Ayat Hari Ini:

Showing posts with label Kisah Para Rasul. Show all posts
Showing posts with label Kisah Para Rasul. Show all posts

Saturday, May 10, 2008

I'd Rather Have JESUS

Apa sebenarnya yang paling dibutuhkan oleh dunia yang berdosa ini? Kepuasan, kenikmatan, suami, isteri, anak, orangtua, keluarga, sahabat, uang, rumah, mobil,... dan begitu banyak daftar lain dalam pikiran manusia???
Dalam 'kebutaan dan kelumpuhan' di dalam hidup yang berdosa ini, tentu saja semua manusia menginginkan setiap hal yang menurutnya sendiri bisa memuaskan hidupnya. Tapi, betulkah semuanya itu kebutuhannya yang terutama???

5 Lalu orang itu menatap mereka dengan harapan akan mendapat sesuatu dari mereka. 6 Tetapi Petrus berkata: "Emas dan perak tidak ada padaku, tetapi apa yang kupunyai, kuberikan kepadamu: Demi nama Yesus Kristus, orang Nazaret itu, berjalanlah!"
Kisah Para Rasul 3:5-6

Orang yang lumpuh sejak lahir ketika bertemu dengan Petrus dan Yohanes di gerbang Bait Allah hanya berharap kepada belas kasihan dari dua rasul ini. Ia mungkin tidak mengharapkan emas dan perak, hanya mengharapkan sekedar sedekah dari mata uang yang paling kecil. Bagi orang lumpuh ini, uang yang bisa membuatnya membeli makanan dan bertahan hidup sudah cukup. Tapi, betulkah itu kebutuhan utamanya?

Lihatlah!
Petrus menyuruh orang lumpuh itu menatapnya. Tentu saja Petrus juga menatap orang lumpuh itu. Petrus melihat kebutuhan utama dari orang lumpuh itu. Ia membutuhkan kesembuhan baik fisik maupun kesembuhan rohani.

Di tengah dunia yang penuh dengan kesulitan, masalah dan dosa, masih adakah orang-orang yang punya waktu untuk melihat. Ya, melihat dan menatap orang lain. Melihat apa yang menjadi kebutuhan yang terpenting dari orang lain. Tentu saja kebutuhan paling mendasar dari orang-orang berdosa adalah kesembuhan rohani. Adakah orang-orang yang bisa melihat hal ini? Di tengah tertawa yang menyembunyikan kegetiran, ditengah pesta untuk pelarian dari masalah dan ditengah pemuasan kenikmatan untuk mengisi kekosongan, bisakah kita melihat kebutuhan sesungguhnya dari orang-orang berdosa? Ataukah kita hanya tertipu dengan orang yang terlihat tertawa, berpesta dan kelihatan menikmati segala kenikmatan dunia?

Kita butuh anugerah dan iman untuk melihat dengan mata hati kita. Kita terbiasa hanya ingin melihat apa yang ingin kita lihat dan terlalu percaya dengan fenomena. Dunia sedang menipu dengan fenomena kebahagiaan yang palsu dan banyak orang yang percaya bahwa itulah fakta yang harus menjadi tujuan hidup ini.

Petrus bisa melihat fakta, sehingga ia tidak memberikan emas dan perak (yang ia tidak punya) kepada orang lumpuh itu. Yang diberikannya adalah Yesus Kristus dengan kuasa-Nya. Dan itu cukup bagi orang lumpuh itu. Apa gunanya emas dan perak bagi orang lumpuh itu, jikalau ia tetap lumpuh? Apa gunanya bisa berjalan jikalau ia masih dalam dosa?

I'd rather have JESUS
Sebelum kita melihat kebutuhan utama dari dunia yang berdosa ini, adakah kita juga betul-betul sudah memiliki apa yang menjadi kebutuhan utama itu dan kita puas memuliakan dan menikmati-Nya?
Salah satu puisi yang saya sukai, ditulis oleh seorang wanita bernama Rhea F. Miller di tahun 1922. Judulnya, I'd Rather have Jesus.

