Hari ini melihat dua berita yang sudah biasa terjadi di dalam dunia yang berdosa, tetapi sekali lagi menjadi sesuatu yang harus dipikirkan kembali dengan pertanyaan, WHY? Berita pertama, tentang seorang Polisi yang membunuh atasannya dan akhirnya ditembak mati, karena diduga tidak menerima dirinya dipindahkan ke tempat lain (yang mungkin menurutnya kurang baik!?). Berita yang kedua, seorang Ibu membunuh empat anaknya yang masih kecil-kecil dengan mencampur potasium dengan susu, kemudian sang ibu bunuh diri. Alasannya, karena tekanan ekonomi yang begitu berat dan seorang anaknya gagal ginjal, sehingga harus cuci darah setiap minggu. Sebenarnya, masih banyak peristiwa yang terjadi di dalam dunia ini, bahkan lebih buruk dan bervariasi dan tentu saja lebih kejam yang pernah terjadi, sedang dan akan terjadi. Mengapa semua ini terjadi? Tulisan ini tidak akan membahas tentang bunuh diri, tetapi ingin menunjukkan dua hal yang berbeda dalam menyerahkan nyawa kepada Tuhan.
“Ya Bapa, ke dalam tanganMu kuserahkan nyawaKu” (Luk 23:46)
Ada persamaan dan perbedaan yang signifikan antara peristiwa yang saya sebutkan di atas dengan kematian Tuhan Yesus di atas kayu salib. Sama-sama melibatkan cinta dan sama-sama menyerahkan nyawa sendiri kepada Allah. Tetapi, ada perbedaannya yang signifikan. Kejadian-kejadian yang berakibat pada bunuh diri didasarkan kepada cinta diri yang berlebihan dan menurut bahasa psikologinya mengakibatkan depresi yang berlebihan. Yang ujung-ujungnya adalah menyerahkan nyawanya. Di atas kayu salib, Tuhan Yesus juga menyerahkan nyawaNya, tetapi bukan untuk cinta diriNya, tetapi justru karena kasihNya kepada Bapa dan untuk membangkitkan banyak orang yang mati dalam dosa untuk hidup penuh harapan.
Apa yang dilakukan oleh Tuhan Yesus seringkali disalahmengerti. Sebagian orang berpikir, bahwa yang namanya kasih adalah sekedar kerelaan mengampuni dan menerima apa adanya. Doa Tuhan Yesus yang meminta pengampunan kepada Bapa atas dosa-dosa orang pilihan, sebenarnya melibatkan pengorbanan. Ketika Tuhan Yesus berkata, "Ampunilah mereka" saat itu juga Ia sedang menyerahkan diriNya sebagai gantinya. Jadi, kalimat itu bukan hanya berarti ampuni mereka, tetapi juga berbunyi,"Ini Aku, hukumlah Aku" atau yang keluar dari kalimat terakhir di atas kayu salib, "Ke dalam tanganMu Kuserahkan nyawaKu" Doa dan perbuatan yang bukan bersumber dari keegoisan yang melihat segala sesuatu hanya untuk diri sendiri dan juga bukan perbuatan yang berusaha untuk menolong orang lain tetapi mengorbankan orang lain (seperti Ibu yang membunuh anaknya sendiri utk melepaskan mereka dari penderitaan). Melainkan perbuatan yang menyerahkan diri untuk membuat manusia sadar akan kematian di dalam dosa-dosanya dan dibangkitkan untuk hidup yang bukan berpusat pada dirinya dan masa depan serta mimpinya yang palsu. Manusia dibangkitkan untuk hidup bagi Allah dan untuk masa depan yang sejati, di dalam kekekalan.
