Richard L. Pratt dalam bab pertama bukunya Designed for Dignity menceritakan suatu artikel di suratkabar, "The Irony of Being Human"
Artikel ini menceritakan dua kejadian di hotel yang sama. Cerita pertama, seorang wanita bunuh diri. Sesudah meninggalkan suami dan kedua anaknya untuk pergi dengan kekasih barunya, sekarang ia ditinggalkan kekasihnya. Itu sebabnya ia bunuh diri. Polisi menemukan catatan, "Jangan tangisi aku. Aku tidak layak disebut manusia"
Peristiwa yang kedua, para penganut New Age Movement bersama-sama sedang meneriakkan, "Aku adalah allah, aku adalah allah"
Ironisnya menjadi manusia. Yang seorang merasa bukan manusia lagi, sementara yang sebagian merasa dirinya adalah allah. What about you?
A 2 Ya TUHAN, Tuhan kami, betapa mulianya nama-Mu di seluruh bumi! Keagungan-Mu yang mengatasi langit dinyanyikan. (Kemuliaan Tuhan)
........B 3 Dari mulut bayi-bayi dan anak-anak yang menyusu
untuk membungkamkan musuh dan pendendam.
(Kemuliaan Manusia)
................C 4 Jika aku melihat langit-Mu, buatan jari-Mu,
5 apakah manusia, sehingga Engkau mengingatnya?
Apakah anak manusia, sehingga Engkau mengindahkannya?
(Kehinaan Manusia)
........B' 6 Namun Engkau telah membuatnya hampir sama seperti Allah,
7 Engkau membuat dia berkuasa atas buatan tangan-Mu;
segala-galanya telah Kauletakkan di bawah kakinya:
8 kambing domba dan lembu sapi sekalian,
juga binatang-binatang di padang;
9 burung-burung di udara dan ikan-ikan di laut,
dan apa yang melintasi arus lautan.
(Kemuliaan Manusia)
A' 10 Ya TUHAN, Tuhan kami, betapa mulianya nama-Mu di seluruh bumi! (Kemuliaan Tuhan)
Mazmur 8 menggambarkan dengan jelas posisi manusia di hadapan Allah. Pusat dari mazmur ini, ada di ayat 2 dan ayat 10. Keduanya sama-sama berbicara tentang betapa mulianya nama Tuhan di seluruh bumi, bahkan mengatasi langit. Tuhan menciptakan segala sesuatu untuk kemuliaanNya. Melihat bumi dan segala isinya membuat manusia seharusnya memuliakan Tuhan.
Bahkan manusia diberikan kemuliaan oleh Tuhan. Dari bayipun Tuhan sudah memberikan manusia kekuatan dan anugerah yang bisa dipakai untuk melawan musuh dan pendendam (ay.3). Kemuliaan dan keagungan manusia bukan didapat dari lingkungan dan pengakuan dari luar, melainkan pemberian Allah yang memahkotai dengan kemuliaan dan hormat (ay.6). Bahkan manusia diberi kekuasaan untuk mewakili Tuhan di bumi ini (7-9). Bukankah hal-hal ini merupakan anugerah yang luar biasa?! Manusia tidak perlu mencari uang, gelar dan jabatan untuk menunjukkan bahwa manusia berharga. Melainkan semuanya diberikan secara cuma-cuma, bahkan dimahkotai oleh Tuhan dengan kemuliaan dan hormat. Wow!
Sayangnya manusia jatuh dalam dosa. Akibatnya, muncul dua respon. Respon yang pertama, dinyatakan di dalam ay. 4-5. Melihat ciptaan Tuhan yang lain, manusia merasa tidak berharga dan tidak penting. Bahkan membandingkan dengan langit dan bintang2 (yg seharusnya kemuliaannya tidak lebih besar dari manusia), ternyata manusia tidak seberapa penting dan bersinar. Apakah manusia sehingga Engkau mengingatnya? Keberdosaan manusia membuat manusia tidak berharga sama sekali. Bahkan yang masih memiliki banyak halpun sering merasa tidak berharga dan tidak terlalu penting dibandingkan orang lain yang memiliki banyak kemampuan. Yang paling parah adalah mereka yang bunuh diri karena merasa tidak berharga lagi, tidak memiliki apa2 lagi, tidak memiliki siapa2 lagi dan bahkan ketika tidak mendapatkan apa yang diinginkan. Apa betul mereka yang butuh tidak ada apa-apa lagi, tidak ada harapan sama sekali?
