Ayat Hari Ini:

Showing posts with label Lukas 23. Show all posts
Showing posts with label Lukas 23. Show all posts

Tuesday, March 20, 2007

Mujizat masih berlangsung?

Berada di dalam kesulitan yang terus-menerus, selalu ada masalah ataupun tidak ada jalan keluar dalam hidup ini, maka banyak yang melihat bahwa mujizat adalah jalan keluarnya. Mujizat membuat yang tidak mungkin dan menjadi mungkin. Dalam hidup manusia sangat menginginkan terjadi mujizat, khususnya kalau sudah merasa tidak sanggup lagi. Itu sebabnya berbagai tawaran untuk mendapatkan mujizat dalam sakit-penyakit, dalam kerja, dan dalam keseluruhan hidup, menjadi tawaran yang sangat menarik bagi agama dan kepercayaan apapun. Betulkah hanya mujizat yang bisa menjadi jalan keluar dari seluruh kesulitan hidup manusia, khususnya kalau kita melihat apa yang sedang terjadi di Indonesia saat ini? Saya ingin merenungkan pengertian mujizat di atas kayu salib. Adakah mujizat di atas kayu salib?

8 Ada juga tulisan di atas kepala-Nya: "Inilah raja orang Yahudi". 39 Seorang dari penjahat yang di gantung itu menghujat Dia, katanya: "Bukankah Engkau adalah Kristus? Selamatkanlah diri-Mu dan kami!" 40 Tetapi yang seorang menegor dia, katanya: "Tidakkah engkau takut, juga tidak kepada Allah, sedang engkau menerima hukuman yang sama? 41 Kita memang selayaknya dihukum, sebab kita menerima balasan yang setimpal dengan perbuatan kita, tetapi orang ini tidak berbuat sesuatu yang salah." 42 Lalu ia berkata: "Yesus, ingatlah akan aku, apabila Engkau datang sebagai Raja." 43 Kata Yesus kepadanya: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya hari ini juga engkau akan ada bersama-sama dengan Aku di dalam Firdaus."
Luk 23:38-43

