Kemarin siang habis kotbah dari satu sekolah Kristen, bingung mau pulang naik apa. Taksi yang diminta nunggu, ga mau nunggu. Baru kali ini dapat taksi yang sombong, padahal argonya dihidupin dan pasti saya bayar lebih. Kesal juga.
Memang bisa telpon Blue Bird. Tapi karena lagi telpon, jadinya jalan aja ke jalan besar, kira2 100m. Sampai di jalan besar, ada pilihan untuk naik taksi atau naik ojek (yang mungkin lebih mahal). Siang kemarin panas banget, tapi anehnya saya pilih naik ojek. Sudah lama ga naik ojek. Pas tanya harganya, beda tipis dengan taksi. Tanpa tawar lagi, langsung bayar dan naik ojek.
Sesudah ngobrol2 dengan tukang ojeknya, baru sadar kalau pernah naik ojek yang sama. Tukang ojeknya, bapak yang sederhana, sudah belajar semua agama dan mengaku pluralis. Menurut dia, semua agama itu baik. Dia jelaskan kebaikan Kekristenan seperti apa, Budha, Islam, bahkan kepercayaan2 lain. Siang ini dia mencoba menjelaskan banyak hal tentang hidup yang sukses. Jadi lebih tertarik, karena yang ngomong tukang ojek, yang menurut ukuran dunia tidak sukses.
Tapi yang paling menarik, ketika dia ngomong kalau salah satu rahasianya adalah mencintai yang paling dibenci!!! Jadi ingat Lukas 10:25-37.
29 Tetapi untuk membenarkan dirinya orang itu berkata kepada Yesus: "Dan siapakah sesamaku manusia?"...
31...seorang imam..
32..seorang Lewi..
33 Lalu datang seorang Samaria, yang sedang dalam perjalanan, ke tempat itu; dan ketika ia melihat orang itu, tergeraklah hatinya oleh belas kasihan...
36 Siapakah di antara ketiga orang ini, menurut pendapatmu, adalah sesama manusia dari orang yang jatuh ke tangan penyamun itu?" 37 Jawab orang itu: "Orang yang telah menunjukkan belas kasihan kepadanya." Kata Yesus kepadanya: "Pergilah, dan perbuatlah demikian!"
Lukas 10:25-37
Pelajaran mencintai adalah pelajaran yang tidak akan ada habis-habisnya dibicarakan dan dipelajari. Semua orang bisa mencintai. Tapi, bagaimana dengan mencintai orang yang paling dibenci?
Ahli Taurat yang datang kepada Tuhan Yesus merasa dirinya sudah benar dan sudah melakukan setiap yang tertulis dalam Taurat, bahkan juga mungkin sudah melakukan aturan2 yang ada dalam penafsirannya. Maka dengan motivasi ingin membenarkan diri, ia menguji Tuhan Yesus dan ingin membuktikan bahwa ia benar dengan perbuatannya dan tidak membutuhkan Tuhan Yesus untuk keselamatan hidupnya. Ia juga merasa sudah melakukan inti dari Taurat, yaitu mengasihi Tuhan dan mengasihi sesama. Untuk membuktikan bahwa ia sudah mengasihi sesamanya, kembali bertanya kepada Tuhan Yesus tentang siapa sesamanya. Dalam pikiran ahli Taurat, mungkin sesamanya adalah orang Yahudi, lebih khusus lagi para imam dan orang Lewi.
Diluar dugaan, tokoh sentral dalam perumpamaan tentang siapakah sesamaku manusia, bukanlah imam, orang Lewi, yang mungkin dipikirkan oleh sang ahli Taurat. Tapi, orang Samaria yang begitu dibenci oleh orang Yahudi. Ia yang menunjukkan belas kasihan kepada orang yahudi yang dirampok habis-habisan. Seharusnya jawaban si ahli Taurat terhadap pertanyaan Tuhan Yesus, "Siapakah di antara ketiga orang ini, menurut pendapatmu, adalah sesama manusia dari orang yang jatuh ke tangan penyamun itu?" Seharusnya dijawab oleh ahli Taurat, "Orang Samaria" Tapi, si ahli Taurat tidak mau menjawabnya. Ia tidak mau mengakui bahwa sesama manusia dari orang Yahudi adalah orang Samaria. Ternyata si ahli Taurat tidak bisa mengasihi orang yang paling dibenci, sekalipun orang itu sudah melakukan kebaikan terhadap orang Yahudi. Bagaimana dengan orang Samaria yang berbuat jahat kepadanya, bisakah ia mengasihinya?
Kitapun sama dengan si ahli Taurat. Seringkali kita merasa sudah sangat baik dalam mengasihi. Sampai kita berhadapan dengan ujian untuk mengasihi orang yang paling kita benci, bisakah kita melakukannya?
Sesungguhnya dalam Kristus kita sanggup melakukannya. Karena kasih seperti itu yang sudah Tuhan tunjukkan kepada kita. Ketika berbicara tentang penebusan, biasanya kita hanya menekankan pada kasih Kristus kepada kita, tapi jarang menekankan kepada kebencian Allah terhadap dosa kita, yang membuat penderitaan Tuhan Yesus harus seberat itu. Ia pasti lebih membenci dosa2 dan kejahatan2 kita dibandingkan dengan kita membenci dosa dan kesalahan orang lain, tapi Ia mau datang ke dunia, menderita, mati, dan bangkit untuk menyelamatkan kita. Sehingga kita yang mati dalam dosa bisa bangkit dan mengasihi dengan kasih dari Tuhan, bahkan mengasihi orang yang paling kita benci. Semoga ditengah dunia yang penuh kebencian dan balas dendam, masih ada orang-orang percaya yang diberi anugerah untuk mengasihi, seperti Kristus yang sudah mengasihi kami yang seharusnya sangat dibenciNya dan tidak layak dikasihiNya.
Terima kasih Tuhan untuk bapak tukang ojek yang sudah Engkau kirim untuk mengingatkan tentang mengasihi. Jadi mengerti kenapa kemarin harus naik ojek.