Dalam post ini saya akan membahas tiga bait berikutnya dari lagu Be Thou My Vision. Intinya akan berbicara tentang dua pergumulan besar dengan TUHAN: peperangan melawan Iblis dan pergumulan dengan harta dan pujian.
Bagian ini juga adalah pengantar dari pembahasan salah satu perikop yang paling sering saya kotbahkan, Maz 23. Itu sebabnya saya memberikan judul post ini dengan judul dari Maz 23.
Be THOU my battle shield, sword for the fight
Be THOU my Dignity, THOU my Delight
THOU my soul's shelter, THOU my High Tower
Raise THOU me heavenward, O Power of my Power
Dalam bagian ini berbicara tentang pergumulan dalam hidup untuk memuliakan Allah. Hidup adalah peperangan. Peperangan yang tidak pernah habis2nya. Peperangannya bukan melawan darah dan daging, tetapi melawan Iblis dan pengikut2nya (karena perjuangan kita bukanlah melawan darah dan daging, tetapi melawan pemerintah-pemerintah, melawan penguasa-penguasa, melawan penghulu-penghulu dunia yang gelap ini, melawan roh-roh jahat di udara. Efesus 6:13).
Dan siapa yang berperang? Sebenarnya yang berperang adalah TUHAN. Dan TUHAN sudah mengalahkan Iblis melalui kedatangan Kristus ke dunia, mati dan bangkit. Kalau begitu, buat apa kita berperang? Peperangan kita hanya untuk membuktikan bahwa kemenangan yang dimulai oleh Kristus akan terus digenapi. Already but not yet. Maksudnya peperangan kita, TUHAN tetap yang berperang dan kita 'hanya' ikutan dibelakangNYA. Itu sebabnya TUHAN-lah yang menjadi perisai, pelindung dan juga yang menjadi pemimpin yg menyerang dalam pertempuran kita. Maka peperangan bukan lagi menjadi sesuatu yang sangat menakutkan. Selama ada TUHAN, kita akan bisa menikmati. Menikmati peperangan? Bukan! Menikmati TUHAN yang memimpin kita, menikmati strategiNYYA dan jalan2NYA. Dan kita akan merasakan ada kemuliaan dan 'kebanggaan' ikut dalam peperangan. Siapa kita yang tidak memiliki kemampuan apa2, yg tidak bisa berperang, yang tidak mengerti strategi melawan Iblis, tapi bisa diajak untuk ikut dalam peperangan dan MENANG..Wow!
Waktu kita ingin berperang sendiri dan kelihatannya akan kalah, maka TUHAN jugalah tempat perlindungan kita. Begitulah kita manusia. Sesudah tidak sanggup melakukan segala sesuatu, sudah tidak berdaya, maka kita baru mencari TUHAN, berlindung padaNYA dan menginginkan DIA untuk berperang dan melindungi kita. Dan baru kita mengakui bahwa kita tidak berdaya dan DIA-lah sumber segala kuasa. It's not FAIR.
Semoga kita bisa melihat hal ini dalam seluruh hidup kita...
Pergumulan selanjutnya yang berat dan sulit, adalah pergumulan dengan HARTA dan PUJIAN.
Riches I heed not, nor men's empty praise
THOU my inheritance, now and always
THOU and THOU only, first in my heart
HIGH KING of Heaven, my treasure THOU art
HIGH KING of Heaven, my victory won,
May I reach heaven's joys, O bright heaven's Sun!
Heart of my own heart, whatever befall,
Still be my Vision, O Ruler of all.
UANG menjadi salah satu pembuat masalah terbesar dalam hidup manusia. Kalau sampai TUHAN Yesus pernah mengatakan dalam Mat 6:24, "Tak seorangpun dapat mengabdi kepada dua tuan. Karena jika demikian, ia akan membenci yang seorang dan mengasihi yang lain, atau ia akan setia kepada yang seorang dan tidak mengindahkan yang lain. Kamu tidak dapat mengabdi kepada Allah dan kepada Mamon." Itu artinya ada satu masalah yg sangat besar. Ko bisa (?), Allah dibandingkan dengan Mamon, dan sama2 kita bisa diperbudak. Kenapa Pencipta yang hidup disamakan dengan ciptaan yang mati? Bukankah uang tidak ada dalam ciptaan yang pertama? Uang baru ada, karena manusia menciptakannya, merasa memerlukan alat tukar-menukar. Tetapi uang kemudian menjadi illah yang baru, dikejar manusia, selalu dipikirkan manusia, menjadi kesenangan, kenikmatan, bahkan sumber kebahagiaan manusia dan disembah manusia. Manusia mencipta, tp kemudian manusia menyembahnya. Penyembahan berhala. Maka kalau ditanya apa tujuan hidup dan cita2 manusia? Kita bisa menjawab semua cita2 kita, tapi kalau dilihat akhirnya, sebenarnya berpusat pada UUD, Ujung-Ujungnya Duit...
Begitu juga dengan pujian. Manusia ingin sekali diagungkan dan dipuji. Siapa yang tidak mau dipuji? Termasuk yang bilang sudah mati terhadap pujianpun, masih sangat menginginkan pujian..Saya ingin bertanya pertanyaan kebalikannya, Siapa yg mau dihina? Padahal dalam keberdosaan kita, siapapun orang di dalam dunia ini pantas untuk dihina karena keberdosaan kita. Segala kemuliaan Allah dalam hidup kita tertutup dengan dosa-dosa kita. Yg kelihatan hanyalah kehinaan. Maka kita pantas untuk dihina, meskipun kita jangan menghina Gambar Allah..Kalau manusia mencari pujian dari sesama manusia, bukan karena kualitas kemuliaannya sebagai Gambar Allah, maka dia sedang menipu dirinya sendiri. Tetapi, kalau kita mendapatkan pujian karena kemuliaan Allah yang bersinar dalam diri kita, kekudusan, kebenaran-keadilan dan pengetahuan dalam kebenaran, maka pujian it sebenarnya ditujukan kepada Allah yang mencipta kita sebagai Gambar Allah, memberi kemuliaan kepada kita sehingga kita bisa memuliakan DIA. Kalau kita mengambil pujian itu untuk diri kita, maka kita mengambil milik TUHAN.
Jadi, sebaiknya bagaimana?
Dalam lagu di atas, memberikan jalan keluar untuk melihat dengan benar. Mengapa kita hanya melihat berkat2 dan berpusat kepada berkat2 itu? Kenapa bukan kepada sumber berkatnya? Ya, mengapa kita tidak melihat kepada TUHAN yang jadi sumber segala sesuatu, sumber segala harta, pujian kemenangan, kebanggaan dan segala hal yg paling mulia, paling agung, paling puncak,...? Kalau kita memiliki harta dan mendapatkan pujian, mengapa kita tidak pakai itu semua dalam rangka memuliakan dan menikmati TUHAN yang jadi sumber dari semuanya? Dan kalaupun kita kehilangan semuanya, bukankah kita masih punya sumber segala berkat yang tidak akan pernah hilang sama sekali???
HIGH KING of Heaven, my victory won,
May I reach heaven's joys, O bright heaven's Sun!
Heart of my own heart, whatever befall,
Still be my Vision, O Ruler of all.