Ayat Hari Ini:

Tuesday, March 27, 2007

Kristologi dan Doktrin Gereja dalam relasi suami isteri

Apa hubungannya antara doktrin yang dipelajari dengan hidup sehari-hari? Banyak yang merasa bahwa belajar doktrin hanyalah untuk konsumsi pemuasan otak dan menjadi sangat kering, apalgi tidak ada hubungannya dengan hidup sehari-hari. Sebagian orang percaya malahan hanya menginginkan hal-hal yang praktis, daripada doktrin. Karena hal-hal yang praktis berbicara tentang hidup sehari-hari, sedangkan doktrin tidak.
Apakah betul bahwa doktrin tidak praktis? Apakah doktrin memang hanya untuk otak dan bukan untuk dilakukan dalam hidup sehari-hari? Jangan-jangan para pengajar doktrin yang telah membuat doktrin tidak ada hubungan dengan hidup sehari-hari?
Dalam tulisan ini ingin melihat apa hubungannya Kristologi dan Doktrin Gereja dalam relasi suami isteri.

22 Hai isteri, tunduklah kepada suamimu seperti kepada Tuhan, 23 karena suami adalah kepala isteri sama seperti Kristus adalah kepala jemaat. Dialah yang menyelamatkan tubuh. 24 Karena itu sebagaimana jemaat tunduk kepada Kristus, demikian jugalah isteri kepada suami dalam segala sesuatu. 25 Hai suami, kasihilah isterimu sebagaimana Kristus telah mengasihi jemaat dan telah menyerahkan diri-Nya baginya 26 untuk menguduskannya, sesudah Ia menyucikannya dengan memandikannya dengan air dan firman, 27 supaya dengan demikian Ia menempatkan jemaat di hadapan diri-Nya dengan cemerlang tanpa cacat atau kerut atau yang serupa itu, tetapi supaya jemaat kudus dan tidak bercela.
Efesus 5:22-27

Dalam surat kepada jemaat Efesus yang kita baca di atas, Isteri diperintahkan untuk tunduk kepada suami seperti jemaat tunduk kepada Kristus. Implikasinya, isteri yang betul-betul bisa tunduk kepada suaminya, haruslah isteri yang mengenal Kristus dan mengerti seperti apa jemaat di dalam hubungannya dengan Kristus dan bagaimana respon yang benar dari jemaat. Pengertian Kristologi yang benar seharusnya bisa membuat seorang isteri akan makin mengasihi suaminya. Sedangkan pengertian yang benar tentang doktrin gereja yang benar akan membuat seorang istri akan mengerti bagaimana seharusnya tunduk kepada suaminya. Jadi isteri-isteri harus belajar Kristologi dan Ekklesiologi.

Apanya yang harus dipelajari? Yang dipelajari bukan teori-teori tentang Kristus dan gereja, tetapi pengenalan akan Kristus. Siapa Kristus? Apa yang sudah dikerjakan? Bagaimana Ia memimpin kerajaanNya dan gereja? Sesudah itu melihat bahwa Kristus sedang diwakili oleh suami yang seharusnya memimpin seperti Kristus memimpin dan Kristus mengasihi. Sedangkan pembelajaran tentang jemaat, seharusnya isteri-isteri melihat bagaimana gereja terbentuk, apa yang dimaksud dengan gereja, seberapa besar anugerah dan kasih Tuhan terhadap gereja dan apa tugas gereja untuk memuliakan Tuhan. Sesudah itu isteri-isteri menempatkan diri seperti gereja di hadapan Kristus, mempelai yang kudus, taat dan tunduk kepada Kristus yang mengasihinya. Banyak isteri sulit untuk tunduk kepada suami karena tidak bisa melihat suami-suami mewakili Kristus. Tetapi isteri harus belajar untuk itu.

Bagaimana dengan suami-suami? Sebenarnya sama. Suami-suami harus lebih lagi mengerti tentang Kristologi. Karena pola sebagai pemimpin hanya bisa dimengerti dengan melihat bagaimana Kristus memimpin gerejaNya. Bagaimana Kristus mengasihi gerejaNya, bahkan mau mati dan berkorban, serta melayani gerejaNya. Artinya juga, harus mengerti tentang gereja. Seperti apa gereja yang dikasihi dan bahkan rela berkorban dan masih terus dilayani.

Dalam hubungan suami-isteri seringkali ada anggapan bahwa isteri harus terus-menerus melayani suami yang posisinya lebih tinggi. Tetapi kalau suami dan isteri benar-benar mempelajari Kristologi dan gereja, maka sebenarnya yang harus lebih melayani adalah suami. Karena gereja tidak pernah melayani Kristus. Allah tidak perlu pelayanan umatNya. Kristus hanya memakai gerejaNya untuk berbagian dalam pekerjaanNya yang mulia dengan melayani sesama. Itu sebabnya isteri-isteri tidak dinasehatkan untuk mengasihi dan melayani suami, tetapi diminta untuk tunduk kepada suami. Karena dengan tunduknya isteri maka isteri akan ikut bersama suami untuk mengerjakan panggilan dalam satu keluarga yang diberikan melalui suami.

Sementara sang suami diminta untuk mengasihi isterinya, karena seperti Kristus datang bukan untuk dilayani tetapi untuk melayani, maka demikianlah suami. Suami seharusnya melayani isteri dan bukan menjadikan isteri sebagai budak yang harus melayaninya yang sudah bekerja keras. Justru suami harus menunjukkan pelayanan yang lebih lagi sehingga bisa memimpin isterinya. Isteri bisa melihat bahwa ia tunduk sebagai hamba tetapi bukan diperbudak, tetapi budak yang melayani dalam panggilan dalam keluarga, tetapi juga budak yang dilayani oleh tuannya, suami sendiri. Ini paradoks dari hamba/budak. Di satu sisi harus melayani, di sisi yang lain dilayani oleh tuannya.

Suami-isteri yang melihat kepada Kristus dan belajar bagaimana Kristus dalam relasiNya dengan jemaat akan mendapatkan banyak hal yang penting dan berharga untuk hidup memuliakan Tuhan dalam keluarganya. Selamat Melayani!

Karena Anak Manusia juga datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang."
Markus 10:45

0 Komentar:

Post a Comment