Respon yang kedua, adalah orang-orang yang sombong. Karena mereka bisa melihat kemuliaan yang Tuhan sudah berikan dan membanggakan semuanya itu seolah-olah semuanya adalah pencapaian mereka secara pribadi dan bahkan menjadikan diri mereka adalah Allah. Mereka merasa lebih baik dari banyak orang yang lain dan merasa bisa melakukan apa yang mereka inginkan. Ah sombongnya... Betulkah mereka sehebat yang mereka pikirkan dan bayangkan?
Kedua respon ini bukanlah yang diinginkan oleh Tuhan. Perasaan yang tidak berharga seharusnya memang dimiliki oleh manusia, tetapi bukan dalam pengertian perasaan yg tdk berharga yang membuat dirinya tanpa harapan. Perasaan yg tidak berharga yang sejati adalah kesadaran bahwa kita berdosa, seluruh aspek hidup kita sudah dicemari oleh dosa, sehingga kita tidak bisa memberikan keselamatan bagi hidup kita melalui seluruh usaha kita. Hati kita hancur memikirkan dan mengingat semuanya, tanpa Tuhan kita tidak berarti sama sekali. Tetapi pada saat yang bersamaan di sisi yang lain, karena anugerah Tuhan yang menyelamatkan kita membuat kita melihat ada kemuliaan yang Tuhan sebenarnya sudah berikan kepada manusia. Bukan untuk dibanggakan dan mencari pujian manusia, melainkan untuk memuliakan nama Tuhan yang layak menerima segala pujian dan hormat.
Perasaan hina dan perasaan berharga seharusnya dimiliki dalam suatu paradoks untuk memuliakan Tuhan. Mazmur 8 memulai dengan kemuliaan Tuhan dan diakhiri dengan kemuliaan Tuhan. From glory to glory. Di dalam Chiasm mazmur ini, manusia diberikan kemuliaan, ketika jatuh dalam dosa hanya terlihat kehinaannya, tetapi kemudiaan dikembalikan kepada kemuliaan untuk memuliakan Tuhan.
Biarlah kita menjadi manusia yang mengerti seberapa hinanya diri kita di dalam dosa, tetapi juga begitu berharganya kemuliaan yang Tuhan sudah anugerahkan kepada kita, untuk memuliakan Tuhan.
Ayat Hari Ini:
Tuesday, May 8, 2007
From Glory to Glory
Oleh RO'IEL pada jam 10:10 0 Komentar
Wednesday, March 14, 2007
Chiasmus 7 Perkataan Salib
Sebagian orang mungkin menganggap apa yang saya pikirkan sebagai kurang kerjaan. Tetapi kenyataannya memang demikian. Waktu itu lagi kurang kerjaan dan lagi memikirkan untuk kotbah-kotbah yang harus dipersiapkan menjelang Paskah untuk dikotbahkan kepada jemaat yang saya gembalakan waktu itu. Kemudian muncullah ide ini, melihat 7 perkataan salib dalam bentuk chiasmus. Semoga hasil dari kurang kerjaan ini bukan merupakan suatu pemaksaan, tetapi justru bisa menunjukkan keindahan yang berbeda dari karya dan anugerah Tuhan dalam Alkitab.
