Ayat Hari Ini:

Showing posts with label Kenikmatan. Show all posts
Showing posts with label Kenikmatan. Show all posts

Sunday, April 6, 2008

Memuliakan dan Menikmati Allah melalui ciptaanNya

Dari pertengahan Maret 2008 sampai awal April 2008, sekali lagi dapat kesempatan untuk pelayanan ke Australia, sekaligus jalan2. Ada banyak pengalaman baru dan insights yang menarik yang dialami, tapi tentu saja tidak bisa dibagikan semuanya di sini.

5(65-6) Dengan perbuatan-perbuatan yang dahsyat dan dengan keadilan Engkau menjawab kami, ya Allah yang menyelamatkan kami, Engkau, yang menjadi kepercayaan segala ujung bumi dan pulau-pulau yang jauh-jauh; 6 (65-7) Engkau, yang menegakkan gunung-gunung dengan kekuatan-Mu, sedang pinggang-Mu berikatkan keperkasaan;
Mazmur 65:6-7

Daud ketika berbicara tentang perbuatan-perbuatan Allah yang dahsyat, salah satunya dihubungkan dengan penciptaan gunung2 dan tempat2 yang tinggi. Ketika melihat gunung2 dan tempat yang tinggi, ia mengingat kedahsyatan dan kekuatan Allah. Yang menjadi pertanyaan buat saya, apa/siapa yang saya pikirkan ketika melihat gunung2/tempat2 yang tinggi dan segala keindahannya?

Lagi di Mt. Cootha, Brisbane, April 2008

Bagi banyak orang, melihat gunung hanya menikmati keindahannya dan sebagian lagi memiliki keinginan untuk menaklukannya. Bahkan ada yang menyembah kekuatan (yang dianggap dimiliki oleh gunung itu) ataupun menyembah keindahan yang ditawarkan dari gunung itu. Mengapa manusia tidak memuliakan, menyembah dan menikmati sang Pencipta yang mencipta dan terus memelihara semuanya?

Selama tiga minggu di Australia, ada beberapa kesempatan melihat dan berada di gunung2/tempat2 yang tinggi. Dimulai dengan kesempatan berada di Mt. Dandenong yang bisa melihat Melbourne CBD and Suburbs. Kemudian ke Arthurs Seat di Mornington Peninsula yang jaraknya 75 km dari Melbourne dan bisa melihat keindahan laut di Mornington Peninsula, Port Philip Bay dan Melbourne CBD.
Selanjutnya di Brisbane, bisa berada di Mt. Gravath dan Mt. Cootha, yang keduanya bisa melihat Brisbane CBD and Suburbs.
Terakhir di Rose Bay Convent dan The Gap, Sydney. Tidak terlalu tinggi, tapi perasaan yang sama dengan berada di tempat2 tinggi lain, yang memberikan keindahan alam.

Perasaan yang ada selalu menimbulkan pertanyaan. Buat apa semua kesempatan melihat keindahan ciptaan Tuhan? Hanya untuk dinikmati, membuat foto dengan background pemandangan yang indah dan menyatakan kepada dunia, bahwa saya sudah pernah ke situ? Ataukah ada hal yang lebih berharga yang sudah Tuhan sediakan untuk memuliakan dan menikmatiNya!?
Saya percaya, dengan melihat semuanya, orang percaya seharusnya melihat perbuatan2 Allah yang dahsyat, serta memuliakan dan menikmatiNya yang lebih indah dari semua ciptaanNya.

Selain itu, saat menikmati keindahan ciptaan Tuhan mengingatkan saya kepada our eternal home, yang tentunya lebih indah, lebih baik dan sempurna. Jadi merindukan kekekalan...

For the beauty of the earth
For the glory of the skies,
For the love which from our birth
Over and around us lies.

Lord of all, to Thee we raise,
This our hymn of grateful praise.

Fol­li­ot Pier­point

Friday, March 28, 2008

HAPPIER

Dari tanggal 21 Maret-23 Maret 2008, dapat kesempatan menjadi salah satu pembicara di ICC Easter Camp di Ballarat, dekat Melbourne, VIC. Temanya, HAPPIER. Membahas Teologi Kenikmatan dalam 6 session. Baru kali ini dalam satu camp bisa membahas keseluruhan teologi Kenikmatan dalam tiga hari. Biasanya hanya mendapatkan satu atau dua session untuk membahas Teologi Kenikmatan.

Engkau memberitahukan kepadaku jalan kehidupan; di hadapan-Mu ada sukacita berlimpah-limpah, di tangan kanan-Mu ada nikmat senantiasa.
Mazmur 16:11

Saya setuju dengan pemazmur bahwa dihadapan Tuhan ada sukacita berlimpah-limpah dan ada kenikmatan senantiasa. Selain belajar menikmati Tuhan di dalam keadaan yang menderita, maka perlu juga belajar menikmati Tuhan di dalam segala keadaan yang baik dan berkelebihan. Saya mendapatkan anugerah untuk mengajarkan teorinya sekaligus mempraktekkannya selama Easter Camp tahun ini.

Hari Pertama
Datang hari Jumat tanggal 21 Maret, ke Ballarat yang lebih dingin dari Melbourne. Dari Endeavour Hills ke City lalu ke Ballarat. Pelajaran pertama dari teologi kenikmatan di dalam waktu dua jam perjalanan ke Ballarat, belajar menikmati Tuhan melalui ciptaanNya di sepanjang perjalanan.
Sampai di tempat tujuan, kesan pertama, Mid City Hotel yang akan dipakai sangat lumayan dibandingkan dengan uang yang dibayar. Anugerah yang Tuhan beri harus dipakai sebaik mungkin untuk memuliakan dan menikmatiNya.
Acara dimulai dengan Kebaktian Jumat Agung yang dipimpin Sen Sendjaya Ph.D, Lay Pastor ICC. Pembahasannya dari Yes 53:10, Bapa menikmati ketika menghukum AnakNya. Salib yang harus ditempuh, dinikmati oleh Allah. Tidak biasa kedengarannya, tapi benar.
Dilanjutkan dengan session pertama (What is Enjoyment?) sesudah lunch. Karena koki hotel dari Malaysia, maka masakannya sangat cocok dengan lidah Indonesia. Pembelajaran tentang Kenikmatan langsung dipraktekkan di Hotel yang enak dengan makanannya yang juga enak.
Session keduanya (Where is God when I enjoy?) di malam hari sesudah dinner berbentuk diskusi. Pak Sen dan saya membawakan bahan kita selama waktu yang ditentukan lalu dilanjutkan dengan diskusi.
Sesudah break setengah jam dengan snack dan ayam Nandos, dilanjutkan dengan Talk Show. Akhirnya bicara tentang panggilan dan kesaksian.

Hari Kedua
Hari ini acaranya lebih padat. Sesudah breakfast langsung masuk session ketiga (Where am I when God enjoy?). Break setengah jam, masuk session empat (How to Enjoy God). Session keempat ini bagi saya sangat menarik, karena bisa belajar cara pembelajaran yang baru. Pak Sen memberikan beberapa pertanyaan refleksi dengan melengkapi kalimat, sesudah masing2 menjawab dan menuliskan secara pribadi, diminta beberapa orang untuk mensharingkan apa yang ditulisnya. Terakhir, saya memberikan tanggapan sekaligus membagikan pergumulan tentang how to enjoy God.
Selesai session ini dilanjutkan dengan BBQ lunch di dekat kolam renang.

Sesudah itu ada Outdoor Games, pergi ke Lake Wendouree yang biasanya jadi tempat wisata di Ballarat. Sayang danaunya lagi kering. Tiga jam pada main2 dengan berbagai macam games dari panitia.
Sempat pulang dan istirahat dua jam, lalu dinner dan masuk session kelima (Forever Enjoy). Acaranya rededication, ditutup dengan calling.
Break sebentar, lalu dibagi menjadi dua kelompok yang sudah menikah dan yang belum menikah. Pak Sen memimpin 6 pasangan yang ikut, sementara sisanya saya yang pimpin dengan topik pernikahan. Wah, acaranya jadi seru banget dan kayanya waktunya kurang. Tapi, harus berhenti..

