Kerinduan bisa membuat seseorang membunuh orang lain dan juga membuat seseorang bunuh diri. Kerinduan bisa menggerogoti jiwa. Tapi kerinduan juga bisa menjadi motivasi yang besar untuk bertahan di dalam hidup demi untuk bisa bertemu dengan orang yang dirindukannya.
Jika kerinduan kepada manusia bisa mengakibatkan pengaruh yang sangat besar dalam hidup manusia, bagaimanakah dengan kerinduan kepada Allah?
Mazmur 42:2-3
Tidak bisa Tidak, Mana Tahan!?
Pemazmur menggambarkan kerinduannya kepada Allah seperti Rusa yang membutuhkan air minum. Tidak bisa tidak, kerinduan ini sudah menjadi kebutuhan yang utama. Kebutuhan yang bisa mematikan jika tidak bisa dipenuhi. Karena tanpa air, rusa akan mati. Mana tahan!?
Seperti rusa merindukan sungai yang berair, maka seharusnya dan sewajarnya juga manusia merindukan Penciptanya. Kerinduan ini harus terpuaskan dan bukan hanya sekedar bertemu. Sama seperti rusa yang bukan hanya bertemu dengan air dan puas melihat aliran sungai itu. Manusiapun merindukan Tuhan bukan hanya untuk bertemu dan selesai. Tapi, ada suatu kerinduan untuk memuliakan-Nya dan bahkan menikmati-Nya; yang membuat manusia bisa terpuaskan dahaganya.
Sayangnya kerinduan utama yang seharusnya ditujukan kepada Pencipta, sekarang digantikan oleh kerinduan kepada manusia dan benda-benda mati. Seolah-olah ketika tidak bisa bertemu dengan mereka, hidup ini terasa ada yang kurang dan keterpisahan tidak boleh pernah terjadi, karena akan mengakibatkan kerinduan yang sangat dalam.
Bukannya tidak boleh merindukan manusia dan benda, tapi seharusnya kerinduan itu tidak lebih besar dibandingkan dengan kerinduan kepada sumber dari manusia dan benda itu.
Tahukah kita bahwa kerinduan yang utama seharusnya kepada Allah yang merupakan sumber segala sesuatu, bahkan sumber dari orang2 dan benda2 yang kita kasihi? Punyakah kita kerinduan yang lebih besar lagi kepada-Nya? Hauskah kita untuk memuliakan dan menikmati-Nya? Bukankah hal itu adalah kebutuhan utama kita sebagai manusia?
I Miss YOU
Ada tiga hal untuk memuaskan kerinduan itu. Pertama, menunggu Allah datang. Kedua, pergi melihat Allah. Ketiga, sambil menunggu dan ingin pergi melihat, tetap hidup bagi-Nya.
Menunggu Tuhan Yesus datang kembali sudah dilakukan sejak gereja mula-mula. Keinginan untuk segera bertemu dengan sang Pencipta, Penebus, Pemelihara dan Penyempurna, membuat mereka terus menunggu. Tapi, sampai saat ini Tuhan Yesus belum datang kembali. Sebagai umat-Nya kita hanya bisa terus menunggu dan terus bersiap, karena kerinduan ini sudah terlalu besar untuk bertemu muka dengan muka.
Jika Tuhan belum datang kembali, maka kita yang akan terlebih dahulu pergi melihat-Nya. Ini bukan acara besuk, atau sekedar liburan dan jalan-jalan seperti cerita dari beberapa orang yang ingin populer karena mengatakan sudah pergi bertemu Tuhan. Tapi, ini menyangkut kerinduan untuk segera meninggalkan dunia ini, bukan karena kesulitan dan penderitaan yang ada. Kerinduan ini karena ingin bertemu dengan Allah kita dan ingin diam bersama-sama dengan-Nya. Jika kita betul-betul merindukan-Nya mungkinkah kita tidak ingin meninggalkan segala sesuatu di dunia ini dan bertemu dengan-Nya???
(Ada banyak orang mengatakan mencintai Tuhan, tapi tidak mau segera bertemu dengan-Nya (mati). Betulkah orang-orang itu mencintai Tuhan, tapi tidak merindukan-Nya? Jangan2 hanya berkat2-Nya didunia yang dirindukan mereka?)
Jika Tuhan belum datang kembali dan kitapun belum bisa kembali kepada-Nya, apa yang bisa kita lakukan sekarang? Apakah cukup kita hanya terus merindukan-Nya tanpa melakukan apa2?
Tentu saja tidak. Jika kita betul-betul mencintai dan merindukan-Nya, maka hiduplah bagi Dia. Tuhan Yesus yang menjadi pusat, motivasi dan kerinduan yang besar untuk melakukan segala sesuatu. Apapun yang kita lakukan sekarang, lihatlah sebagai persiapan untuk bertemu dengan-Nya. Karena gereja sebagai pengantin wanita yang harus kudus dan mempersiapkan diri untuk bertemu dengan sang mempelai pria, demikianlah kita mempersiapkan diri kita untuk bertemu dengan-Nya.
Jadi, kerinduan itu seharusnya menghasilkan banyak hal yang baik dan positif selama kita masih hidup di dunia untuk memuliakan Allah dan menikmati-Nya.
0 Komentar:
Post a Comment