Ayat Hari Ini:

Showing posts with label Habakuk. Show all posts
Showing posts with label Habakuk. Show all posts

Tuesday, March 6, 2007

Fly me to the Moon

Fly me to the moon
And let me play among the stars
Let me see what spring is like
On Jupiter and Mars


Saya tidak ingin membahas lagu ini, kalimat pertama dalam lagu ini, membuat saya berkeinginan untuk melihat bumi ini dari sudut yang berbeda. Khususnya setelah mendengar lagi berita tentang bencana2 alam. Jadi mungkin diganti dengan Fly me to the moon to see what happen on the earth. Mengapa? Bumi ini sepertinya semakin banyak bencana alam dan musibah. Nonton berita di TV, ga ada habis-habisnya dengan bencana. Apalagi di Indonesia. Selain bencana alam, melibatkan juga kecerobohan manusia. Mungkin karena seperti lirik lagu Fly me to the Moon, manusia lebih banyak memuja manusia sendiri, dan hanya mempergunakan ciptaan Tuhan dan Tuhan sendiri bagi keuntungan manusia semata.

Apa gunanya segala bencana alam dan musibah yang terjadi di dalam hidup ini? Di Indonesia, terjadi tsunami dan gempa bumi. Dan sampai sekarang, gempa-gempa susulan terus terjadi di seluruh dunia. Sangat sesuai dengan musik zaman sekarang, yagn terus bergoyang. Maka bumi inipun seperti ingin mengikuti dan menyesuaikan dengan musik dan selera zaman ini!? Dimana-mana terjadi badai, di Indonesia angin puting beliung terjadi di mana-mana. Padahal baru saja selesai banjir di beberapa propinsi. Belum lagi dengan berbagai kecelakaan pesawat dan kapal laut. Apa maksudnya semuanya ini? Haruskah manusia pindah dari bumi ini? Bumi ini sudah terlalu tua dan sakit? Waktunya kiamat sudah dekat? Bisakah kita lari ke bulan? Fly me to the moon!

Sebenarnya, bencana-bencana dan musibah yang terus terjadi dalam hidup ini mengingatkan kita bahwa manusia sebenarnya lemah dan tidak berdaya. Sepintar apapun, manusia tidak bisa mengendalikan berbagai bencana alam dalam hidup ini. Sekalipun dengan kepintaran dan kecanggihan teknologi, manusia bisa mendeteksi beberapa bencana alam, tetapi manusia ternyata tetap tidak sanggup untuk menghadapinya. Hanya bisa pasrah dan meminimalisir kerusakan yang terjadi. Padahal sebagian bencana alama, karena ulah dan kepintaran manusia yang mengembangkan teknologi tanpa memelihara alam. Kesimpulannya, bencana mengajarkan manusia untuk rendah hati.

Selain itu, setelah menyadari kelemahannya, maka manusia biasanya mengakui bahwa hanya Tuhanlah tempat perteduhan, tempat perlindungan, batau karang yang tergoyahkan, kota benteng, dan banyak lagi istilah masing-masing tergantung konteks dan kebutuhan manusia. Bencana-bencana alam yang terjadi di Indonesia, sebenarnya memberikan kesempatan untuk terbukanya berbagai kesempatan untuk berkomunikasi, menolong dan menyatakan cinta kasih dan bahkan memberitakan Injil kepada begitu banyak orang yang dulu begitu sombong, menutup diri dan merasa mampu. Ketika orang-orang percaya melupakan kesaksian dan hanya sibuk memuja dan memperhatikan diri dan gereja sendiri,
maka Tuhan memakai caraNya untuk mengingatkan orang percaya akan tugas dan panggilanNya. Kita yang tidak tahu lagi bagaimana caranya untuk bersaksi, akhir-akhir ini justru diberi kesempatan yang begitu besar dengan berbagai macam bencana.

Kesaksian bukan hanya bisa dilakukan oleh orang-orang yang mempunyai materi yang berlimpah, tapi juga oleh orang-orang yang mengalami musibah itu, dengan tetap bersukacita dan bergantung kepada Tuhan dan bahkan bisa menyaksikan cinta Tuhan dalam keadaan yang sulit seperti itu. Sama seprti Ayub, pada waktu kehilangan seluruh harta dan anak2nya, justru berkata, "Dengan telanjang aku keluar dari kandungan ibuku, dengan telanjang juga aku akan kembali ke dalamnya. TUHAN yang memberi, TUHAN yang mengambil, terpujilah nama TUHAN!" (Ayub 1:21).