Hari Ketiga
Session terakhir adalah How to Enjoy His Blessings. Sesudah itu harus buru2 packing, foto2 dan lunch.
Peserta yang masih tersisa di hari ketiga, pada foto2..

Selesai foto2 Pak Sen memimpin acara penutup berupa sharing, evaluasi dan doa ucapan syukur. Sesudah itu lunch.
Selesai lunch, rencananya langsung ke Gereja di Melbourne. Tapi, terlalu cepat kalau langsung pulang, kecuali mereka yang mau latihan Choir. Akhirnya, sebagian pada cobain kopi di Ballarat sama makan pie. Enak juga pienya. Dari awal sampai akhir, from enjoyment to enjoyment.
Semoga kenikmatan yang berlimpah ini telah membuat kami belajar menikmati kelimpahan yang paling berlimpah, yaitu Tuhan sendiri yang adalah sumber kenikmatan.

Wednesday, August 1, 2007

Teologi Sukses, Penderitaan dan Teologi Kenikmatan

Teologi Sukses menjadi satu fenomena tersendiri yang sangat mempengaruhi Kekristenan sejak abad ke 20. Hampir tidak ada orang Kristen yang tidak dipengaruhi oleh Teologi Sukses. Bahkan yang menolak teologi inipun seringkali tanpa sadar ataupun secara sadar sebenarnya mempraktekkan dan mengakui teologi ini. Tapi harus menolaknya, karena merasa teologi ini bertentangan dengan doktrin dan pengajaran di gereja/alirannya. Sebenarnya lucu, menolak dan melawan, tapi mempraktekkan dan mempergunakan nilai-nilai dari Teologi Sukses untuk menilai banyak hal.

Kapan sebenarnya Teologi Sukses muncul? Kalau mau diteliti lebih jauh, sebenarnya dimulai sejak manusia jatuh dosa. Dalam keberdosaan, maka manusia mengalami kesulitan dalam keluarga, pekerjaan, sakit-penyakit dan berbagai masalah dan musibah. Maka kesuksesan, adalah kalau bisa lepas dari kesulitan, bebas dari permasalahan keluarga, sakit-penyakit dan kemiskinan. Jadi, sebenarnya dasar dari Teologi Sukses adalah respon dari kesulitan karena manusia jatuh dalam dosa dan ingin lepas dari semua kesulitan itu. Sebenarnya semua manusia dan agama apapun adalah penganut Teologi Sukses.

Dari kecil, orang tua dari agama dan kepercayaan apapun sudah mengajarkan anak2nya, bagaimana caranya agar hidup tanpa masalah, menghindari sakit dan bisa kaya. Ukuran kesuksesan seseorang dinilai dari berapa banyak gelar, jabatan, uang, dan materi yang dimilikinya. Orang cacat, sakit-sakitan, orang miskin, pekerja-pekerja rendahan tidak ada yang menghargai. Kecuali, kalau tidak bisa mendapatkan hal-hal yang berharga, baru mulai memikirkan ukuran keseuksesan yang lain.
Dalam kekristenan, hanya dengan menambahkan Tuhan di dalamnya, bahwa Tuhan menginginkan kita semua tidak pernah sakit, kaya dan tidak bermasalah, tidak ada penderitaan, dan semuanya bisa diminta kepada Tuhan. Menjadikan teologi ini bertumbuh dengan subur, karena kebutuhan akan kenikmatan yang semakin lama semakin tinggi, serta budaya konsumerisme, semakin membuat teologi sukses bertumubuh dengan pesat di dalam kekristenan.

Masalahnya, apa betul Alkitab mengajarkan Teologi Sukses? Pengajar2 Teologi Sukses, biasanya dalam pengajarannya mengutip bagian2 firman Tuhan dari Perjanjian Lama. Mengapa? Karena Perjanjian Lama banyak bicara tentang berkat secara fisik dan kutuk. Sedangkan Perjanjian Baru tidak lagi bicara berkat-berkat secara materi, tetapi secara rohani. Mengapa kelihatannya PL banyak bicara berkat secara fisik? Karena bangsa Israel belum bisa mengerti berkat secara keseluruhan. Maka dimulai dengan secara fisik dulu untuk mengerti berkat spiritual. Nah semuanya itu sebenarnya digenapkan dalam Kristus. Berkat-berkat secara fisik dan rohani itu hadir dalam Kristus.

Kalau kita betul-betul memeperhatikan dan membandingkan keseluruhan Alkitab, maka akan mengambil kesimpulan bahwa Tuhan tidak pernah menjanjikan bahwa seseorang yang percaya selama hidup di dunia pasti akan bebas dari kemiskinan, sakit-penyakit, masalah rumah tangga dan masalah relasi, serta lepas dari penderitaan dan penganiayaan. Justru sebaliknya, Kristus datang ke dunia, hidup dalam penderitaan dan mati ditinggalkan pengikut2Nya. Sesuaikah dengan teologi Sukses? Maka sebenarnya yang realistis adalah teologi penderitaan.

Sejak manusia jatuh dalam dosa, maka manusia akan terus mengalami penderitaan sampai mati. Siapapun dia, pasti akan mengalami saat sakit dan harus mati, permasalahan keluarga, dan justru orang-orang yang betul-betul menjalankan kehendak Allah, biasanya hidupnya menderita. Karena dunia yang berdosa ini tidak menginginkan ada yang melakukan kehendak Allah. Orang-orang yang kelihatan sukses dan memiliki banyak hal, kebanyakan (meskipun tidak semua) adalah orang-orang yang kompromi, mengikuti arus dunia dan hanya memanfaatkan Tuhan untuk dirinya. Maka, hidup ini hanyalah menghadapi satu penderitaan dan penderitaan yang lain. Orang-orang yang kelihatan sukses dan kaya, juga memiliki kesulitan dan permasalahan yang besar.Sehingga penderitaan tidak bisa dilepaskan dari hidup ini sampai mati. Itu sebabnya, teologi Penderitaan adalah teologi yang lebih realistis dibandingkan dengan teologi sukses.

Meskipun demikian, teologi yang paling realistis adalah teologi Kenikmatan. Sejak dari penciptaan, yang ada hanyalah kenikmatan. Bebas dari dosa dan penderitaan dan Tuhan sediakan semua kenikmatan. Tuhan memberikan segala kenikmatan yang membuat manusia pertama bisa memuliakan dan menikmati Tuhan. Sayang sekali, sejak manusia jatuh dalam dosa maka kenikmatan pemberian Tuhan sepertinya menghilang dan manusia mencari kenikmatan yang berbeda dan sementara. Tetapi, bagi orang-orang pilihan yang percaya kepada Kristus, kenikmatan yang merupakan anugerah Tuhan dipulihkan kembali dan terus bertumbuh sebagai persiapan untuk kekekalan, sampai selama-lamanya.
Teologi Kenikmatan tidak membuang penderitaan dalam kesementaraan ini. Bahkan biasanya penderitaan yang membuat banyak orang percaya bisa melihat sumber kenikmatan yang sejati dan menikmatinya. Dan penderitaan dan kekurangan menjadi pelajaran yang berharga bagaimana menikmati semua pemberian Tuhan dalam sehat dan kelimpahan. Meskipun demikian teologi kenikmatan, menyadari bahwa penderitaan hanya diperlukan dalam kesementaraan ini dan bukan untuk kekekalan. Karena dari penciptaan, Tuhan tidak menciptakan manusia untuk menderita selama-lamanya, tapi justru mempersiapkan manusia untuk kenikmatan sampai selama-lamanya. Masalahnya manusia tidak bisa mengerti kalau langsung menikmati sampai selama-lamanya, maka ada proses yang dipakai oleh Tuhan untuk membentuk manusia, dan Tuhan mengijinkan penderitaan yang dipakai sebagai alat dalam proses ini.

