Berbicara tentang iman dalam kitab Yakobus, seringkali menjadi perdebatan. Karena Yakobus seringkali dianggap bertentangan dengan apa yang ditulis oleh Paulus dalam Efesus 2. Rasul Paulus berbicara tentang keselamatan melalui iman dan tidak ada perbuatan manusia. Sedangkan Yakobus berbicara bahwa iman tidak cukup, harus ditambahkan dengan perbuatan. Apakah Yakobus berbicara dalam konteks yang sama dengan yang dibicarakan Paulus? Apakah Yakobus memang menegaskan kalau seseorang harus diselamatkan melalui iman + perbuatan?
Yakobus 2:14-26
Konteks: Soal Keselamatan?
Membaca Yak 2:14 ( Apakah gunanya, saudara-saudaraku, jika seorang mengatakan, bahwa ia mempunyai iman, padahal ia tidak mempunyai perbuatan? Dapatkah iman itu menyelamatkan dia?) secara sepintas, maka banyak orang akan mengambil kesimpulan bahwa Yakobus sedang berbicara tentang keselamatan. Khususnya karena pertanyaan yang meragukan iman tanpa perbuatan bisa menyelamatkan seseorang. Betulkah itu maksud Yakobus?
Kalau diperhatikan dengan lebih teliti, maka yang dimaksudkan oleh Yakobus konteksnya bukan tentang iman pada saat diselamatkan, tapi kepada iman yang dipergunakan sesudah diselamatkan; 'iman itu' (dalam Yak 2:14,17,18) menunjuk kepada iman yang diakui oleh seseorang dimilikinya, tapi diragukan oleh Yakobus yang tidak melihatnya dalam perbuatan sehari-hari.
Jadi, yang dipersoalkan oleh Yakobus bukan bagaimana seseorang diselamatkan seperti yang dibahas oleh Paulus dalam Efesus 2. Yakobus sedang menyoroti penerapan dari iman yang menyelamatkan itu dalam perbuatan sehari-hari. Kita bisa melihat dengan lebih jelas dari contoh yang diberikan oleh Yakobus pada Yak 2:15-16.
Iman Yang Kosong
Dalam Yak 2:15-16, dengan iman seseorang mengatakan kepada saudaranya kenakan kain panas dan makan sampai kenyang, tapi ia tahu saudaranya itu tidak punya pakaian dan kekurangan makanan. Kalau betul2 beriman, seharusnya ditunjukkan dengan perbuatan membagi pakaian dan makanan, bukan hanya bicara dengan penuh iman. Menurut Yakobus, ini iman yang kosong.
Untuk mengerti lebih jelas tentang iman yang kosong, Yakobus memberikan contoh yang lain dalam ayat 19. Orang yang percaya hanya ada satu Allah, tidak lebih baik dari setan-setan yang juga percaya hanya ada satu Allah dan bahkan mereka gemetar.
Maksud Yakobus, seseorang yang mengatakan memiliki iman dan percaya kepada satu Allah belum membuktikan kebenarannya. Masih tetap iman yang kosong, kalau tidak ada perbuatan iman.
Iman yang Sempurna
Yakobus kemudian menjelaskan lebih jauh lagi tentang iman yang benar dengan memberikan dua contoh bagaimana seseorang dibenarkan karena perbuatan imannya.
Yang pertama, Abraham yang dikenal sebagai 'Bapa orang Beriman'; Yakobus menujukkan bagaimana perbuatan-perbuatan Abraham yang berdasarkan imannya. Ini baru iman yang sempurna.
Yang kedua, Rahab yang menunjukkan percaya kepada Allah Israel dan perbuatan-Nya yang ajaib, sehingga ia menyembunyyikan dua pengintai Israel di rumahnya. Yakobus ingin menunukkan bahwa perbuatan Rahab karena berasal dari iman.
Jadi, seseorang diselamatkan melalui iman dan tidak melibatkan perbuatan dan usaha manusia sedikitpun. Tapi kemudian sesudah diselamatkan, iman itu bukan iman yang kosong yang hanya ada dalam pengakuan di bibir saja. Iman itu harus nyata dalam perbuatan-perbuatan iman.