I’d rather have Jesus than silver or gold;
I’d rather be His than have riches untold;
I’d rather have Jesus than houses or lands,
I’d rather be led by His nail pierced hand.

Than to be a king of a vast domain
Or be held in sin’s dread sway,
I’d rather have Jesus than anything
This world affords today.

I’d rather have Jesus than men’s applause;
I’d rather be faithful to His dear cause;
I’d rather have Jesus than world-wide fame,
I’d rather be true to His holy name.

He’s fairer than lilies of rarest bloom;
He’s sweeter than honey from out of the comb;
He’s all that my hungering spirit needs,
I’d rather have Jesus and let Him lead.

Thursday, March 1, 2007

Karunia Bahasa2 atau Bahasa Roh?

Sebenarnya ini permasalahan klasik. Anehnya, ternyata ketemu lagi dengan orang yang begitu bangga karena di gerejanya ada bahasa Roh dan dengan bangganya dia cerita bagaimana waktu bisa memiliki dan bagaimana cara memilikinya. Dia cerita kepada direkturnya dengan semangat sebelum saya kotbah. Selesai kotbah, pada saat sessi tanya-jawab yang bisa tanya apa aja dan tanpa batas waktu, Pak Direktur nanya tentang bahasa Roh dan minta penjelasan. Saya jelasin dari beberapa bagian Alkitab dan ada satu orang yang berusaha berdebat, tapi justru makin pertajam pengertiannya. Selesai penjelasan, mau makan malam, orang itu yang memimpin doa makan, dia berterima kasih karena sudah mendapatkan kebenaran yang baru tentang bahasa Roh..!!?