Jadi, mari kita melihat kenikmatan yang sejati sebagai anugerah Tuhan dan kita betul-betul bisa menikmatinya, sekalipun dunia mengatakan kita tidak sukses, menderita dan banyak masalah, tapi justru kita bisa lebih menikmati segala sesuatu pemberian Tuhan baik dalam kekurangan atau kelimpahan, sehat atau sakit, sampai maut memisahkan kita dari penderitaan dan kita bisa menikmati segala kelimpahan yang disediakan Tuhan. Dari sekarang kita harus belajar menikmati, sebagai persiapan untuk kekekalan dimana kita bisa menikmati semua pemberian Tuhan dengan bebas, dan lebih khusus lagi, sumber berkat itu sendiri yang harus kita nikmati.

What is the chief end of man?
Man’s chief end is to glorify God, and to ENJOY him forever

Westminster Shorter Catechism

Wednesday, July 4, 2007

Allah adalah Pribadi yang paling Menikmati

Dikutip dari buku Mari Menikmati!

Dalam hidup ini manusia biasanya hanya ingin melihat segala hal yang baik terjadi dalam hidupnya.Manusia biasanya menganggap dirinya tidak layak mengalami segala kesulitan, masalah, penyakit, bahaya, bencana alam dan segala hal yang negatif. Manusia menganggap dirinya bisa mendapatkan segala yang baik dalam hidupnya. Manusia jarang memikirkan bagaimana keinginan dan perasaan Allah dalam segala hal yang terjadi dalam hidup ini. Apakah Allah menikmati di dalam segala hal yang terjadi? Apakah Allah tidak berhak melakukan segala sesuatu sesuai dengan keinginanNya dan kenikmatanNya? Bukankah Ia yang merencanakan, mencipta, memelihara dan menyempurnakan semuanya untuk diriNya sendiri?!

Berbagai pandangan terhadap Allah bisa kita lihat di dalam berbagai macam agama dan kepercayaan. Allah bisa digambarkan dengan berbagai macam karakter yang menonjolkan kepada satu sisi. Kalau bukan Allah yang pengasih dan pemurah, maka Allah adalah Allah yang kejam, pemarah, gampang tersinggung, sering menyatakan murkaNya dan akan tenang kalau manusia memberikan persembahan atau korban. Hampir tidak ada yang menggambarkan Allah sebagai Allah yang menikmati, kecuali di dalam karakter dewa-dewi Yunani yang dianggap bersenang-senang dengan kenikmatan (sementara).

Kalau menyelidiki Alkitab, kita akan menemukan bahwa dalam beberapa bagian menggambarkan bahwa Allah adalah Allah yang menikmati.

Allah kita di sorga; Ia melakukan apa yang dinikmati-Nya.
Maz 115:3 ROT (Ronald Oroh Translation)

Jarang ada orang yang memperhatikan kenikmatan Allah, karena manusia biasanya hanya memperhatikan kenikmatan dirinya sendiri dan hanya mempergunakan Allah untuk kenikmatan sendiri. Seharusnya kita melihat terlebih dahulu tentang kenikmatan Allah, baru bertanya tentang kenikmatan kita sebagai ciptaan.

Jika Allah bukan pribadi yang paling menikmati, maka hidup ini akan betul-betul terasa hambar dan tanpa kenikmatan sama sekali. Hidup menjadi seperti robot yang tanpa perasaan dan tidak mengerti apa itu kepuasan. Semuanya biasa dan tidak berarti. Tetapi, justru karena Allah adalah pribadi yang paling menikmati, maka hidup ini menjadi hidup yang penuh kenikmatan. Allah menyatakan kemuliaanNya, menikmatiNya dan bahkan membuat dunia ini penuh dengan kelimpahan kenikmatan, karena Allah adalah pribadi yang paling menikmati.

Sebelum dunia diciptakan Allah begitu menikmati keberadaanNya. Karena Allah memiliki tiga pribadi yang berada di dalam satu kesatuan keberadaan. Kalau Allah hanya satu pribadi, maka tidak ada persekutuan dan tidak ada kenikmatan. Ia baru bisa menikmati kalau ada ciptaan. Tapi, kalau banyak pribadi dan banyak keberadaan Allah akan membuat peperangan, kekacauan dan kebencian. Karena Allah adalah Tritunggal maka Allah menikmati tanpa membutuhkan ciptaan, dan kenikmatanNya adalah kenikmatan sempurna di dalam satu kesatuan.

John Piper di dalam bukunya Desiring God, mengubah pertanyaan pertama dan jawaban dari Katekismus Singkat Westminster. Apa yang menjadi tujuan paling akhir dari Allah (seharusnya manusia)? Jawabannya, tujuan paling akhir dari Allah adalah memuliakan diriNya dan menikmati kemuliaanNya.
Allah merencanakan, mencipta, memelihara dan tidak pernah meninggalkan ciptaanNya, serta menyempurnakan ciptaanNya bagi kemuliaan dan kenikmatanNya. Hal ini yang sulit dimengerti dan jarang ada orang yang mau mengerti. Tanpa menciptakan segala sesuatu (termasuk manusia), kemuliaan Allah sempurna dan Allah menikmati semuanya. Penciptaan sampai Penyempurnaan tidak membuat kemuliaan dan kenikmatan Allah berubah atau bertambah. Artinya, kalau Allah tetap menciptakan dunia dan segala isinya, menebusnya setelah jatuh dalam dosa, kemudian menguduskan, memelihara dan menyempurnakannya sampai pada akhirnya, untuk menunjukkan kepada ciptaanNya (khususnya manusia), betapa besar kemuliaan Allah dan bagaimana Allah menikmati semuanya. Tentu saja untuk mengajar manusia belajar menikmatinya juga.

Jadi kenikmatan Allah tidak bergantung dan berdasarkan kepada ciptaanNya begitu juga dengan manusia. Kenikmatan Allah tidak bergantung kepada seberapa besar manusia berespon. Allah bebas memuliakan diriNya dan menikmati semua kemuliaanNya. Termasuk dalam berbagai-bagai bencana alam dan musibah, Allah-pun bisa memuliakan diriNya dan Ia menikmatiNya. Mungkin sebagian orang bertanya, “Mengapa Allah menikmati di tengah penderitaan manusia?” Allah bukan menikmati penderitaan manusia, tetapi Ia menikmati ketika rencana-rencanaNya dilaksanakan, meskipun terlihat di mata manusia yang tidak bisa melihat big picture-nya sebagai musibah. Sebenarnya Allah mengijinkan/membiarkan semua bencana itu terjadi karena bisa menggenapi dan melaksanakan rencanaNya sampai pada akhirnya.
Banyak orang yang hanya bisa mengeluh, marah dan kecewa kepada Allah di dalam segala penderitaan, kesulitan dan bencana. Tetapi ketika melihat dalam jangka waktu berikutnya hal-hal yang terjadi akan membuat orang-orang yang percaya kepada Allah akan bersykur kepadaNya atas semua bencana dan kesulitan yang pernah dialami dan dilaluinya. Manusia marah dan kecewa karena hanya memikirkan dirinya sendiri dan tidak bisa melihat segala sesuatu sampai pada akhirnya.
Padahal sebenarnya segala bencana dan permasalahan yang terjadi dalam hidup manusia masih terlalu sedikit dibandingkan dengan dosa-dosa yang sudah kita perbuat. Kalau dilihat sebagai penghukuman atas dosa-dosa kita, harusnya lebih banyak lagi musibah, bencana dan permasalahan yang harus dialami oleh manusia.

Ketika Allah menikmati semua yang dilakukan untuk kemuliaanNya, manusia tidak berhak untuk mengganggu dan memprotesnya. Karena semuanya adalah hak Allah untuk melakukan sebagai Pencipta. Sekalipun manusia menjadi korban, manusia tetap tidak berhak untuk memprotes Allah. Manusia biasanya tidak fair. Ketika manusia mengejar kenikmatan sementara dan tidak menghiraukan Allah dan bahkan melawan Allah, seringkali Allah membiarkannya dan tidak mengganggu, bahkan menyediakan segala kenikmatan yang dibutuhkan! Tetapi, mengapa kita memprotes kehendak Allah yang menikmati semua perbuatanNya sekalipun bertentangan dengan kehendak manusia?! Bukankah Allah berhak melakukan semuanya tanpa gangguan sedikitpun dari manusia yang merasa terganggu?!
Sebagian orang mengatakan, karena apa yang dilakukan Allah merugikan diri mereka. Bukankah yang kita lakukan sangat-sangat merugikan Allah dan sesama manusia? Kenapa kita bisa melakukan apa yang merugikan Allah dan sesama manusia, tetapi Allah tidak bisa melakukan apa yang dinikmatiNya, yang kelihatan sepertinya merugikan, tetapi sebenarnya untuk menggenapkan rencanaNya yang baik dan sempurna?

