Ayat Hari Ini:

Showing posts with label 7 Perkataan Salib. Show all posts
Showing posts with label 7 Perkataan Salib. Show all posts

Wednesday, April 4, 2007

Sudahkah Selesai?

Menjelang Jumat Agung dan Paskah, biasanya kita terus diingatkan kembali bagaimana penderitaan, kematian dan kebangkitan Kristus untuk menebus dosa-dosa kita. Semua orang percaya mengerti bahwa Kristus sudah menyelesaikan semua dosa kita dan kita bersyukur atas semuanya itu.
Tetapi, tetap saja banyak pengertian yang salah terhadap penebusan yang dilakukan oleh Kristus. Dan masih banyak pertanyaan yang muncul, kalau Kristus sudah menyelesaikan dosa-dosa saya, kenapa saya masih berbuat dosa? Dosa yang mana yang ditebus oleh Kristus? kalau semua dosa saya sudah diampuni, mengapa saya masih harus berkali-kali minta ampun terhadap dosa-dosa yang masih dilakukan? Apakah betul semuanya sudah selesai di atas kayu salib?

Sesudah Yesus meminum anggur asam itu, berkatalah Ia: "Sudah selesai." Lalu Ia menundukkan kepala-Nya dan menyerahkan nyawa-Nya.
Yoh 19:30

Sudah selesai di dalam bahasa Yunaninya adalah tetelestai, dari akar kata teleo. Kata teleo berarti saya melepaskan kehendak pribadi untuk menyelesaikan satu tugas yang dibebankan. Sedangkan kata tetelestai adalah kata kerja indikatif perfect passive. Yang seharusnya diterjemahkan bahwa kehendak sudah diambil dan tugas yang dibebankan sudah diselesaikan dan digenapi. Dan mempunyai akibat yang terus-menerus sampai sekarang ini (karena nuansa dari kata kerja perfect).
Dari pengertian kata tetelestai, maka seharusnya kita bisa melihat tentang ada pergumulan dalam kehendak pribadi sebelum peristiwa penebusan, dan ada tugas yang dibebankan yang harus diselesaikan.
Seharusnya kita balik lagi ke Taman Getsemani, ketika Tuhan Yesus bergumul antara kehendakNya dengan kehendak Bapa. Tuhan Yesus kemudian melepaskan kehendakNya dan masuk di dalam kehendak Bapa. Mengapa Tuhan Yesus juga bergumul dengan masalah kehendakNya? Bukankah Ia adalah Allah dan manusia yang tidak berdosa seharusnya kehendakNya sesuai dengan kehendak Bapa? Agak mirip dengan penafsiran2 yang lain, sepertinya Ia sedang mengalami pencobaan. Dan tentu saja untuk mengajarkan bagaimana seharusnya bergumul di dalam melakukan kehendak Allah. Banyak orang percaya yang merasa sudah mengerti pergumulan ini, tetapi dalam prakteknya sulit untuk melakukan apa yang menjadi kehendak Bapa. Terlalu banyak keinginan dan kehendak kita yang ingin kita lakukan dan berharap disetujui oleh Tuhan; terlalu sulit untuk mengerti apa yang menjadi kehendak Tuhan melalui firman; dan terlalu kurang iman untuk melakukan prinsip-prinsip yang dibukakan melalui firman. Sepertinya kita selalu merasa tidak sanggup untuk melakukan semuanya itu. Padahal justru ketidaksanggupan kita yang menjadi alasan kenapa kita bisa hidup dan bertahan sampai saat ini. Apa kita sanggup? Bukankah justru karena ada anugerah Tuhan!
Apakah semua kehendak kita pasti salah dan bertentangan dengan kehendak Allah? Mengapa kita harus meninggalkan apa yang menjadi kehendak dan keinginan kita? Tidak tentu semua keinginan dan kehendak kita pasti bertentangan dengan kehendak Allah, tetapi kita harus mengerti dan menyadari bahwa kita asalnya adalah orang berdosa dan buta di dalam kegelapan dosa. Jaminan apa yang bisa menegaskan bahwa kehendak kita lebih banyak sesuai dengan kehendak Allah? Secara logika, pasti lebih banyak tidak berkenan dihadapan Allah. Kita bisa mengerti akan hal ini kalau kita melihat kepada firman. Kita akan menemukan bahwa terlalu banyak keinginan dan kehendak kita sangat jauh dari apa yang menjadi kehendak Allah. Apalagi ditambah dengan pencobaan2 dari Iblis, dunia dan keinginan hati kita yang tentu saja ingin melawan kehendak Allah. Maka hidup ini adalah perubahan dari kehendak-kehendak kita yang harus dibersihkan dan dilepaskan untuk bisa melakukan apa yang menjadi kehendak Bapa. Semakin kita dibersihkan dari kehendak kita yang menyimpang, semakin jelas kita melihat kehendak Allah dan pekerjaan baik yang dipersiapkan Allah bagi kita untuk menggenapinya.
Tuhan Yesus sudah menyelesaikan tugasNya di dunia. Dan Ia memuliakan Bapa dengan tugas yang dikerjakanNya. Ia sudah menyelesaikan tugas untuk menebus dosa-dosa orang pilihan dengan menderita dan mati di atas kayu salib. Semua dosa orang pilihan, sampai yang belum dilakukan sekalipun sudah ditebus dan dibereskan. Tidak ada hutang lagi! Tidak perlu lagi ada domba yang dikorbankan, karena Anak Domba Allah sudah menggenapinya. Tidak perlu lagi Imam untuk datang kepada Allah mewakili kita, karena kita mempunyai Imam Maha Besar dan kita juga berfungsi kembali sebagai imam.
Kalau semua dosa kita sudah dibereskan, kenapa kita masih berbuat dosa? Karena dari sisi Allah melihat kita, semuanya sudah beres, kita bukan orang berdosa lagi. Tetapi dari sisi kita berespon kepada Allah, ternyata belum selesai. Meskipun Kristus sudah mati untuk kita sebelum kita lahir, tetapi keselamatan dan penebusan dosa itu berlaku saat kita diselamatkan dan doa minta pengampunan yang harus kita panjatkan sampai kita bertemu dengan Allah, dimana kita menjadi sempurna. Kita masih di dalam waktu, ada proses perubahan dari orang berdosa menjadi orang yang kudus sepenuhnya. Di satu sisi kita sudah dikuduskan melalui Kristus, tetapi di sisi yang lain kita masih perlu dikuduskan untuk sesuai dengan status kita yang sudah dikuduskan. Itu sebabnya dalam bahasa Yunani tetelestai memakai kata kerja dalam bentuk perfect. Hanya terjadi satu kali dan sudah selesai, tetapi berdampak terus-menerus sampai sekarang. Ada yang already dan ada yang not yet.
Maka pertanyaan bagi kita, apakah dalam hidup kita menggenapkan apa yang sudah dikerjakan Kristus bagi hidup kita? Apakah kita menunjukkan bahwa hidup kita ini adalah hidup yang terus dikuduskan dan terus terjadi perubahan yang lebih baik untuk menggenapkan kehendak Allah? Hal-hal apa yang seharusnya sudah ditinggalkan dan dibereskan untuk melakukan kehendak Allah yang lain lagi yang sudah disiapkan bagi kita? Banyak orang terlalu mencintai masa lalu dan tidak ingin beranjak kepada masa depan yang sejati. Kalau masa lalu yang dilihat adalah apa yang dilakukan oleh Kristus untuk hidup kita, maka yang kita lihat adalah masa depan. Tetapi, kalau masa lalu yang kita lihat hanyalah keberdosaan, kehendak dan keinginan kita yang terus bertentangan dengan kehendak Allah, maka kita sedang menyia-nyiakan hidup ini. Mata kita seharusnya memandang kepada Kristus yang sudah menyelesaikannya (past) dan memandang kepada Kristus yang pasti akan menyempurnakannya (future).
Tetelestai juga seharusnya menjadi jaminan bagi orang percaya bahwa ada kemenangan di dalam peperangan dengan dosa. Kristus sudah menyelesaikan semuanya, kita diajak untuk melihat penggenapan apa yang dilakukan oleh Kristus di dalam hidup kita. Peperangan yang sudah dimenangkan oleh Kristus, yang kuasaNya menyertai kita untuk menang dalam peperangan dan menyelesaikan tugas kita. Sudahkah kita melihat kuasa Kristus bekerja di dalam hidup kita? Kuasa yang membuat kita menang dalam peperangan melawan dosa, kuasa yang membuat kita bersyukur bahwa Kristus sudah menyelesaikannya.
Mari kita bersyukur untuk apa yang sudah Kristus selesaikan dan kita hidup di dalam anugerah itu, melihat perubahan yang terus terjadi di dalam hidup kita dan bersiap menuju kesempurnaan. Meninggalkan apa yang harus kita lepaskan dan tinggalkan dan melakukan apa yang Tuhan kehendaki bagi kita, menyelesaikannya untuk kemuliaan Allah.