Masalah yang pertama sebenarnya dalam penerjemahan baik ke dalam bahasa Inggris maupun dalam bahasa Indonesia. Dalam bahasa Yunani (saya pakai Greek New Testament), hanya pakai satu kata dengan berbagai deklensi, kata dasarnya adalah glossa, biasanya muncul dalam bentuk jamak glossais. Dalam beberapa terjemahan bahasa Inggris menerjemahkannya sebagai tongue, sementara bahasa Indonesia menerjemahkan dengan dua kata, bahasa Roh. Kata glossa ini muncul di dalam Mar 16:17; Kis 2:4; Kis 10:46; Kis 19:6; 1 Kor 12:10,28,30; 13:8; dan 1 Kor 14:2,4,5,6,9,13,14,18,19,22,23,26,27,39. Tapi anehnya, dalam Mar 16:17 dan Kis 2:4 kata glossais diterjemahkan menjadi bahasa-bahasa, sementara dalam ayat-ayat lainnya diterjemahkan menjadi tunggal dan ditambahkan dengan kata Roh, menjadi bahasa Roh.
Kesalahan terjemahan yang paling mendasar pertama ada di dalam Kis 10:46. Penulis Kisah Para Rasul adalah Lukas. Ia memakai kata yang sama di dalam Kis 2:4 dan Kis 10:46 dan konteksnya sama.
45 Dan semua orang percaya dari golongan bersunat yang menyertai Petrus, tercengang-cengang, karena melihat, bahwa karunia Roh Kudus dicurahkan ke atas bangsa-bangsa lain juga, 46 sebab mereka mendengar orang-orang itu berkata-kata dalam bahasa roh dan memuliakan Allah. Lalu kata Petrus:.. (Kis 10:45-46 )
Konteksnya, orang-orang yang melihat karunia bahasa di Yerusalem (Kis 2) melihat juga itu terjadi di rumah Kornelius (Kis 10). Tapi, dalam Kis 2:4 itu diterjemahkan bahasa2 sementara Kis 10 menjadi bahasa Roh. Padahal dalam bahasa Yunaninya memakai kata yang sama, glossais. Begitu juga dengan Kis 19:6, kata yang sama dipakai oleh penulis yang sama. Yang unik, dalam Kis 19:6, Paulus yang melihat kejadian itu. Dan Paulus memakai kata yang sama untuk dipakai dalam 1 Kor 12-14. Seharusnya, kesimpulannya itu karunia yang sama, dan diterjemahkan sebagai bahasa-bahasa dan bukannya bahasa Roh. Karena pembicaraan tentang karunia bahasa2 hanya ada di dalam Kisah Para Rasul. Dari mana lagi referensi jemaat Korintus tentang karunia bahasa2?
Tetapi banyak orang yang mengatakan bahwa karunia bahasa2 yang di dalam Kisah Para Rasul berbeda dengan di dalam 1 Kor 12-14. Bedanya di mana? Yang di Kisah Para Rasul, yang mendengar bisa langsung mengerti; sedangkan di Korintus yang mendengar tidak mengerti kecuali ada yang menafsirkan...
Saya mencoba menafsirkan dengan sedikit melihat latar belakang dari jemaat Korintus. Surat-surat Paulus harus dimengerti dengan pengertian konteks dan latar belakang. Kalau membaca 1 Korintus, kita bisa melihat bahwa mereka bukan jemaat yang dewasa (1 Kor 3:2-3; 14:20), yang begitu membanggakan karunia2. Bagi mereka itu adalah karunia yang begitu hebat, bisa berbahasa yang lain. Jangan-jangan yang mereka coba praktekkan diambil dari bahasa-bahasa yang dipakai oleh imam2 dalam kuil2, yang diucapkan pada saat mereka trance. Dalam kebudayaan apapun, biasanya para imam dan dukun mempunyai bahasa sendiri yang tidak dimengerti orang lain. Mungkin bahasa-bahasa ini yang dicocok-cocokan orang Korintus dengan bahasa-bahasa di dalam Kisah Para Rasul. Ini hanya dugaan dan penafsiran saya...
Mengapa orang yang mendengar bahasa-bahasa itu tidak mengerti di Korintus? Perbedaannya, di dalam konteks Kisah Para Rasul, yang mendengar adalah orang-orang yang datang dari berbagai macam bahasa. Di dalam Korintus, hanyalah orang-orang Korintus yang berbahasa Yunani ataupun Latin. Maka kalau ada yang berbicara dalam bahasa Mandarin, tidak ada yang bisa mengerti.
Perbedaan lainnya dari kedua konteks. Di dalam Kisah Para Rasul untuk menunjukkan bahwa Injil adalah untuk semua bangsa dan bahasa. Sementara dalam 1 Kor 14:2, berkata kepada Allah, membangun diri sendiri & jemaat ('kalau ngerti,' jangan pisahin dgn ayat 5 - 14:4-5); untuk mengucap syukur (14:16). Sedangkan dalam 1 Kor 14:21 (yg merupakan kutipan dari Yes 28:11-12), agar mereka tidak mendengarkan Tuhan, karena tidak mengerti. Lebih lanjut lagi dalam 1 Kor 14:22, karunia ini adalah tanda untuk orang-orang tidak beriman. Lebih parah lagi dalam ay.23, orang tidak beriman akan menganggap orang yang pakai karunia bahasa ini sebagai orang gila. Kesimpulannya sebenarnya: jangan dipake dalam pertemuan jemaat, lebih banyak karunia lain yang lebih berguna..Dan, ada yang lebih perlu dipraktekkan karena lebih penting, yaitu: KASIH. Paulus menulis 1 Kor 12-14 dalam bentuk Kiasmus:

...........Pasal 12 Karunia-karunia Roh: Satu tubuh

......Pasal 13 Kasih (Center)

...........Pasal 14 Karunia-karunia Roh: Nubuat dan bahasa2

Maka, sebenarnya lebih baik banyak bicara tentang kasih ataupun Buah Roh, dibandingkan perdebatan-perdebatan tentang karunia bahasa2 yang tidak terlalu penting.

NB: Ada teman yang berdialog dengan temannya tentang "Benarkah bahasa Roh yang ada sekarang ini?" (click di sini untuk membacanya)

Sekalipun aku dapat berkata-kata dengan semua bahasa manusia dan bahasa malaikat, tetapi jika aku tidak mempunyai kasih, aku sama dengan gong yang berkumandang dan canang yang gemerincing.