Kitab Daniel dimulai dengan pendahuluan di dalam pasal 1 yang ditulis dalam bahasa Ibrani, sesudah itu pasal 2-7 ditulis dalam bahasa Aramaic, dan memiliki kiasmus yang menarik.
Secara garis besar, Daniel pasal 1-7 bisa dibagi seperti dibawah ini:
Pendahuluan (Pasal 1)
a Visi 4 Kerajaan (Pasal 2)
...b Cerita Martir dari 3 teman Daniel (Pasal 3)
......c Kesombongan Nebukadnezar(Pasal 4)
......c' Kesombongan anak Nebukadnezar(Pasal 5)
...b' Cerita Martir dari Daniel(Pasal 6)
a' Visi 4 Kerajaan (pasal 7)
Dari semua cerita itu, salah satu kesaksian yang paling menarik adalah kesaksian dari 3 teman Daniel yang diperhadapkan untuk menyembah patung emas atau dicampakkan ke dalam perapian yang menyala-nyala..
Daniel 3:16-18
Di zaman sekarang ini di Indonesia, kalau diperhadapkan dengan menyembah patung emas, sekalipun tidak ada ancaman dilempar ke perapian yang menyala-nyala, maka dengan rela hati dan bahkan sebagian dengan segenap hati mau menyembah patung emas. Kenapa bisa? Karena dengan menyembah patung emas diharapkan bisa memberika segala keuntungan, kebaikan dan kenyamanan di dalam hidupnya. Bisa saja tetap menyembah Allah. Dan bahkan berdoa kepada Allah untuk memberi kekuatan dan keuntungan ketika menyembah patung emas!!!?
Berbeda dengan Sadrakh, Mesakh dan Abednego. Mereka memiliki posisi dalam pemerintahan Nebukadnezar, dan tentu saja mereka seharusnya memiliki kekayaan. Sebagai orang-orang muda yang terbaik, meskipun hanyalah orang buangan di Babel, mereka sudah mendapatkan banyak keuntungan. Jarang-jarang orang buangan bisa mendapatkan posisi dalam pemerintahan di Babel. Maka, kalau mereka tidak mau menyembah patung emas sama saja dengan membuang segala keuntungan dan kenikmatan yang sudah mereka dapatkan dan akan dapatkan.
Ikut Arus
Semua orang ikut menyembah patung emas. Kenapa tidak ikut arus saja? Bukankah itu sudah dianggap biasa. Selama hati kita menganggap itu bukan dewa, kenapa tidak ikut menunduk dan menyembah? Yang penting Allah tahu hati kami yang hanya ingin mengasihi dan menyembah-Nya!
Betulkah kalimat2 diatas menunjukkan hati yang mengasihi dan hanya ingin menyembah-Nya? Jawabannya TIDAK! Karena tidak ada buktinya. Yang ditunjukkan justru adalah keinginan dan cinta diri yang begitu besar. Keinginan untuk mempertahankan apa yang dianggap miliknya (padahal pemberian Allah). Dan hanya memikirkan berkat-berkat Allah saja demi keuntungan pribadi.
Orang-orang seperti ini tidak pernah memikirkan kemuliaan Allah. Yang dipikirkan hanyalah kemuliaan diri sendiri dan kebaikan2 bagi dirinya sendiri.
Ini yang sedang terjadi dengan bangsa Indonesia sekarang ini. Secara luar beribadah kepada Allah. Tapi kenyataannya sedang menyembah patung emas. Uang menjadi lebih penting dari segala sesuatu. Dan demi uang dan segala kenikmatan yang bisa dibeli, apapun bisa dikorbankan. Allah hanya menjadi tempat untuk memenuhi segala kebutuhan dan keinginan, Selain itu hanya menjadi tempat berdoa ketika mengalami kesulitan.
Sadrakh, Mesakh dan Abednego sangat berbeda. Mereka percaya kepada Allah dan lebih menghargai Allah dibandingkan segala berkat-berkat-Nya. Malahan mereka dengan sangat rela kehilangan semuanya, termasuk nyawa mereka demi memuliakan Allah. Mengapa mereka melakukan itu?
Allah Sanggup
Sadrakh, Mesakh dan Abednego mengerti siapa Allah mereka. Mereka mengerti bahwa Allah adalah Allah yang berdaulat dan mereka mengenal-Nya. Bukan Nebukadnezar yang berdaulat, ia hanya diijinkan Allah berkuasa untuk sementara.
Mereka juga tahu bahwa Allah sanggup melakukan segala sesuatu. Dalam ayat 17 ada terjemahan yang kurang tepat. Seharusnya diterjemahkan:
Mereka percaya Allah sanggup melepaskan mereka dari perapian yang menyala-nyala. Iman akan kebangkitan dari kematian?
Bagi mereka, hanya Allah yang memimpin hidup mereka, sumber segala sesuatu. Bukan Nebukadnezar dan patung emas, serta kekuasaannya yang bisa menjamin hidup mereka.
Seandainya TIDAK
Bagaimana jika Allah tidak menginginkan mereka lepas dari penderitaan dan kematian? Apakah mereka bisa tetap percaya? YA! Sadrakh, Mesakh dan Abednego tetap memilih lebih baik mati daripada menyembah dewa Nebukadnezar. Mereka tetap memilih hanya menyembah Allah dibandingkan dengan jaminan hidup sementara yang palsu.
Jaminan dari Allah kepada umat-Nya bukan hanya penyertaan-Nya di dalam hidup sementara. Jaminan-Nya termasuk hidup yang kekal. Maka, penderitaan dan kematian tidak akan pernah menghilangkan penyertaan Allah yang adalah sumber segala berkat.
Adakah hal-hal lain dalam hidup ini yang lebih bisa menjamin hidup kita? Betulkah bisa menjamin seluruh hidup ini bahkan sampai hidup yang kekal?
Berbahagialah orang-orang yang hidup bagi Allah dan menyembah-Nya selalu. Karena Dia tidak akan pernah meninggalkan umat-Nya, sekalipun harus mengalami kesulitan dan penderitaan untuk memuliakan-Nya.