Wednesday, March 28, 2007

Pengalaman Neraka

Pengalaman berada di dalama neraka pastilah tidak enak. Banyak orang yang tidak percaya kepada Allah justru menyukai neraka, karena berpikir bahwa mereka bebas melakukan dosa-dosa yang mereka sukai. Mereka tidak bisa melihat penderitaan dan kesulitan yang akan dialami di dalam api neraka. Konsep tentang dosa dan murka Allah tidak ada di dalam pikiran orang-orang seperti itu. Kalau di dalam dunia ini, perbuatan yang salah dihukum dan bahkan di penjara dengan segala keterbatasan, mungkinkah di dalam neraka orang-orang berdosa akan mendapatkan segala keinginannya? Apakah mereka bisa bebas berbuat dosa? Apakah mereka menganggap sepi murka Allah dan api neraka yang harus ditanggung? Seharusnya pengalaman neraka di atas kayu salib bisa dimengerti oleh mereka.

Sesudah itu, karena Yesus tahu, bahwa segala sesuatu telah selesai, berkatalah Ia supaya genaplah yang ada tertulis dalam Kitab Suci :"Aku haus!"
Yoh 19:28

Membaca dan membayangkan kalimat Tuhan Yesus yang berkata tentang rasa hausNya, sebagian berpikir bahwa Tuhan Yesus kekurangan cairan. Berjam-jam di salib, sesudah dianiaya selama berjam-jam, memang seharusnya terjadi dehidrasi. Tetapi rasa haus ini seharusnya adalah rasa haus yang berbeda. Tuhan Yesus tidak secengeng itu, setelah melewati penderitaan dan penganiayaan yang tiada taranya, apakah mungkin Ia berubah menjadi cengeng dan minta minum?

Selain itu sebagian juga melihat bahwa kalimatNya hanya untuk menggenapkan nubuat yang ada di dalam Perjanjian Lama. Memang benar kalimat itu adalah penggenapan dari Mazmur 69:22 (ay.21 dlm versi bhs Inggris). Pertanyaannya, apa hubungannya dengan penyaliban Kristus? Hanya sekedar penggenapan dan tidak ada arti sama sekali dengan rencana penebusan?

Saya mencoba menafsirkan dengan cara berbeda, selain berbicara tentang penggenapan nubuat PL (meskipun mungkin bisa jatuh ke dalam alegoris).

Hausnya Tuhan Yesus adalah haus yang berbeda dengan haus yang biasa dialami oleh orang-orang yang disalib. HausNya disebabkan karena meminum cawan murka Allah. Lho? Minum , ko haus? Karena cawan murka Allah yang diminum adalah sebagian dari neraka. Saya membayangkan bahwa bagian orang-orang pilihan yang harus ditanggung di dalam neraka, itulah yang ditanggung dan diminum oleh Tuhan Yesus. bayangkan api neraka yang harus diminum dan ditanggungNya. Ini merupakan pengalaman neraka yang tiada taranya, membuat Tuhan Yesus seharusnya mengalami kehausan yang tiada taranya juga. Kita bisa membandingkannya dengan pengalaman orang kaya di dalam cerita orang kaya dan Lazarus (Luk 16:24). Orang kaya yang berada di dalam neraka meminta kepada Abraham agar menyuruh Lazarus mencelupkan jarinya ke dalam air dan memberikan kepadanya. Kehausan seperti apa yang dialami orang kaya itu di dalam nyala api itu? Kristus mengalaminya berkali-kali lipat.

Kalimat "Aku Haus" juga mengingatkan kita apa yang akan terjadi terhadap orang-orang yang melawan Allah. Kalimat itu akan menjadi teriakan mereka selama-lamanya. saat mereka harus menanggung dosa-dosa mereka sendiri di dalam api neraka.
Mengingatkan kita juga, bahwa ada banyak orang pilihan yang masih hidup dalam dosa, sedang berada dalam kehausan. Kita sekarang tidak berada di dalam kehausan itu lagi. Kristus sudah menanggungnya untuk kita, seharusnya kita juga membawa sang Air Hidup yang bukan hanya menanggung kehausan kita, tetapi juga memberikan jaminan Air Hidup yang kekal yang memuaskan hidup kita sampai selama-lamanya.

Apakah Anda termasuk orang yang berada di dalam kehausan? Belajarlah dari perempuan Samaria yang merasa mempunyai air, tetapi sesungguhnya kehausan. Sampai bertemu dengan Tuhan Yesus yang adalah Air Hidup, maka ia bisa dipuaskan.