Lukas menggambarkan bagaimana keadaan awal ketika Yesus Kristus di salib. Doa untuk orang-orang yang membuat diriNya di salib, tetapi kemudian caci-maki, hujatan dan hinaan dari orang-orang yang ada di situ. Di ayat 38, Lukas menyimpulkan hinaan itu dengan menuliskan apa yang ada di atas kepala Yesus Kristus, "Inilah Raja orang Yahudi." Apakah orang-orang yang menyalibkan Tuhan Yesus mengakui bahwa Ia adalah Raja? Tentu saja, tidak! Karena itu hanyalah hinaan.
Tetapi yang menarik, Lukas melanjutkan bahwa ada orang yang mengakui Yesus sebagai Raja. Sebelum membahas akan hal itu, mari kita lihat dulu ayat 39. Di dalam ayat ini, seorang penjahat yang ikut di salib bersama-sama Tuhan Yesus, ikut-ikutan menghina Tuhan Yesus. Kalau kita perhatikan kalimat penjahat itu, maka kita akan kaget. Penjahat itu mengatakan bahwa Tuhan Yesus adalah Kristus (yang diurapi), sehingga seharusnya bisa menyelamatkan diriNya sendiri dan tentu saja sang penjahat. Iman dan pengetahuan teologi dari penjahat ini ternyata cukup baik. Apa sih yang jadi permintaan (lebih tepat dalam kesomobongannya memerintah Tuhan Yesus) dari penjahat ini berdasarkan iman dan pengetahuan teologinya? Hanya meminta mujizat di atas kayu salib. Saya membayangkan bahwa yang diminta oleh sang penjahat, paku2 tercabut dari tangan Tuhan Yesus dan dari penjahat2 yang di salib, kemudian mereka terbang dan turun dari salib perlahan-lahan. Sementara para prajurit satu persatu di bunuh. Apakah mujizat itu yang dilakukan oleh Tuhan Yesus? Bukan!
Bukankah Tuhan Yesus sanggup melakukannya dan sang penjahat itupun tahu dan mengakuinya? Tetapi bukan mujizat seperti itu yang akan ditunjukkan di atas kayu salib. Lho, ada mujizat lain? Bagi saya ada! Kalau perhatikan dari ayat 40-42, kita bisa melihatnya. Penjahat yang lain yang sedang berada di atas kayu salib justru menegur sang penjahat itu, kemudian mengakui dan menyadari keberdosaannya serta memberikan pengakuan dan permintaan yang luar biasa, "Yesus, ingatlah akan aku, apabila Engkau datang sebagai Raja." Ia tidak meminta mujizat, karena ia sudah mengalami mujizat. Seorang penjahat mengakui dosanya, dan menyadari bahwa Tuhan Yesus yang adalah Raja yang akan datang kembali yang bisa menyelamatkannya. I a tidak meminta sang Raja untuk melepaskan dari kesulitannya saat itu, meskipun ia juga beriman bahwa sang Raja pasti mampu melakukannya. Ia tetap menghadapi kesulitan yang harus dihadapi (menurut saya dengan sukacita karena ia sudah mengenal Tuhan Yesus), menjalaninya dengan harapan yang pasti pada kekekalan. Mujizat yang dilakukan Tuhan Yesus di atas kayu salib melebihi dari mujizat-mujizat air menjadi anggur, memberi makan 5.000 ribu orang, menyembuhkan dan membangkitkan orang mati. Karena mujizat di atas kayu salib, mengubah hati seorang penjahat, membangkitkannya dari kematian atas dosa-dosa dan memberikan hidup yang kekal. Wow! Dan sang penjahat beriman bukan karena melihat mujizat atau sang Raja dalam kemegahannya seperti para Kaisar Romawi. Yang dilihat adalah Yesus Kristus yang tersalib, tetapi dengan iman ia bisa melihat apa yang tidak kelihatan dan tidak bisa dilihat orang-orang berdosa (yang menganggapnya sebagai hinaan), yaitu Raja yang akan datang kembali.
