Ayat Hari Ini:

Tuesday, June 26, 2007

Roti Hidup

Ada tujuh perkataan Tuhan Yesus tentang diriNya sendiri di dalam kitab Yohanes yang dimulai dengan kata Akulah (Ego eimi). Ego artinya Aku, sedangkan eimi berarti Aku adalah. Ada penekanan di dalam kata Aku, yaitu Tuhan Yesus sendiri. Di samping itu, Yohanes menggunakan tujuh yang merupakan lambang kesempurnaan.

Zaman sekarang ini, hampir setiap orang sangat senang membicarakan tentang dirinya sendiri. Kita bisa melihat dengan adanya berbagai macam blog yang bicara tentang diri sendiri, pemikirannya, perjalanannya, dll.
Di zaman Tuhan Yesus, orang-orang menganggap bahwa kesaksian dari seseorang itu tidak valid. Kalau seseorang bicara tentang dirinya sendiri, biasanya tidak tentu benar. Mungkin dilebih-lebihkan atau dikurangin (merendah). Karena itu diperlukan kesaksian orang lain yang berbicara tentang orang itu, minimal dua orang. Tapi, Tuhan Yesus tidak membutuhkan kesaksian manusia, karena sudah ada kesaksian dari Allah Bapa dan Allah Roh Kudus. Maka, sangat menarik kalau kita bisa mendengarkan kesaksian Tuhan Yesus tentang diriNya sendiri.

Kata Yesus kepada mereka: "Akulah roti hidup; barangsiapa datang kepada-Ku, ia tidak akan lapar lagi, dan barangsiapa percaya kepada-Ku, ia tidak akan haus lagi.
Yoh 6:35,48-51

Perkataan yang pertama yang ditulis oleh Yohanes mempergunakan roti, makanan, kebutuhan sehari-hari, yang sangat diperlukan manusia. Konteks di Israel pada saat itu, makanan utamanya adalah roti (dan bukan nasi). Tuhan Yesus sedang berbicara tentang kebutuhan yang utama dari manusia, roti, seharusnya menunjuk dan membawa manusia kepada kebutuhan yang paling utama, yaitu Roti Hidup.

Kalau kita melihat konteks ceritanya, di mulai dari Mujizat yang dilakukan oleh Tuhan Yesus dengan memberi makan 5000 laki-laki hanya dengan 5 roti dan 2 ikan, di mana sisanya sampai 12 bakul roti. Orang-orang yang sudah melihat, mengalami dan mendengarkan mujizat ini, berbondong-bondong untuk menjadikan Tuhan Yesus sebagai Raja. Tetapi Tuhan Yesus pergi menghindar dari mereka, tetapi mereka terus mencari Tuhan Yesus, dan akhirnya mereka menemukanNya.

Sekalipun mereka ingin menjadikan Tuhan Yesus sebagai Raja, tapi fokus mereka sebenarnya hanya kepada roti yang mengenyangkan mereka, bukan kepada diri Tuhan Yesus sendiri. Maka, Tuhan Yesus menantang mereka percaya bahwa diriNya adalah Messias yang berasal dari Allah. Tetapi mereka menantang Tuhan Yesus dan membandingkan antara mujizat Tuhan Yesus memberi makan roti 5000 orang dengan mujizat yang terjadi pada ribuan nenek moyang mereka di padang gurun waktu keluar dari Mesir yang mendapatkan manna (roti) yang turun dari langit. Sepertinya peristiwa manna lebih ajaib dibandingkan dengan mujizat Tuhan Yesus. Karena manna adalah roti yang turun langsung dari sorga.

Tetapi justru Tuhan Yesus membandingkan antara manna yang turun dari sorga dan diriNya yang turun dari sorga. Manna berasal dari Allah Bapa, begitu juga dengan diriNya yang merupakan pemberian bagi manusia yang memberikan hidup. Orang-orang Israel menginginkan roti yang memberikan hidup sampai selama-lamanya, dan Tuhan Yesus mengatakan bahwa diriNya-lah Roti Hidup yang bisa memberikan hidup sampai selama-lamanya. Sayang sekali orang Israel menolaknya, karena mereka hanya butuh roti jasmani di dalam pikiran mereka. Orang Israel tidak bisa melihat yang hadir di hadapan mereka adalah Roti Hidup yang jauh melebihi manna, yang mereka anggap roti surgawi atau roti2 lainnya yang mereka harapkan bisa memuaskan mereka sampai selama-lamanya. Menurut orang Israel, Yesus hanyalah anak Yusuf yang mereka kenal, mana mungkin Ia turun dari sorga. Padahal, mereka sedang berhadapan dengan Roti dari sorga dan mereka bisa mendapatkan hidup sampai selama-lamanya. Karena kehendak Bapa, setiap orang yang melihat Anak dan percaya kepadaNya beroleh hidup yang kekal dan akan dibangkitkan oleh Tuhan Yesus di akhir zaman (Yoh 6:40).

Tuhan Yesus juga memberikan perbedaan yang terjadi antara orang yang sudah menikmati mujizat manna dengan Roti Hidup, yang adalah diriNya sendiri. Semua yang sudah menikmati manna, semuanya sudah mati. Bahkan hampir tidak ada satupun yang masuk dalam Kanaan. Apa yang harus dibanggakan dari orang-orang yang makan manna? Mereka semua mati!
Tetapi, yang menikmati Roti Hidup, percaya kepada Tuhan Yesus akan hidup selama-lamanya. Lho bukannya semua orang yang percaya pada waktu itu kepada Tuhan Yesus juga sudah mati saat ini?! Betul! Mereka mati, tetapi hidup. Kematian dan kebangkitan Tuhan Yesus yang menjamin kehidupan setiap orang percaya, bahwa mati secara fisik tidak menghalangi hidup sampai selama-lamanya. Bukan karena memakan manna dan segala berkat2 serta mujizat. Bukan! Melainkan karena percaya kepada Roti Hidup, kebutuhan utama manusia, yang membuat manusia tidak akan lapar dan haus lagi. Karena kekekalan kita sudah terisi dengan Allah yang kekal yang menjamin hidup kita adalah hidup yang kekal. Ada kelimpahan kenikmatan dan kepuasan di dalam menikmati Roti Hidup, yaitu peribadi Tuhan Yesus Kristus, yang memberikan tubuhNya untuk menjadi korban penebus dosa-dosa kita dan membawa kita kepada hidup yang kekal.

Berbahagialah orang-orang yang mendapatkan anugerah Roti Hidup. Percayalah kepadaNya dan nikmatilah Dia dalam segala kelimpahan.

1 Komentar:

stephanus said...

luar biasa. semakin memperkuat iman kami kepadaNya. Tuhan Yesus memang Roti Hidup yang melebihi roti manna. “Akulah roti hidup; barangsiapa datang kepada-Ku, ia tidak akan lapar lagi, dan barangsiapa percaya kepada-Ku, ia tidak akan haus lagi.” GBU

Post a Comment