Minggu lalu diminta untuk mengkhotbahkan tema kepastian ditengah ketidakpastian hidup. Ada yang aneh dengan tema ini. Karena pemikiran awalnya adalah ketidakpastian hidup. Kenapa merasa hidup semakin tidak pasti, karena kenaikan harga Bahan Bakar Minyak, kenaikan berbagai macam kebutuhan pokok, tapi penghasilan belum naik-naik juga. Kalau yang merasa tidak pasti adalah orang-orang yang tidak mengenal Allah sih wajar, tapi kalau ini dipikirkan oleh orang-orang yang mengaku mengenal Allah, maka pasti ada yang salah.
32 Semua itu dicari bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah. Akan tetapi Bapamu yang di sorga tahu, bahwa kamu memerlukan semuanya itu....
Mat 6:25-34
Berhenti Kuatir! Mana Mungkin?
Mana mungkin berhenti kuatir, lagipula menguatirkan untuk berhenti kuatir sudah menambah kekuatiran. Seluruh dunia sedang resesi, bahkan negara-negara kaya dan majupun mulai kuatir, masakan kita tidak perlu kuatir?
Mungkin pikiran yang sama ada didalam murid-murid Tuhan Yesus yang hidup di negara yang waktu itu sedang dijajah oleh Romawi dengan penghasilan yang selalu harus dipotong oleh pemungut cukai yang tidak sedikit, ditambah dengan perpuluhan dan persembahan yang tidak habis2nya yang harus dibawa ke Bait Allah. Kalau situasi politik waktu itu tenang, mungkin masih OK. Tapi, saat itu sering terjadi pemberontakan, dan perampokan di tengah jalanpun itu sudah biasa. Lebih parah lagi, bangsa itu terus dijadikan perebutan oleh Syria, Mesir dan terakhir Romawi. Mereka sedang menunggu Messias untuk membebaskan mereka, tapi menurut mereka belum datang-datang juga. Bisakah untuk tidak kuatir??
Sang Messias sendiri yang mengatakan untuk berhenti kuatir! Hmmm..Pasti ada alasannya.
Tidak Mengenal Allah
Apa yang membuat manusia kuatir dalam hidup ini? Tidak bisa hidup? Karena tidak ada makanan dan pakaian maka tidak bisa hidup? Itu kekuatiran dari beberapa persen penduduk dunia ini yang sedang hidup dalam kelaparan. Tapi, apa yang menjadi kekuatiran dari orang-orang yang tidak kelaparan? Tidak ada jaminan masa depan? Tidak ada jaminan untuk tetap mempertahankan segala kesenangan dan kenikmatan? Lho, bukankah memang semuanya itu tidak bisa dipertahankan dan suatu saat pasti hilang?! Hanya tinggal menunggu waktu untuk menghadapi semuanya, karena semuanya sementara dan terakhir kita harus mati dan meninggalkan semuanya..
Kalau memang sudah pasti untuk kehilangan semuanya, mengapa harus kuatir dan merasa tidak pasti? Mengapa bukan mempersiapkan diri untuk kehilangan segala sesuatu dan menghadapi saat seperti itu? Bukankah itu lebih realistis?!
Orang-orang tidak mengenal Allah memperjuangkan hidup mereka sendiri karena mereka tidak mempunyai dan mengenal Allah yang menjamin hidup mereka. Itu sebabnya, bagi mereka hidup hanyalah masalah, makan, minum, fashion, segala kebutuhan dan kenikmatan untuk hidup. Dan semuanya memerlukan uang. Jadi mereka perlu jaminan politik yang baik, hukum yang baik, ekonomi yang baik dan segala ketenangan dan kenyamanan supaya bisa tetap mempertahankan dan bahkan meningkatkan segala keinginan untuk memuaskan diri. Ups.., tapi dunia ini tidak seindah yang mereka bayangkan. Segala sesuatu kelihatannya berubah ke arah yang negatif, tidak ada kepastian sama sekali, tidak ada pegangan...
