Ada dua kutub yang sering terjadi di dalam Kekristenan. Yang pertama, selalu berbicara tentang penginjilan dan semuanya hanya penginjilan. Itupun seringkali memutlakkan cara dan metode penginjilan sendiri dan merendahkan cara dan metode penginjilan yang lain, apalagi yang dianggap sebagai orang-orang yang tidak menginjili secara pribadi.
Tetapi ada kutub yang lain, yang melihat bahwa pembinaan sangat penting. Orang-orang yang juga mengerti penginjilan, tetapi merasa orang-orang yang menekankan penginjilan melupakan pembinaan. Akibatnya mereka sering berada dalam kutub yang berbeda dengan orang-orang yang menekankan penginjilan dengan menekankan pembinaan. Mereka juga suka merendahkan orang-orang yang hanya menginjili tetapi melupakan pembinaan.
Sebenarnya masih ada dua pihak yang lain lagi. Yang pertama, adalah orang-orang yang merendahkan dua pihak itu dan merasa dirinya lebih baik. Dan pihak yang kedua, adalah yang berusaha menggabungkan keduanya dan merasa perlu untuk belajar dari semuanya.
Saudara berada di pihak mana?
Mat 28:19-20
Saya berada di pihak dari orang-orang yang pernah merendahkan dua pihak itu dan sampai sekarang ini terus berjuang untuk belajar dari kedua pihak itu. Berada di dalam pihak yang merendahkan kedua pihak, membuat diri sendiri ternyata tidak pernah melakukan apa-apa. Sesungguhnya tidak perlu ada kutub dan saling merendahkan. Karena masing-masing berada di dalam Kerajaan Allah dengan anugerah dan karunia yang berbeda, tetapi seharusnya mempunyai hati dan visi yang luas di dalam Kerajaan Allah. Ada yang tidak bisa dilakukan oleh bagian tubuh yang lain dan hanya bisa dilakukan oleh bagian tubuh itu, dan ada yang hanya bisa dilakukan dengan kerjasama berbagai bagian tubuh. Maka mari kita melihat visi yang besar untuk Kerajaan Allah.
Mat 28:19-20 menjadi salah satu bagian firman yang sering dibahas oleh orang-orang yang mempunyai hati untuk pemberitaan Injil. Bahkan dianggap sebagai bagian yang harus di bahas dalam setiap kegiatan training/seminar/camp/retreat penginjilan dan misi. Meskipun ayat itu hanya dipakai untuk mengingatkan orang akan tugas dan amanat yang penting. Itu sebabnya kita bisa membaca dan mendengarkan jutaan kotbah dari bagian firman Tuhan ini. Tidak salah kalau disebut sebagai Amanat Agung, ataupun ada yang mengatakannya sebagai Amanat Teragung.
Saya tertarik untuk melihat empat kata kerja participle yang dipakai oleh Matius.
1. poreuthentes. Diterjemahkan dengan Pergilah (Go). Participle ini justru memakai bentuk aorist passive deponent. Nuansanya adalah perintah tetapi memakai bentuk pasif.
2. matheteusate. Diterjemahkan dengan jadikanlah murid (Make disciple). Bentuk dari kata kerja ini adalah imperative aorist active.
3. baptizontes. Diterjemahkan baptislah (baptizing). Bentuk participle ini adalah present active.
4. didaskontes. Diterjemahkan ajarlah (teaching). Ini juga adalah participle present active.
Dari melihat 4 kata kerjanya, maka kita bisa melihat dua kata yang pertama berbentuk aorist (artinya hanya satu kali), sementara kedua berikutnya berbentuk present (nuansanya terus-menerus). Artinya, seharusnya kita melihat bahwa pergi dan menjadikan murid adalah perintah yang bukan bersifat terus-menerus. Seorang murid Kristus harus memiliki hati yang sadar bahwa ia mengemban amanat untuk pergi dan menjadikan orang-orang disekitarnya murid Kristus. Pergi dan memuridkan, bukan hanya berarti memberitakan Injil yang kemudian diterjemahkan dengan terus-menerus membaptis orang-orang itu, tetapi juga dengan terus-menerus mengajar mereka dengan segala sesuatu yang diperintahkan Kristus (apakah perintah Kristus hanya penginjilan!?).
