Berada di dalam kesulitan yang terus-menerus, selalu ada masalah ataupun tidak ada jalan keluar dalam hidup ini, maka banyak yang melihat bahwa mujizat adalah jalan keluarnya. Mujizat membuat yang tidak mungkin dan menjadi mungkin. Dalam hidup manusia sangat menginginkan terjadi mujizat, khususnya kalau sudah merasa tidak sanggup lagi. Itu sebabnya berbagai tawaran untuk mendapatkan mujizat dalam sakit-penyakit, dalam kerja, dan dalam keseluruhan hidup, menjadi tawaran yang sangat menarik bagi agama dan kepercayaan apapun. Betulkah hanya mujizat yang bisa menjadi jalan keluar dari seluruh kesulitan hidup manusia, khususnya kalau kita melihat apa yang sedang terjadi di Indonesia saat ini? Saya ingin merenungkan pengertian mujizat di atas kayu salib. Adakah mujizat di atas kayu salib?
Luk 23:38-43
Lukas menggambarkan bagaimana keadaan awal ketika Yesus Kristus di salib. Doa untuk orang-orang yang membuat diriNya di salib, tetapi kemudian caci-maki, hujatan dan hinaan dari orang-orang yang ada di situ. Di ayat 38, Lukas menyimpulkan hinaan itu dengan menuliskan apa yang ada di atas kepala Yesus Kristus, "Inilah Raja orang Yahudi." Apakah orang-orang yang menyalibkan Tuhan Yesus mengakui bahwa Ia adalah Raja? Tentu saja, tidak! Karena itu hanyalah hinaan.
Tetapi yang menarik, Lukas melanjutkan bahwa ada orang yang mengakui Yesus sebagai Raja. Sebelum membahas akan hal itu, mari kita lihat dulu ayat 39. Di dalam ayat ini, seorang penjahat yang ikut di salib bersama-sama Tuhan Yesus, ikut-ikutan menghina Tuhan Yesus. Kalau kita perhatikan kalimat penjahat itu, maka kita akan kaget. Penjahat itu mengatakan bahwa Tuhan Yesus adalah Kristus (yang diurapi), sehingga seharusnya bisa menyelamatkan diriNya sendiri dan tentu saja sang penjahat. Iman dan pengetahuan teologi dari penjahat ini ternyata cukup baik. Apa sih yang jadi permintaan (lebih tepat dalam kesomobongannya memerintah Tuhan Yesus) dari penjahat ini berdasarkan iman dan pengetahuan teologinya? Hanya meminta mujizat di atas kayu salib. Saya membayangkan bahwa yang diminta oleh sang penjahat, paku2 tercabut dari tangan Tuhan Yesus dan dari penjahat2 yang di salib, kemudian mereka terbang dan turun dari salib perlahan-lahan. Sementara para prajurit satu persatu di bunuh. Apakah mujizat itu yang dilakukan oleh Tuhan Yesus? Bukan!
Bukankah Tuhan Yesus sanggup melakukannya dan sang penjahat itupun tahu dan mengakuinya? Tetapi bukan mujizat seperti itu yang akan ditunjukkan di atas kayu salib. Lho, ada mujizat lain? Bagi saya ada! Kalau perhatikan dari ayat 40-42, kita bisa melihatnya. Penjahat yang lain yang sedang berada di atas kayu salib justru menegur sang penjahat itu, kemudian mengakui dan menyadari keberdosaannya serta memberikan pengakuan dan permintaan yang luar biasa, "Yesus, ingatlah akan aku, apabila Engkau datang sebagai Raja." Ia tidak meminta mujizat, karena ia sudah mengalami mujizat. Seorang penjahat mengakui dosanya, dan menyadari bahwa Tuhan Yesus yang adalah Raja yang akan datang kembali yang bisa menyelamatkannya. I a tidak meminta sang Raja untuk melepaskan dari kesulitannya saat itu, meskipun ia juga beriman bahwa sang Raja pasti mampu melakukannya. Ia tetap menghadapi kesulitan yang harus dihadapi (menurut saya dengan sukacita karena ia sudah mengenal Tuhan Yesus), menjalaninya dengan harapan yang pasti pada kekekalan. Mujizat yang dilakukan Tuhan Yesus di atas kayu salib melebihi dari mujizat-mujizat air menjadi anggur, memberi makan 5.000 ribu orang, menyembuhkan dan membangkitkan orang mati. Karena mujizat di atas kayu salib, mengubah hati seorang penjahat, membangkitkannya dari kematian atas dosa-dosa dan memberikan hidup yang kekal. Wow! Dan sang penjahat beriman bukan karena melihat mujizat atau sang Raja dalam kemegahannya seperti para Kaisar Romawi. Yang dilihat adalah Yesus Kristus yang tersalib, tetapi dengan iman ia bisa melihat apa yang tidak kelihatan dan tidak bisa dilihat orang-orang berdosa (yang menganggapnya sebagai hinaan), yaitu Raja yang akan datang kembali.