Penjahat yang pertama tidak dijawab oleh Tuhan Yesus, tetapi untuk penjahat yang kedua justru mendapat anugerah yang luar biasa. Hari ini juga bersama-sama dengan Tuhan Yesus di dalam Firdaus. Anugerah di dalam kekekalan. Sang penjahat bukan berpusat kepada keadaan, tetapi kepada pribadi Kristus dan ia mendapatkan anugerah bersama-sama dengan Kristus di dalam Firdaus. Sebenarnya, apa yang lebih dibutuhkan oleh manusia? Keadaan berubah sesuai dengan keinginannya dan mengorbankan apa saja yang penting kita untung, enak dan baik-baik menikmati segala sesuatu? Ataukah terus berelasi dengan Allah kita yang menjadi sumber dari segala sesuatu? Bersama-sama dengan Kristus akan membuat hidup dalam keadaan apapun tetap menjadi suatu keadaan yang berlimpah dan penuh sukacita. Sementara hidup yang hanya berpusat pada keadaan dan memanfaatkan Tuhan, maka hidup akan menjadi hidup yang sulit dan menyedihkan. Karena keadaan akan terus berubah dan tidak ada satupun dalam hidup ini yang bisa memuaskan hidup manusia. Semuanya, kepuasan sementara dan bukan kepuasan kekal. Maka, mujizat seperti ini yang diperlukan oleh manusia di dunia ini, khususnya di Indonesia. Mujizat yang membuat manusia berpusat kepada pribadi Allah dan bukan pada keadaan.
Indonesia tidak bisa hanya mengharapkan mujizat dari IMF. Bangsa ini tidak bisa bermimpi bahwa program MDGs bisa melepaskan dari kemiskinana dan kesulitan yang terjadi. Bangsa ini sudah berada di dalam jurang yang paling dalam, tetapi masih seperti penjahat yang menyuruh Tuhan segera melepaskan dari kesulitan ini. Tiada hari tanpa berita korupsi (padahal ini hanya gunung es). Kesulitan Lapindo tidak ada jalan keluar. Negara penghasil beras sekarang kekurangan beras (dimana-mana ada demo harga beras). Musibah dan bencana alam sepertinya tidak pernah berhenti, sementara para elite politik sibuk memanfaatkan rakyat dan agama untuk tujuan kekuasaan. Banyak yang sudah menyerukan pertobatan, tetapi bangsa ini tidak mengerti lagi bagaimana harus bertobat. Kita butuh mujizat. Bukan meminta dan menyuruh Tuhan langsung mengubahkan seluruh keadaan dan krisis yang ada. Tetapi, yang perlu diubahkan adalah hati kita. Dari dalam hati kita mengakui bahwa hanya Tuhan Yesus yang bisa memberikan harapan. Dan di dalam ketidakberdayaan, mari kita minta anugerah Tuhan untuk menguatkan kita menghadapi seluruh kesulitan ini dan belajar dari segala kesalahan untuk bekerja keras memuliakan Allah.
Orang-orang yang bisa melihat Yesus sebagai Raja yang akan datang kembali adalah orang-orang yang bisa melihat visi dunia ini, apa yang akan terjadi dengan dunia ini dan bagaimana seharusnya kita menguasai dan menaklukkan dunia ini bukan hanya untuk kenikmatan diri sendiri tanpa memikirkan orang-orang lain dan Tuhan, tetapi justru sebagai bagian untuk memelihara dunia ini dan menggenapkan rencana Allah.
Semoga lebih banyak orang di bangsa ini yang betul-betul mengakui keberdosaan dan keterbatasan dirinya, serta mengakui bahwa sang Raja yang bisa menolong kita untuk menghadapi kesulitan ini, menanggung apa yang harus ditanggung dengan anugerah kekuatan dari Allah, dibukakan visi kepada kekekalan dan mengerjakan segala sesuatu dalam kesementaraan ini untuk menggenapi kehendakNya dan bagi kemuliaanNya.