Meskipun kenikmatan Allah tidak bergantung sedikitpun kepada ciptaanNya, tetapi ketika ciptaanNya memuliakan dan menikmatiNya, maka Allah menikmatinya. Apakah hal ini akan menambah kemuliaan dan kenikmatan Allah? Jawabannya, tidak. Kalau begitu, untuk apa semuanya ini? Untuk manusia belajar tentang kemuliaan dan kenikmatan Allah serta bagaimana memuliakan dan menikmati Allah. Manusia mempunyai tanggung jawab sebagai ciptaan untuk semakin membesarkan Allah dan kemuliaanNya, melihat bagaimana Allah menikmati di dalam menyatakan kemuliaanNya dan manusia belajar menikmati seperti Allah menikmati dan tentu saja menikmati Allah yang merupakan sumber segala sesuatu. Tanggung jawab ini merupakan tanggung jawab yang besar yang seharusnya dipelajari manusia seumur hidupnya.

Monday, June 25, 2007

Libur telah Tiba: bagaimana menikmatinya?

Liburan disenangi banyak orang, baik yang memiliki banyak uang maupun yang tidak punya uang. Karena liburan adalah liburan, ada waktu untuk berhenti bekerja yang dianggap menjadi beban berat. Waktu-waktu liburan di Indonesia biasanya pada saat liburan sekolah maupun liburan hari raya besar seperti Lebaran dan Natal.
Saya sudah menikmati liburan dua minggu di satu desa 20 km dari Manado, Sulawesi Utara. Tinggal di satu cottage yang terletak di daerah yang tinggi dan dingin, di antara dua gunung, Lokon dan Mahawu. Liburannya saya isi dengan merenung, menulis buku dan jalan-jalan. I enjoy it. Bagaimana seharusnya kita melihat liburan, apa yang Alkitab katakan tentang hal itu dan bagaimana menikmatinya?

2 Ketika Allah pada hari ketujuh telah menyelesaikan pekerjaan yang dibuat-Nya itu, berhentilah Ia pada hari ketujuh dari segala pekerjaan yang telah dibuat-Nya itu. 3 Lalu Allah memberkati hari ketujuh itu dan menguduskannya, karena pada hari itulah Ia berhenti dari segala pekerjaan penciptaan yang telah dibuat-Nya itu.
Kej 2:2-3

Kitab Kejadian menceritakan tentang liburan pertama, ketika Allah berhenti sesudah menyelesaikan pekerjaanNya. Di hari ketujuh Ia berhenti dan menguduskannya. Liburan!
Dari bagian Alkitab ini orang-orang mulai berpikir bahwa liburan adalah puncak ataupun upah dari bekerja. Liburan dianggap menjadi kesempatan untuk menikmati segala hasil dari bekerja. Selama bekerja orang-orang menghasilkan uang. Uang itu di tabung dan waktunya tiba, berhenti bekerja dan memakai dan menikmati uang itu. Benarkah Allah melihat berhentinya bekerja di hari ketujuh sebagai upah dari 6 hari bekerja dalam Penciptaan?

Saya melihat sepertinya ada nuansa bahwa Sabbat (hari ketujuh) adalah puncak dan upah dari enam hari bekerja. Tetapi yang dinikmati oleh Allah adalah kemuliaanNya yang dipancarkan di dalam pekerjaanNya. Berhentinya Allah bukan untuk menikmati dalam pengertian menghabiskan semua yang sudah diciptakanNya. Berhentinya Allah juga bukan karena sudah terlalu bosan dan lelah bekerja. Allah berhenti bekerja bukan untuk mencari penghiburan lain lagi dalam kepenatanNya. Ia berhenti karena sudah menyelesaikan pekerjaanNya dan Ia menikmati kemuliaanNya. Maka, liburan bukan pelarian untuk pemuasan kekosongan hidup. Liburan juga bukan kesempatan untuk memboroskan semua anugerah Allah.

Ada lagi yang berpikir bahwa Allah mengakhiri pekerjaanNya dengan berhenti. Tetapi manusia berbeda. Manusia memulai hidupnya di dunia, justru dengan sabbat (bukan hari ketujuh bagi manusia, tetapi menjadi hari pertama, meskipun sabbat artinya tujuh). Sesudah itu baru manusia bekerja di dalam dunia ini. Maka, ada yang berpikir bahwa liburan itu seharusnya digunakan sebagai persiapan untuk bekerja. Liburan menjadi tidak berarti jikalau tidak membuat manusia terisi dengan banyak hal yang membuat manusia siap untuk bekerja lagi. Ide yang menarik. Karena banyak manusia sesudah liburan justru menjadi tidak produktif dan pengen libur terus. Betulkah liburan hanya berguna sebagai persiapan untuk bekerja?

Sejauh ini kita sudah memiliki dua pandangan yang menarik. Yang pertama melihat liburan sebagai upah dari kerja, sementara yang kedua, melihat liburan berguna untuk kerja. Kedua pandangan ini sebenarnya memikirkan dari sudut kerja yang menjadi pusat. Liburan hanya sekedar pengisi waktu di antara pekerjaan, entah sebagai hadiah atas kerja keras, ataupun sebagai persiapan untuk hasil yang lebih baik. Itu sebabnya orang-orang yang sibuk dan bekerja keras akan dianggap lebih baik dibandingkan dengan orang yang kerjanya banyak liburan.
Tapi, di dalam beberapa tahun terakhir ini terjadi perubahan pandangan. Orang-orang sekarang lebih menghargai orang-orang yang lebih banyak liburan daripada bekerja, tetapi bisa tetap menghasilkan uang lebih banyak. Kebebasan finansial menjadi slogan, di mana salah satu upahnya adalah lebih banyak liburan. Banyak orang yang tidak bertanya dan mampu membedakan semuanya. Hanya mengikuti saja semua arus dunia ini. Bagaimana seharusnya kita melihat posisi liburan?

Saya sebenarnya pernah membahas topik yang mirip ini di dalam I love this Game!. Tapi, ada beberapa hal berbeda yang tetap perlu untuk direnungkan.
Sabbat adalah berhenti dari pekerjaan. Maka, seharusnya Sabbat bisa untuk tidak dikaitkan dengan pekerjaan sama sekali. Sama seperti Allah menikmati pekerjaanNya, maka Allahpun menikmati Sabbat, sehingga Ia memerintahkan manusiapun untuk berhenti bekerja dan menikmati hari perhentian itu dan menikmati Allah juga. Kalau kita bawa di dalam konteks liburan, maka liburan itu bukan hanya sebagai upah ataupun berguna untuk kerja selanjutnya, tetapi liburan baik untuk menikmati semua kelimpahan anugerah Allah sekaligus belajar menikmati Allah. Sebagian orang hanya memboroskan segala anugerah Allah untuk pemuasan keinginan dan nafsunya ketika berlibur. Allah tidak ada hubungannya sama sekali dengan liburan. Liburan menjadi kesempatan untuk bebas sebebasnya. Padahal liburan diberikan dan ditetapkan oleh Allah untuk menikmati segala kelimpahan kenikmatan yang merupakan anugerahNya dan menikmati semuanya itu di dalam Dia dan belajar untuk menikmatiNya.
Contoh yang paling gampang, adalah ketika pergi ke tempat-tempat wisata yang menyediakan pemandangan alam yang indah. Adakah kita betul-betul menikmati semuanya, bersyukur kepada Allah yang menciptakannya dan memberikan anugerah dan kesempatan kepada kita untuk melihatnya dan kita menikmati Dia yang merupakan sumber dari segala keindahan dan kemuliaan yang dipancarkan dengan memuliakan Allah.