Penjahat yang pertama tidak dijawab oleh Tuhan Yesus, tetapi untuk penjahat yang kedua justru mendapat anugerah yang luar biasa. Hari ini juga bersama-sama dengan Tuhan Yesus di dalam Firdaus. Anugerah di dalam kekekalan. Sang penjahat bukan berpusat kepada keadaan, tetapi kepada pribadi Kristus dan ia mendapatkan anugerah bersama-sama dengan Kristus di dalam Firdaus. Sebenarnya, apa yang lebih dibutuhkan oleh manusia? Keadaan berubah sesuai dengan keinginannya dan mengorbankan apa saja yang penting kita untung, enak dan baik-baik menikmati segala sesuatu? Ataukah terus berelasi dengan Allah kita yang menjadi sumber dari segala sesuatu? Bersama-sama dengan Kristus akan membuat hidup dalam keadaan apapun tetap menjadi suatu keadaan yang berlimpah dan penuh sukacita. Sementara hidup yang hanya berpusat pada keadaan dan memanfaatkan Tuhan, maka hidup akan menjadi hidup yang sulit dan menyedihkan. Karena keadaan akan terus berubah dan tidak ada satupun dalam hidup ini yang bisa memuaskan hidup manusia. Semuanya, kepuasan sementara dan bukan kepuasan kekal. Maka, mujizat seperti ini yang diperlukan oleh manusia di dunia ini, khususnya di Indonesia. Mujizat yang membuat manusia berpusat kepada pribadi Allah dan bukan pada keadaan.
Indonesia tidak bisa hanya mengharapkan mujizat dari IMF. Bangsa ini tidak bisa bermimpi bahwa program MDGs bisa melepaskan dari kemiskinana dan kesulitan yang terjadi. Bangsa ini sudah berada di dalam jurang yang paling dalam, tetapi masih seperti penjahat yang menyuruh Tuhan segera melepaskan dari kesulitan ini. Tiada hari tanpa berita korupsi (padahal ini hanya gunung es). Kesulitan Lapindo tidak ada jalan keluar. Negara penghasil beras sekarang kekurangan beras (dimana-mana ada demo harga beras). Musibah dan bencana alam sepertinya tidak pernah berhenti, sementara para elite politik sibuk memanfaatkan rakyat dan agama untuk tujuan kekuasaan. Banyak yang sudah menyerukan pertobatan, tetapi bangsa ini tidak mengerti lagi bagaimana harus bertobat. Kita butuh mujizat. Bukan meminta dan menyuruh Tuhan langsung mengubahkan seluruh keadaan dan krisis yang ada. Tetapi, yang perlu diubahkan adalah hati kita. Dari dalam hati kita mengakui bahwa hanya Tuhan Yesus yang bisa memberikan harapan. Dan di dalam ketidakberdayaan, mari kita minta anugerah Tuhan untuk menguatkan kita menghadapi seluruh kesulitan ini dan belajar dari segala kesalahan untuk bekerja keras memuliakan Allah.
Orang-orang yang bisa melihat Yesus sebagai Raja yang akan datang kembali adalah orang-orang yang bisa melihat visi dunia ini, apa yang akan terjadi dengan dunia ini dan bagaimana seharusnya kita menguasai dan menaklukkan dunia ini bukan hanya untuk kenikmatan diri sendiri tanpa memikirkan orang-orang lain dan Tuhan, tetapi justru sebagai bagian untuk memelihara dunia ini dan menggenapkan rencana Allah.
Semoga lebih banyak orang di bangsa ini yang betul-betul mengakui keberdosaan dan keterbatasan dirinya, serta mengakui bahwa sang Raja yang bisa menolong kita untuk menghadapi kesulitan ini, menanggung apa yang harus ditanggung dengan anugerah kekuatan dari Allah, dibukakan visi kepada kekekalan dan mengerjakan segala sesuatu dalam kesementaraan ini untuk menggenapi kehendakNya dan bagi kemuliaanNya.
And the burden of my heart rolled away,
It was there by faith I received my sight,
And now I am happy all the day!
Isaac Watts
Click di sini untuk lihat seluruh syair dan lagunya
Ayat Hari Ini:
Showing posts with label PS 2. Show all posts
Showing posts with label PS 2. Show all posts
Tuesday, March 20, 2007
Mujizat masih berlangsung?
Oleh RO'IEL pada jam 17:57 0 Komentar
Label: 7 Perkataan Salib, Lagu, Lukas, Lukas 23, PS 2
Subscribe to:
Posts (Atom)