Ataupun seperti Habakuk dalam Hab 3:17-18, yang berkata,"Sekalipun pohon ara tidak berbunga, pohon anggur tidak berbuah, hasil pohon zaitun mengecewakan, sekalipun ladang-ladang tidak menghasilkan bahan makanan, kambing domba terhalau dari kurungan, dan tidak ada lembu sapi dalam kandang, namun aku akan bersorak-sorak di dalam TUHAN, beria-ria di dalam Allah yang menyelamatkan aku."
Maka, siapapun dan dalam keadaan apapun bisa bersaksi. Karena kesaksian yang terbaik bukan tentang berkat-berkat, bukan tentang diri kita (meskipun kita bisa juga menceritakan berkat2 dan pembentukan diri kita oleh Tuhan), tetapi kesaksian tentang Tuhan yang menjadi sumber dari berkat2, dunia ini dan diri kita. Kecuali seseorang kehilangan Tuhan, maka dia tidak bisa bersaksi lagi.
Jadi, mari kita melihat sudut lain dari segala musibah dan bencana alam yang akan terus-menerus terjadi. Mari kita menyadari keberadaan kita yang tidak berdaya sama sekali, tapi ada harta yang berharga di dalam kita, yang bisa kita saksikan. Mari kita berdoa agar Tuhan membukakan mata kita dan bukan hanya melihat segala sesuatu dari fenomena yang ada, tapi bisa melihat dari rencana Tuhan yang kekal.

Fly me to the moon
Let me play among those stars
Let me see what spring is like
On Jupiter and Mars

Fill my heart with song
Let me sing for ever more
You are all I long for
All I worship and adore


Lirik yang lengkap bisa dilihat di sini. Mau denger atau download lagu Fly Me to the Moon? (Click Here).

Wednesday, December 27, 2006

The LORD is my shepherd, I shall not want (3)

Maz 23:4 Sekalipun aku berjalan dalam lembah kekelaman, aku tidak takut bahaya, sebab Engkau besertaku; gada-Mu dan tongkat-Mu, itulah yang menghibur aku.

Hari ini nonton Enjoying Everyday Life di TBN, ada satu hal yg menarik. Pastor Michael Shaw, memulai pelayanan di Houston thn 1998, membangun gereja dan mendapatkan banyak jemaat karena memenangkan banyak jiwa. Tetapi, semuanya hilang karena badai Katrina. Dia kehilangan semuanya, tapi dia berkata, "Bangunan gereja boleh hancur dan jemaat2nya pergi, tetapi gerejanya tidak pernah hancur, malahan jemaat2nya pergi kemana2 di seluruh Amerika dan memberitakan Injil, membuat lebih banyak orang yang percaya kepada Kristus..." Mengagetkan bagi banyak orang, kalau orang yang kehilangan segala sesuatu masih bisa mengatakan kalimat itu.

Saya jadi teringat dengan kalimatnya Raja Daud dalam Maz 23:4. Berada dalam lembah bayang2 maut, tapi tidak takut, bahkan bisa melihat penghiburan dari Tuhan. Hal ini, seharusnya dialami oleh semua orang percaya. Pengalaman melihat penghiburan dari Tuhan pada saat-saat yang paling sulit dalam hidup ini, dan iman yang melihat penyertaan Tuhan. Kalau kita melalui hal ini, maka kita akan melihat kelimpahan dalam hidup. Meskipun kesulitan2 hidup hampir tidak berubah.
Dunia ini mengajarkan kita bersandar kepada kesuksesan, harta, dan segala kuantitas dan kualitas yang bisa kita hargai untuk melihat kelimpahan. Tetapi, Alkitab mengajarkan berbeda. Justru melewati penderitaan, kesulitan, salib dan kematian, baru kita bisa melihat kelimpahan. Aneh..., tapi nyata. Memang bukan penderitaan dan segala kesulitan yang membuat kita bisa melihat kelimpahan. Tetapi, dalam keadaan2 seperti itulah kita bisa melihat dan bergantung kepada Tuhan. Maka John Calvin benar waktu mengatakan dalam Inst.III.8.17, bahwa metode Tuhan dalam mendidik umat pilihanNya adalah dengan mengijinkan penderitaan, penyakit dan segala kesulitan. Semuanya itu membawa kita sadar siapa diri kita dan kembali kepada Tuhan, melihat penyertaanNya dan bergantung kepadaNya. Ketika sumber berkat beserta kita, maka kita akan melihat kelimpahan dalam kesulitan kita.
Kesaksian yang lain, ada di dalam Hab 3:17-19.
Sekalipun pohon ara tidak berbunga, pohon anggur tidak berbuah, hasil pohon zaitun mengecewakan, sekalipun ladang-ladang tidak menghasilkan bahan makanan, kambing domba terhalau dari kurungan, dan tidak ada lembu sapi dalam kandang, namun aku akan bersorak-sorak di dalam TUHAN, beria-ria di dalam Allah yang menyelamatkan aku. ALLAH Tuhanku itu kekuatanku: Ia membuat kakiku seperti kaki rusa, Ia membiarkan aku berjejak di bukit-bukitku.
Keadaan yang ada, harusnya tidak bisa membuat Habakuk bersorak-sorak, beria-ria dan bersukacita. Tetapi, dia tetap bisa melakukan itu, karena melihat kepada Tuhan. Just turn our eyes unto Jesus...