Di Indonesia sekarang ini banyak pejabat yang sekarang ini disorot karena merangkap jabatan. Karena ternyata ketidakefektifan dalam pekerjaan dan pelayanan salah satunya disebabkan oleh hal ini.
Masalah ini ternyata bukan hanya terjadi di dalam pemerintahan negara ini, tetapi juga dalam gereja. Meskipun alasan terjadinya itu berbeda, tetapi akibatnya sedikit mirip, tidak bisa mengerjakan keseluruhan tugas dengan baik dan efektif.
Mengapa sampai terperangkap dalam merangkap jabatan? Bagaimana seharusnya?
Efesus 4:11
Pelajaran dari Perjanjian Lama
Sebenarnya sejak manusia diciptakan, Adam harus merangkap tiga jabatan: Nabi , Imam dan Raja. Tapi, Adam gagal dan tidak bisa melakukannya. Begitu juga dengan keturunan Adam. Sehingga akhirnya ditentukan Nabi untuk memimpin Israel, diikuti dengan Imam, dan yang terakhir adalah Raja.
Musa ketika harus memimpin Israel harus merangkap sebagi Nabi dan fungsi Raja/Hakim (meskipun Raja sesungguhnya adalah Tuhan). Dan Musa tidak sanggup melakukannya. Maka Tuhan memakai mertuanya, Yitro, untuk menasehati Musa, sehingga diangkatlah pemimpin-pemimpin yang bisa mengerjakan tugasnya. MUsa tetap merangkap fungsi Raja, tetapi harus tahu diri dengan tugas-tugas lain yang tidak bisa dikerjakannya.
Di zaman Samuel, Raja pertama kali diurapi dan Samuel mengurapi dua Raja yang pertama. Samuel merasa Israel menolak dirinya sehingga meminta Raja, tetapi mereka sebenarnya menolak Tuhan sebagai Raja. Tetapi, 1 Samuel 8 menjelaskan, karena ketidakpuasan terhadap Samuel dan anak2nya dalam melaksanakan fungsi Raja/Hakim. Dan sejak ada Raja, tidak ada lagi yang merangkap jabatan.
Pelajaran dari Kisah Para Rasul
Pada masa gereja mula-mula, para Rasul harus merangkap ketiga fungsi. Mereka harus menjadi pemberita Inji, gembala maupun pengajar. Awalnya mereka bisa melakukan dengan baik. Tetapi, tidak lama kemudian timbullah sungut-sungut karena janda-janda diabaikan. Sehingga mereka memilih 7 orang lain yang bisa melayani dan bahkan bisa memberitakan firman dan muijizat, seperti Stefanus. Sementara rasul-rasul memusatkan pikiran dalam doa dan pelayanan Firman. Hasilnya dikatakan dalam Kis 6:7, Firman Allah makin tersebar, jumlah murid makin bertambah banyak dan sejumlah besar imam menyerahkan diri dan percaya. Para rasul tidak terperangkap dalam merangkap jabatan.
Tiga Jabatan
Ketika jumlah orang percaya makin bertambah banyak, maka ditetapkanlah tiga jabatan berikutnya dalam gereja. Pemberita Injil, Gembala dan Pengajar. Jikalau ada tiga jabatan yang berbeda, haruskah seseorang merangkap ketiga jabatan ini?
Di dalam permulaan pelayanan atau ketika tidak ada orang lain, maka seharusnya seorang pelayan bisa merangkap ketiga jabatan ini, sekaligus melihat dimana panggilan pelayanannya yang utama dan yang menjadi fokus. Tetapi, hampir tidak ada yang bisa fokus kepada ketiga jabatan ini dan mengerjakan semuanya dengan sangat baik.
Seorang pemberita Injil ketika memberitakan Injil di tempat yang tidak ada gereja, maka ia harus bertanggung jawab dalam menggembalakan dan mengajar orang-orang yang diinjilinya. Tetapi fokus utamanya adalah pemberitaan Injil dan bisa memotivasi dan mengajarkan jemaatnya untuk memberitakan Injil dengan baik. Ketika sudah ada orang lain yang bisa menggembalakan dan mengajar, maka ia seharusnya menyerahkan jabatan dan tugas itu kepada orang lain, sekalipun ia tetap bisa membantu dalam penggembalaan dan mengajar. Kebanyakan pelayan yang tetap merasa mengerjakan ketiganya dan merasa bisa fokus pada ketiganya karena merasa sudah biasa dan terperangkap dalam merangkap ketiga jabatan itu. Tetapi, jemaat dan orang-orang lain pasti bisa melihat pelayanan yang kurang efektif.
Seorang yang dipanggil menjadi gembala, seharusnya juga melakukan pemberitaan Injil dan bisa juga mengajarkan firman kepada jemaatnya.
Dan seorang pengajar seharusnya menjadi pengkhotbah Injil dan mengajar di gereja dan sekolah Teologi serta menggembalakan murid-muridnya.
Mengapa gereja sering kekurangan orang-orang untuk melaksanakan ketiga jabatan ini? Umumnya karena kesalahan dari gembala jemaat yang mendominasi ketiga jabatan ini dan menunjukkan seolah-olah dia berhasil melakukan ketiganya. Akhirnya ia sulit memberikan kesempatan kepada orang lain dan juga mendidik pelayan lain mengerjakan panggilannya. Dan membuat jemaat merasa semuanya sudah bisa dilakukan sendiri.
Selain itu, ada orang-orang yang tidak seharusnya menjadi gembala, tapi bertahan untuk mengerjakan tugas itu. Akibatnya, orang-orang yang dipanggil menjadi tidak tertarik untuk mengerjakan panggilan itu karena melihat sang gembala jemaat. Kesalahan yang lain, seorang pemberita Injil biasanya hanya berfokus untuk menjadikan pemberita-pemberita Injil dan menganggap itu adalah tugas yang paling mulia dibandingkan dengan dua jabatan yang lain. Akibatnya, terjadi kekurangan di dalam dua jabatan yang lain; atau orang-orang hanya melihat tugas pemberita Injil sangat sulit, lebih enak menjadi gembala dan pengajar dengan segala fasilitasnya.
Berbahagialah orang yang mengerti dan hidup dalam panggilannya. Karena orang itu bisa mengerjakan tugasnya dengan baik dan memuliakan Tuhan. Dan berbahagialah jika ia tidak hanya meninggikan panggilannya dan merendahkan yang lain, tetapi mengajak orang-orang melihat panggilannya, menghargai panggilan Tuhan dan memuliakan-Nya.