Chiasmus adalah salah satu bentuk paralel yang cukup unik yang dipakai dalam penulisan puisi dan narasi Ibrani. Penjelasan lebih lanjut bisa dilihat di dalam penjelasan dari Wikipedia (Chiastic Structure) atau di dalam Theopedia (Chiasmus)
Saya mulai memikirkannya sebagai Chiasmus, karena melihat bahwa perkataan pertama dan perkataa yang ketujuh, sama-sama dimulai dengan kata "Ya Bapa." Sedangkan perkataan yang ke-4 justru menggunakan kata "Allahku", dan sepertinya merupakan pusat dari 7 perkataan salib ini. Maka dengan sedikit berkreasi, saya mencoba menyusun ke tujuh perkataan salib ini dalam bentuk Chiasm ABCDC'B'A'. Tetapi, sebelum melihat susunan Chiasmus, ada hal yang harus ditentukan terlebih dahulu, yaitu urutan dari tujuh perkataan Salib.
Urutan 7 Perkataan Salib
Matius dan Markus
"Eli, Eli, lama sabakhtani?" Artinya: Allah-Ku, Allah-Ku, mengapa Engkau meninggalkan Aku? (Mat 27:46)
"Eloi, Eloi, lama sabakhtani?", yang berarti: Allahku, Allahku, mengapa Engkau meninggalkan Aku? (Mark 15:34); pada jam tiga Kristus berseru
Konteks:
Diberi minum, Kristus menolak (Mat 27:34; Mrk 15:23); Pakaian diundi (27:35; 15:24).
Penyamun2 mencela Dia (Mat 27:44; Mrk 15:32) Ada tiga jam kegelapan (27:45; 15:33)
Seseorang ingin memberikan anggur asam, tapi dilarang (27:48-49; 15:35-36)
Menyerahkan nyawaNya (27:50; 15:37). Tabir Bait Suci terbelah dua (27:51; 15:38)
Di salib pada jam sembilan (Mark 15:25)
Lukas
"Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat." (23:34)
"Aku berkata kepadamu, sesungguhnya hari ini juga engkau akan ada bersama-sama dengan Aku di dalam Firdaus." (Luk 23:43)
“Ya Bapa, ke dalam tanganMu kuserahkan nyawaKu” (Luk 23:46)
Konteks:
Mereka membuang undi (34)
Orang banyak, pemimpin2, perajurit2, perampok2 menghina Dia, inilah raja orang Yahudi (37-39)
Tiga jam kegelapan (44)
Tabir Bait Suci terbelah dua (45)
Yohanes
"Wanita, inilah, anakmu!" (Yoh 19:26); "Inilah ibumu!" (Yoh 19:27)
“Aku Haus” (Yoh 19:28)
“Sudah selesai” (Yoh 19:30)
Konteks:
Raja orang Yahudi (19)
Jubahnya diundi (24)
Yesus tahu segala sesuatu telah selesai (28)
Menyerahkan nyawaNya (30)
Patokan awal:
Buang undi (Mat 27:35; Mark 15:24; Luk 23:34; Yoh 19:23-24)
Tiga jam kegelapan (Mat 27:45; Mark 15:33; Luk 23:44)
Menyerahkan nyawaNya (Mat 27:50; Mark 15:37; Luk 23:46; Yoh 19:30)
Permasalahannya, hanyalah menentukan manakah yang menjadi perkataan yang kedua. Apakah perkataan kepada penjahat, ataukah perkataan kepada Maria dan Yohanes. Tetapi, patokannya adalah di dalam ayat yang berbicara tentang Raja Orang Yahudi. Dari Lukas, kita bisa mengerti bahwa perkataan kepada penjahat lebih dekat kepada cerita tentang Raja Orang Yahudi, artinya lebih dulu dari perkataan kepada Maria dan Yohanes.
Maka susunannya adalah:
1. Ya Bapa, Ampunilah mereka…
Buang undi
2. Amin! Hari ini juga…
3. Wanita, inilah anakmu…
Tiga jam kegelapan
4. AllahKu, AllahKu, mengapa…
5. Aku haus
6. Sudah Selesai
Menyerahkan nyawaNya => 7. Ya Bapa, ke dalam tanganMu…
Dari urutan seperti di atas, maka saya membuat Chiasmus seperti di bawah ini:
A Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat.
