Ayat Hari Ini:

Sunday, April 1, 2007

Were we the reason?

We were the reason
That He gave His life
We were the reason
That He suffered and died
To a world that was lost
He gave all He could give
To show us the reason to live

Apakah betul bahwa hanya kita yang menjadi alasan kematian Kristus? Apakah kita yang menjadi alasan utama dan yang menjadi tujuan penderitaan dan kematian Kristus? Sebegitu pentingkah manusia sehingga Allah harus menjadi manusia, menderita dan mati? Pertanyaan-pertanyaan ini terus terpikirkan setiap kali mendekati minggu sengsara, Jumat Agung dan Paskah.

Aku telah mempermuliakan Engkau di bumi dengan jalan menyelesaikan pekerjaan yang Engkau berikan kepada-Ku untuk melakukannya.
Yoh 17:4

Dan Kristus telah mati untuk semua orang, supaya mereka yang hidup, tidak lagi hidup untuk dirinya sendiri, tetapi untuk Dia, yang telah mati dan telah dibangkitkan untuk mereka.
2 Kor 5:15


Dari Yoh 17:1,4, ada jawaban dari pertanyaan2 di atas. Yesus Kristus datang ke dunia, menderita, mati dan bangkit untuk mempermuliakan Bapa. Hal ini yang menjadi alasan utama mengapa Kristus datang dan mati bagi orang-orang pilihan. Kristus mempermuliakan Bapa dengan jalan menyelesaikan pekerjaan yang diberikan oleh Bapa untuk dilakukanNya, yaitu menderita, mati dan bangkit untuk menebus dosa-dosa orang pilihan.
Maka kalau hanya kita disebut sebagai alasan kematian Kristus, sebenarnya tidak sepenuhnya benar. Alasan utamanya adalah kemuliaan Bapa. Semua manusia berdosa, tetapi tidak semua manusia ditebus. Artinya, bukan kita yang menjadi alasan utama.
Apa bedanya kalau kita hanya berpikir bahwa kita yang menjadi alasan dan memikirkan kemuliaan Bapa yang menjadi alasan?
Kalau hanya memikirkan bahwa diri kita yang menjadi alasan kematian Kristus, maka kita mungkin akan merasa sedih dan terharu, karena kita yang berdosa ini dianggap begitu berharga sampai Pencipta mau menderita dan mati bagi kita. Mungkin selanjutnya, akan bertanya apa yang menjadi respon kita. Kemungkinan besar kebanyakan orang hanya akan berhenti sampai di dalam kemuliaan dan keberhargaan diri sendiri.
Tapi, kalau kita melihat bahwa kemuliaan Bapa yang menjadi alasan utama Kristus menderita dan mati bagi kita, maka kita tidak hanya berhenti di dalam melihat betapa berharga dan mulianya diri kita. Melainkan kita akan memuliakan Bapa dan melihat pekerjaan Bapa yang harus diselesaikan. Kita akan menjadi serupa Kristus, meneladani Kristus yang menyelesaikan pekerjaanNya supaya Bapa dipermuliakan di bumi ini. Perbedaan pengertian ini kelihatan sederhana. Tetapi sebenarnya berdampak yang besar kepada orang-orang percaya.
Orang-orang yang hanya melihat Kristus mati baginya, kemungkinan besar hanya akan melihat dirinya sendiri yang menjadi pusat. Meskipun tidak menutup kemungkinan tetap memuliakan Kristus dan ingin hidup berkorban bagi Kristus yang dianggap sudah membuat hidupnya menjadi berharga. Tetapi seringkali mengalami kesulitan ketika berhadapan penderitaan dan permasalahan. Kalau Kristus sudah mati bagi saya, menanggung penderitaan saya, mengapa saya masih menderita dan mengalami kesulitan seperti ini?
Sedangkan orang-orang yang mengerti kemuliaan Bapa yang menjadi pusat dan alasannya, akan melihat bahwa kemuliaan Bapa yang lebih penting dibandingkan dengan penderitaan diri sendiri. Selama Bapa dimuliakan, maka penderitaan bukanlah sesuatu yang terlalu sulit untuk ditanggung. Kristus sudah menderita untuk menyelesaikan pekerjaan Bapa, mengapa kita juga tidak mengalami hal yang sama. Rasul Paulus mengerti akan hal ini, seperti yang dituliskannya di dalam Kol 1:24. Ia bersukacita saat bisa menderita bagi jemaat Kolose untuk menggenapkan penderitaan Kristus di dalam dirinya.
Bagaimana dengan kita, apakah kita melihat penderitaan dan kematian Kristus untuk menyelesaikan pekerjaan Bapa dan memuliakan Bapa? Apakah hidup kitapun adalah hidup untuk menyelesaikan pekerjaan Bapa bagi kita?
Rasul Paulus di dalam 2 Kor 5:15 kemudian menjelaskan arti dari kematian dan kebangkitan Kristus bagi orang-orang yang sudah mati dan bangkit dengan Kristus. Ternyata orang-orang yang ditebus oleh Kristus bukan hanya berhenti di dalam ucapan syukur karena sudah ditebus. Tetapi ada perubahan di dalam kehidupan dari orang-orang yang ditebus. Kalau dulu hanya hidup bagi diri, dosa, benda-benda mati dan kematian itu sendiri, maka sekarang seharusnya kita hidup bagi Kristus. Ada perubahan total di dalam kehidupan orang-orang percaya. Hidup yang bukan lagi berpusat bagi diri sendiri dan hanya untuk diri sendiri. Melainkan hidup yang sepenuhnya bagi Penebus yang sudah menebus kita. Artinya, He is the reason.
Jadi, kita bisa melihat bahwa penderitaan dan kematian Kristus dasarnya adalah kemuliaan Bapa dan tujuannya adalah hidup bagi Dia. Bagaimana dengan manusia? Were we the reason? Ya, kita yang membuat Kristus menderita dan mati, tetapi bukan kita yang menjadi alasan dan tujuan dari semuanya. Kristus harus menderita dan mati menebus kita, demi kemuliaan Bapa yang pekerjaanNya harus diselesaikan. Membuat kita yang sudah ditebus itu hidup bagi Dia, memuliakan Allah dengan menyelesaikan pekerjaan baik yang sudah dipersiapkan bagi kita.

Karena kita ini buatan Allah, diciptakan dalam Kristus Yesus untuk melakukan pekerjaan baik, yang dipersiapkan Allah sebelumnya. Ia mau, supaya kita hidup di dalamnya.
Efesus 2:10

3 Komentar:

Maria said...

setujuuuuuuuu...^_^

Maria said...

Roma 11:36

grace said...

Mungkin maksud lagunya untuk mengingatkan bahwa Tuhan sungguh memberikan segalanya untuk menyelamatkan kita supaya kita hidup untuk Dia setelah mati dari dosa.

Tapi tulisan ini adalah salah satu interpretasi yang paling saya sukai karena kalau lagu tersebut baru sampai di titik "redemption", bahasan ini sampai di titik "consummation", that is, Soli Deo Gloria, segala kemuliaan sungguh hanya bagi Allah!

Ayo Ronald, kapan menulis lagi?

Post a Comment