Agak bingung juga dengan pemerintah Indonesia. Senang sekali membuat masalah sendiri. Sudah tahu kalau setiap issue kenaikan BBM pasti akan didahului dengan kenaikan berbagai macam hal, tapi tetap saja dibuat issue dulu. Sudah diberitahu kepada publik bahwa kenaikan tidak akan lebih dari 30% (Bagaimana kalau harga minyak dunia, bukan hanya melampaui US$ 120/barrel, tapi sampai US$ 150?, bahkan ada yang sempat memprediksi akan menjadi US$ 200 pada akhir tahun ini). Dan ternyata mengulangi sejarah sebelum2nya, akibat dari issue itu kenaikan harga beberapa barang langsung terjadi dan tentu saja meresahkan masyarakat.
Banyak orang mulai memberi tanggapan dan bertanya. Kenapa pemerintah jadi diperintah sama minyak? Tidak bisakah manusia mencari jalan keluar lain selain bergantung kepada tukang-tukang minyak? Bukankah Indonesia juga anggota OPEC (meskipun sdh bukan pengekspor lagi), tidak bisakah mengontrol para tukang minyak? Lebih banyak lagi pertanyaan dari orang2 yang tidak terlalu mengerti politik dan ekonomi..
Apa yang bisa dilakukan oleh bangsa Indonesia?
Mazmur 22:12
Berharap kepada pemerintah, pasti tidak ada gunanya. Berharap kepada dunia ini akan berubah menjadi lebih baik lagi, lebih tidak berguna lagi. Karena krisis sedang melanda seluruh dunia. Sebenarnya kalau krisis ini terjadi di negara-negara yang tidak mempunyai sumber daya alam yang cukup, maka itu wajar-wajar saja. Tapi, kalau krisis itu terjadi di negara seperti Indonesia yang sangat subur, berlimpah dengan kekayaan alamnya, serta salah satu negara penghasil minyak, maka pasti ada yang salah.
Untuk menguraikan kesalahan satu persatu sama seperti mencoba memperbaiki benang kusut. Semua elemen masyarakat sudah ikut berbagian dalam kehancuran dan krisis bangsa ini. Ketika kepentingan pribadi, suku, golongan, partai, dan agama yang didahulukan maka kita hanya bisa menanggung akibatnya. Tidak ada yang bisa menolong bangsa ini lagi. Kesusahan demi kesusahan harus ditanggung bangsa ini ditengah kelimpahan dan begitu banyaknya berkat Allah.
Yang bisa menolong adalah Allah sendiri. Teriakan pemazmur, "Janganlah jauh dari padaku" adalah teriakan yang bisa menjadi doa kita. Bukan meminta semua kesulitan menjauh dari bangsa ini, tetapi meminta sang Pencipta menyertai bangsa ini menghadapi semua kesulitan yang harus dihadapi. Karena kesulitan-kesulitan yang terjadi akibat kesalahan kita sendiri harus kita hadapi. Kita tidak bisa hanya menginginkan segala yang baik dan enak terjadi dalam kehidupan ini.
Tidak ada yang tidak bersalah di dalam bangsa Indonesia. Semua sedang ikut bersama-sama menjerumuskan bangsa ini. Entah itu secara aktif maupun secara pasif. Entah itu dengan banyak bicara dan tanpa perbuatan ataupun dengan tidak bicara karena tidak peduli. Terlalu banyak orang yang hanya mementingkan kepentingan ekonomi pribadi dan keluarganya. Ketika mengalami saat2 yang baik, tidak memikirkan kepentingan bangsa, bahkan hanya terus memikirkan keinginan2 dan kebutuhannya sendiri yang belum terpenuhi. Dan ketika kekurangan, baru mulai berteriak dan protes.
