Ayat Hari Ini:

Wednesday, March 7, 2007

Tuhan melakukan apa yang dinikmatiNya

Hari ini terjadi lagi musibah di Indonesia, kecelakaan pesawat. Belum selesai gempa berkali-kali yang diisukan berpotensi kepada tsunami. Begitu juga dengan penyelidikan terhadap kapal Levina 1 yang terbakar dan tenggelam. Bahkan pesawat Adam Air dan penumpangnya sampai sekarang belum bisa ditemukan. Kasus Lapindo yang tidak ada penyelesaian. Angin puting beliung yang masih mengamuk di beberapa tempat dan longsor yang terjadi di beberapa tempat karena curah hujan yang tinggi dan gempa. Banjirpun masih terjadi. Membuat banyak orang berpikir, apa yang sedang terjadi di Indonesia. Kenapa musibah tidak pernah berhenti di Indonesia. Apakah bangsa ini sudah terlalu banyak dosanya? Kalau dalam artikel Fly Me to the Moon saya sudah membahas kegunaan segala musibah bagi manusia dan keuntungannya bagi orang percaya di Indonesia, maka dalam tulisan ini saya ingin mencoba memikirkan dari sudutnya Tuhan.

5 I know that the LORD is great, that our Lord is greater than all gods. 6 The LORD does whatever pleases him, in the heavens and on the earth, in the seas and all their depths. 7 He makes clouds rise from the ends of the earth; he sends lightning with the rain and brings out the wind from his storehouses.
Psalm 135:5-7

Dalam Maz 135, pemazmur ingin mengajak kita untuk memuji kebesaran Tuhan. Dengan melihat pekerjaan Tuhan yang luar biasa, manusia seharusnya mengakui bahwa Tuhan lebih dari segala ilah-ilah. Manusia sudah terlalu percaya kepada diri sendiri dan percaya akan kemampuan teknologi. Tapi, sekalipun usaha manusia yang begitu hebat, begitu teliti untuk mempersiapkannya, tetap saja ada faktor kesalahan manusia dan faktor alam yang tidak bisa ditaklukkan oleh manusia. Ini membuktikan bahwa Tuhan lebih hebat dibandingkan ilah-ilah yang dipercaya oleh manusia, yang seringkali dianggap lebih menjamin kenikmatan hidupnya di dunia ini.
Pemazmur juga mengatakan di dalam ayat 6, bahwa Tuhan melakukan apa yang dinikmatiNya, apa yang menyenangkanNya. Konsep ini jarang dipikirkan oleh manusia. Manusia biasanya hanya memikirkan segala sesuatu yang berpusat kepada dirinya sendiri. Misalnya, waktu terjadi musibah, pertanyaan pertama bukanlah, "Apakah ini menyenangkan dan memuliakan Tuhan?" tetapi, "Mengapa ini terjadi kepada orang-orang yang tidak berdosa? Mengapa harus mengalami kecelakaan seperti ini? Mengapa saya yang mengalaminya? Mengapa kami yang harus kehilangan orang-orang yang dikasihi?" Padahal kalau dipikir-pikir, mana ada manusia yang tidak berdosa? Terus, mengapa manusia merasa layak untuk mati tanpa kesulitan, padahal hidupnya penuh dengan dosa!? Sesungguhnya, semua manusia layak mati dengan cara yang paling menggenaskan karena dosa-dosa kita kepada Tuhan. Itu baru pembalasan yang adil dari Tuhan. Selanjutnya, mengapa manusia berpikir tidak boleh kehilangan orang yang dikasihinya? Apakah manusia yang sudah menciptakan sesama manusia, memberikan hidup dan yang mengatur kapan harus mati dan dengan cara bagaimana!? Sebenarnya, problem besar dalam semua musibah yang terjadi adalah manusia tidak mengerti posisinya di hadapan Allah dan tidak mencoba melihat segala sesuatu dari sisi rencana Tuhan secara keseluruhan.
Itu sebabnya saya ingin mencoba melihat dari sudut yang berbeda, selain dari cara melihat dari sudut manusia yang hanya ingin Tuhan melakukan segala sesuatu sesuai dengan keinginannya. Maka saya mencoba memikirkan dan bertanya, "Apa yang dirasakan oleh Tuhan waktu menjalankan semua rencanaNya yang baik, termasuk ketika harus menghukum manusia dan mengijinkan banyak hal yang buruk menurut manusia terjadi dalam hidupnya? Saya dapat jawabannya dari pemazmur, Tuhan menikmatinya. Di dalam ayat 6 digambarkan bagaimana Tuhan melakukan apa yang dikehendakinya di laut dan di dalam kedalaman laut (tsunami!?). Di ayat 7, dijelaskan kehebatan Tuhan dengan memberikan kilat bersama-sama dengan hujan (badai petir!?) dan juga yang mengatur angin (badai dan angin puting beliung!?). Manusia sulit mengerti, bagaimana mungkin Tuhan menikmati akan kejadian-kejadian yang buruk dalam hidup manusia. Masalahnya, Tuhan melakukan dalam kekekalan dan segala sesuatu berkaitan dengan akhir yang Tuhan tahu membawa kepada kebaikan orang-orang pilihan sekaligus penghukuman kepada orang-orang berdosa. Tetapi, kita manusia dalam kesementaraan hanya bisa melihat sampai kepada fenomena kejadian itu, berhenti di situ dan sulit untuk melihat kaitannya dengan hidup selanjutnya, apalagi dengan dampaknya sampai pada kekekalan. Itu sebabnya, manusia sulit untuk menerima kenikmatan Tuhan dan memuji keagungan Tuhan pada saat itu. Manusia hanya berpusat kepada manusia dan bukan kepada Tuhan.
Jadi, seharusnya kita bersiap untuk melihat segala pekerjaan Tuhan yang terus menunjukkan keagungan dan kebesaranNya. Dan terus bersiap untuk memuji Tuhan dalam segala keadaan dan bahkan bisa melihat kenikmatan Tuhan dan kitpun ikut bersukacita menikmatinya. Maka secara manusia, kita akan sedih dan berducita dengan segala musibah dan kehilangan, tetapi di sisi lain kita juga bersukacita karena mengerti jalan-jalan Tuhan dan menikmati saat-saat di mana Tuhan menunjukkan kemahakuasaan, keagungan dan kebesaranNya, serta menikmati apa yang dilakukanNya.
Semoga kita bisa belajar dari segala musibah, bencana dan segala kejadian yang diijinkan Tuhan, dan kita belajar melihat dari sisi Tuhan melihatnya.

Ya Bapa, biarlah kami bukan hanya terus melihat diri kami dan menganggap kami tidak layak menerima segala musibah, bencana dan masalah. Tetapi dalam dukacita yang dalam, biarlah kami yang layak dimusnahkan dengan cara yang paling kejam karena dosa-dosa kami, bisa memandang Engkau dan pekerjaanMu yang selalu baik. Dan ajarlah kami bersukacita menikmati, apa yang Engkau nikmati. Di dalam nama Tuhan Yesus, kami berdoa. Amin.

0 Komentar:

Post a Comment