Jadi, pergunakanlah kesempatan untuk berlibur. Bukan hanya sekedar pemuasan keinginan, tapi sebagai kesempatan untuk beribadah, memuji Allah dan menikamtiNya di dalam segala kelimpahan kenikmatan yang disediakan bagi kita. Termasuk ketika kita hanya berlibur di rumah sendiri, tidak pergi ke mana-mana. Di situpun sudah Allah sediakan kelimpahan kenikmatan pada saat berlibur. Libur telah tiba! Manfaatkan sebaik-baiknya untuk memuliakan dan menikmati Allah. Saudara pasti akan puas dengan liburan itu sesudah mengecap dan melihat, Saudara akan mengatakan, "Betapa baiknya Tuhan itu!"

Monday, May 7, 2007

Desiring God!?

Apa yang paling Anda inginkan di dalam hidup ini? Apa yang paling Anda impikan di dalam hidup ini? Kalau diberikan kesempatan untuk meminta tiga hal (kaya' lampu Aladin), apa yang menjadi permintaan pertama dan yang paling Anda inginkan?
Banyak orang meminta kenikmatan tetapi tidak tahu kenikmatan yang tertinggi, sehingga tidak memiliki keinginan yang tertinggi dan termurni. Sejak manusia jatuh dalam dosa, maka manusia berada di dalam ketidakpuasan kekal, tetapi tidak bisa mengerti bagaimana memuaskan dirinya. Semua keinginan dan permintaan manusia biasanya hanya berpuncak pada kenikmatan sementara, keinginan untuk menikmati sesama manusia (dengan pacaran, menikah dan keluarga), keinginan untuk menikmati dunia dan segala isinya (gelar, jabatan, materi, uang, rumah, mobil, dll) dan umur yang lebih panjang untuk menikmati semuanya. Tetapi, orang-orang yang sudah mendapatkan semuanya, ternyata masih merasa kosong di dalam hidup ini..Something is still missing.. But what is it?
Bagaimana dengan orang-orang yang tidak mendapatkan semuanya? Sekosong apa hatinya?

25 Siapa gerangan ada padaku di sorga selain Engkau? Selain Engkau tidak ada yang kuingini di bumi. 26 Sekalipun dagingku dan hatiku habis lenyap, gunung batuku dan bagianku tetaplah Allah selama-lamanya. 27 Sebab sesungguhnya, siapa yang jauh dari pada-Mu akan binasa; Kaubinasakan semua orang, yang berzinah dengan meninggalkan Engkau. 28 Tetapi aku, aku suka dekat pada Allah; aku menaruh tempat perlindunganku pada Tuhan ALLAH, supaya dapat menceritakan segala pekerjaan-Nya.
Mazmur 73:25-28

Mazmur 73 ditulis oleh Asaf pada saat melihat sombongnya orang-orang fasik yang mendapatkan kelimapahan di dalam hidup ini. Mereka tidak sakit, malahan sehat dan gemuk tubuh mereka. Sepertinya mereka tidak mengalami kesussahan dan tidak ada musibah/bencana seperti yang dialami orang lain. itu sebabnya mereka begitu congkak dengan semua 'berkat' yang Tuhan berikan. Mulut congkak mereka bisa membual dan membuat banyak orang yang kagum dengan segala yang mereka miliki akan mengikuti mereka.

Sampai Asaf masuk ke dalam kekudusan Allah dan melihat kesudahan dari orang-orang yang sangat congkak itu. Kehancuran dan kedahsyatan penghukuman yang akan mereka dapatkan. Tuhan menuntun dan membawa Asaf melihat kemuliaan, sehingga ia memiliki penilaian yang berbeda tentang Allah dan dunia ini.

Dunia dan segala isinya ini ternyata tidak sebanding dengan Pencipta yang menyertai umatNya. Dunia dan segala isinya ini tidak akan berarti sama sekali tanpa pimpinan dan penyertaan Tuhan dalam menikmatinya. Maka, bagi Asaf di surga dan di bumi hanya satu yang paling diingininya, yaitu Allah. Desiring God. Keinginan ini membuat ia rela sekalipun seluruh hidupnya dan keinginannya terlihat gagal, tapi keinginan dan bagiannya hanyalah Allah.
Berapa banyak orang yang ingin mengikuti kehendak Allah, tapi tidak rela meninggalkan segala keinginan dan kenikmatan yang mungkin menggangu panggilan dan kehendak Allah? Berapa banyak orang yang kelihatannya ingin melakukan kehendak Allah sebenarnya hanya menunjukkan betapa besarnya keinginan terhadap dunia ini dibandingkan dengan Allah yang mencipta semuanya dan yang memberikan semua yang diinginkan hati manusia!?
Adakah keinginan terhadap Allah? Ya, ada tapi hanya untuk sekedar kebutuhan dirinya sendiri. Bukankah kita perlu memikirkan masa depan, bagaimana dengan keluarga, bagaimana dengan.... (masih ada seribu satu alasan yang lain).

Orang-orang yang mengenal Allah, bisa dengan jelas melihat kenikmatan yang tertinggi, yaitu sumber kenikmatan itu sendiri, Allah. Berkat-berkat yang ada di bumi ini tidak bisa menghalangi untuk menikmati Allah. Sedikit, berlimpah atau tidak ada sama-sekali, semuanya bisa dipakai untuk memuliakan dan menikmati Allah.

Asaf suka dekat dengan Allah, karena akibatnya ia bisa menceritakan segala pekerjaan Allah. Betapa hebatnya Allah, melebihi segala tokoh2 hebat yang pernah ada di dalam sejarah dunia ini (termasuk yang ada di dalam Alkitab). Semuanya hanya ciptaan dan Allah yang memberikan kehebatan yang mereka tunjukkan kepada dunia. Pekerjaan Allah bukan pekerjaan sementara (yang biasanya bisa menipu manusia yang suka melihat sesuatu yg begitu populer dan menarik perhatian), tetapi pekerjaan yang kekal. Allah bekerja bukan menggunakan orang-orang yang merasa hebat dan punya kemampuan besar (meskipun itupun pemberian Tuhan), tapi Ia bekerja memakai orang-orang yang merasa hancur hatinya dan merasa tidak berdaya jikalau tanpa Tuhan yang memimpin dan menyertainya. Keinginan dekat akan akan Allah ternyata membuat hidup kita yang lemah dan tak berguna ini bisa dipakai Tuhan untuk menceritakan perbuatan2 Allah yang besar dan dahsyat..

Banyak orang yang ingin bersaksi, tetapi tidak bisa bersaksi. Kesaksiannya akhirnya hanya menceritakan kehebatan manusia yang sementara dan tidak sempurna. Hanya dekat dan mengingini Allah, maka kita bisa mengenal kemudian bersaksi dan menceritakan perbuatan2 Allah yang ajaib dan dahsyat. Ia adalah Allah yang kekal dan perbuatan2Nya kekal. Bukankah hal ini yang seharusnya diingini dan dibutuhkan manusia!?

Thou madest us for Thyself, and our heart is restless, until it rest in Thee.
St. Augustine, Confessions.

Thursday, March 22, 2007

My Delight in Your Commandments

Zaman sekarang ini banyak orang sangat tidak menyukai hukum dan aturan. Kita sedang masuk dalam zaman yang menekankan kebebasan, yang kalau bisa tidak ada lagi aturan, larangan dan perintah. Anak-anak muda melihat orang-orang tua penuh dengan aturan dan perintah yang mengikat dan menyulitkan hidup yang seharusnya dinikmati. Begitu juga banyak orang melihat agama-agama. Bahkan Kekristenan juga menjadi agama yang penuh dengan aturan dan ikatan yang tidak memberikan kebebasan. Orang-orang yang kelihatan sebagai orang-orang Kristen yang sungguh-sungguh adalah orang-orang yang bisa menahan diri sedemikian rupa sehingga menjadi orang-orang yang bisa menolak segala kesenangan dan kenikmatan (sama dengan konsep dari agama-agama dan kepercayaan yang sangat mengagumi para pertapa). Alkitabpun dilihat sebagai kumpulan peraturan dan hukum yang tidak ada habis-habisnya (sama seperti kitab hukum perdata dan pidana!?). Hanya orang-orang yang senang mempelajari hukum dan orang-orang yang lemah yang akan menyukainya. Tetapi tidak untuk pencinta dan kebebasan dan para pelanggar hukum (pendosa). Mengapa bisa seperti ini?

