Kebanyakan orang sangat menginginkan melihat jumlah orang yang sangat banyak hadir dalam kegiatan-kegiatan yang dilakukan. Semakin banyak orang yang datang, maka semakin sukses acara itu. Demi untuk kesuksesan acara itu, maksudnya demi untuk banyak orang yang datang, maka kualitas dan pemilihan tidak dihiraukan. Yang penting banyak.
Bagaimana dengan Tuhan? Apakah Ia juga tertarik dengan jumlah yang banyak untuk masuk Kerajaan Sorga? Adakah Ia tidak memilih orang-orang yang Ia inginkan untuk masuk?
Kalau Ia memilih, apa dasar pemilihan-Nya? Kebaikan seseorang?
9 Sebab itu pergilah ke persimpangan-persimpangan jalan dan undanglah setiap orang yang kamu jumpai di sana ke perjamuan kawin itu. 10 Maka pergilah hamba-hamba itu dan mereka mengumpulkan semua orang yang dijumpainya di jalan-jalan, orang-orang jahat dan orang-orang baik, sehingga penuhlah ruangan perjamuan kawin itu dengan tamu. 11 Ketika raja itu masuk untuk bertemu dengan tamu-tamu itu, ia melihat seorang yang tidak berpakaian pesta. 12 Ia berkata kepadanya: Hai saudara, bagaimana engkau masuk ke mari dengan tidak mengenakan pakaian pesta? Tetapi orang itu diam saja. 13 Lalu kata raja itu kepada hamba-hambanya: Ikatlah kaki dan tangannya dan campakkanlah orang itu ke dalam kegelapan yang paling gelap, di sanalah akan terdapat ratap dan kertak gigi.
14 Sebab banyak yang dipanggil, tetapi sedikit yang dipilih."
Mat 22:1-14
Perumpamaan tentang Perjamuan Kawin ini adalah sambungan dari dua perumpamaan sebelumnya di dalam Matius 21, perumpamaan tentang dua orang anak dan perumpamaan tentang penggarap-penggarap kebuan anggur. Ketiga perumpamaan ini diajarkan di Bait Allah di Yerusalem, sesudah imam-imam kepala dan tua-tua bangsa Yahudi mempertanyakan dari mana kuasa Yesus.
Undangan Allah untuk bersukacita (2)
Undangan Allah bagi manusia adalah undangan untuk bersukacita bersama-sama dengan-Nya. Dari sejak Allah mencipta manusia, Ia memberikan bukan hanya kebutuhan tapi juga kenikmatan yang bisa membuat manusia bersukacita. Bahkan untuk sampai selama-lamanya, Ia mau supaya umat-Nya bisa bersukacita. Sayang sekali, manusia dari awal sudah menolak sukacita yang sejati karena ditipu oleh Iblis. Bahkan sepanjang zaman, manusia menolak undangan yang Allah terus berikan kepada manusia.
Berbahagialah orang-orang yang mendapatkan anugerah untuk diundang. Dan lebih berbahagia lagi orang-orang yang mendapatkan anugerah untuk menerima undangan itu.
Akibat undangan ditolak (3-7)
Bahkan bangsa pilihan Allah sendiri terus-menerus nabi-nabi yang diutus oleh Allah.
Mengapa mereka menolak? Karena mereka lebih memperhatikan kebutuhan hidup mereka. Mereka tidak mau memberi perhatian kepada undangan Allah. Mereka merasa sudah cukup baik dengan perbuatan mereka untuk masuk dalam kerajaan Sorga. Selama hidup mereka enak dan cukup, mereka tidak butuh Allah. Selama sejarah Israel menunjukkan bahwa mereka hanya datang kepada Allah dalam kesulitan mereka. Mereka hanya mengharapkan sukacita yang sementara dan tidak mau menerima sukacita sejati!
Lebih parah lagi, mereka dengan aktif melawan para utusan Allah, mempermalukan, memukul dan bahkan ada yang dibunuh.
Akibatnya, Allah membinasakan mereka dan membakar kota mereka. Tuhan Yesus membicarakan tentang kehancuran Yerusalem yang terjadi pada tahun 70 M. Meskipun penghukuman ini juga berlaku bagi orang-orang yang menolak undangan itu.
Belajar dari bangsa pilihan Allah, adakah kita juga hanya memanfaatkan Allah demi untuk kebutuhan sehari-hari tapi menolak sukacita kekal yang ditawarkan di dalam Dia?
Undangan lain bagi yang tidak layak (8-10)
Ketika bangsa pilihan-Nya menolak, maka panggilan terbuka bagi bangsa-bangsa lain yang lebih tidak layak lagi. Bangsa pilihan-Nya sendiri tidak layak, apalagi bangsa-bangsa lainnya.
Kita harus memikirkan bahwa kita tidak pernah layak. Yang layak bagi kita adalah hidup menderita, dimurkai Allah dan masuk neraka sampai selama-lamanya. Kalau masih dapat hidup seperti sekarang ini, apalagi diundang untuk masuk dalam Kerajaan Sorga, maka anugerah Allah terlalu besar bagi kita yang tidak layak.
Banyak yang dipanggil tapi sedikit yang dipilih (11-14)
Panggilan umum berlaku bagi setiap bangsa, tapi bukan berarti semua orang pasti dipilih. Karena hanya orang pilihanlah yang mendapatkan anugerah itu.
Kelihatannya aneh, kalau sang Raja menuntut setiap orang memakai pakaian pesta. Bukankah semua orang tidak mempersiapkan diri untuk ke perjamuan kawin? Pasti semuanya tidak bersiap dengan pakaian pesta! Tapi, kenapa ada yang berpakaian pesta dan ada yang tidak? Seperti adat dari beberapa daerah Timur, kemungkinan besar setiap orang yang datang diberikan baju pesta dan diminta untuk mengganti bajunya yang tidak layak. Tapi, ada orang yang merasa bajunya sudah cukup baik dan cukup layak, sehingga tidak perlu diganti.
Ada anugerah yang ditawarkan untuk masuk dalam pesta dengan memakai pakaian yang layak, tapi ada yang menolak karena merasa sudah cukup layak. Hanya orang pilihanlah yang dikenakan baju pesta dan siap untuk perjamuan kawin itu. Orang-orang yang merasa sudah cukup baik dan tidak mau mengganti pakaiannya, adalah orang-orang yang akan mendapatkan penghukuman karena menolak anugerah itu.
Tidak ada yang layak untuk dipanggil dan dipilih. Semua manusia tidak layak dihadapan Allah, tidak ada yang cukup baik untuk bisa dipilih. Kalaupun ada yang dipanggil dan dipilih, dasarnya adalah kemurahan dan belas kasihan Allah. Panggilan bisa diberikan kepada setiap orang, tapi anugerah keselamatan hanya bagi orang yang sudah dipilih Bapa sebelum dunia dijadikan, ditebus oleh Tuhan Yesus Kristus dan dilahirkan kembali oleh Roh Kudus. Semuanya adalah anugerah.
Apakah Anda yang diundang Allah untuk bersukacita bersama-Nya? Apakah Anda sudah mengenakan baju pesta yang adalah anugerah-Nya? Siapkah Anda menikmati segala kepenuhan sukacita di dalam Yesus Kristus?