Friday, March 23, 2007

Turn Your Eyes Upon Jesus

Sejarah sudah mencatat begitu banyak peristiwa yang luar biasa. Satu-persatu di tulis dalam buku-buku sejarah, dijelaskan pengaruhnya di zaman itu dan zaman berikutnya. Ada satu peristiwa dalam sejarah yang tidak akan pernah terulang kembali, yang begitu luar biasa. Dimulai dari rencana Allah dalam kekekalan. Terus-menerus diceritakan dalam sejarah sejak manusia jatuh dalam dosa, dan akan dibicarakan terus sampai kembali kepada kekekalan. Sayangnya, sedikit orang yang betul-betul mengerti karena peristiwa itu sulit untuk dibayangkan dan dimengerti. Yang kita tahu dan bisa mengerti yaitu dampaknya terhadap hidup manusia di masa sebelum terjadi peristiwa itu dan sesudah peristiwa itu. Ya, hanya ada satu peristiwa yang berdampak terhadap sejarah hidup manusia sebelum peristiwa itu sekaligus berdampak terhadap keadaan manusia selanjutnya. Peristiwa apa itu???

45 Mulai dari jam dua belas kegelapan meliputi seluruh daerah itu sampai jam tiga. 46 Kira-kira jam tiga berserulah Yesus dengan suara nyaring: "Eli, Eli, lama sabakhtani?" Artinya: Allah-Ku, Allah-Ku, mengapa Engkau meninggalkan Aku?
Mat 27:45-46

Inilah peristiwa yang merupakan pusat dari sejarah dunia. Peristiwa yang sudah direncanakan di dalam kekekalan, dibicarakan dan berdampak terhadap hidup dan keselamatan orang-orang di dalam Perjanjian Lama, serta berdampak untuk hidup orang-orang di dalam Perjanjian Baru. Peristiwa penebusan dosa-dosa orang pilihan di atas kayu salib.
Sebelum teriakan Tuhan Yesus di atas kayu salib di dalam ay.46, Matius menceritakan terlebih dahulu ada peristiwa 3 jam kegelapan di dalam ay.45. Sebagian orang berpikir, apa maksudnya ayat ini? Sebagian lagi tidak memperhatikan sama sekali ayat ini. Apa artinya tiga jam kegelapan? Tiga jam kegelapan adalah saat di mana cawan murka Allah yang digumulkan oleh Tuhan Yesus di taman Getsemani harus diminumNya. Saat di mana murka Allah harus ditanggung oleh Tuhan Yesus. Di sini sebenarnya penghukuman untuk penebusan dosa-dosa orang pilihan dilakukan. Charles Spurgeon mengatakan bahwa ciptaan harus berduka selama tiga jam karena Pencipta yang tidak berdosa harus dihukum karena dosa-dosa ciptaanNya.
Itu sebabnya, di dalam ay.46 Tuhan Yesus berteriak, "AllahKu, AllahKu, mengapa Engkau meninggalkan Aku?" Dalam kalimat pertamaNya di atas kayu salib, Tuhan Yesus justru berkata memanggil Bapa dengan "Ya Bapa." Tetapi, kenapa saat di dalam perkataan keempat justru memanggil "Allahku" bahkan ditambahkan dengan "Engkau meninggalkan Aku"? Ada sesuatu yang terjadi saat itu, kenapa Bapa berpaling dari Anak? Hanya satu jawabannya, Bapa sedang menghukum Anak yang tidak berdosa. Hal ini sulit untuk dimengerti dan dibayangkan. Bapa meninggalkan Anak. Bapa menghukum Anak yang dikasihiNya dan yang tidak berdosa. Maka, lebih baik tidak dilanjutkan lagi pemikiran ini. Sampai di sini. Cuma bisa gentar, kagum dan takjub dengan rencana dan pelaksanaan kehendak Allah, serta jalan keluar bagi dosa-dosa manusia.
Mengapa Allah memakai rencana itu? Bukankah rencana itu membawa penderitaan yang tiada taranya bagi Kristus? Justru peristiwa ini ingin menunjukkan betapa seriusnya Allah dengan dosa yang membawa penderitaan kekal. Saat itu tidak sama dengan penderitaan yang dialami oleh orang-orang lain yang juga di salib. Semua yang di salib adalah orang berdosa. Tetapi Yesus Kristus tidak berdosa sama sekali. Sakitnya dua kali lipat. Yang lain di salib menanggung kesalahan sendiri. Tetapi Kristus di salib menanggung semua dosa-dosa orang pilihan. Kalau dosa satu orang harus dibalaskan dengan menderita di neraka sampai selama-lamanya, bagaimana dengan kumpulan dosa dari orang-orang pilihan? Seperti apa balasannya? Ini juga sulit untuk dibayangkan dan dimengerti. Apalagi penderitaan yang paling besar, yaitu ditinggalkan oleh Bapa. Lebih sulit lagi untuk dimengerti.

Teriakan Kristus bukan teriakan yang biasa diteriakkan oleh manusia waktu di dalam kesulitan, yang selalu bertanya kenapa Allah meninggalkan dirinya. Teriakan Kristus adalah satu-satunya yang valid dan mutlak, hanya Kristus yang layak bertanya seperti itu kepada Bapa. Sementara teriakan manusia, harusnya bertanya kepada diri sendiri, mengapa kita meninggalkan Allah? Dalam keadaan banyak berkat dan kesempatan, kita tidak bertanya, dimana Allah? Kita hanya memakai Allah untuk diri kita sendiri..!

Teriakan Kristus sebenarnya juga menjadi jaminan bagi orang-orang yang percaya kepadaNya untuk tidak perlu lagi mempertanyakan dan berteriak kepada Allah. Jika Kristus yang sudah menanggung dosa-dosa dan penderitaan kita yang seharusnya kita tanggung di atas kayu salib, maka Ia-pun yang terus menanggung dan menguatkan kita dalam segala penderitaan dan kesulitan kita. Kristus menanggung segala penderitaan sendirian, sedangkan kita menanggungnya bersama-sama dengan Kristus. Seberat apakah penderitaan kita, sehingga kita akan berteriak dan bertanya kepada Allah, Mengapa Engkau meninggalkan Aku?

Pelajaran lain yang kita bisa pelajari adalah tentang Doa. Tuhan Yesus sedang mengajarkan doa yang mustahil. Ketika kita berada di dalam hubungan yang erat dengan Allah, maka akan gampang untuk kita berdoa. Bagaimana kalau kita tahu bahwa Allah tidak akan mendengarkan kita dan sedang berpaling dari kita? Akankah kita berdoa?
Tuhan Yesus justru berdoa di saat Bapa berpaling dan meninggalkanNya. Bukankah doa ini tidak akan didengar? Ini memang tidak akan pernah terjadi di dalam hidup orang percaya. Karena relasi kita dengan Allah tidak akan terpisahkan. Tetapi ada saat-saat di dalam hidup kita, di mana kita merasa ditinggalkan (Allah tidak pernah meninggalkan kita, tetapi kita merasa seperti itu) atau saat-saat kita menjauh dan menghindar dari Tuhan, justru di dalam keadaan seperti itu kita perlu berdoa. Karena hanya Allah sumber segala kekuatan, yang bisa membuat kita mengerti tentang segala keadaan yang terjadi di dalam hidup ini yang kita sulit untuk mengerti. Dan Allah selalu mendengar doa anak-anakNya, bukan untuk mengikuti keinginan anak-anakNya, tetapi untuk mengajarkan dan menunjukkan jalan-jalanNya.