Maka, pemberitaan Injil dan pemuridan adalah dua hal yang tidak bisa dipisahkan dan saling berkaitan. Karena orang-orang yang dinjili dan menerima Kristus hidupnya belum selesai sampai di situ, masih ada sisa hidupnya yang harus dipersiapkan dalam kekekalan. Di satu sisi, ia juga mulai memanfaatkan waktunya untuk bersaksi dan memberitakan Injil, tetapi di sisi yang lain ia juga harus bertumbuh dan mempersiapkan diri bagi hidup yang kekal. Begitu juga dengan pemuridan, siapa yang akan dimuridkan kalau tidak ada yang diinjili. Dan bukankah yang diajarkan oleh Kristus tentang pemuridan adalah dengan Ia sendiri pergi mencari calon-calon muridNya, lalu menantang dan mengajak untuk mengikutiNya. Sesudah itu ada waktu yang khusus diberikan hanya untuk murid-muridNya untuk membina mereka.
Penginjilan dan Pemuridan adalah bagian dari pelipatgandaan gambar Allah yang harus dilihat sampai kepada kesempurnaannya di dalam consummation. Sekaligus juga bisa dilihat sebagai bagian dari mandat budaya yang harus dikerjakan di dalam bumi ini dan di dalam bumi yang baru.
Yang menjadi pertanyaan selanjutnya, berita apa yang dibawa dalam pemberitaan Injil? Apakah nama Allah Tritunggal yang dipakai dalam membaptis mereka adalah inti beritanya? Dan apakah ajaran-ajaran yang diperintahkan Kristus adalah ajaran-ajaran yang diajarkan kepada orang-orang yang sudah dibaptis itu?
Ada banyak yang berdebat tentang metode dan cara dalam penginjilan dan pemuridan, tetapi melupakan bahwa intinya justru bukan cara pendekatan dan metodenya. Bahkan penguasaan banyak metode dan cara bisa tidak berarti apa-apa dibandingkan dengan pengenalan akan Allah Tritunggal dan ajaran dari Kristus. Jadi, lebih baik hidup dalam relasi dan pengenalan akan Allah Tritunggal dan minta anugerah untuk bisa semakin mengenal dan mendalami ajaran-ajaran Kristus di dalam firmanNya. Sisanya, kita akan kaget bahwa kita akan dipakai oleh Allah. Karena hidup kita akan lebih memancarkan terang yang hidup di dalam hidup kita. Mau tidak mau kita akan pergi (Tuhan yang akan memimpin dan menggerakkan kita) untuk membawa berita tentang Allah dan firmanNya dan kita bisa menceritakan dan mengajarkan kepada orang-orang pilihan yang masih hidup dalam dosa dan orang-orang pilihan yang sudah diselamatkan.
Itu sebabnya ada janji penyertaan dari Kristus. Karena pelayan-pelayan bukan memberitakan diri sendiri dan metodenya, ataupu cara pemibinaan dan pemuridan dari denominasinya yang dianggap terbaik, melainkan Kristus yang diberitakan dan segala ajaran-ajaranNya tentang Allah Tritunggal, Keselamatan, Penebusan, hidup yang kekal, dan masih banyak lagi yang ada di dalam Firman.
Jadi, berhentilah untuk saling merendahkan, dan berhentilah untuk membanggakan metode dan cara sendiri (yang berasal dari penafsiran dan tentu saja karunia yang berbeda). Berhenti juga untuk memaksakan metodenya untuk dipakai oleh orang lain, karena tidak ada metode yang cocok untuk semua orang. Melainkan marilah kita melhat kepada Kristus yang sudah mempersatukan kita didalamNya, meminta anugerahNya, mengenalNya makin hari makin dalam, sehingga hidup kita semakin memancarkan Sang Terang Dunia di dalam dunia yang gelap ini, dan mengajarkan apa yang diajarkan Kristus, karena di dalam Kristus tersembunyi segala harta hikmat dan pengetahuan.
Kita sudah mendapatkan jawabannya, manakah yang lebih penting: Penginjilan atau Pemuridan? Jawabannya adalah Yesus Kristus!
5 Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus, 6 yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, 7 melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia. 8 Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib. 9 Itulah sebabnya Allah sangat meninggikan Dia dan mengaruniakan kepada-Nya nama di atas segala nama, 10 supaya dalam nama Yesus bertekuk lutut segala yang ada di langit dan yang ada di atas bumi dan yang ada di bawah bumi, 11 dan segala lidah mengaku: "Yesus Kristus adalah Tuhan," bagi kemuliaan Allah, Bapa!
Filipi 2:5-11
Ayat Hari Ini:
Friday, March 30, 2007
Mana yang lebih penting: Penginjilan atau Pemuridan?
Oleh RO'IEL pada jam 05:31
Label: Matius, Matius 28, Pemuridan, Penginjilan
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 Komentar:
Post a Comment