Bagaimana dengan orang-orang yang mengenal Allah? Samakah? Atau ada perbedaan signifikan?!
Bapa di Sorga yang Jamin
Hidup di tengah keadaan dunia yang sama, harusnya tidak ada perbedaan antara orang yang mengenal Allah dan tidak mengenal Allah. Sama-sama menghadapi kesulitan dan resesi dunia. Apakah yang mebedakan orang percaya mendapatkan berkat-berkat dan jaminan sosial yang lebih banyak dari orang yang tidak mengenal Allah?
Jaminan kepastian hidup ini bukan di berkat-berkat pemberian Allah, tapi di dalm Allah sendiri. Bapa di Sorga yang mencipta, memelihara dan menyempurnakan adalah jaminanan yang pasti dalam hidup ini. Ia bukan hanya tahu apa yang menjadi kebutuhan kita, Ia memelihara hidup kita dan bahkan akan menyempurnakan segala sesuatu. Tidak ada jaminan lain dalam hidup ini.
Kalau seseorang melihat jaminan kepada benda2 mati (seluruh harta kita yang akan hilang), maka orang yang hidup itu bodoh sekali karena percya kepada benda mati. Kalau melihat jaminan kepada pemerintah yang tidak mengenal Allah untuk menjamin kestabilan segala sesuatu, maka sama bodohnya. Karena mereka juga sedang bingung dan tidak bisa memberi kepastian. Dan kalau bergantung kepada kita yang bisa berjuang untuk menghadapi hidup ini, kita terlalu kecil untuk menghadapi dunia ini.
Hanya Bapa di Sorga yang bisa jamin semuanya. Ia mengerti bagaimana memulai, memelihara dan mengakhiri semuanya. Maka, kenapa kita menuyusahkan diri dan mengkuatirkan akan segala sesuatu yang sudah disiapkan oleh Allah. Mengapa kita tidak percaya saja kepada-Nya yang lebih tau akan segala sesuatu? Mengapa kita mengkuatirkan dan bersusah payah untuk mencari sesuatu demi untuk mempertahankan hidup ini?
Bukankah yang seharusnya kita pikirkan adalah buat apa hidup ini? Mengapa ditengah kesulitan hidup ini kita masih hidup? Untuk apa hidup ini?
Jika Bapa sudah menjamin seluruh kebutuhan hidup kita, bukan hanya untuk masa depan yang sementara, tapi juga untuk hidup yang kekal, maka kita harus berhenti kuatir. Yang perlu, hanya percaya Bapa sudah menyediakan semuanya. Tinggal menunggu waktunya tiba. Yang lebih penting, bagaimana kita mempergunakan hidup ini. Tetap bekerja, bahkan bekerha lebih keras, bukan untuk mendapatkan tambahan dan jaminan hidup di dunia ini, tapi sebagai ucapan syukur karena penyertaan, pemeliharaan dan demi untuk memuliakan Dia, menyaksikan Allah yang kita kenal.
Berbahagialah orang-orang yang kepastian hidupnya bukan di dalam kesementaraan yang akan hilang dan keadaan yang terus berubah, tapi kepastiannya ada didalam Allah sendiri yang menjamin segala sesuatunya ada di dalam kontrol-Nya.
Soli Deo Gloria.
3 Komentar:
Halo halo... tulisan yg ini saya print ya pak, mohon ijinnya, untuk PA aja, disertakan sumbernya (^_^) danke schon!
Gaty, ga perlu ijin lagi.
Dibawah kan dah ditulis, dipersilahkan untuk dicopy, dikutip, dll.
Banyak yg diem2 sering ambil tulisan saya... Malahan ada yang dimasukin kemana-mana seolah2 saya yang kirim.
But, it's OK. As long as we can glorify our wonderful GOD..
Ok pak, tapi ini secara etika aja..., person to person rasanya tetap harus ijin (^_^) jadi saya yg merasa lebih sejahtera aja...
Thanks bngt!
Post a Comment