Indonesia dikenal sebagai negara kepulauan yang indah. Tapi, keindahan itu seringkali tertutup dengan berbagai macam sampah dan ketidakbersihan. Memang ada beberapa tempat yang masih bisa dijaga kebersihannya, hotel-hotel berbintang empat dan lima umumnya masih menjaga kebersihannya. Berbeda dengan kota-kota, jalanan, tempat wisata, apalagi fasilitas umum. Yang indah dan baik terlihat kotor dan seringkali menjadi tidak menarik. Seandainya yang baik dan indah itu bersih dan diatur dengan rapi, apa yang akan terjadi?
Perbaikan Terjemahan dan Alur
Ayat 21, mempergunakan empat kata kerja. Kata kerja pertama dan kedua dalam kalimat "Jika seorang menyucikan dirinya dari hal-hal yang jahat, ia akan menjadi perabot rumah untuk maksud yang mulia"; adalah kata kerja aktif dan middle yang bernuansa masa depan (future). Sedangkan kedua kata kerja lainnya dalam kalimat "ia dikuduskan, dipandang layak untuk dipakai tuannya dan disediakan untuk setiap pekerjaan yang mulia."; adalah kata kerja participle pasif dalam bentuk lampau (perfect: sudah selesai tapi dampaknya terus sampai sekarang).
Sehingga, terjemahan yang lebih tepat,
21 Jika seorang menyucikan dirinya dari hal-hal yang jahat, ia akan menjadi perabot rumah untuk maksud yang mulia, ia sudah dikuduskan, dipandang layak untuk dipakai tuannya dan sudah disediakan untuk setiap pekerjaan yang mulia.
Artinya, pengudusan, dipandang layak untuk dipakai dan disediakan pekerjaan mulia sudah selesai. Yang belum terjadi adalah seseorang menyucikan dirinya. Itu sebabnya, kalimat seseorang menyucikan diri ditulis pertama, karena merupakan penekanan dari keseluruhan ayat 21.
Perabot Mulia: already but not yet
Dalam ayat 20, Paulus mengatakan ada dua macam perabot. Perabot yang mulia dan perabot yang tidak mulia. Perabot mulia adalah perabot yang sudah dikuduskan, dipandang layak untuk dipakai dan sudah disediakan pekerjaan yang mulia oleh Tuhan, seperti yang disebutkan dalam ayat 21. Kedaulatan Allah yang menentukan siapa perabot-Nya yang mulia, yang ditebus, dikuduskan dan dipakai.
Pengudusan, dipandang layak untuk dipakai dan disediakan pekerjaan mulia sudah terjadi di waktu lampau. Semuanya sudah selesai dan beres. Perabot mulia tidak bisa berubah menjadi perabot tidak mulia. Begitu juga sebaliknya. Masalahnya, apakah perabot mulia itu mengerjakan pekerjaan mulia?
Saya percaya yang dimaksud dengan perabot mulia adalah semua orang pilihan. Tapi, mengapa orang pilihan yang sudah ditebus tidak menunjukkan dirinya sebagai perabot yang mulia dan tidak mengerjakan pekerjaan yang mulia? Karena ada yang not yet, belum selesai.
Sucikan Diri
Sekalipun perabot mulia itu sudha dikuduskan, dipandang layak untuk dipakai dan sudah disediakan pekerjaan mulia, tapi kalau kotor dan tidak bersih, maka tidak bisa dipakai dan menunjukkan keindahan. Contohnya: seperti gelas yang berasal dari perak terbaik dan termahal, tapi gelas itu dipenuhi dengan kotoran binatang, maka gelas itu tidak akan dipakai. Kalau ingin memakai gelas itu, maka gelas itu harus dibersihkan. Keindahan dan kemuliaannya hanya terlihat sesudah dibersihkan.
Orang percaya dasarnya dari orang berdosa yang kotor, tapi sesungguhnya kita adalah gambar Allah yang mulia, perabot yang mulia. Kita sudah dipilih untuk diselamatkan. Sudah disediakan pekerjaan baik (Efesus 2:10). Kematian Yesus Kristus sudah menguduskan kita. Tapi, adakah kita juga mengerjakan tanggung-jawab kita, menyucikan diri dan meninggalkan ketidakbenaran? Bukan untuk dibenarkan dan diselamatkan. Tapi justru karena sudah dibenarkan dan diselamatkan, maka kita harus hidup sesuai dan panggilan itu dan hidup dalam pekerjaan baik yang sudah disediakan Allah sebelumnya. Ia mau kita hidup didalam pekerjaan yang mulia itu.
Berbahagialah orang-orang kudus yang menyucikan dirinya, karena kemuliaannya justru akan menyatakan kemuliaan Allah dan membuat orang-orang akan memuliakan Bapa di Surga.