Seorang Menteri yang di dalam bidangnya terus mengalami masalah dan kegagalan, ditanya oleh beberapa wartawan, "Apakah Bapak akan mundur?" Agak marah, Pak Menteri menjawab, "Saya kan diangkat Presiden, kalau Presiden memutuskan saya harus mundur, maka saya akan mundur. Tergantung Presiden!" Tetapi wartawan tidak puas, lalu kembali mengatakan,"Kenapa Bapak ga mundur aja, kenapa harus tunggu keputusan Presiden!?" Ada lagi yang menambahkan, "Apakah Bapak akan mundur?" Dengan marah, Pak Menteri berkata, "Kenapa itu lagi pertanyaannya???!!" Lalu Pak Menteri pergi. Untuk mundur??? Mana mau!!! Bagaimana seharusnya kita melihat posisi dan panggilan kita dalam hidup ini? Apa yang diajarkan oleh Alkitab?
Phil 2:5-11 ESV
Sejak pemimpin malaikat jatuh dalam dosa menjadi Iblis, maka mulailah permasalahan kesombongan yang kemudian mempengaruhi kehidupan manusia sampai Kristus datang kedua kali. Keinginan untuk terus naik dan menjadi yang paling berkuasa dan berusaha mempertahankannya, tidak ada yang bisa menggantikannya. Manusia ingin berada di dalam posisi yang tinggi, karena menjanjikan kehormatan, kuasa dan tentu saja kenikmatan yang lebih bila dibandingkan dengan apa yang dipunyai saat ini. Itu sebabnya, manusia berusaha terus untuk berada di atas dan mempertahankannya. Orang-orang yang kelihatannya tidak mempunyai keinginan seperti ini, sebenarnya bukan tidak punya keinginan yang sama seperti itu, tetapi biasanya sudah merasa tidak sanggup untuk mendapatkan itu. Seandainya 'merasa' sanggup dan punya kapasitas, biasanya juga akan mengejar hal itu. Sedikit sekali orang-orang yang betul-betul ingin melayani sekalipun tidak dihargai. Termasuk para pemimpin politik (yang dalam kampanyenya ingin melayani rakyat, kenyataannya ingin terus dilayani) dan para pemimpin agama (yang sering menyebut dirinya 'hamba' Tuhan, yang seharusnya melayani, tetapi kenyataannya meminta pengikut-pengikutnya untuk selalu melayani dirinya). Sebenarnya, orang-orang seperti ini sedang melayani Iblis dan mengikuti cara Iblis.
Caranya Iblis, sudah diberikan posisi yang cukup baik sebagai salah satu pemimpin malaikat, tapi tidak puas dan ingin posisi yang lebih tinggi lagi, menjadi sama seperti Allah dan ingin meninggikan dirinya dan berusaha mati-matian untuk tetap mempertahankan dirinya untuk berkuasa terhadap banyak malaikat dan manusia, tetapi kemudian direndahkan oleh Allah. Cara ini yang ingin diikuti oleh banyak orang. Meskipun saat ini dilakukan dengan banyak variasi. Ada yang awalnya pura-pura rendah hati. Ada juga yang sudah direndahkan, pura-pura bertobat dan merendahkan diri untuk bisa naik lagi.
Apa bedanya dengan caranya Tuhan? Rasul Paulus menunjukkannya dalam Fil 2:5-11 yang sudah kita baca di atas. Kristus yang adalah Allah tidak mempertahankan keilahianNya tetapi malah menurunkan diriNya menjadi sama dengan ciptaanNya (Pencipta menjadi sama rendah dengan ciptaanNya, dan bahkan datang bukan untuk dilayani, tetapi melayani, bahkan mau mencuci kaki murid-muridNya yang berdosa), menjadi seorang hamba, bahkan menderita dan harus mati di atas kayu salib (betul-betul direndahkan) demi untuk melakukan dan menggenapkan kehendak Bapa. Apa yang terjadi selanjutnya, ditinggikan oleh Bapa dan anehnya, kemuliaan dikembalikan untuk Bapa.
Seandainya manusia mengikuti cara Kristus, maka kita bisa melihat ada banyak orang-orang yang menunjukkan kualitas pelayanan yang sangat tinggi. Apakah ini berarti bahwa tidak ada lagi yang ingin menjadi pemimpin? Justru sebaliknya, kita akan mendapatkan pemipin-pemimpin yang rendah hati. Yaitu, orang-orang yang mau menjadi hamba dari banyak orang, orang-orang seperti itulah yang akan dipaksa untuk memimpin. Tentu saja mereka punya kapasitas dan kualitas untuk memimpin. Karena sesungguhnya setiap manusia diberi kapasitas untuk memimpin, dipersiapkan untuk menjadi raja sampai selama-lamanya, tetapi bukan dengan cara mempermainkan dan memanfaatkan manusia yang lain, melainkan dengan pelayanan dan kasih.
Kalau memang kita akan menjadi raja sampai selama-lamanya, mengapa harus mundur? Harusnya tidak ada kata mundur. Permasalahannya, menjadi raja sampai selama-lamanya di dalam kekekalan bukan untuk memerintah manusia, tetapi saling melayani dan bekerja sama dengan sesama manusia untuk menundukkan dan berkuasa atas bumi yang baru. Maka, kesempatan di dunia ini adalah kesempatan untuk belajar, di bagian mana kita betul-betul bisa berfungsi dan melakukan yang terbaik. Jika kita tidak bisa melakukannya, maka kita harus mundur, kita harus melihat orang lain dan mempersiapkan orang lain untuk melakukan yang lebih baik dan lehi sukses dan berprestasi dibandingkan kita. Begitu juga, waktu usia kita sudah tidak memungkinkan dan kemampuan sudah makin menurun. Di sini butuh kerendahan hati. Mau mendidik orang-orang yang berpotensi untuk bisa menjadi lebih baik dari kita dan bahkan menggantikan kita, bukan hanya pada saat kita sudah lemah, tetapi mungkin di masa jaya kita karena kita menemukan orang yang lebih baik dan lebih tepat untuk melakukan tugas itu. Sementara kita yang mundur, bersiap lagi untuk melayani orang lain di tempat lain dan melakukan tugas yang lain lagi. Ah..., ini hanya mimpi. Dunia lebih menyukai cara Iblis. Yang hanya ingin meninggikan diri sendiri, mempromosikan diri sendiri, memanfaatkan orang lain dan memanfaatkan Tuhan tentu saja (meskipun kelihatan beribadah dan melayani Tuhan)...
Bersiaplah untuk mundur, karena kita akan kehilangan semuanya. Tanpa kita bersiap untuk itu, kita akan kecewa, karena kita pasti harus mundur dengan cara apapun (kebanyakan karena sudah tidak berdaya dan dipermalukan). Tetapi kita juga harus terus-menerus maju, waktu kita harus melayani dan mengasihi manusia karena cinta Tuhan. Melayani dan mengasihi tidak akan pernah membuat kita mundur, tetapi kita akan terus maju dan bertumbuh demi kemuliaan Allah. Kesempatan untuk melayani dan mengasihi tidak akan pernah hilang dan berkurang, sekalipun kita kehilangan posisi dan jabatan.
yang mau taat dan setia pada-Mu BAPA
Jonathan Prawira
Ayat Hari Ini:
Friday, March 9, 2007
Budaya Mundur. Untuk apa?
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 Komentar:
Post a Comment