Ayat Hari Ini:

Showing posts with label Filipi 1. Show all posts
Showing posts with label Filipi 1. Show all posts

Thursday, March 8, 2007

Hidup adalah Kristus. Mati membuat hidup lebih hidup.

Manusia hidup dalam kesementaraan ini seringkali melupakan bahwa hidup ini adalah sementara. Berbagai bencana dan musibah yang membawa kematian seharusnya mengingatkan kita, bahwa hidup ini hanya sementara di dunia ini. Maka buat apa kita hidup? Apakah hidup ini hanya untuk kesementaraan yang kemudian akan berlalu dengan sia-sia? Ataukah kita hidup untuk kekekalan dengan memanfaatkan kesementaraan ini dan bersiap dalam kesementaraan ini? C.S. Lewis pernah mengatakan, "Aim at heaven, and you will get earth thrown in; aim at earth, and you will get neither."

20 Sebab yang sangat kurindukan dan kuharapkan ialah bahwa aku dalam segala hal tidak akan beroleh malu, melainkan seperti sediakala, demikianpun sekarang, Kristus dengan nyata dimuliakan di dalam tubuhku, baik oleh hidupku, maupun oleh matiku. 21 Karena bagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan. 22 Tetapi jika aku harus hidup di dunia ini, itu berarti bagiku bekerja memberi buah. Jadi mana yang harus kupilih, aku tidak tahu. 23 Aku didesak dari dua pihak: aku ingin pergi dan diam bersama-sama dengan Kristus itu memang jauh lebih baik; 24 tetapi lebih perlu untuk tinggal di dunia ini karena kamu.
Fil 1:20-24

Rasul Paulus dalam kesaksiannya pada jemaat di Filipi, menjelaskan bagaimana seharusnya orang percaya memandang hidup dan mati. Bagi Paulus, hidup adalah Kristus (21) dan bekerja memberi buah (22), tetapi hanya lebih perlu untuk hidup di dunia (24). Sedangkan mati adalah keuntungan (21), karena berdiam bersama-sama Kritus (23), dan itu lebih baik (23). Jadi, sebenarnya sudah disimpulkan oleh Rasul Paulus dalam ay.20, Kristus dengan nyata dimuliakan dalam tubuhku, baik oleh hidupku, maupun oleh matiku.

Hidup adalah Kristus
Paulus ingin mengatakan bahwa Kristus adalah sumber, penopang dan pemelihara serta menjadi tujuan dari hidup ini. Sangat jelas, karena kita dicipta dalam gambar Kristus, dan mempunyai tujuan untuk menjadi serupa dengan gambaran Kristus (Roma 8:29). Dampak tinggal di dalam Kristus, maka pasti akan bekerja memberi buah. Saya mendapatkan pengertian yang berbeda lagi tentang bekerja memberi buah. Sekarang, saya ingin melihat dari 3 sisi yang berbeda:
Yang pertama, dalam hubungannya dengan Tuhan. Saya melihatnya seperti di dalam perumpamaan tentang talenta. Kita bekerja memberi buah, jikalau kita menjadi seperti hamba-hamba yang baik, yang mengerjakan dan memaksimalkan semua pemberian Tuhan dan mempersembahkannya untuk kemuliaan Kristus.
Yang kedua, dalam hubungannya dengan sesama manusia. Kita bekerja memberi buah, bukan hanya dalam pemberitaan Injil, tetapi juga bagaimana memuridkan. Seorang Pendeta yang baik, seharusnya juga menghasilkan Pendeta-Pendeta yang baik. Begitu juga dengan pekerjaan dan panggilan2 yang lain. Selain itu, kita berusaha untuk berbagian dalam hidup orang lain untuk persiapan menuju kekekalan dengan melayani dan mengasihi.
Yang ketiga, dalam hubungannya dengan bumi ini. Bekerja memberi buah, artinya kita bertanggung jawab dalam pekerjaan kita masing-masing. Kita mengusahakan dan memelihara bumi ini (Kej 2:15 - Konteksnya Taman Eden). Bukan hanya sekedar bekerja dan mengeksploitasi bumi ini. Dua kata yang diterjemahkan dalam bahasa Indonesia dengan mengusahakan dan memelihara, keduanya mempunyai nuansa ibadah, pelayanan dan takut akan Tuhan.
Jadi, keseluruhan hidup kita dalam bekerja memberi buah sangat berhubungan sekali dengan Kristus sebagai Pencipta, Pemelihara, Penyelamat dan Penyempurna kita.
Tetapi anehnya, Paulus mengatakan untuk tinggal di dunia ini hanya lebih perlu. Mengapa? Apa gunanya hidup yang sementara ini? Adakah yang jauh lebih baik dari hidup ini? Mengapa hampir semua orang tidak ingin mati dan ingin hidup 1000 tahun lagi?

Hidup Lebih Hidup
Banyak orang sebenarnya tidak mengerti tentang kekekalan dan tidak ada kepastian sama-sekali, sehingga kematian menjadi sesuatu yang menakutkan. Dibandingkan dengan hidup yang kelihatan ini dan sepertinya kita bisa mengontrol dan menikmatinya.
Padahal, hidup yang sementara ini adalah persiapan untuk hidup yang kekal, yang akan sampai selama-lamanya. Itu sebabnya, Paulus mengatakan bahwa mati jauh lebih baik, karena diam bersama-sama dengan Kristus di dalam kekekalan.
Mati adalah gerbang untuk masuk ke dalam kesempurnaan, serupa dengan Kristus, diam dengan Kristus, menjadi raja sampai selama-lamanya, tidak berdosa lagi, tidak ada sakit-penyakit, dan bahkan bisa menikmati Allah Tritunggal dalam segala kelimpahan. Jadi, hidup sesudah mati pasti lebih menyenangkan dari hidup yang sekarang ini. Seharusnya orang-orang yang sungguh percaya kepada Kristus, sangat menanti-nantikan akan kematian dan hidup yang kekal. Mata kita seharusnya memandang kepada kekekalan. Bersukacita dengan segala hal yang dibukakan kepada kita dan mempersiapkannya dalam kesementaraan ini.
Apakah ini berarti bahwa kesementaraan ini menjadi tidak berharga dibandingkan dengan hidup kekal? YA! Tetapi, bukan berarti hidup yang sementara ini tidak perlu. Justru kita harus melihat hidup yang sementara ini sebagai kesempatan yang akan berlalu. Kalau kita melihat dengan cara pandang bahwa ini hanya sementara dan akan berlalu tetapi berdampak untuk kekekalan, maka kita akan memanfaatkan dan mempergunakannya sebagai mungkin demi untuk Kristus dan untuk mempersembahkan semuanya kepada Kristus.
Bagi orang Kristen, mati bukan lagi sesuatu yang menakutkan. Malahan kematian membuat hidup menjadi lebih hidup. Mari kita menunggu dan menanti-nantikan kematian, bukan untuk kematian itu sendiri. Tetapi bagi Kristus, yang sudah mati dan bangkit, dan yang akan membangkitkan kita untuk hidup bagi Dia dalam kekekalan. Sementara kita menunggu, mari kita bekerja memberi buah, mempersiapkan diri kita dan orang-orang pilihan lainnya untuk hidup dalam kekekalan. Karena hidup adalah Kristus dan mati membuat hidup menjadi lebih hidup.

If you read history you will find that the Christians who did most for the present world were precisely those who thought most of the next. It is since Christians have largely ceased to think of the other world that they have become so ineffective in this.
C. S. Lewis (1898-1963)
British Academic, Writer, Christian Apologist