Apakah Saudara merasa hidup ini terlalu penuh dengan penderitaan? Apakah Saudara sudah terlalu jauh dari Tuhan sehingga sulit untuk berdoa? Pandanglah pada Yesus Kristus.

O soul, are you weary and troubled?
No light in the darkness you see?
There’s a light for a look at the Savior,
And life more abundant and free!

Turn your eyes upon Jesus,
Look full in His wonderful face,
And the things of earth will grow strangely dim,
In the light of His glory and grace.


Hel­en H. Lem­mel, 1922


Click di sini untuk seluruh syair dan lagunya

Thursday, March 22, 2007

The Family Connection

Ada satu tokoh yang dianggap oleh sebagian orang Kristen sebagai tokoh yang sangat penting di dalam hidup Yesus Kristus, yaitu ibunya, Maria. Tokoh yang dianggap begitu penting sampai ada yang memuja, berdoa (dianggap sebagai koneksi terdekat Tuhan Yesus) dan bahkan ada yang menyembahnya. Yang tidak menganggap sepenting itupun tetap memakai nama Maria untuk anaknya. Maka, mungkin salah satu nama wanita yang paling pasaran adalah nama Maria!?
Maria adalah perawan yang dinubuatkan di dalam Perjanjian Lama untuk melahirkan seorang Messias. Ia dipilih. dan dianggap paling berbahagia di antara para wanita. Bagaimana hubungan antara sang Ibu dengan Yesus Kristus pada saat di salib? Adakah seperti yang dipikirkan oleh orang-orang yang menyembahnya? Bagaimana Tuhan Yesus melihat posisi keluargaNya di dalam keadaan seperti itu?

26 When Jesus saw his mother and the disciple whom he loved standing nearby, he said to his mother, "Woman, behold, your son!" 27 Then he said to the disciple, "Behold, your mother!" And from that hour the disciple took her to his own home.
John 19:26-27 ESV

Ketika Tuhan Yesus melihat ibuNya, Ia justru tidak memanggil sebagai 'Ibu'. Tetapi memakai kata 'wanita'. Mengapa? Sepertinya ada jarak, ada suatu relasi yang harus terpisah. Maria adalah ibuNya, tetapi itu hanya selama di dunia. Maria bukan ibu dari Tuhan Yesus untuk selama-lamanya. Itu sebabnya di atas kayu salib, sang Ibu hanyalah seorang wanita biasa yang membutuhkan pertolongan dan perlindungan.
Meskipun secara relasi sudah berakhir dengan kematian Tuhan Yesus, tetapi secara tanggung-jawab, Tuhan Yesus tetap melihat cara untuk menolong ibuNya di dalam kesulitan. Maria mempunyai dua kesulitan.
Kesulitan yang pertama, Maria pertama bertemu dengan Malaikat yang menjelaskan bahwa ia akan melahirkan seorang Juruselamat, Anak Allah. Tetapi, kenyataan yang dilihat agak berbeda. Sang Anak yang tadinya sempat menjadi seorang Rabi yang terkenal dengan kuasa, mujizat dan pengajaranNya, ternyata malahan menderita, dihina, dan dihukum di atas kayu salib. Pasti banyak pertanyaan yang ada di dalam pikiran Maria, yang selalu menyimpan semuanya di dalam hatinya. Mengapa? Siapa yang akan memberi penjelasan dan menjawabnya?
Kesulitan yang kedua, untuk kebutuhan hidup sehari-hari Maria membutuhkan ada orang yang bisa membiayai hidupnya. Tuhan Yesus sebagai anak yang tertua yang seharusnya bertanggung jawab akan hal ini (ada kemungkinan Yusuf sudah meninggal, karena tidak pernah lagi disebutkan namanya dan adik-adik Tuhan Yesus mungkin juga tidak sanggup melakukannya). Siapa yang bisa membantu seorang wanita yang di dalam budaya orang Israel tidak mempunyai hak untuk warisan?
Maka ketika Tuhan Yesus mengatakan dua kalimat kepada Maria dan Yohanes, bukan Yohanes yang diserahkan kepada Maria, melainkan Yohanes diberikan tugas oleh Tuhan Yesus untuk membantu Maria dalam segala kesulitannya. Ini jelas sekali terlihat pada ay.27, "Dan sejak saat itu murid itu menerima dia di dalam rumahnya."
Yohanes yang harus memberikan penjelasa kepada Maria mengapa sang Mesias harus disalibkan (meskipun waktu itu Yohanes belum mengerti sepenuhnya). Tetapi itu yang menjadi tanggung jawab Yohanes, tanggung jawab rohani terhadap orangtua. Ada satu prinsip yang penting yang perlu dipelajari, sampai matipun Tuhan Yesus tetap bertanggungjawab terhadap kerohanian ibuNya. Banyak anak hanya melihat kebutuhan finansial dari orang tuanya dan biasanya melupakan tanggung jawab secara rohani. Bahwa orang tua bukan hanya membutuhkan uang saja, tetapi membutuhkan pertumubhan rohani, perhatian dan jawaban dari berbagai pergumulannya. Kepada siapa mereka harus menceritakan semuanya, kalau bukan kepada anaknya sendiri (selain kepada teman dan sahabat)?
Sesudah itu, baru tanggung jawab kedua, yaitu secara finansial. Anak bertanggungjawab terhadap orangtuanya bukan untuk membalas jasa. Sama seperti orangtua membesarkan anak bukan untuk mengharapkan jasa dan tidak perlu menuntut anak untuk membalas jasa-jasanya. Anak kalau bisa bertanggungjawab terhadap orangtua adalah anugerah Tuhan. Karena itu merupakan suatu kebahagiaan untuk bisa melakukan sesuatu yang berarti untuk orang yang kita kasihi dan mengasihi kita. Tanpa tuntutan sama sekali. Meskipun secara budaya, itu sudah dianggap lumrah kalau seorang anak berbakti kepada orangtuanya.
Dan Yohanes ternyata betul-betul menjalankan tugas yang dikehendaki oleh Tuhan Yesus. Kis 1:14 menjelaskan bahwa Maria dan saudara-saudara Tuhan Yesus ikut bersama-sama dengan para murid bertekun dan bersehati dalam doa bersama-sama. Maria dan saudara-saudara Tuhan Yesus yang tadinya tidak mengerti semuanya ini, malahan sekarang berada di dalam kumpulan cikal-bakal jemaat mula-mula. Dalam perkembangan selanjutnya kita bisa melihat bahwa saudara Tuhan Yesus seperti Yakobus dan Yudas, ternyata berdampak sangat besar di dalam perkembangan jemaat mula-mula.
Banyak orang yang menafsirkan bahwa Tuhan Yesus seolah-olah dalam hidupNya mengajarkan untuk meninggalkan keluarga dan tidak memprioritaskan keluarga. Seorang pelayan, semakin giat melayani, seharusnya semakin melupakan keluarganya. Akibatnya banyak keluarga dari pendeta dan pelayan yang aktif ternyata berantakan dan memalukan. Di atas kayu salib Tuhan Yesus tetap memperhatikan keluarga. Seharusnya di saat yang begitu genting dan penting, tidak perlu memikirkan keluarga. Karena saat itu justru sedang mendekati saat-saat murka Allah akan dicurahkan. Lebih baik konsentrasi kepada pelayanan yang begitu penting. Ternyata, Tuhan Yesus tetap memperhatikan keluarga, tetapi di dalam porsi yang benar. Bukan dengan meninggikan ibuNya, melainkan menunjukkan relasi ibu-anak yang harus dilepaskan dan tanggung jawabnya terhadap keluarga yang akan dilanjutkan orang lain.
Kalau kita belajar dari Tuhan Yesus, kita akan terlepas dari dualisme keluarga dan pelayanan. Keduanya adalah bagian dari pelayanan. Adakah hidupmu sebagai orang percaya berdampak dalam keluargamu dan tetap bertanggung jawab terhadap keluarga?
Dalam hal ini, saya masih harus banyak belajar dan mempraktekkannya.

