnya: dari kecil/muda banyak orang berpikir tentang masa depan. Tetapi sesudah menjadi tua, tahun-tahun yang dipikirkan sebagai masa depan semuanya menjadi masa lalu. Dan kapan masa depan bagi orang-orang tua dan orang yang akan segera mati? Jawabannya pasti bukan dalam kesementaraan ini. masa depan yang sesungguhnya adalah kekekalan. Masa depan yang penuh harapan.
Tuhan sudah merancang semuanya bagi orang-orang pilihanNya, kalau kita mengerti, maka keadaan yang tersulit dalam hidup kita tidak akan mengubah dan menghilangkan damai sejahtera yang Tuhan anugerahkan kepada kita. Karena mata yang memandang kepada pengharapan kekekalan tidak bisa ditipu oleh fenomena kesementaraan, yang hari ini ada dan berlimpah, tapi besok bisa hilang dan menguap, karena banjir, gempa, tsunami, angin topan (dan bencana alam lainnya). Semasa jaya kita akan dapat semuanya, tapi ada waktunya kita akan kehilangan satu demi satu dan akhirnya kehilangan semuanya. Apapun itu. Orang-orang yang kita kasihi, keluarga, pekerjaan, jabatan dan kedudukan kita, materi dan benda-benda yang kita kasihi, lingkungan kita, apapun yang bisa kita pikirkan, kecuali kasih Tuhan dan Tuhan sendiri tidak akan pernah hilang dalam hidup kita (Rom 8:31-39). Itu sebabnya damai sejahtera tidak akan pernah hilang dalam rancangan Tuhan bagi kita.
Pertanyaannya, are you in His way? Have you done His way?
Kalau ada kesempatan untuk menyanyikan sebuah lagu sebelum mati (tentu saja saya pengen nyanyi banyak lagu:), salah satu yang akan dipilih adalah My Way), maka saya akan menyanyikan lagu ini, dengan sedikit perubahan:

"And now, as tears subside, I find it all so amusing..."
"To think, I did all that, and may I say, not in a shy way"
"Oh no, oh no not me, I did it HIS way"


Kotbah yang berhubungan dengan tema di atas. Download Kotbah