Ayat Hari Ini:

Tuesday, May 8, 2007

From Glory to Glory

Richard L. Pratt dalam bab pertama bukunya Designed for Dignity menceritakan suatu artikel di suratkabar, "The Irony of Being Human"
Artikel ini menceritakan dua kejadian di hotel yang sama. Cerita pertama, seorang wanita bunuh diri. Sesudah meninggalkan suami dan kedua anaknya untuk pergi dengan kekasih barunya, sekarang ia ditinggalkan kekasihnya. Itu sebabnya ia bunuh diri. Polisi menemukan catatan, "Jangan tangisi aku. Aku tidak layak disebut manusia"
Peristiwa yang kedua, para penganut New Age Movement bersama-sama sedang meneriakkan, "Aku adalah allah, aku adalah allah"
Ironisnya menjadi manusia. Yang seorang merasa bukan manusia lagi, sementara yang sebagian merasa dirinya adalah allah. What about you?

JUDUL: 1 Untuk pemimpin biduan. Menurut lagu: Gitit. Mazmur Daud.


A 2 Ya TUHAN, Tuhan kami, betapa mulianya nama-Mu di seluruh bumi! Keagungan-Mu yang mengatasi langit dinyanyikan. (Kemuliaan Tuhan)

........B 3 Dari mulut bayi-bayi dan anak-anak yang menyusu
telah Kuletakkan dasar kekuatan karena lawan-Mu,
untuk membungkamkan musuh dan pendendam.
(Kemuliaan Manusia)


................C 4 Jika aku melihat langit-Mu, buatan jari-Mu,
bulan dan bintang-bintang yang Kautempatkan:
5 apakah manusia, sehingga Engkau mengingatnya?
Apakah anak manusia, sehingga Engkau mengindahkannya?
(Kehinaan Manusia)

........B' 6 Namun Engkau telah membuatnya hampir sama seperti Allah,
dan telah memahkotainya dengan kemuliaan dan hormat.
7 Engkau membuat dia berkuasa atas buatan tangan-Mu;
segala-galanya telah Kauletakkan di bawah kakinya:
8 kambing domba dan lembu sapi sekalian,
juga binatang-binatang di padang;
9 burung-burung di udara dan ikan-ikan di laut,
dan apa yang melintasi arus lautan.
(Kemuliaan Manusia)

A' 10 Ya TUHAN, Tuhan kami, betapa mulianya nama-Mu di seluruh bumi! (Kemuliaan Tuhan)

Mazmur 8 menggambarkan dengan jelas posisi manusia di hadapan Allah. Pusat dari mazmur ini, ada di ayat 2 dan ayat 10. Keduanya sama-sama berbicara tentang betapa mulianya nama Tuhan di seluruh bumi, bahkan mengatasi langit. Tuhan menciptakan segala sesuatu untuk kemuliaanNya. Melihat bumi dan segala isinya membuat manusia seharusnya memuliakan Tuhan.

Bahkan manusia diberikan kemuliaan oleh Tuhan. Dari bayipun Tuhan sudah memberikan manusia kekuatan dan anugerah yang bisa dipakai untuk melawan musuh dan pendendam (ay.3). Kemuliaan dan keagungan manusia bukan didapat dari lingkungan dan pengakuan dari luar, melainkan pemberian Allah yang memahkotai dengan kemuliaan dan hormat (ay.6). Bahkan manusia diberi kekuasaan untuk mewakili Tuhan di bumi ini (7-9). Bukankah hal-hal ini merupakan anugerah yang luar biasa?! Manusia tidak perlu mencari uang, gelar dan jabatan untuk menunjukkan bahwa manusia berharga. Melainkan semuanya diberikan secara cuma-cuma, bahkan dimahkotai oleh Tuhan dengan kemuliaan dan hormat. Wow!

Sayangnya manusia jatuh dalam dosa. Akibatnya, muncul dua respon. Respon yang pertama, dinyatakan di dalam ay. 4-5. Melihat ciptaan Tuhan yang lain, manusia merasa tidak berharga dan tidak penting. Bahkan membandingkan dengan langit dan bintang2 (yg seharusnya kemuliaannya tidak lebih besar dari manusia), ternyata manusia tidak seberapa penting dan bersinar. Apakah manusia sehingga Engkau mengingatnya? Keberdosaan manusia membuat manusia tidak berharga sama sekali. Bahkan yang masih memiliki banyak halpun sering merasa tidak berharga dan tidak terlalu penting dibandingkan orang lain yang memiliki banyak kemampuan. Yang paling parah adalah mereka yang bunuh diri karena merasa tidak berharga lagi, tidak memiliki apa2 lagi, tidak memiliki siapa2 lagi dan bahkan ketika tidak mendapatkan apa yang diinginkan. Apa betul mereka yang butuh tidak ada apa-apa lagi, tidak ada harapan sama sekali?

Respon yang kedua, adalah orang-orang yang sombong. Karena mereka bisa melihat kemuliaan yang Tuhan sudah berikan dan membanggakan semuanya itu seolah-olah semuanya adalah pencapaian mereka secara pribadi dan bahkan menjadikan diri mereka adalah Allah. Mereka merasa lebih baik dari banyak orang yang lain dan merasa bisa melakukan apa yang mereka inginkan. Ah sombongnya... Betulkah mereka sehebat yang mereka pikirkan dan bayangkan?

Kedua respon ini bukanlah yang diinginkan oleh Tuhan. Perasaan yang tidak berharga seharusnya memang dimiliki oleh manusia, tetapi bukan dalam pengertian perasaan yg tdk berharga yang membuat dirinya tanpa harapan. Perasaan yg tidak berharga yang sejati adalah kesadaran bahwa kita berdosa, seluruh aspek hidup kita sudah dicemari oleh dosa, sehingga kita tidak bisa memberikan keselamatan bagi hidup kita melalui seluruh usaha kita. Hati kita hancur memikirkan dan mengingat semuanya, tanpa Tuhan kita tidak berarti sama sekali. Tetapi pada saat yang bersamaan di sisi yang lain, karena anugerah Tuhan yang menyelamatkan kita membuat kita melihat ada kemuliaan yang Tuhan sebenarnya sudah berikan kepada manusia. Bukan untuk dibanggakan dan mencari pujian manusia, melainkan untuk memuliakan nama Tuhan yang layak menerima segala pujian dan hormat.

Perasaan hina dan perasaan berharga seharusnya dimiliki dalam suatu paradoks untuk memuliakan Tuhan. Mazmur 8 memulai dengan kemuliaan Tuhan dan diakhiri dengan kemuliaan Tuhan. From glory to glory. Di dalam Chiasm mazmur ini, manusia diberikan kemuliaan, ketika jatuh dalam dosa hanya terlihat kehinaannya, tetapi kemudiaan dikembalikan kepada kemuliaan untuk memuliakan Tuhan.
Biarlah kita menjadi manusia yang mengerti seberapa hinanya diri kita di dalam dosa, tetapi juga begitu berharganya kemuliaan yang Tuhan sudah anugerahkan kepada kita, untuk memuliakan Tuhan.

0 Komentar:

Post a Comment