Untuk mengerti semua ini kita harus kembali ke dalam kitab Kejadian. Melihat kembali dan membandingkan Firman Allah yang disampaikan kepada Adam (Kej 2:16-17) dan firman Iblis yang disampaikan kepada Hawa (Kej 3:1).

16 Lalu TUHAN Allah memberi perintah ini kepada manusia: "Semua pohon dalam taman ini boleh kaumakan buahnya dengan bebas, 17 tetapi pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat itu, janganlah kaumakan buahnya, sebab pada hari engkau memakannya, pastilah engkau mati." (Kej 2:16-17)

1 Adapun ular ialah yang paling cerdik dari segala binatang di darat yang dijadikan oleh TUHAN Allah. Ular itu berkata kepada perempuan itu: "Tentulah Allah berfirman: Semua pohon dalam taman ini jangan kamu makan buahnya, bukan? (Kej 3:1)

Kalimat dari Tuhan Allah di dalam Kej 2:16-17, berisi dua hal:
- kebebasan kepada manusia untuk bisa menikmati semua pemberian Tuhan di dunia
- larangan yang kalau dilanggar akan membuat manusia mati dan tidak bisa menikmati lagi semua pemberian Tuhan

Sementara kalimat dari Ular (Iblis) dalam Kej 3:1, yang mengutip Kej 2:16-17, hanya berisi satu hal:
- semua tidak boleh dinikmati!!!

Mana yang benar? Mana yang cocok dengan hidup sekarang ini? Kelihatannya kalimat dari Iblis sangat cocok untuk hidup manusia sekarang ini. Tuhan seolah-olah mencipta dan mengijinkan manusia hidup di dunia ini tetapi melarang manusia menikmati segala sesuatu. Orang yang beriman adalah orang yang bisa menolak segala kenikmatan dan hidup menderita!? Iblis sepertinya benar!? Tetapi tunggu dulu.
Mari kita bedakan antara yang dulu, sekarang dan nanti. Mari kita lihat dengan lebih jelas perbedaan antara sebelum manusia jatuh dalam dosa (dulu), sesudah di dalam dosa (dulu dan sekarang dan bagi sebagian besar orang sampai selama-lamanya), sesudah diselamatkan oleh Kristus (sekarang dan nanti), dan di dalam kekekalan (nanti).
Sebelum manusia jatuh dalam dosa, Firman Tuhan membawa manusia kepada kebebasan untuk menikmati dunia dan segala pemberian Tuhan. Tuhan memimpin hidup manusia lewat FirmanNya, membuat manusia dengan bebasnya dan bahagianya menikmati semuanya. Semua boleh, kecuali hanya satu yang dilarang. Ini adalah kebebasan yang sangat diidam-idamkan manusia di zaman ini, tetapi tidak didapatkan lagi oleh manusia meskipun berbagai cara sudah dilakukan dan diusahakan.
Tetapi, karena tipuan Iblis membuat manusia menginginkan lebih dari segala kenikmatan dan kebebasan yang sudah diberikan. Manusia ingin menjadi seperti Allah dan menikmati apa yang dilarang. Masih kurangkah kenikmatan Hawa dan Adam?
- Relasi dengan Allah. Bisa menikmati Allah dan FirmanNya (langsung tanpa perantara Imam, Pendeta atau apapun yang merasa jadi hamba Tuhan). Tidak perlu bertapa, tidak perlu berdebat dengan sesama manusia untuk menafsirkan Allah.
- Relasi dengan manusia. Bisa saling menikmati sesama manusia dengan sebebas-bebasnya (bahkan tanpa baju, ini yang diinginkan secara sembunyi-sembunyi oleh manusia). Tidak ada problem rumah tangga (bahkan adanya puisi dan lagu romantis dari Adam utk Hawa!?-ini yang diinginkan para wanita dari kekasihnya). Tidak ada yang harus dicemburui dan selingkuh (ga ada orang lain soalnya). Bebas bicara dan bercengkerama berdua. Dunia hanya milik berdua (ini yang diinginkan orang-orang yang lagi kasmaran dan lagi bulan madu).
- Relasi dengan dunia. Bisa menikmati dan bermain dengan semua binatang (melebihi kemampuan Tarzan) dan tentu saja menikmati pekerjaan, pemandangan yang terindah (Adam dan Hawa sering tur dan kagum dengan segala keindahan dunia yang betul-betul natural dan untouchable, lebih indah dari Swiss, New Zealand, apalagi Bali) dan tentu saja bisa menikmati makanan yang bergizi, bebas sampai kenyang (Adam paling suka buah apa ya? Duren!?).
Kurang apa lagi??!
Yang kurang adalah kesadaran melihat bahwa semua anugerah Allah yang memberikan kebebasan adalah gratis dan manusia hanyalah ciptaan. Akibatnya, manusia ingin memiliki lebih dari apa yang namanya anugerah dan ingin menguasai segala sesuatu, menjadi seperti Allah, yang kelihatan bebas sebebas-bebasnya. Maka masuklah manusia dalam perangkap Iblis dan memulai tahap baru dalam sejarah manusia. Bagaimana manusia melihat Tuhan dan FirmanNya? Tepat seperti kalimat Iblis dalam Kej 3:1. Semua tidak boleh. Tuhan berubah menjadi Tuhan yang jahat dan melarang semuanya. FirmanNya menjadi kumpulan dari perintah-perintah yang berisi semuanya larangan. Bagi manusia, Tuhan dan FirmanNya menjadi sangat menakutkan (Kej 3:8-10). Selama manusia hidup dalam dosa, maka manusia berada di dalam ketidakbebasan, diikat dalam dosa. Semakin melihat kepada Firman, maka semakin melihat bahwa dirinya terikat dan tidak bebas. Maka Tuhan menjadi Tuhan yang menakutkan. FirmanNya hanyalah perintah-perintah dan larangan yang mengikat dan membuat hidup menderita. Bahkan sebagian orang Kristen masih melihat Tuhan dan Alkitab dengan cara seperti ini. Betulkah Tuhan dan FirmanNya itu menakutkan dan tidak membebaskan, serta membuat hidup hanya terus-menerus dalam penderitaan?
Ketika seseorang diselamatkan oleh Allah dan hidup dalam relasi dengan Kristus, maka ada perubahan yang terjadi. Di satu sisi, karena perubahan kita masih dalam proses dan masih melakukan perbuatan dosa, maka bayang-bayang ketidakbebasan dan keterikatan masih sering muncul dan mengganggu. Itu sebabnya, banyak yang bereaksi dengan melarang segala sesuatu dengan tujuan agar terhindar dari keterikatan dengan dosa, tetapi kalau berlebihan maka membuat terikat kepada hukum (legalisme) dan menderita yang tidak perlu. Di sisi yang lain, kita sudah dibebaskan dari dosa. Dan bebas berhadapan dengan Allah dan menikmati segala kelimpahan anugerahNya. Firman Tuhan bukan dilihat hanya sekedar larangan. Tetapi bisa melihat cinta kasih Tuhan dibalik semua larangan. Hidup bersama Tuhan bukan dilihat sebagai keterikatan, tetapi kebebasan!, yang tidak bisa diberikan oleh dunia hanya berusaha mengikat, menjerat dan tidak pernah mau melepaskan sampai mati. Penderitaan tetap ada karena ingin untuk hidup dalam keterikatan yang lama yang diajarkan oleh Iblis dan dunia. Dunia berusaha membuat kita melihat bahwa kenikmatan yang sebenarnya hanyalah sebuah penderitaan (hati-hati dengan fenomena).
Firman Tuhan menjadi sesuatu yang hidup. Bahkan perintah-perintah dan larangan bisa menjadi kesukaan yang bisa dinikmati dan dicintai, karena perintah dan larangan bukanlah suatu keterikatan. Tuhan bukan hanya menjadi Pribadi yang menakutkan, tetapi juga adalah Pribadi yang begitu mengasihi, memberikan harapan, tempat perlindungan dan tentu saja adalah Tuan. Sang Tuan tidak mengikat budakNya. Relasi Kasih antara sang budak dengan Sang Tuan tidak akan pernah putus dan terpisahkan (Rom 8:31-39). Tetapi sang Tuan tidak pernah memaksa budakNya untuk melayaniNya, melainkan membebaskan sang budak dengan melihat prinsip-prinsip dalam FirmanNya untuk berinovasi dengan kebebasan untuk melayani sesama budak.
Firman Tuhan membukakan mata yang biasanya hanya melihat fenomena untuk bisa melihat fakta yang sesungguhnya, dan bahkan sanggup membedakannya dengan firman Iblis yang terus-menerus menipu. Firman Tuhan betul-betul mengubah, membebaskan, mengoreksi, menegur, mendidik dan melatih hidup orang percaya untuk sampai kepada keadaan yang betul-betul bebas menikmati segala sesuatu di dalam kekekalan.
Di dalam bumi yang baru dan langit yang baru, ada kebebasan spiritual, memuliakan, memuji dan menyembah serta menikmati Allah; kebebasan berelasi dengan sesama manusia (bukan dgn hubungan seks, karena tujuan hubungan seks sudah mencapai puncaknya: bertambah banyak penuhi bumi-orang pilihan sudah lengkap; serta relasi manusia yg paling intim untuk saling memahami dan menikmati sudah dimengerti manusia tanpa harus berhubungan seks); kebebasan menikmati bumi dan langit yang baru. Tuhan memberikan Alkitab kepada manusia, agar manusia dibebaskan. Maka, marilah kita di dalam anugerah kebebasan itu, mencintai dan menikmati FirmanNya.

