Ada satu tokoh yang dianggap oleh sebagian orang Kristen sebagai tokoh yang sangat penting di dalam hidup Yesus Kristus, yaitu ibunya, Maria. Tokoh yang dianggap begitu penting sampai ada yang memuja, berdoa (dianggap sebagai koneksi terdekat Tuhan Yesus) dan bahkan ada yang menyembahnya. Yang tidak menganggap sepenting itupun tetap memakai nama Maria untuk anaknya. Maka, mungkin salah satu nama wanita yang paling pasaran adalah nama Maria!?
Maria adalah perawan yang dinubuatkan di dalam Perjanjian Lama untuk melahirkan seorang Messias. Ia dipilih. dan dianggap paling berbahagia di antara para wanita. Bagaimana hubungan antara sang Ibu dengan Yesus Kristus pada saat di salib? Adakah seperti yang dipikirkan oleh orang-orang yang menyembahnya? Bagaimana Tuhan Yesus melihat posisi keluargaNya di dalam keadaan seperti itu?
John 19:26-27 ESV
Ketika Tuhan Yesus melihat ibuNya, Ia justru tidak memanggil sebagai 'Ibu'. Tetapi memakai kata 'wanita'. Mengapa? Sepertinya ada jarak, ada suatu relasi yang harus terpisah. Maria adalah ibuNya, tetapi itu hanya selama di dunia. Maria bukan ibu dari Tuhan Yesus untuk selama-lamanya. Itu sebabnya di atas kayu salib, sang Ibu hanyalah seorang wanita biasa yang membutuhkan pertolongan dan perlindungan.
Meskipun secara relasi sudah berakhir dengan kematian Tuhan Yesus, tetapi secara tanggung-jawab, Tuhan Yesus tetap melihat cara untuk menolong ibuNya di dalam kesulitan. Maria mempunyai dua kesulitan.
Kesulitan yang pertama, Maria pertama bertemu dengan Malaikat yang menjelaskan bahwa ia akan melahirkan seorang Juruselamat, Anak Allah. Tetapi, kenyataan yang dilihat agak berbeda. Sang Anak yang tadinya sempat menjadi seorang Rabi yang terkenal dengan kuasa, mujizat dan pengajaranNya, ternyata malahan menderita, dihina, dan dihukum di atas kayu salib. Pasti banyak pertanyaan yang ada di dalam pikiran Maria, yang selalu menyimpan semuanya di dalam hatinya. Mengapa? Siapa yang akan memberi penjelasan dan menjawabnya?
Kesulitan yang kedua, untuk kebutuhan hidup sehari-hari Maria membutuhkan ada orang yang bisa membiayai hidupnya. Tuhan Yesus sebagai anak yang tertua yang seharusnya bertanggung jawab akan hal ini (ada kemungkinan Yusuf sudah meninggal, karena tidak pernah lagi disebutkan namanya dan adik-adik Tuhan Yesus mungkin juga tidak sanggup melakukannya). Siapa yang bisa membantu seorang wanita yang di dalam budaya orang Israel tidak mempunyai hak untuk warisan?
Maka ketika Tuhan Yesus mengatakan dua kalimat kepada Maria dan Yohanes, bukan Yohanes yang diserahkan kepada Maria, melainkan Yohanes diberikan tugas oleh Tuhan Yesus untuk membantu Maria dalam segala kesulitannya. Ini jelas sekali terlihat pada ay.27, "Dan sejak saat itu murid itu menerima dia di dalam rumahnya."
Yohanes yang harus memberikan penjelasa kepada Maria mengapa sang Mesias harus disalibkan (meskipun waktu itu Yohanes belum mengerti sepenuhnya). Tetapi itu yang menjadi tanggung jawab Yohanes, tanggung jawab rohani terhadap orangtua. Ada satu prinsip yang penting yang perlu dipelajari, sampai matipun Tuhan Yesus tetap bertanggungjawab terhadap kerohanian ibuNya. Banyak anak hanya melihat kebutuhan finansial dari orang tuanya dan biasanya melupakan tanggung jawab secara rohani. Bahwa orang tua bukan hanya membutuhkan uang saja, tetapi membutuhkan pertumubhan rohani, perhatian dan jawaban dari berbagai pergumulannya. Kepada siapa mereka harus menceritakan semuanya, kalau bukan kepada anaknya sendiri (selain kepada teman dan sahabat)?
Sesudah itu, baru tanggung jawab kedua, yaitu secara finansial. Anak bertanggungjawab terhadap orangtuanya bukan untuk membalas jasa. Sama seperti orangtua membesarkan anak bukan untuk mengharapkan jasa dan tidak perlu menuntut anak untuk membalas jasa-jasanya. Anak kalau bisa bertanggungjawab terhadap orangtua adalah anugerah Tuhan. Karena itu merupakan suatu kebahagiaan untuk bisa melakukan sesuatu yang berarti untuk orang yang kita kasihi dan mengasihi kita. Tanpa tuntutan sama sekali. Meskipun secara budaya, itu sudah dianggap lumrah kalau seorang anak berbakti kepada orangtuanya.
Dan Yohanes ternyata betul-betul menjalankan tugas yang dikehendaki oleh Tuhan Yesus. Kis 1:14 menjelaskan bahwa Maria dan saudara-saudara Tuhan Yesus ikut bersama-sama dengan para murid bertekun dan bersehati dalam doa bersama-sama. Maria dan saudara-saudara Tuhan Yesus yang tadinya tidak mengerti semuanya ini, malahan sekarang berada di dalam kumpulan cikal-bakal jemaat mula-mula. Dalam perkembangan selanjutnya kita bisa melihat bahwa saudara Tuhan Yesus seperti Yakobus dan Yudas, ternyata berdampak sangat besar di dalam perkembangan jemaat mula-mula.
Banyak orang yang menafsirkan bahwa Tuhan Yesus seolah-olah dalam hidupNya mengajarkan untuk meninggalkan keluarga dan tidak memprioritaskan keluarga. Seorang pelayan, semakin giat melayani, seharusnya semakin melupakan keluarganya. Akibatnya banyak keluarga dari pendeta dan pelayan yang aktif ternyata berantakan dan memalukan. Di atas kayu salib Tuhan Yesus tetap memperhatikan keluarga. Seharusnya di saat yang begitu genting dan penting, tidak perlu memikirkan keluarga. Karena saat itu justru sedang mendekati saat-saat murka Allah akan dicurahkan. Lebih baik konsentrasi kepada pelayanan yang begitu penting. Ternyata, Tuhan Yesus tetap memperhatikan keluarga, tetapi di dalam porsi yang benar. Bukan dengan meninggikan ibuNya, melainkan menunjukkan relasi ibu-anak yang harus dilepaskan dan tanggung jawabnya terhadap keluarga yang akan dilanjutkan orang lain.
Kalau kita belajar dari Tuhan Yesus, kita akan terlepas dari dualisme keluarga dan pelayanan. Keduanya adalah bagian dari pelayanan. Adakah hidupmu sebagai orang percaya berdampak dalam keluargamu dan tetap bertanggung jawab terhadap keluarga?
Dalam hal ini, saya masih harus banyak belajar dan mempraktekkannya.
Ayat Hari Ini:
Showing posts with label PS 3. Show all posts
Showing posts with label PS 3. Show all posts
Thursday, March 22, 2007
The Family Connection
Oleh RO'IEL pada jam 15:18 0 Komentar
Label: 7 Perkataan Salib, Keluarga, PS 3, Yohanes, Yohanes 19
Subscribe to:
Posts (Atom)