Indonesia adalah salah satu negara dari beberapa negara Asia yang merayakan kemerdekaan di bulan Agustus ini. Biasanya perayaan kemerdekaan di Indonesia disambut dengan meriah dengan berbagai pertandingan, yang paling favorit tentunya panjat pinang.
Ditengah berbagai perayaan, biasanya ada berbagai pernyataan yang mengatakan bahwa negara ini sebenarnya belum merdeka. Karena kenyataannya dalam berbagai aspek masih terjajah dan belum merdeka. Terlalu banyak pandangan seperti ini yang bisa kita baca dan dengar.
Kita perlu bertanya kembali apa itu kemerdekaan sejati dan untuk apa kita merdeka. Rasul Paulus memberikan pandangannya tentang kemerdekaan.
Galatia 5:13
Merdeka dari apa?
Biasanya kemerdekaan dimengerti sebagai kebebasan dari penjajahan suatu bangsa kepada bangsa yang lain. Di masa modern ini dikaitkan dengan berbagai aspek. Dalam perdagangan bebas, agak sulit untuk melihat kebebasan ini. Bahkan masih banyak yang terjajah melalui Microsoft, Mac, Intel, Google, Yahoo dan terjajah dengan internet itu sendiri. Seharusnya kemerdekaan itu merdeka dari apa?
Negara-negara Barat yang terlihat sukses dengan kemerdekaan dan bahkan menjajah dengan segala kemapanan dan kemajuannya, ternyata menunjukkan keterikatan dan tidak bisa bebas, meskipun mereka begitu mengagungkan kebebasan dan kemerdekaan itu sendiri. Terlalu banyak aturan-aturan yang mengikat yang harus dibuat untuk menikmati kebebasan. Akhirnya tanpa sadar sedang dijajah dengan cara yang baru. Betulkah mereka lebih bebas dan merdeka? Dalam hal-hal tertentu ya, tapi dalam hal yang lain lebih terikat dan terjajah.
Sebaliknya Indonesia dan beberapa negara Asia memberikan kebebasan dan kemerdekaan yang tidak bisa didapatkan di beberapa negara Barat, seperti bebas buang sampah, bebas melanggar aturan lalu lintas (asal ga ketahuan dan kalo ketahuan bisa nyogok!) dan berbagai macam kebebasan yang lain.
Jadi, kemerdekaan dari apa yang diinginkan manusia?
Kemerdekaan Sejati
Paulus mengatakan orang percaya dipanggil untuk merdeka. Pasti bukan masalah kemerdekaan suatu bangsa yang dimaksudkan, tetapi kemerdekaan dari dosa dan kemerdekaan untuk memuliakan Tuhan. Selama manusia hidup dalam berbagai macam kebebasan, tapi belum dimerdekakan dari dosa, maka sesungguhnya ia sedang hidup dalam penjajahan. Hidup dalam dunia dan negara yang penuh kebebasan, kedamaian dan keamanan, tidak menjamin kemerdekaan dan kebebasan yang sejati.
Sebaliknya, hidup dalam negara yang terjajah dan dalam berbagai aspek yang masih terjajah, hanyalah menjadi sedikit penghalang yang tidak bisa menghambat orang percaya untuk menikmati kemerdekaan sejati yang merupakan anugerah Tuhan.
Tanpa kemerdekaan dari dosa, maka semua kebebasan dan kemerdekaan hanyalah kesia-siaan yang akan membawa kita ke dalam berbagai ikatan dan keterjajahan model baru, tapi anehnya seringkali tidak merasa sedang dijajah.
Tantangan yang lebih besar adalah bagaimana mempergunakan kemerdekaan itu!?
Merdeka untuk apa?
Karena sudah dimerdekakan dari dosa, maka seharusnya kemerdekaan tidak diisi dengan berbuat dosa lagi. Jika kita sadar bahwa kemerdekaan adalah anugerah Tuhan, maka seharusnya kita memberikan seluruh hidup yang sudah dibebaskan ini untuk menjadi hamba-Nya. Tapi, banyak orang yang tidak tahu terima kasih. Sudah dapat anugerah kemerdekaan, tapi tidak mempergunakan seluruh kesempatan dalam kebebasan untuk menyatakan kemuliaan sang pemberi, yaitu TUHAN.
Tuhan sebenarnya tidak membutuhkan kita untuk menjadi hamba-Nya. Dia sudah berlimpah dalam segala sesuatu. Tapi Dia ingin memakai kita untuk melayani sesama, orang-orang yang masih terjajah dengan dirinya dan segala keadaannya yang berdosa. Itu sebabnya Paulus mengatakan, layanilah seorang dengan yang lain oleh kasih.
Kemerdekaan seharusnya diisi dengan kebebasan dari diri sendiri dan melayani orang lain dengan kasih. Orang-orang yang hanya memikirkan dirinya sendiri, keluarga dan mimpi-mimpinya sesungguhnya adalah orang-orang yang hidup dalam penjajahan. Orang merdeka adalah orang yang sudah bebas dari dirinya dan mau memuliakan Tuhan dengan melayani sesama.
Sudahkah Anda merdeka? So what?
3 Komentar:
Pak Ronald, saya boleh argue dong masak sih apabila masih memikirkan keluarga dan mimpi mimpi maka kita masih hidup dalam penjajahan ? Bukankah mereka juga sesama kita ? Ada banyak keluarga saya yang belum kenal Kristus dan ada banyak juga yang butuh bantuan secara materi....
hey ko. pa kabar?
Kok postingan nya sama kek kotbah di gereja aku yah? ahhaha
@harph: kabarnya baik2 aja.. what about you?
Soal postingan, mungkin sama pergumulannya kali..
@bu Luci: kalimat lengkapnya, "Orang-orang yang hanya memikirkan dirinya sendiri, keluarga dan mimpi-mimpinya sesungguhnya adalah orang-orang yang hidup dalam penjajahan."
Penekanannya di "HANYA"; ya ga salah mikirin itu semua dan memang harus dipikirin. Tapi kalau hanya itu saja dan tidak ada hubungannya dengan Tuhan waktu pikirin itu semua, maka itu maksud saya..
Post a Comment