Tuesday, March 20, 2007

Mujizat masih berlangsung?

Berada di dalam kesulitan yang terus-menerus, selalu ada masalah ataupun tidak ada jalan keluar dalam hidup ini, maka banyak yang melihat bahwa mujizat adalah jalan keluarnya. Mujizat membuat yang tidak mungkin dan menjadi mungkin. Dalam hidup manusia sangat menginginkan terjadi mujizat, khususnya kalau sudah merasa tidak sanggup lagi. Itu sebabnya berbagai tawaran untuk mendapatkan mujizat dalam sakit-penyakit, dalam kerja, dan dalam keseluruhan hidup, menjadi tawaran yang sangat menarik bagi agama dan kepercayaan apapun. Betulkah hanya mujizat yang bisa menjadi jalan keluar dari seluruh kesulitan hidup manusia, khususnya kalau kita melihat apa yang sedang terjadi di Indonesia saat ini? Saya ingin merenungkan pengertian mujizat di atas kayu salib. Adakah mujizat di atas kayu salib?

8 Ada juga tulisan di atas kepala-Nya: "Inilah raja orang Yahudi". 39 Seorang dari penjahat yang di gantung itu menghujat Dia, katanya: "Bukankah Engkau adalah Kristus? Selamatkanlah diri-Mu dan kami!" 40 Tetapi yang seorang menegor dia, katanya: "Tidakkah engkau takut, juga tidak kepada Allah, sedang engkau menerima hukuman yang sama? 41 Kita memang selayaknya dihukum, sebab kita menerima balasan yang setimpal dengan perbuatan kita, tetapi orang ini tidak berbuat sesuatu yang salah." 42 Lalu ia berkata: "Yesus, ingatlah akan aku, apabila Engkau datang sebagai Raja." 43 Kata Yesus kepadanya: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya hari ini juga engkau akan ada bersama-sama dengan Aku di dalam Firdaus."
Luk 23:38-43

