Tetapi manusia tidak dapat menyelami pekerjaan yang dilakukan Allah dari awal sampai akhir.
Pengkhotbah 3:11
Kapan keindahan itu terjadi di dalam hidup ini? Mengapa hidup hanya kadang-kadang terasa indah, di dalam momen-momen tertentu? Mengapa tidak di dalam sepanjang detik hidup ini terasa indah? Bukan waktunya Tuhan?
Kalau kita jujur dengan diri kita, maka banyak yang merasakan bahwa keindahan itu lebih sedikit dan bersifat sementara dibandingkan dengan perasaan flat, ataupun kekosongan, ketidakpuasan, keterasingan dan penderitaan. Mengapa? Di mana keindahan itu?
Adakah yang salah dengan perkataan Pengkhotbah? Betulkah memang Tuhan membuat segala sesuatu indah pada waktunya? Ini merupakan pertanyaan dari banyak orang yang terus mencari dan mengejar keindahan itu.
Kalau kita balik kepada Penciptaan, sebenarnya Tuhan sudah membuat semuanya indah. Bahkan Tuhan mengatakan sungguh amat baik atas apa yang diciptakan oleh Tuhan. Evaluasi yang sangat fair. Karena dievaluasi oleh sang Pencipta yang memiliki konsep keindahan yang tertinggi, mutlak dan suci tanpa dosa. Adam dan Hawa yang hidup di zaman itu seharusnya mensyukurinya. Karena mereka mengalami keindahan di dalam menikmati Allah, saling menikmati sesama manusia dan tentu saja menikmati segala ciptaan Tuhan yang lain, seperti bumi, alam semesta, hewan, tumbuh-tumbuhan dan pekerjaan mereka. Indah? Sangat indah...
Tetapi, semua keindahan itu rusak karena kejatuhan manusia di dalam dosa. Putusnya relasi manusia dengan Allah membuat kekekalan di dalam hati manusia tidak bisa mengerti pekerjaan Allah dari awal sampai akhir. Kekekalan dalam hati manusia hanya terisi dengan kesementaraan. Sehingga manusia tidak pernah bisa puas sampai selama-lamanya. Kalaupun ada kepuasan semuanya hanya bersifat sementara dan tidak ada hubungannya dengan yang Kekal. Semakin manusia berusaha mengisi kekosongan di dalam kekekalan yang ada di dalam hidupnya, akan membuat manusia semakin sadar betapa dalamnya kekosongan itu. Sejarah sudah menunjukkan berbagai macam cara yang dilakukan oleh manusia utk mengisi kekosongan itu. Apakah dengan materi untuk membeli segala kenikmatan, hiburan, dan segala macam entertainments. Bahkan dengan kepintarannya, manusia telah mengembangkan teknologi yang canggih dan seharusnya membuat hidup menjadi lebih enak, nyaman, aman, sehat dan terjamin. Tetapi, tetap saja lubang kekosongan semakin terbuka lebar di dalam hati manusia. Mengapa?
Karena kekekalan di dalam hati manusia tidak bisa diisi dengan kesementaraan. Kata Pengkhotbah, kesia-siaan atas kesia-sian!
Inisiatif Allah yang bisa membereskan semuanya. Yaitu, dengan membuat segala sesuatu indah pada waktunya. Saya mencoba melihatnya dengan cara pandang already but not yet. Apa maksudnya?
Segala sesuatu indah pada waktunya saat kedatangan Tuhan Yesus yang pertama di dunia ini. Dan itu sudah terjadi, already. Kedatangan Yesus Kristus ke dunia, adalah kehadiran yang kekal di dalam kesementaraan. Allah yang Kekal hadir di dalam dunia yang sementara ini, dan beserta manusia, Immanuel. Setiap orang yang ditebus oleh Kristus dan percaya kepadaNya sudah mengalami keindahan itu. Allah yang Kekal berdiam di dalam kekekalan yang ada di dalam hati kita, dan mengisi kekosongan di dalam kekekalan kita. Membuat hidup menjadi indah, bahagia, ada pengharapan, ada sukacita, damai sejahtera dan hidup yang kekal. Inilah awal dari keindahan, yang seharusnya membuat orang-orang percaya puas kepada Kristus dan di dalam Kristus yang menjadi Tuhan dan JuruSelamat secara pribadi.