....B Amin!, hari ini juga engkau akan ada bersama-sama dengan Aku di dalam Firdaus.
.......C Wanita, inilah anakmu! Inilah ibumu!
..........D Pusat: Allah-Ku, Allah-Ku, mengapa Engkau meninggalkan Aku?
.......C’ Aku Haus
....B’ Sudah Selesai
A’ Ya Bapa, ke dalam tanganMu kuserahkan nyawaKu
Penjelasan Singkat:
AA’- Doa untuk Pengampunan dengan menyerahkan diri. Sama-sama dimulai dengan "Ya, Bapa"
BB’- Penggenapan Pengampunan. Perampok mengalami dan Kristus mengatakan sudah selesai.
CC’- Tanggung jawab pribadi dipenuhi. Tanggung jawab untuk keluarga (Ibu) dan tanggung jawab pribadi untuk menanggung dosa manusia (Aku Haus).
D - Penebusan dan penderitaan. Mengalami murka Allah selama tiga jam kegelapan, membuat Kristus mengeluarkan kalimat ini. Di sinilah puncak dari penderitaan, sekaligus penghukuman dan penebusan dilakukan.
Penjelasan selanjutnya, bisa dilihat di dalam seri Tujuh Perkataan Salib dalam pembahasan di hari-hari mendatang. Sebagian pemikiran adalah kotbah2 yang ditranskrip waktu masih menjadi Gembala Sidang di salah satu gereja dan bahan pembinaan di Banjarmasin dan Melbourne.
Oleh RO'IEL pada jam 13:00 0 Komentar
Label: 7 Perkataan Salib, Chiasm
Tuesday, December 26, 2006
The LORD is my shepherd, I shall not want (2)
Di dalam tulisan ini saya akan membahas berdasarkan Chiasm yang saya temukan dalam Mazmur ini. Jadi tidak dalam pembahasan ayat-ayat yang berurutan.
Mau menyanyikan atau mendengarkan lagu dari Mazmur 23?
Versi Populer Indonesia; Mazmur Jenewa ; Bach Cantata BWV 112
Apa itu Chiasm? Singkatnya, diambil dari huruf Yunani chi yang bentuknya mirip dengan X, huruf pertama dari nama Kristus. Chiasm ingin menggambarkan paralel yang ada dalam narasi dan puisi Ibrani. Paralel ini bisa berupa penggunaan kata dan juga konsep. Maka sebaiknya memang kalau bisa membaca bahasa aslinya. Saya akan membahas paralel dalam bentuk konsep.
Judul dari Mazmur (1)
A Kebutuhan fisik (makanan dan minuman) pemberian Tuhan (2); Kebutuhan rohani (3)
A' Kebutuhan fisik pemberian Tuhan (5); Kebutuhan rohani (6)
Pusat dari Mazmur 23 adalah di dalam judulnya di ayat 1. Tuhan adalah Gembalaku, aku tidak ingin apa2 lagi, tidak butuh apa2 lagi, aku tidak akan miskin...Karena kata kerja (haser, qal imperfect)yang dipakai dalam ayat 1, ini bisa diartikan dlm pengertian2 di atas, dimana kata ini bisa berarti present/future. Yang kemudian dijelaskan oleh Daud di dalam 5 ayat berikutnya, kenapa bagi Daud dengan Tuhan jadi Gembala, maka hidupnya sangat cukup dan berkelimpahan...Apakah dia tidak pernah hidup dalam kesulitan dan masalah?
Kalau kita bandingkan antara ayat 2 dan ayat 5, maka kita bisa melihat kesamaan yang ada. Sama2 berbicara tentang makan dan minum. Bedanya, ayat 5 berbicara tentang kelimpahan. Karena bisa makan di hadapan musuh (harusnya sangat sulit utk dinikmati, tetapi justru saya melihat nuansa sukacita dalam ayat ini), piala penuh berlimpah, ditambah dengan satu kalimat yang tidak ada dalam konsep di ayat 2, Engkau mengurapi kepalaku dengan minyak. Yang merupakan lambang kuasa dan berkat yang berkelimpahan. Mengapa terjadi perubahan dari ayat 2 ke ayat 5, padahal dalam konteks yang harusnya lebih sulit, karena sedang berhadapan dengan musuh? Saya akan menjawabnya terakhir...