Sebenarnya agak aneh kalau kenaikan BBM diprotes. Mengapa? Karena itu bukan kenaikan, tapi pengurangan subsidi. Anugerah yang sudah terlalu banyak, ketika dikurangi harusnya tidak membuat marah. Tapi terlalu banyak yang tidak mengerti dan merasa bahwa mereka sudah selayaknya mendapatkan semua anugerah yang bernama subsidi itu. Sebenarnya penyebab dari pengurangan subsidi adalah pemakaian BBM yang berlebihan pada masa-masa subsidi berkelimpahan. Banyak yang dulu sudah menikmati BBM dengan harga murah tidak merasa berdosa malahan marah dengan mahalnya harga BBM yang akan datang. Upss...... Yang salah siapa? Salah kita sendiri yang dari dulu memakai BBM dengan tidak bijaksana. Kita hanya menuai kesalahan kita sendiri. Seharusnya keadaan sekarang ini membuat kita sadar dan menyesali kesalahan2 masa lalu sambil mencari jalan keluar dan alternatif buat masa yang akan datang. Bukannya protes dan marah!
Semakin bingung lagi melihat banyak orang yang bukannya bekerja lebih keras lagi karena kesulitan yang dialami dan mencoba mencari usaha sampingan, malahan demonstrasi menolak kenaikan BBM, menuntut upah lebih tinggi lagi, tapi tidak memberikan sumbangsih apapun bagi bangsa ini. Boro-boro memberikan jalan keluar, yang dipikirkan hanya kebutuhan dan kepentingan diri sendiri.
Alternatif penghematan sudah didengungkan sejak dulu. Tapi apa daya. Hidup dalam negara yang bekelimpahan sumber daya alam dan subsidi berlebihan membuat kita selalu merasa sebagai orang kaya yang bisa menghamburkan semuanya. Akibatnya, di saat harus mengencangkan ikat pinggang dan berhemat, kita tidak terbiasa melakukannya. Bukankah sebagian besar penduduk bangsa Indonesia sudah terbiasa puasa selama satu bulan? Apa susahnya kalau harus mengencangkan ikat pinggang? Bukankah sudah terlatih?
Kita perlu meminta kepada Tuhan untuk menyertai kita. Bukan hanya demi pemenuhan kebutuhan-kebutuhan kita, tetapi agar bisa hidup dengan anugerah dan kekuatan dari-Nya untuk berjuang menghadapi kesulitan hidup ini dengan kerja keras. Di tengah negara Indonesia yang subur ini, masih banyak hal yang bisa dikembangkan. Tapi butuh kerja keras. Hanya orang-orang yang mau bekerja keras dan tidak hanya mencari jalan yang gampang yang bisa melewati kesusahan demi kesusahan. Bahkan bisa membantu yang lain, memberikan jalan keluar bagi orang-orang disekitarnya. Seharusnya, saat ini Indonesia ikut membantu Myanmar yang sedang mengalami kesulitan luar biasa saat ini. Kesulitan di Indonesia tidak sebanding dengan apa yang dihadapi oleh sesama negara Asean ini. Ketika Gempa dan Tsunami di Aceh, banyak negara yang membantu Indonesia. Ketika negara tetangga kita mengalami kesulitan, adakah kita mengingat dan membantu mereka!? Bangsa yang besar adalah bangsa yang mau membantu bangsa lain yang lebih menderita, meskipun ditengah kekurangan.
Orang-orang yang hanya memikirkan dirinya sendiri dan hanya ingin mendapatkan kebutuhan hidupnya dengan sangat gampang adalah orang-orang yang akan membawa kesulitan lebih besar lagi dalam hidupnya.
Mari kita meminta Tuhan untuk tidak segera melepaskan bangsa ini dari kesusahan demi kesusahan. Melainkan meminta Tuhan menyertai bangsa ini dalam menanggung kesusahan yang harus dihadapi yang bisa membuat bangsa ini belajar banyak hal dan bahkan bisa bangkit dari kesulitan2 yang ada dan membantu bangsa-bangsa lain di dunia ini.