Ayat Hari Ini:

Thursday, March 15, 2007

The Opium of Positive Thinking

Beberapa bulan yang lalu, sempat beberapa kali ada kesempatan di hari Rabu-Kamis untuk nonton Audisi American Idol. Ribuan orang di beberapa kota di Amerika datang dengan mimpi-mimpi untuk menjadi seorang idol. Dan, kalau menjadi American Idol menjanjikan kesuksesan yang luar biasa. Kenyataannya lebih banyak yang bermimpi dan sangat kecewa dengan mimpinya yang tidak akan pernah menjadi kenyataan. Banyak peserta audisi yang sudah berlatih dan mempersiapkan diri dengan sangat baik (menurut mereka) dan merasa pasti bisa untuk menjadi seorang American Idol. Minimal dapat tiket ke Hollywood. Sudah memproyeksikan dirinya, percaya dengan banyak hal yang akan terjadi dengan pikirannya yang positif. Tapi, sesungguhnya kalau dilihat dengan akal sehat, sangat jauh dari klaimnya yang merasa akan berhasil. Mengapa banyak orang menipu dirinya sendiri?

Berdasarkan kasih karunia yang dianugerahkan kepadaku, aku berkata kepada setiap orang di antara kamu: Janganlah kamu memikirkan hal-hal yang lebih tinggi dari pada yang patut kamu pikirkan, tetapi hendaklah kamu berpikir begitu rupa, sehingga kamu menguasai diri menurut ukuran iman, yang dikaruniakan Allah kepada kamu masing-masing.
Rom 12:3

Beberapa alasan dari kesulitan dan kegagalan manusia adalah karena manusia terlalu percaya dengan positive thinkingnya. Banyak orang yang memimpikan terlalu jauh dibandingkan dengan yang seharusnya dilakukan di dalam beberapa hal. Sedangkan di dalam beberapa hal yang lain di mana seharusnya memikirkan lebih tinggi, ternyata tidak pernah sampai ke situ. Maka Rasul Paulus mengatakan perlu ukuran iman yang sudah dianugerahkan Allah kepada kita masing-masing. Nah, di sini masalahnya. Ukuran iman ternyata digantikan oleh positive thinking. Banyak orang tidak ingin melihat ukuran iman itu, tetapi lebih ingin melihat apa yang diinginkan untuk melepaskan dirinya secepat mungkin dari segala kesulitannya dan secepatnya bisa menikmati segala kenikmatan yang kelihatannya mungkin untuk dijangkau dengan iman.
Jadi, sebenarnya banyak orang yang merasa sedang memikirkan ukuran imannya, sebenarnya melupakan kata-kata sebelum 'menurut ukuran iman', yaitu kata 'menguasai diri.' Dalam bahasa Yunaninya, Rasul Paulus menggunakan dua kata phronein dan sophronein, yang artinya berpikir dan melatih dalam mengontrol pikiran/diri. Di zaman sekarang ini, banyak orang yang mengatakan bahwa ia beriman bahwa segala sesuatu yang dipikirkan akan terjadi, hanya menunjukkan bahwa ia tidak bisa mengontrol dirinya akan segala keinginan yang diharapkan segera terjadi. Jauh sekali berbeda dengan apa yang dimaksudkan oleh Rasul Paulus. Positive Thinking sudah membius dan mengikat banyak orang, bagaikan candu, ditengah kesulitan dan pergumulan seolah-olah jalan keluarnya hanyalah dengan berpikir positif yang cenderung menipu dan memanipulasi.
Seharusnya kita berlatih untuk menerima keadaan dan belajar melihat bahwa keadaan sekarang, selama masih ada waktu dan kesempatan serta anugerah dari Tuhan, maka keadaan itu bukan akhir dari segalanya. Jadi belajar menerima keadaan. Yang harus terjadi dan yang harus ditanggung, haruslah ditanggung. Ketika kita harus kehilangan mimpi-mimpi, barang-barang dan bahkan orang-orang yang kita kasihi, kita harus menerima kenyataan itu. Pemikiran kita yang positif tidak akan mengembalikan semuanya.
Seharusnya juga kita melihat masa depan bukan hanya berdasarkan keinginan kita, tetapi menghubungkannya dengan seluruh rencana Allah dan membuka mata melihat sejarah yang sedang berlangsung. Kalau mata kita betul-betul terbuka, maka seharusnya kita makin pesimis dan bukan optimis dengan dunia ini. Karena dosa lebih merajalela, orang yang betul-betul bersaksi semakin sedikit. Bahkan banyak orang Kristen yang hanya hidup untuk dirinya ambisinya, keluarganya, gerejanya dan tidak ingin melihat keseluruhan Kerajaan Allah. Harusnya keadaan ini tidak bisa membuat kita positive thinking. Kecuali kalau kita lari dari kenyataan atau ingin lari dari kenyataan. Tetapi, semuanya belum berakhir, ada rencana Tuhan yang indah bagi umat pillihanNya. Dan seharusnya di dalam kepesimisan yang paling dalam kita tetap bisa melihat anugerah dan pemeliharaan Allah yang terus bekerja. Itu sebabnya dunia ini tidak segera berubah menjadi neraka sesudah manusia jatuh dalam dosa dan makin bertambah jahat.
Maka, bagi saya seharusnya kita belajar untuk mengerjakan apa yang sudah dibukakan oleh Tuhan saat ini, sambil memikirkan apa dampaknya sampai kepada kekekalan. Dan kemudian melakukan lagi apa yang telah kita pikirkan sampai pada kekekalan. Pelajaran ini tidak akan membuat kita tertipu dengan fenomena dan keinginan kita yang begitu mencintai diri sendiri dan hanya menginginkan diri kita sendiri yang bahagia. Tuhan justru akan membuat kita semakin jelas dengan segala hal yang terus dibukakanNya kepada kita, karena Dia sudah mempersiapkan semuanya.
Semoga Allah kita terus menganugerahkan iman kepada kita untuk melihat segala sesuatu di dalam rencanaNya dan kita hidup terus-menerus di dalam pekerjaan baik yang dipersiapkan Allah sebelumnya.

I don't know about tomorrow,
I just live from day to day.
I don't borrow from it's sunshine,
For it's skies may turn to gray.
I don't worry o'er the future,
For I know what Jesus said,
And today I'll walk beside Him,
For He knows what is ahead.

I don't know about tomorrow,
It may bring me poverty;
But the One Who feeds the sparrow,
Is the One Who stands by me.
And the path that be my portion,
May be through the flame or flood,
But His presence goes before me,
And I'm covered with His blood.

Many things about tomorrow,
I don't seem to understand;
But I know Who holds tomorrow,
And I know Who holds my hand.


Words and Music by Ira Stanphill

0 Komentar:

Post a Comment