For I find my delight in your commandments, which I love.
I will lift up my hands toward your commandments, which I love, and I will meditate on your statutes.

Psa 119:47-48 ESV



Wednesday, March 7, 2007

Tuhan melakukan apa yang dinikmatiNya

Hari ini terjadi lagi musibah di Indonesia, kecelakaan pesawat. Belum selesai gempa berkali-kali yang diisukan berpotensi kepada tsunami. Begitu juga dengan penyelidikan terhadap kapal Levina 1 yang terbakar dan tenggelam. Bahkan pesawat Adam Air dan penumpangnya sampai sekarang belum bisa ditemukan. Kasus Lapindo yang tidak ada penyelesaian. Angin puting beliung yang masih mengamuk di beberapa tempat dan longsor yang terjadi di beberapa tempat karena curah hujan yang tinggi dan gempa. Banjirpun masih terjadi. Membuat banyak orang berpikir, apa yang sedang terjadi di Indonesia. Kenapa musibah tidak pernah berhenti di Indonesia. Apakah bangsa ini sudah terlalu banyak dosanya? Kalau dalam artikel Fly Me to the Moon saya sudah membahas kegunaan segala musibah bagi manusia dan keuntungannya bagi orang percaya di Indonesia, maka dalam tulisan ini saya ingin mencoba memikirkan dari sudutnya Tuhan.

5 I know that the LORD is great, that our Lord is greater than all gods. 6 The LORD does whatever pleases him, in the heavens and on the earth, in the seas and all their depths. 7 He makes clouds rise from the ends of the earth; he sends lightning with the rain and brings out the wind from his storehouses.
Psalm 135:5-7

Dalam Maz 135, pemazmur ingin mengajak kita untuk memuji kebesaran Tuhan. Dengan melihat pekerjaan Tuhan yang luar biasa, manusia seharusnya mengakui bahwa Tuhan lebih dari segala ilah-ilah. Manusia sudah terlalu percaya kepada diri sendiri dan percaya akan kemampuan teknologi. Tapi, sekalipun usaha manusia yang begitu hebat, begitu teliti untuk mempersiapkannya, tetap saja ada faktor kesalahan manusia dan faktor alam yang tidak bisa ditaklukkan oleh manusia. Ini membuktikan bahwa Tuhan lebih hebat dibandingkan ilah-ilah yang dipercaya oleh manusia, yang seringkali dianggap lebih menjamin kenikmatan hidupnya di dunia ini.
Pemazmur juga mengatakan di dalam ayat 6, bahwa Tuhan melakukan apa yang dinikmatiNya, apa yang menyenangkanNya. Konsep ini jarang dipikirkan oleh manusia. Manusia biasanya hanya memikirkan segala sesuatu yang berpusat kepada dirinya sendiri. Misalnya, waktu terjadi musibah, pertanyaan pertama bukanlah, "Apakah ini menyenangkan dan memuliakan Tuhan?" tetapi, "Mengapa ini terjadi kepada orang-orang yang tidak berdosa? Mengapa harus mengalami kecelakaan seperti ini? Mengapa saya yang mengalaminya? Mengapa kami yang harus kehilangan orang-orang yang dikasihi?" Padahal kalau dipikir-pikir, mana ada manusia yang tidak berdosa? Terus, mengapa manusia merasa layak untuk mati tanpa kesulitan, padahal hidupnya penuh dengan dosa!? Sesungguhnya, semua manusia layak mati dengan cara yang paling menggenaskan karena dosa-dosa kita kepada Tuhan. Itu baru pembalasan yang adil dari Tuhan. Selanjutnya, mengapa manusia berpikir tidak boleh kehilangan orang yang dikasihinya? Apakah manusia yang sudah menciptakan sesama manusia, memberikan hidup dan yang mengatur kapan harus mati dan dengan cara bagaimana!? Sebenarnya, problem besar dalam semua musibah yang terjadi adalah manusia tidak mengerti posisinya di hadapan Allah dan tidak mencoba melihat segala sesuatu dari sisi rencana Tuhan secara keseluruhan.
Itu sebabnya saya ingin mencoba melihat dari sudut yang berbeda, selain dari cara melihat dari sudut manusia yang hanya ingin Tuhan melakukan segala sesuatu sesuai dengan keinginannya. Maka saya mencoba memikirkan dan bertanya, "Apa yang dirasakan oleh Tuhan waktu menjalankan semua rencanaNya yang baik, termasuk ketika harus menghukum manusia dan mengijinkan banyak hal yang buruk menurut manusia terjadi dalam hidupnya? Saya dapat jawabannya dari pemazmur, Tuhan menikmatinya. Di dalam ayat 6 digambarkan bagaimana Tuhan melakukan apa yang dikehendakinya di laut dan di dalam kedalaman laut (tsunami!?). Di ayat 7, dijelaskan kehebatan Tuhan dengan memberikan kilat bersama-sama dengan hujan (badai petir!?) dan juga yang mengatur angin (badai dan angin puting beliung!?). Manusia sulit mengerti, bagaimana mungkin Tuhan menikmati akan kejadian-kejadian yang buruk dalam hidup manusia. Masalahnya, Tuhan melakukan dalam kekekalan dan segala sesuatu berkaitan dengan akhir yang Tuhan tahu membawa kepada kebaikan orang-orang pilihan sekaligus penghukuman kepada orang-orang berdosa. Tetapi, kita manusia dalam kesementaraan hanya bisa melihat sampai kepada fenomena kejadian itu, berhenti di situ dan sulit untuk melihat kaitannya dengan hidup selanjutnya, apalagi dengan dampaknya sampai pada kekekalan. Itu sebabnya, manusia sulit untuk menerima kenikmatan Tuhan dan memuji keagungan Tuhan pada saat itu. Manusia hanya berpusat kepada manusia dan bukan kepada Tuhan.
Jadi, seharusnya kita bersiap untuk melihat segala pekerjaan Tuhan yang terus menunjukkan keagungan dan kebesaranNya. Dan terus bersiap untuk memuji Tuhan dalam segala keadaan dan bahkan bisa melihat kenikmatan Tuhan dan kitpun ikut bersukacita menikmatinya. Maka secara manusia, kita akan sedih dan berducita dengan segala musibah dan kehilangan, tetapi di sisi lain kita juga bersukacita karena mengerti jalan-jalan Tuhan dan menikmati saat-saat di mana Tuhan menunjukkan kemahakuasaan, keagungan dan kebesaranNya, serta menikmati apa yang dilakukanNya.
Semoga kita bisa belajar dari segala musibah, bencana dan segala kejadian yang diijinkan Tuhan, dan kita belajar melihat dari sisi Tuhan melihatnya.