Begitu juga kalau kita membandingkan ayat 3 dan ayat 6. Ayat 3 berbicara tentang Tuhan menyegarkan jiwa dan menuntun ke jalan yang benar. Anugerah Tuhan terhadap umat gembalaanNya. Ada ketenangan, kesegaran, kententraman dan sukacita di dalam dan berjalan dengan Tuhan. Meskipun domba bodoh dan biasanya tersesat, tapi Tuhan selalu menuntun ke jalan yang benar. Sama persis dengan kita yang mendapatkan anugerah Tuhan, DIA menuntun kita ke jalan yg benar, meskipun dulu kita tidak menginginkannya (jangan2 smp sekarangpun, kadang2 kita tetap tidak mau???).
Kalau melihat ayat 6, sama-sama berbicara tentang pemenuhan kebutuhan Rohani oleh Tuhan, tetapi ada nuansa yang lebih limpah. Karena ayat 6 berbicara tentang kebaikan dan kemurahan Tuhan akan ada seumur hidup, bukan hanya di saat-saat tertentu..Dan bukan hanya itu saja, tetapi kita akan diam dalam rumah Tuhan, bersama-sama Tuhan sampai selama2nya...Amin..Mengapa terjadi perubahan dari ayat 3 ke ayat 6, yang lebih bisa melihat kelimpahan dalam kerohanian, padahal keadaan dan situasi hidup tidak berubah?
Begitu juga kalau kita membandingkan relasi dengan Tuhan di dalam ayat 2-3 dengan ayat 5-6. Ayat 2-3, relasinya antara Ia (orang ketiga tunggal) dan Aku (orang pertama). Tetapi sejak ayat 4, dan dilanjutkan ke ayat 5-6, maka relasinya berubah menjadi Engkau (orang kedua tunggal) dan Aku (orang pertama), ada relasi yang lebih dekat, lebih akrab dan lebih intim. Mengapa? Jawabannya, ada di ayat 4.
Ayat 4 sangat sering dipakai dalam kematian. Padahal, bagi saya ayat ini berbicara tentang Natal, Penderitaan, Jumat Agung dan Paskah. Ko bisa???
Mari kita lihat lagi ayat ini,
Bukankah Daud sedang berhadapan dengan lembah kematian? Kenapa ia tidak takut bahaya (dalam bahasa Ibrani, kejahatan/evil), yang sebenarnya juga bisa ditujukan kepada Iblis dan musuh2 kita manusia, yang ingin menjatuhkan kita? Jawabannya, sebenarnya dalam kalimat, sebab Engkau besertaku. Bukankah ini berarti Natal, Immanuel, Allah beserta kita. Dan mengapa, gada dan tongkat Tuhan bisa menghibur? Di mana kita bisa melihat kekuatan Tuhan mengalahkan Iblis dan segala kejahatan? Di dalam seluruh hidup dan pelayanan Tuhan Yesus yang puncaknya dalam kematian dan kebangkitanNya..Hal ini merubah hidup manusia. Hidup ini menjadi hidup yang berkelimpahan. Sekalipun situasi hidup mungkin akan makin lama makin sulit, atau keadaan di sekitar kita tidak berubah, tapi dengan kesadaran penyertaan Tuhan, kita akan melihat bahwa pemberian Tuhan dalam hidup ini sangat-sangat berlimpah dalam segala hal dan bahkan sampai kepada hidup yang kekal. Kalau sumber segala berkat, sudah menjadi Gembala kita dan menyertai kita sampai selama-selamanya, apa lagi yang kita inginkan, apa lagi yang kita butuhkan?
Oleh RO'IEL pada jam 13:38 0 Komentar