Dalam doaNya, Tuhan Yesus menyatakan bahwa manusia tidak tahu apa yang diperbuatnya. Dalam kalimat saya, manusia terlalu sok tahu dengan segala sesuatu. Mengandalkan kemampuannya, kekayaannya, otaknya, teknologi dan segala sesuatu yang sebenarnya adalah anugerah dan kesempatan dari Tuhan; dan dengan sombongnya menantang dunia dan Tuhan sendiri, seolah-olah dirinya sudah sangat hebat dan bisa melakukan segala sesuatu. Sebenarnya, kalau manusia sedikit pinter saja, silahkan belajar sejarah dan lihat apa yang sudah terjadi terhadap orang-orang yang seperti itu. Akh.., tetapi manusia teralu hebat untuk mengerti itu dan mungkin bisa merubah banyak hal dalam sejarah!? Banyak manusia yang hidup di dalam bayang-bayang, mimpi dan keinginan2 yang tidak pernah terwujud. Sampai pada akhir hidupnya, semua orang akan menyadari bahwa apa yang dikejar dalam hidup ini, hampir semuanya sia-sia. Tetapi, di masa muda dan di masa jayanya, manusia merasa tahu apa yang dilakukannya. Doa Tuhan Yesus adalah untuk orang-orang pilihan yang berdosa dan terlalu sok tahu, agar ada pengampunan dan perubahan dalam hidup orang-orang seperti ini. Sesungguhnya, sedikit saja anugerah Tuhan diambil dari orang-orang yang sok tahu, maka kemungkinan besar hidup mereka akan diakhiri dengan depresi dan bunuh diri. Sejarah sudah mencatat banyak kejadian tentang hal ini. Orang-orang yang sangat kaya dan terkenal, politisi, artis, musisi, olahragawan dan berbagai profesi lainnya, mengakhiri hidupnya dengan depresi dan bunuh diri. Mengapa orang-orang yang mendapatkan begitu banyak anugerah dalam hidupnya tidak mengakhiri hidupnya dengan penuh inspirasi kepada banyak orang, membuat orang-orang yang sudah tidak mempunyai harapan memiliki harapan kembali, dan bukan itu saja, tetapi ingin hidup lagi untuk melayani sesama dan memuliakan Allah? Ketika manusia yang terlalu sok tahu, sangat mencintai diri sendirinya menemukan bahwa apa yang dimimpikannya jauh dari harapan dan keinginannya dan bahkan mempermalukan dan menyakitkan dirinya, maka hidup seolah-olah sudah berakhir. Meminjam judul lagunya Queen, Too much love will kill you...
Karena doa dan pengorbanan dari Tuhan Yesus, seharusnya membuat orang-orang pilihan tidak kehilangan harapan selama hidup di dunia ini. Justru membangkitkan harapan di dalam segala keadaan dan berusaha untuk terus memuliakan dan menikmati Allah dalam segala keadaan dengan melayani sesama. Pasti juga ingin mati, bukan karena ingin lari dari dunia ini dan tidak tahan menanggung segala kesulitan dan penderitaan, tetapi keinginan untuk mati itu ada karena hidup yang kekal, bertemu dengan Tuhan Yesus dan ingin mempersembahkan segala hal yang sudah kita lakukan selama hidup di dunia. Apa yang akan dipersembahkan kepada Allah oleh seseorang yang akhirnya bunuh diri karena tidak percaya lagi bahwa dalam keadaannya yang begitu sulit, Tuhanpun tidak bisa menolong dirinya dan tidak bisa memberikan berkat dan jalan keluar baginya? Di mana kuasa kebangkitan Tuhan Yesus?
Seandainya semua manusia bisa memandang kepada apa yang sudah dilakukan oleh Tuhan Yesus di atas kayu salib, maka tidak ada lagi bunuh diri. Maut sudah dikalahkan dengan kematian (dan kebangkitan) Tuhan Yesus. Dan manusia harusnya belajar, bahwa cinta kita yang berlebihan terhadap diri kita sudah membunuh Tuhan Yesus. Haruskah membunuh orang lain lagi dan diri kita sendiri? Tidak perlu lagi. Seharusnya kasih yang keluar dari hidup kita. Seperti yang keluar dari perkataan Tuhan Yesus yang pertama di atas kayu salib, "Ya Bapa, Ampunilah mereka" dan seharusnya hidup yang lebih berserah kepada Allah dan mempercayakan seluruh hidup yang penuh perjuangan dan penderitaan ini kepada pemeliharaan Allah yang terus-menerus menghidupkan kita. Kalu tidak, akan lebih banyak lagi yang sedang menuju ke bunuh diri. Karena hidup sepertinya tidak ada harapan dan kepastian. Padahal kematian tidak membereskan dan membuat kita meninggalkan segala kesulitan dan permasalahan kita. Tetapi, seharusnya kematian membuat segala hal yang sudah kita lakukan di dunia ini mencapai puncaknya dan disempurnakan oleh Allah.
No light in the darkness you see?
There's light for a look at the Saviour,
And life more abundant and free.
Turn your eyes upon Jesus,
Look full in His wonderful face,
And the things of earth will grow strangely dim,
In the light of His Glory and Grace.
Helen H. Lemmel (1922)
Pengen denger lagu ini atau lihat keseluruhan syairnya?
Klik disini
Ayat Hari Ini:
Showing posts with label PS 1. Show all posts
Showing posts with label PS 1. Show all posts
Wednesday, March 14, 2007
Too Much Love Will Kill You
Oleh RO'IEL pada jam 23:56 0 Komentar
Subscribe to:
Posts (Atom)