Lukas menggambarkan bagaimana keadaan awal ketika Yesus Kristus di salib. Doa untuk orang-orang yang membuat diriNya di salib, tetapi kemudian caci-maki, hujatan dan hinaan dari orang-orang yang ada di situ. Di ayat 38, Lukas menyimpulkan hinaan itu dengan menuliskan apa yang ada di atas kepala Yesus Kristus, "Inilah Raja orang Yahudi." Apakah orang-orang yang menyalibkan Tuhan Yesus mengakui bahwa Ia adalah Raja? Tentu saja, tidak! Karena itu hanyalah hinaan.
Tetapi yang menarik, Lukas melanjutkan bahwa ada orang yang mengakui Yesus sebagai Raja. Sebelum membahas akan hal itu, mari kita lihat dulu ayat 39. Di dalam ayat ini, seorang penjahat yang ikut di salib bersama-sama Tuhan Yesus, ikut-ikutan menghina Tuhan Yesus. Kalau kita perhatikan kalimat penjahat itu, maka kita akan kaget. Penjahat itu mengatakan bahwa Tuhan Yesus adalah Kristus (yang diurapi), sehingga seharusnya bisa menyelamatkan diriNya sendiri dan tentu saja sang penjahat. Iman dan pengetahuan teologi dari penjahat ini ternyata cukup baik. Apa sih yang jadi permintaan (lebih tepat dalam kesomobongannya memerintah Tuhan Yesus) dari penjahat ini berdasarkan iman dan pengetahuan teologinya? Hanya meminta mujizat di atas kayu salib. Saya membayangkan bahwa yang diminta oleh sang penjahat, paku2 tercabut dari tangan Tuhan Yesus dan dari penjahat2 yang di salib, kemudian mereka terbang dan turun dari salib perlahan-lahan. Sementara para prajurit satu persatu di bunuh. Apakah mujizat itu yang dilakukan oleh Tuhan Yesus? Bukan!
Bukankah Tuhan Yesus sanggup melakukannya dan sang penjahat itupun tahu dan mengakuinya? Tetapi bukan mujizat seperti itu yang akan ditunjukkan di atas kayu salib. Lho, ada mujizat lain? Bagi saya ada! Kalau perhatikan dari ayat 40-42, kita bisa melihatnya. Penjahat yang lain yang sedang berada di atas kayu salib justru menegur sang penjahat itu, kemudian mengakui dan menyadari keberdosaannya serta memberikan pengakuan dan permintaan yang luar biasa, "Yesus, ingatlah akan aku, apabila Engkau datang sebagai Raja." Ia tidak meminta mujizat, karena ia sudah mengalami mujizat. Seorang penjahat mengakui dosanya, dan menyadari bahwa Tuhan Yesus yang adalah Raja yang akan datang kembali yang bisa menyelamatkannya. I a tidak meminta sang Raja untuk melepaskan dari kesulitannya saat itu, meskipun ia juga beriman bahwa sang Raja pasti mampu melakukannya. Ia tetap menghadapi kesulitan yang harus dihadapi (menurut saya dengan sukacita karena ia sudah mengenal Tuhan Yesus), menjalaninya dengan harapan yang pasti pada kekekalan. Mujizat yang dilakukan Tuhan Yesus di atas kayu salib melebihi dari mujizat-mujizat air menjadi anggur, memberi makan 5.000 ribu orang, menyembuhkan dan membangkitkan orang mati. Karena mujizat di atas kayu salib, mengubah hati seorang penjahat, membangkitkannya dari kematian atas dosa-dosa dan memberikan hidup yang kekal. Wow! Dan sang penjahat beriman bukan karena melihat mujizat atau sang Raja dalam kemegahannya seperti para Kaisar Romawi. Yang dilihat adalah Yesus Kristus yang tersalib, tetapi dengan iman ia bisa melihat apa yang tidak kelihatan dan tidak bisa dilihat orang-orang berdosa (yang menganggapnya sebagai hinaan), yaitu Raja yang akan datang kembali.
Penjahat yang pertama tidak dijawab oleh Tuhan Yesus, tetapi untuk penjahat yang kedua justru mendapat anugerah yang luar biasa. Hari ini juga bersama-sama dengan Tuhan Yesus di dalam Firdaus. Anugerah di dalam kekekalan. Sang penjahat bukan berpusat kepada keadaan, tetapi kepada pribadi Kristus dan ia mendapatkan anugerah bersama-sama dengan Kristus di dalam Firdaus. Sebenarnya, apa yang lebih dibutuhkan oleh manusia? Keadaan berubah sesuai dengan keinginannya dan mengorbankan apa saja yang penting kita untung, enak dan baik-baik menikmati segala sesuatu? Ataukah terus berelasi dengan Allah kita yang menjadi sumber dari segala sesuatu? Bersama-sama dengan Kristus akan membuat hidup dalam keadaan apapun tetap menjadi suatu keadaan yang berlimpah dan penuh sukacita. Sementara hidup yang hanya berpusat pada keadaan dan memanfaatkan Tuhan, maka hidup akan menjadi hidup yang sulit dan menyedihkan. Karena keadaan akan terus berubah dan tidak ada satupun dalam hidup ini yang bisa memuaskan hidup manusia. Semuanya, kepuasan sementara dan bukan kepuasan kekal. Maka, mujizat seperti ini yang diperlukan oleh manusia di dunia ini, khususnya di Indonesia. Mujizat yang membuat manusia berpusat kepada pribadi Allah dan bukan pada keadaan.
Indonesia tidak bisa hanya mengharapkan mujizat dari IMF. Bangsa ini tidak bisa bermimpi bahwa program MDGs bisa melepaskan dari kemiskinana dan kesulitan yang terjadi. Bangsa ini sudah berada di dalam jurang yang paling dalam, tetapi masih seperti penjahat yang menyuruh Tuhan segera melepaskan dari kesulitan ini. Tiada hari tanpa berita korupsi (padahal ini hanya gunung es). Kesulitan Lapindo tidak ada jalan keluar. Negara penghasil beras sekarang kekurangan beras (dimana-mana ada demo harga beras). Musibah dan bencana alam sepertinya tidak pernah berhenti, sementara para elite politik sibuk memanfaatkan rakyat dan agama untuk tujuan kekuasaan. Banyak yang sudah menyerukan pertobatan, tetapi bangsa ini tidak mengerti lagi bagaimana harus bertobat. Kita butuh mujizat. Bukan meminta dan menyuruh Tuhan langsung mengubahkan seluruh keadaan dan krisis yang ada. Tetapi, yang perlu diubahkan adalah hati kita. Dari dalam hati kita mengakui bahwa hanya Tuhan Yesus yang bisa memberikan harapan. Dan di dalam ketidakberdayaan, mari kita minta anugerah Tuhan untuk menguatkan kita menghadapi seluruh kesulitan ini dan belajar dari segala kesalahan untuk bekerja keras memuliakan Allah.
Orang-orang yang bisa melihat Yesus sebagai Raja yang akan datang kembali adalah orang-orang yang bisa melihat visi dunia ini, apa yang akan terjadi dengan dunia ini dan bagaimana seharusnya kita menguasai dan menaklukkan dunia ini bukan hanya untuk kenikmatan diri sendiri tanpa memikirkan orang-orang lain dan Tuhan, tetapi justru sebagai bagian untuk memelihara dunia ini dan menggenapkan rencana Allah.
Semoga lebih banyak orang di bangsa ini yang betul-betul mengakui keberdosaan dan keterbatasan dirinya, serta mengakui bahwa sang Raja yang bisa menolong kita untuk menghadapi kesulitan ini, menanggung apa yang harus ditanggung dengan anugerah kekuatan dari Allah, dibukakan visi kepada kekekalan dan mengerjakan segala sesuatu dalam kesementaraan ini untuk menggenapi kehendakNya dan bagi kemuliaanNya.

At the cross, at the cross where I first saw the light,
And the burden of my heart rolled away,
It was there by faith I received my sight,
And now I am happy all the day!


Isaac Watts


Click di sini untuk lihat seluruh syair dan lagunya

Wednesday, March 14, 2007

Too Much Love Will Kill You

Hari ini melihat dua berita yang sudah biasa terjadi di dalam dunia yang berdosa, tetapi sekali lagi menjadi sesuatu yang harus dipikirkan kembali dengan pertanyaan, WHY? Berita pertama, tentang seorang Polisi yang membunuh atasannya dan akhirnya ditembak mati, karena diduga tidak menerima dirinya dipindahkan ke tempat lain (yang mungkin menurutnya kurang baik!?). Berita yang kedua, seorang Ibu membunuh empat anaknya yang masih kecil-kecil dengan mencampur potasium dengan susu, kemudian sang ibu bunuh diri. Alasannya, karena tekanan ekonomi yang begitu berat dan seorang anaknya gagal ginjal, sehingga harus cuci darah setiap minggu. Sebenarnya, masih banyak peristiwa yang terjadi di dalam dunia ini, bahkan lebih buruk dan bervariasi dan tentu saja lebih kejam yang pernah terjadi, sedang dan akan terjadi. Mengapa semua ini terjadi? Tulisan ini tidak akan membahas tentang bunuh diri, tetapi ingin menunjukkan dua hal yang berbeda dalam menyerahkan nyawa kepada Tuhan.

"Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat." (Luk 23:34)
“Ya Bapa, ke dalam tanganMu kuserahkan nyawaKu” (Luk 23:46)

Ada persamaan dan perbedaan yang signifikan antara peristiwa yang saya sebutkan di atas dengan kematian Tuhan Yesus di atas kayu salib. Sama-sama melibatkan cinta dan sama-sama menyerahkan nyawa sendiri kepada Allah. Tetapi, ada perbedaannya yang signifikan. Kejadian-kejadian yang berakibat pada bunuh diri didasarkan kepada cinta diri yang berlebihan dan menurut bahasa psikologinya mengakibatkan depresi yang berlebihan. Yang ujung-ujungnya adalah menyerahkan nyawanya. Di atas kayu salib, Tuhan Yesus juga menyerahkan nyawaNya, tetapi bukan untuk cinta diriNya, tetapi justru karena kasihNya kepada Bapa dan untuk membangkitkan banyak orang yang mati dalam dosa untuk hidup penuh harapan.
Apa yang dilakukan oleh Tuhan Yesus seringkali disalahmengerti. Sebagian orang berpikir, bahwa yang namanya kasih adalah sekedar kerelaan mengampuni dan menerima apa adanya. Doa Tuhan Yesus yang meminta pengampunan kepada Bapa atas dosa-dosa orang pilihan, sebenarnya melibatkan pengorbanan. Ketika Tuhan Yesus berkata, "Ampunilah mereka" saat itu juga Ia sedang menyerahkan diriNya sebagai gantinya. Jadi, kalimat itu bukan hanya berarti ampuni mereka, tetapi juga berbunyi,"Ini Aku, hukumlah Aku" atau yang keluar dari kalimat terakhir di atas kayu salib, "Ke dalam tanganMu Kuserahkan nyawaKu" Doa dan perbuatan yang bukan bersumber dari keegoisan yang melihat segala sesuatu hanya untuk diri sendiri dan juga bukan perbuatan yang berusaha untuk menolong orang lain tetapi mengorbankan orang lain (seperti Ibu yang membunuh anaknya sendiri utk melepaskan mereka dari penderitaan). Melainkan perbuatan yang menyerahkan diri untuk membuat manusia sadar akan kematian di dalam dosa-dosanya dan dibangkitkan untuk hidup yang bukan berpusat pada dirinya dan masa depan serta mimpinya yang palsu. Manusia dibangkitkan untuk hidup bagi Allah dan untuk masa depan yang sejati, di dalam kekekalan.
Dalam doaNya, Tuhan Yesus menyatakan bahwa manusia tidak tahu apa yang diperbuatnya. Dalam kalimat saya, manusia terlalu sok tahu dengan segala sesuatu. Mengandalkan kemampuannya, kekayaannya, otaknya, teknologi dan segala sesuatu yang sebenarnya adalah anugerah dan kesempatan dari Tuhan; dan dengan sombongnya menantang dunia dan Tuhan sendiri, seolah-olah dirinya sudah sangat hebat dan bisa melakukan segala sesuatu. Sebenarnya, kalau manusia sedikit pinter saja, silahkan belajar sejarah dan lihat apa yang sudah terjadi terhadap orang-orang yang seperti itu. Akh.., tetapi manusia teralu hebat untuk mengerti itu dan mungkin bisa merubah banyak hal dalam sejarah!? Banyak manusia yang hidup di dalam bayang-bayang, mimpi dan keinginan2 yang tidak pernah terwujud. Sampai pada akhir hidupnya, semua orang akan menyadari bahwa apa yang dikejar dalam hidup ini, hampir semuanya sia-sia. Tetapi, di masa muda dan di masa jayanya, manusia merasa tahu apa yang dilakukannya. Doa Tuhan Yesus adalah untuk orang-orang pilihan yang berdosa dan terlalu sok tahu, agar ada pengampunan dan perubahan dalam hidup orang-orang seperti ini. Sesungguhnya, sedikit saja anugerah Tuhan diambil dari orang-orang yang sok tahu, maka kemungkinan besar hidup mereka akan diakhiri dengan depresi dan bunuh diri. Sejarah sudah mencatat banyak kejadian tentang hal ini. Orang-orang yang sangat kaya dan terkenal, politisi, artis, musisi, olahragawan dan berbagai profesi lainnya, mengakhiri hidupnya dengan depresi dan bunuh diri. Mengapa orang-orang yang mendapatkan begitu banyak anugerah dalam hidupnya tidak mengakhiri hidupnya dengan penuh inspirasi kepada banyak orang, membuat orang-orang yang sudah tidak mempunyai harapan memiliki harapan kembali, dan bukan itu saja, tetapi ingin hidup lagi untuk melayani sesama dan memuliakan Allah? Ketika manusia yang terlalu sok tahu, sangat mencintai diri sendirinya menemukan bahwa apa yang dimimpikannya jauh dari harapan dan keinginannya dan bahkan mempermalukan dan menyakitkan dirinya, maka hidup seolah-olah sudah berakhir. Meminjam judul lagunya Queen, Too much love will kill you...
Karena doa dan pengorbanan dari Tuhan Yesus, seharusnya membuat orang-orang pilihan tidak kehilangan harapan selama hidup di dunia ini. Justru membangkitkan harapan di dalam segala keadaan dan berusaha untuk terus memuliakan dan menikmati Allah dalam segala keadaan dengan melayani sesama. Pasti juga ingin mati, bukan karena ingin lari dari dunia ini dan tidak tahan menanggung segala kesulitan dan penderitaan, tetapi keinginan untuk mati itu ada karena hidup yang kekal, bertemu dengan Tuhan Yesus dan ingin mempersembahkan segala hal yang sudah kita lakukan selama hidup di dunia. Apa yang akan dipersembahkan kepada Allah oleh seseorang yang akhirnya bunuh diri karena tidak percaya lagi bahwa dalam keadaannya yang begitu sulit, Tuhanpun tidak bisa menolong dirinya dan tidak bisa memberikan berkat dan jalan keluar baginya? Di mana kuasa kebangkitan Tuhan Yesus?
Seandainya semua manusia bisa memandang kepada apa yang sudah dilakukan oleh Tuhan Yesus di atas kayu salib, maka tidak ada lagi bunuh diri. Maut sudah dikalahkan dengan kematian (dan kebangkitan) Tuhan Yesus. Dan manusia harusnya belajar, bahwa cinta kita yang berlebihan terhadap diri kita sudah membunuh Tuhan Yesus. Haruskah membunuh orang lain lagi dan diri kita sendiri? Tidak perlu lagi. Seharusnya kasih yang keluar dari hidup kita. Seperti yang keluar dari perkataan Tuhan Yesus yang pertama di atas kayu salib, "Ya Bapa, Ampunilah mereka" dan seharusnya hidup yang lebih berserah kepada Allah dan mempercayakan seluruh hidup yang penuh perjuangan dan penderitaan ini kepada pemeliharaan Allah yang terus-menerus menghidupkan kita. Kalu tidak, akan lebih banyak lagi yang sedang menuju ke bunuh diri. Karena hidup sepertinya tidak ada harapan dan kepastian. Padahal kematian tidak membereskan dan membuat kita meninggalkan segala kesulitan dan permasalahan kita. Tetapi, seharusnya kematian membuat segala hal yang sudah kita lakukan di dunia ini mencapai puncaknya dan disempurnakan oleh Allah.