Ya Bapa, biarlah kami bukan hanya terus melihat diri kami dan menganggap kami tidak layak menerima segala musibah, bencana dan masalah. Tetapi dalam dukacita yang dalam, biarlah kami yang layak dimusnahkan dengan cara yang paling kejam karena dosa-dosa kami, bisa memandang Engkau dan pekerjaanMu yang selalu baik. Dan ajarlah kami bersukacita menikmati, apa yang Engkau nikmati. Di dalam nama Tuhan Yesus, kami berdoa. Amin.

Friday, February 23, 2007

Makan dan minum: Penciptaan-Kekekalan?

Bicara soal makan dan makanan, apa memang sangat perlu dan penting dalam teologi? Banyak orang hanya mengkaitkan dengan kerakusan yang merupakan salah satu dari tujuh dosa maut. Tapi, percaya atau tidak makan mempunyai perananan yang sangat penting dalam memuliakan dan menikmati Tuhan secara pribadi. Ini salah satu topik yang saya paling sukai. Melihat makan pada saat penciptaan, manusia jatuh dalam dosa karena makan, sesudah ditebus oleh Kristus dan waktu kembali kepada Tuhan, masihkah kita makan dan minum? Pernah mikir ini?

Saya mencoba melihat beberapa fakta dalam Alkitab yang berbicara tentang pergumulan manusia dengan makanan dalam empat tahap hidup manusia.

1. Penciptaan

Lalu TUHAN Allah menumbuhkan berbagai-bagai pohon dari bumi, yang menarik dan yang baik untuk dimakan buahnya; dan pohon kehidupan di tengah-tengah taman itu, serta pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat.
Kej 2:9

Ada dua kata yang perlu dipikirkan: 'menarik' dan 'baik' untuk dimakan buahnya. Sebagian orang hanya memikirkan kata menarik ditujukan kepada pohon-pohon dan bukan pada buahnya. Sebenarnya, kata 'menarik' itu berhubungan dengan buah-buahan. Nanti kita bisa melihat hubungannya dgn peristiwa manusia jatuh dalam dosa. Kata 'menarik' menunjukkan bahwa Tuhan Allah bukan hanya memberikan kepada manusia makanan yang sesuai untuk kebutuhan manusia, apa yang baik, tapi juga memberikan kenikmatan dalam makan. Itu sebabnya buah2an tidak diciptakan dalam satu bentuk dan satu rasa. tapi dibuat bermacam-macam untuk kenikmatan dan kebaikan bagi manusia. Maka, makan adalah kesempatan untuk menikmati yang dianugerahkan Tuhan kepada kita.

2. Kejatuhan dalam Dosa
16 Lalu TUHAN Allah memberi perintah ini kepada manusia: "Semua pohon dalam taman ini boleh kaumakan buahnya dengan bebas, 17 tetapi pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat itu, janganlah kaumakan buahnya, sebab pada hari engkau memakannya, pastilah engkau mati."
Kej 2:16-17

Perempuan itu melihat, bahwa buah pohon itu baik untuk dimakan dan sedap kelihatannya, lagipula pohon itu menarik hati karena memberi pengertian. Lalu ia mengambil dari buahnya dan dimakannya dan diberikannya juga kepada suaminya yang bersama-sama dengan dia, dan suaminyapun memakannya.
Kej 3:6

Banyak yang mengatakan kalau manusia jatuh dalam dosa karena kesomobongan dan keinginan menjadi sama seperti Allah. Saya tidak ingin memperdebatkan hal itu. Bagi saya, ujiannya adalah makanan dan berbicara tentang kepuasan dan ketidak-puasan.
Kalau kita lihat, ujiannya sederhana. Tuhan sudah berikan banyak buah2an yang menarik dan baik untuk dimakan (kej 2:9). Yang tidak boleh dimakan hanya buah dari satu pohon (Kej 2:16-17). Tapi, Iblis bisa membuat manusia tidak puas dengan semua pemberian Tuhan dan membuat yang tidak boleh menjadi baik untuk dimakan dan sedap kelihatannya (Kej 3:6). Makan dan minum sekarang berada di dalam arah kenikmatan yang salah. Apa masih kurang kenikmatan yang Tuhan berikan? Semua boleh dinikmati, kecuali yang satu itu...
Akibatnya terhadap manusia, sejak saat itu, manusia harus bekerja keras sampai mati untuk bisa mendapatkan makanan (Kej 3:17-19). Implikasi lainnya, manusia tidak lagi menikmati Tuhan dalam makan...

3. Penebusan di dalam Kristus.
Aku menjawab: Jika engkau makan atau jika engkau minum, atau jika engkau melakukan sesuatu yang lain, lakukanlah semuanya itu untuk kemuliaan Allah.
1 Kor 10:31

Ada beberapa hal yang mengagetkan saya waktu menghubungan makan dan minum dengan Tuhan. Beberapa diantaranya:
- Akulah Roti Hidup (Yoh 6:35, 48, 51)
- Perjamuan dipakai untuk mengingat penebusan Kristus (Mat 26:26-28)
- Waktu mengajarkan Doa Bapa kami, permintaan pertama bukan penebusan dosa tapi makanan (Mat 6:11)
Maka, sesudah ditebus makan dan minum menjadi salah satu aspek yang dipakai untuk bisa memuliakan dan menikmati Tuhan. Itu sebabnya Paulus berkata bahwa makan dan minumpun harus dilakukan untuk memuliakan Tuhan (1 Kor 10:31)

4. Di Langit dan Bumi Yang Baru
Ada beberapa ayat di dalam kitab Wahyu yang perlu dilihat, Why 21:6 (air hidup); 22:1 (sungai kehidupan); 22:2 pohon kehidupan; 22:14 (pohon kehidupan); 22:17(air hidup).
Agak sulit untuk menafsirkan bagian-bagian ini. Tapi, kita bisa lihat ada nuansa yang menggambarkan kebutuhan dari umat yang ditebus untuk terus-menerus bergantung kepada Pencipta dan Penebus kita. Kita butuh sesuatu yang harus kita 'makan' dan 'minum' yang berasal dari Tuhan untuk hidup kita.
Kita juga bisa melihat kepada perkataan Kristus pada perjamuan terakhir di dalam Matius 26:29, Akan tetapi Aku berkata kepadamu: mulai dari sekarang Aku tidak akan minum lagi hasil pokok anggur ini sampai pada hari Aku meminumnya, yaitu yang baru, bersama-sama dengan kamu dalam Kerajaan Bapa-Ku."



Kesimpulan.
Dari fakta-fakta di atas, maka makan itu menjadi sangat penting bukan pada makanan itu sendiri (krn Kerajaan Sorga bukan soal makanan dan minuman-Rom 14:17), tetapi kepada lambang dari makan (beberapa kali menunjuk kepada Kristus dan persekutuan dengan Kristus), dan bagaimana menikmatinya sebagai pembelajaran untuk menikmati Tuhan sampai selama-lamanya.
Makan bukan hanya menikmati berkat itu, tapi lebih tinggi lagi menikmati Sumber Berkatnya. Caranya, waktu makan jangan hanya berhenti dalam kenikmatan bagi kita, tapi berpikir ttg sumber kenikmatan yg pasti lebih nikmat. Mengutip bait ketiga dari lagunya Rhea F. Miller (1922), I'd Rather Have Jesus:
He's fairer than lilies of rarest bloom;
He's sweeter than honey from out the comb;
He's all than my hungering spirit needs.
I'd rather have Jesus and let Him lead


Maka, sebelum makan, Doa jangan hanya formalitas dan basa-basi. Bersyukur! Minta anugerah Tuhan agar kita bisa menikmati dan bersekutu dengan Dia. Pikirkanlah Sang Sumber Berkat pada saat menikmati berkatNya. Dan nikmati dalam ucapan syukur, sadar bahwa makan adalah kesempatan kita belajar bergantung, bersandar, bersekutu dan menikmati Tuhan.