At the cross, at the cross where I first saw the light,
And the burden of my heart rolled away,
It was there by faith I received my sight,
And now I am happy all the day!


Isaac Watts


Click di sini untuk lihat seluruh syair dan lagunya

Wednesday, March 14, 2007

Too Much Love Will Kill You

Hari ini melihat dua berita yang sudah biasa terjadi di dalam dunia yang berdosa, tetapi sekali lagi menjadi sesuatu yang harus dipikirkan kembali dengan pertanyaan, WHY? Berita pertama, tentang seorang Polisi yang membunuh atasannya dan akhirnya ditembak mati, karena diduga tidak menerima dirinya dipindahkan ke tempat lain (yang mungkin menurutnya kurang baik!?). Berita yang kedua, seorang Ibu membunuh empat anaknya yang masih kecil-kecil dengan mencampur potasium dengan susu, kemudian sang ibu bunuh diri. Alasannya, karena tekanan ekonomi yang begitu berat dan seorang anaknya gagal ginjal, sehingga harus cuci darah setiap minggu. Sebenarnya, masih banyak peristiwa yang terjadi di dalam dunia ini, bahkan lebih buruk dan bervariasi dan tentu saja lebih kejam yang pernah terjadi, sedang dan akan terjadi. Mengapa semua ini terjadi? Tulisan ini tidak akan membahas tentang bunuh diri, tetapi ingin menunjukkan dua hal yang berbeda dalam menyerahkan nyawa kepada Tuhan.

"Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat." (Luk 23:34)
“Ya Bapa, ke dalam tanganMu kuserahkan nyawaKu” (Luk 23:46)

Ada persamaan dan perbedaan yang signifikan antara peristiwa yang saya sebutkan di atas dengan kematian Tuhan Yesus di atas kayu salib. Sama-sama melibatkan cinta dan sama-sama menyerahkan nyawa sendiri kepada Allah. Tetapi, ada perbedaannya yang signifikan. Kejadian-kejadian yang berakibat pada bunuh diri didasarkan kepada cinta diri yang berlebihan dan menurut bahasa psikologinya mengakibatkan depresi yang berlebihan. Yang ujung-ujungnya adalah menyerahkan nyawanya. Di atas kayu salib, Tuhan Yesus juga menyerahkan nyawaNya, tetapi bukan untuk cinta diriNya, tetapi justru karena kasihNya kepada Bapa dan untuk membangkitkan banyak orang yang mati dalam dosa untuk hidup penuh harapan.
Apa yang dilakukan oleh Tuhan Yesus seringkali disalahmengerti. Sebagian orang berpikir, bahwa yang namanya kasih adalah sekedar kerelaan mengampuni dan menerima apa adanya. Doa Tuhan Yesus yang meminta pengampunan kepada Bapa atas dosa-dosa orang pilihan, sebenarnya melibatkan pengorbanan. Ketika Tuhan Yesus berkata, "Ampunilah mereka" saat itu juga Ia sedang menyerahkan diriNya sebagai gantinya. Jadi, kalimat itu bukan hanya berarti ampuni mereka, tetapi juga berbunyi,"Ini Aku, hukumlah Aku" atau yang keluar dari kalimat terakhir di atas kayu salib, "Ke dalam tanganMu Kuserahkan nyawaKu" Doa dan perbuatan yang bukan bersumber dari keegoisan yang melihat segala sesuatu hanya untuk diri sendiri dan juga bukan perbuatan yang berusaha untuk menolong orang lain tetapi mengorbankan orang lain (seperti Ibu yang membunuh anaknya sendiri utk melepaskan mereka dari penderitaan). Melainkan perbuatan yang menyerahkan diri untuk membuat manusia sadar akan kematian di dalam dosa-dosanya dan dibangkitkan untuk hidup yang bukan berpusat pada dirinya dan masa depan serta mimpinya yang palsu. Manusia dibangkitkan untuk hidup bagi Allah dan untuk masa depan yang sejati, di dalam kekekalan.
Dalam doaNya, Tuhan Yesus menyatakan bahwa manusia tidak tahu apa yang diperbuatnya. Dalam kalimat saya, manusia terlalu sok tahu dengan segala sesuatu. Mengandalkan kemampuannya, kekayaannya, otaknya, teknologi dan segala sesuatu yang sebenarnya adalah anugerah dan kesempatan dari Tuhan; dan dengan sombongnya menantang dunia dan Tuhan sendiri, seolah-olah dirinya sudah sangat hebat dan bisa melakukan segala sesuatu. Sebenarnya, kalau manusia sedikit pinter saja, silahkan belajar sejarah dan lihat apa yang sudah terjadi terhadap orang-orang yang seperti itu. Akh.., tetapi manusia teralu hebat untuk mengerti itu dan mungkin bisa merubah banyak hal dalam sejarah!? Banyak manusia yang hidup di dalam bayang-bayang, mimpi dan keinginan2 yang tidak pernah terwujud. Sampai pada akhir hidupnya, semua orang akan menyadari bahwa apa yang dikejar dalam hidup ini, hampir semuanya sia-sia. Tetapi, di masa muda dan di masa jayanya, manusia merasa tahu apa yang dilakukannya. Doa Tuhan Yesus adalah untuk orang-orang pilihan yang berdosa dan terlalu sok tahu, agar ada pengampunan dan perubahan dalam hidup orang-orang seperti ini. Sesungguhnya, sedikit saja anugerah Tuhan diambil dari orang-orang yang sok tahu, maka kemungkinan besar hidup mereka akan diakhiri dengan depresi dan bunuh diri. Sejarah sudah mencatat banyak kejadian tentang hal ini. Orang-orang yang sangat kaya dan terkenal, politisi, artis, musisi, olahragawan dan berbagai profesi lainnya, mengakhiri hidupnya dengan depresi dan bunuh diri. Mengapa orang-orang yang mendapatkan begitu banyak anugerah dalam hidupnya tidak mengakhiri hidupnya dengan penuh inspirasi kepada banyak orang, membuat orang-orang yang sudah tidak mempunyai harapan memiliki harapan kembali, dan bukan itu saja, tetapi ingin hidup lagi untuk melayani sesama dan memuliakan Allah? Ketika manusia yang terlalu sok tahu, sangat mencintai diri sendirinya menemukan bahwa apa yang dimimpikannya jauh dari harapan dan keinginannya dan bahkan mempermalukan dan menyakitkan dirinya, maka hidup seolah-olah sudah berakhir. Meminjam judul lagunya Queen, Too much love will kill you...
Karena doa dan pengorbanan dari Tuhan Yesus, seharusnya membuat orang-orang pilihan tidak kehilangan harapan selama hidup di dunia ini. Justru membangkitkan harapan di dalam segala keadaan dan berusaha untuk terus memuliakan dan menikmati Allah dalam segala keadaan dengan melayani sesama. Pasti juga ingin mati, bukan karena ingin lari dari dunia ini dan tidak tahan menanggung segala kesulitan dan penderitaan, tetapi keinginan untuk mati itu ada karena hidup yang kekal, bertemu dengan Tuhan Yesus dan ingin mempersembahkan segala hal yang sudah kita lakukan selama hidup di dunia. Apa yang akan dipersembahkan kepada Allah oleh seseorang yang akhirnya bunuh diri karena tidak percaya lagi bahwa dalam keadaannya yang begitu sulit, Tuhanpun tidak bisa menolong dirinya dan tidak bisa memberikan berkat dan jalan keluar baginya? Di mana kuasa kebangkitan Tuhan Yesus?
Seandainya semua manusia bisa memandang kepada apa yang sudah dilakukan oleh Tuhan Yesus di atas kayu salib, maka tidak ada lagi bunuh diri. Maut sudah dikalahkan dengan kematian (dan kebangkitan) Tuhan Yesus. Dan manusia harusnya belajar, bahwa cinta kita yang berlebihan terhadap diri kita sudah membunuh Tuhan Yesus. Haruskah membunuh orang lain lagi dan diri kita sendiri? Tidak perlu lagi. Seharusnya kasih yang keluar dari hidup kita. Seperti yang keluar dari perkataan Tuhan Yesus yang pertama di atas kayu salib, "Ya Bapa, Ampunilah mereka" dan seharusnya hidup yang lebih berserah kepada Allah dan mempercayakan seluruh hidup yang penuh perjuangan dan penderitaan ini kepada pemeliharaan Allah yang terus-menerus menghidupkan kita. Kalu tidak, akan lebih banyak lagi yang sedang menuju ke bunuh diri. Karena hidup sepertinya tidak ada harapan dan kepastian. Padahal kematian tidak membereskan dan membuat kita meninggalkan segala kesulitan dan permasalahan kita. Tetapi, seharusnya kematian membuat segala hal yang sudah kita lakukan di dunia ini mencapai puncaknya dan disempurnakan oleh Allah.

O soul are you weary and troubled?
No light in the darkness you see?
There's light for a look at the Saviour,
And life more abundant and free.

Turn your eyes upon Jesus,
Look full in His wonderful face,
And the things of earth will grow strangely dim,
In the light of His Glory and Grace.

Helen H. Lemmel (1922)

Pengen denger lagu ini atau lihat keseluruhan syairnya?
Klik disini