Melihat sepak terjang dalam masalah keuangan dari gereja dan berbagai lembaga Kristen, maka orang-orang yang tidak beragama akan menganggap bahwa banyak gereja dan lembaga tidak memiliki Tuhan lagi. Karena sekarang sudah menjadi kebiasaan bahwa mengadakan suatu acara, seminar, dll, semuanya harus bayar. Bahkan persembahanpun menjadi suatu paksaan yang harus dilakukan. Gereja yang mengaku mendapatkan segala berkat dari Tuhan, ternyata memaksa manusia untuk membayar semuanya dan kalau bisa membayar lebih lagi. Jadi mikir lagi, mengapa harus bayar? Tidak ada yang gratis di dunia ini? Apa bedanya dengan persembahan? Samakah dengan tuntutan untuk membayar?
Markus 12:41-44
Mau jadi berkat tapi tapi tidak mau rugi
Janda memberikan persembahan bukan untuk mendapatkan keuntungan. Memang tidak dijelaskan motivasi dari sang janda. Tapi ketika ia memberi dari kekurangannya, apalagi yang diberikan adalah seluruh penghasilannya untuk hidup hari itu. Kelihatannya ada kerugian yang harus dialaminya.
Kembali memikirkan tentang gereja-gereja yang ingin berbagi berkat kepada dunia, tapi tidak mau rugi dan ingin terus mendapatkan keuntungan. Sengaja mengadakan seminar, retreat, dan berbagai macam acara, semuanya ada uang pendaftaran. Alasannya, untuk membayar konsumsi, akomodasi, makalah, bayar pembicara, dll... Sama persis dengan sistem yang diterapkan oleh dunia yang berdosa.
Tetapi gereja biasanya mengatakan, ada dukungan ALkitab. Mau ikut Tuhan, harus bayar harga. Pernakah Tuhan menuntut kita untuk membayar atas seluruh anugerah yang sudah diberikanNya kepada kita???
Pasti muncul pertanyaan selanjutnya, bagaimana menutup segala biaya yang diperlukan untuk sewa tempat, akomodasi, dll? Jawabannya sederhana, yang ingin menjadi berkat yang harus bayar harga. Yang ikut Tuhan harus bayar harga. Jadi, yang harus bayar harga terlebih dahulu adalah yang mau melaksanakan acara itu. Kalau visinya dari Tuhan, apakah Tuhan tidak bisa menanamkan visi itu juga kepada orang lain untuk berbagian dalam pekerjaanNya?
Persembahan atau pemaksaan?
Ada perbedaan dalam memberikan persembahan antara gereja zaman sekarang dengan di zaman Tuhan Yesus. Persembahan bukan suatu paksaan yang diberikan kepada semua pengunjung berupa kantong yang langsung berhadapan di muka mereka, seolah-olah berkata, "Kalau tidak persembahan berdosa!" Ada juga gereja yang sampai dua atau tiga kantong persembahan untuk berbagai acara. Jemaat diminta untuk mendukung semuanya. Ada lagi yang menempatkan kotak persembahan di depan mimbar dan seolah-olah memaksa setiap jemaat harus maju ke depan untuk memberikan persembahan.
Yang lebih parah setiap mau persembahan, maka majelis suka mengutip ayat-ayat Alkitab biar jemaat memberikan lebih banyak lagi karena akan dapat berkat lebih banyak.
Kalau dilihat dari sudut orang yang tidak mengenal Tuhan, yang hari itu baru datang ke gereja, maka orang itu pasti berpikir, "Kasihan Tuhan sedang berkekurangan, sampai umatNya yang dikasihiNya harus meminta-minta!"
Tapi, ternyata ada juga gereja yang tidak ada persembahan dalam liturginya, tapi mengikuti praktek di zaman Tuhan Yesus. Hanya ada kotak persembahan di dekat jalan masuk. Yang mau memberi persembahan tinggal memasukkan persembahannya. Yang tidak mengerti tentang persembahan, malah dihimbau untuk tidak memberi!!? Anehnya, gereja itu tidak berkekurangan dan terus berkembang.
Memberi persembahan ternyata bukanlah masalah harus dipaksa, tapi soal kesadaran. Kesadaran itu tidak mungkin sama. Orang yang mendapatkan lebih banyak berkat seharusnya bisa memberikan lebih banyak lagi.
Memberi Seluruh Hidup
Tuhan Yesus sebenarnya ingin mengajarkan seperti apa persembahan yang sejati, yaitu memberi seluruh hidup kita. Seperti si janda yang memberikan seluruh nafkah untuk kehidupannya. Seharusnya, jikalau seluruh hidup kita sudah dipersembahkan kepada Tuhan yang memiliki hidup ini, tidak ada persembahan (ataupun harga yang harus dibayar) yang terlalu besar ataupun merugikan.
Sekalipun semua yang ada pada kita dipersembahkan untuk dipakai memuliakan Tuhan di dalam pekerjaanNya di dunia inipun, bukanlah pengorbanan yang terlalu besar. Semuanya milik Tuhan yang sedang dititipkan kepada kita. Suatu saat nanti, mau tidak mau, semuanya harus dikembalikan kepada Tuhan. Kalau begitu, kenapa tidak berlatih dari sekarang? Bukan karena harus membayar, bukan karena paksaan, tapi karena berkat-berkatNya terlalu banyak, dan kita yang perlu untuk belajar mempersembahkan semuanya. Sampai waktunya tiba, kita harus mempersembahkan semuanya dan yang kita persembahkan semua yang terbaik...
Soli Deo Gloria.