Tetapi, mengapa orang percaya masih sering tidak puas dan tidak bisa melihat seluruh keindahan itu?
Karena ada yang belum lengkap secara keseluruhan, ada yang not yet. Kedatangan Kristus yang kedua kali yang akan menggenapkan keseluruhan janji-janjiNya dan segala keindahan yang akan tiba pada puncaknya di dalam kekekalan. Kesulitan-kesulitan yang terjadi di dalam hidup manusia seringkali karena tidak bisa membedakan beberapa hal:
1. Apa yang harus terjadi di dalam kesementaraan dan mana yang akan terjadi dalam kekekalan. Misalnya, soal penderitaan. Banyak yang berpikir bahwa penderitaan seharusnya sudah tidak ada lagi sesudah percaya kepada Yesus Kristus. Padahal janji Tuhan bahwa penderitaan itu tidak akan ada lagi sesudah hidup di dalam kekekalan. Sekarang tetap harus menderita, tetapi tidak pernah bisa menghilangkan sukacita di dalam Kristus.
2. Kegunaan hidup yang sementara ini bagi hidup yang kekal. Banyak orang yang tidak pernah memikirkan 'pekerjaan'-nya sehari-hari dangan pekerjaan Allah. Hidup yang sementara ini hanya dinikmati untuk kepuasan diri sendiri dan kehendak yang berdosa, yang berakhir dengan penderitaan. Keindahan yang seharusnya dinikmati di dalam rangka belajar untuk kekekalan, akhirnya berujung ke arah yang salah.
3. Menghindari menikmati kesementaraan ini, karena merasa akan membawanya ke dalam jurang maut dengan segala keberdosaannya. Hidup di dunia bukannya menjadi orang-orang yang bebas dengan segala anugerah Tuhan yang bisa dinikmati, melainkan menjadi orang-orang yang meilhat semuanya tidak boleh karena akan mengakibatkan hidup ini tidak kudus. Akibatnya, hanya menyusahkan diri sendiri dengan memikul salib yang tidak harus dipikul. Keindahan yang seharusnya dilihat dan dinikmati, malah ditutup dengan penderitaan2 yang direkayasa sendiri untuk kekudusan semu.
Seharusnya, mata kita memandang kepada sumber segala keindahan dan kenikmatan yang sudah menyediakan segala sesuatu yang tidak akan habis-habis kita nikmati dan kagumi, yaitu Yesus Kristus, Sumber Berkat, yang sudah memberikan dan mempersiapkan segala kebutuhan Rohani dan jasmani kita. Ia adalah Pencipta Dunia ini, yang menginginkan kita memuliakan Dia dengan menguasai, menaklukkan bumi ini untuk kemuliaanNya dan tentu saja menikmati dunia ini dan segala isinya di dalam rangka belajar menikmati segala kelimpahanNya.
Seandainya kita sadar akan keindahan yang hadir di dalam hidup kita, dan segala kepenuhan keindahan yang sudah disediakan, maka kita akan bersyukur tanpa henti-hentinya akan Tuhan yang sudah datang ke dunia, yang mengisi kekekalan di dalam hati kita. Mata kita juga tidak akan tertipu dengan segala keindahan sementara yang hanya memberikan kepuasan sementara yang ditawarkan oleh dunia untuk memperbudak kita di dalam ketergantungan. Kasih Allah yang kekal, sukacita, damai sejahtera dan segala keindahan yang kekal terlalu agung dan mulia kalau dibandingkan dengan hiburan sementara yang diciptakan oleh manusia berdosa.
Ia membuat segala sesuatu indah pada waktunya. Di mana keindahan itu? Di dalam Yesus Kristus.
0 Komentar:
Post a Comment