O soul are you weary and troubled?
No light in the darkness you see?
There's light for a look at the Saviour,
And life more abundant and free.

Turn your eyes upon Jesus,
Look full in His wonderful face,
And the things of earth will grow strangely dim,
In the light of His Glory and Grace.

Helen H. Lemmel (1922)

Pengen denger lagu ini atau lihat keseluruhan syairnya?
Klik disini

Chiasmus 7 Perkataan Salib

Sebagian orang mungkin menganggap apa yang saya pikirkan sebagai kurang kerjaan. Tetapi kenyataannya memang demikian. Waktu itu lagi kurang kerjaan dan lagi memikirkan untuk kotbah-kotbah yang harus dipersiapkan menjelang Paskah untuk dikotbahkan kepada jemaat yang saya gembalakan waktu itu. Kemudian muncullah ide ini, melihat 7 perkataan salib dalam bentuk chiasmus. Semoga hasil dari kurang kerjaan ini bukan merupakan suatu pemaksaan, tetapi justru bisa menunjukkan keindahan yang berbeda dari karya dan anugerah Tuhan dalam Alkitab.
Chiasmus adalah salah satu bentuk paralel yang cukup unik yang dipakai dalam penulisan puisi dan narasi Ibrani. Penjelasan lebih lanjut bisa dilihat di dalam penjelasan dari Wikipedia (Chiastic Structure) atau di dalam Theopedia (Chiasmus)

Saya mulai memikirkannya sebagai Chiasmus, karena melihat bahwa perkataan pertama dan perkataa yang ketujuh, sama-sama dimulai dengan kata "Ya Bapa." Sedangkan perkataan yang ke-4 justru menggunakan kata "Allahku", dan sepertinya merupakan pusat dari 7 perkataan salib ini. Maka dengan sedikit berkreasi, saya mencoba menyusun ke tujuh perkataan salib ini dalam bentuk Chiasm ABCDC'B'A'. Tetapi, sebelum melihat susunan Chiasmus, ada hal yang harus ditentukan terlebih dahulu, yaitu urutan dari tujuh perkataan Salib.

Urutan 7 Perkataan Salib
Matius dan Markus
"Eli, Eli, lama sabakhtani?" Artinya: Allah-Ku, Allah-Ku, mengapa Engkau meninggalkan Aku? (Mat 27:46)
"Eloi, Eloi, lama sabakhtani?", yang berarti: Allahku, Allahku, mengapa Engkau meninggalkan Aku? (Mark 15:34)
; pada jam tiga Kristus berseru
Konteks:
Diberi minum, Kristus menolak (Mat 27:34; Mrk 15:23); Pakaian diundi (27:35; 15:24).
Penyamun2 mencela Dia (Mat 27:44; Mrk 15:32) Ada tiga jam kegelapan (27:45; 15:33)
Seseorang ingin memberikan anggur asam, tapi dilarang (27:48-49; 15:35-36)
Menyerahkan nyawaNya (27:50; 15:37). Tabir Bait Suci terbelah dua (27:51; 15:38)
Di salib pada jam sembilan (Mark 15:25)

Lukas
"Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat." (23:34)
"Aku berkata kepadamu, sesungguhnya hari ini juga engkau akan ada bersama-sama dengan Aku di dalam Firdaus." (Luk 23:43)
“Ya Bapa, ke dalam tanganMu kuserahkan nyawaKu” (Luk 23:46)

Konteks:
Mereka membuang undi (34)
Orang banyak, pemimpin2, perajurit2, perampok2 menghina Dia, inilah raja orang Yahudi (37-39)
Tiga jam kegelapan (44)
Tabir Bait Suci terbelah dua (45)

Yohanes
"Wanita, inilah, anakmu!" (Yoh 19:26); "Inilah ibumu!" (Yoh 19:27)
“Aku Haus” (Yoh 19:28)
“Sudah selesai” (Yoh 19:30)

Konteks:
Raja orang Yahudi (19)
Jubahnya diundi (24)
Yesus tahu segala sesuatu telah selesai (28)
Menyerahkan nyawaNya (30)

Patokan awal:
Buang undi (Mat 27:35; Mark 15:24; Luk 23:34; Yoh 19:23-24)

Tiga jam kegelapan (Mat 27:45; Mark 15:33; Luk 23:44)

Menyerahkan nyawaNya (Mat 27:50; Mark 15:37; Luk 23:46; Yoh 19:30)

Permasalahannya, hanyalah menentukan manakah yang menjadi perkataan yang kedua. Apakah perkataan kepada penjahat, ataukah perkataan kepada Maria dan Yohanes. Tetapi, patokannya adalah di dalam ayat yang berbicara tentang Raja Orang Yahudi. Dari Lukas, kita bisa mengerti bahwa perkataan kepada penjahat lebih dekat kepada cerita tentang Raja Orang Yahudi, artinya lebih dulu dari perkataan kepada Maria dan Yohanes.

Maka susunannya adalah:
1. Ya Bapa, Ampunilah mereka…
Buang undi
2. Amin! Hari ini juga…
3. Wanita, inilah anakmu…
Tiga jam kegelapan
4. AllahKu, AllahKu, mengapa…
5. Aku haus
6. Sudah Selesai
Menyerahkan nyawaNya => 7. Ya Bapa, ke dalam tanganMu…

Dari urutan seperti di atas, maka saya membuat Chiasmus seperti di bawah ini:

A Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat.

....B Amin!, hari ini juga engkau akan ada bersama-sama dengan Aku di dalam Firdaus.

.......C Wanita, inilah anakmu! Inilah ibumu!

..........D Pusat: Allah-Ku, Allah-Ku, mengapa Engkau meninggalkan Aku?

.......C’ Aku Haus

....B’ Sudah Selesai

A’ Ya Bapa, ke dalam tanganMu kuserahkan nyawaKu

Penjelasan Singkat:
AA’- Doa untuk Pengampunan dengan menyerahkan diri. Sama-sama dimulai dengan "Ya, Bapa"

BB’- Penggenapan Pengampunan. Perampok mengalami dan Kristus mengatakan sudah selesai.

CC’- Tanggung jawab pribadi dipenuhi. Tanggung jawab untuk keluarga (Ibu) dan tanggung jawab pribadi untuk menanggung dosa manusia (Aku Haus).

D - Penebusan dan penderitaan. Mengalami murka Allah selama tiga jam kegelapan, membuat Kristus mengeluarkan kalimat ini. Di sinilah puncak dari penderitaan, sekaligus penghukuman dan penebusan dilakukan.

Penjelasan selanjutnya, bisa dilihat di dalam seri Tujuh Perkataan Salib dalam pembahasan di hari-hari mendatang. Sebagian pemikiran adalah kotbah2 yang ditranskrip waktu masih menjadi Gembala Sidang di salah satu gereja dan bahan pembinaan di Banjarmasin dan Melbourne.