Ayat Hari Ini:

Showing posts with label Wahyu. Show all posts
Showing posts with label Wahyu. Show all posts

Monday, April 13, 2009

Yesus Kristus Untuk Semua Orang?


Orang Kristen seringkali menjadi umat yang eksklusif yang terbatas bagi kalangan sendiri dan merasa keselamatan hanya bagi kita. Tapi, ketika membaca ayat-ayat Alkitab, ada ayat-ayat tertentu yang menyatakan bahwa Yesus Kristus untuk semua orang; atau Allah ingin semua manusia diselamatkan. Tapi di sisi lain ada ayat-ayat Alkitab yang berbicara tentang umat pilihan. Bagaimana kita bisa memahami pengertian yang sepertinya bertentangan?

Dan Kristus telah mati untuk semua orang, supaya mereka yang hidup, tidak lagi hidup untuk dirinya sendiri, tetapi untuk Dia, yang telah mati dan telah dibangkitkan untuk mereka.
2 Korintus 5:15

Pengertian yang salah dan Kegagalan Kristus
Jika kata semua dalam 2 Korintus 5:15 ditafsirkan sebagai semua individu yang pernah dan akan hidup di dunia, maka bisa membawa kepada kesimpulan kepada kegagalan Yesus Kristus. Bukankah Yesus Kristus sudah mati dan bangkit bagi semua orang? Mengapa banyak orang yang tidak percaya kepada-Nya? Artinya, Yesus Kristus gagal. Kuasa kematian dan kebangkitan-Nya tidak sanggup untuk merubah hidup seluruh umat manusia, hanya terjadi pada sebagian orang saja!?

Penafsiran ini akan bertentangan dengan keseluruhan ayat itu sendiri. Karena kalau Kristus sudah mati dan bangkit untuk semua individu manusia, semuanya dituntut hidup bagi Kristus. Tentu saja bukan ini maksud Paulus. Karena konteksnya adalah bagi orang percaya.

Penafsiran ini juga akan bertentangan dengan Mat 1:21, yang mengatakan bahwa Yesus akan menyelamatkan umat-Nya dari dosa mereka. Begitu juga dengan Efesus 1:4 yang berbicara tentang pemilihan yang akan diselamatkan dalam Yesus Kristus. Kalau yang dipilih untuk diselamatkan dalam Yesus Kristus hanya sebagian, mengapa Yesus Kristus harus mati untuk semua orang?

Untuk mengerti dan bisa menafsirkan dengan benar kata 'semua' kita perlu melihat pengertian dari bahasa aslinya dan tentu saja konteksnya.

Arti dari Kata Semua
Bandingkan juga dgn 1 Tim 2:3-4 yang juga menggunakan kata semua dengan konteks yang lebih baik.
3 Itulah yang baik dan yang berkenan kepada Allah, Juruselamat kita, 4 yang menghendaki supaya semua orang diselamatkan dan memperoleh pengetahuan akan kebenaran.

Baik 2 Kor 5:15 maupun 1 Tim 2:4 kata 'semua' berasal dari akar kata pas. Menurut salah satu lexicon yang terbaik, A Greek-English Lexicon of the New Testament and Other Early Christian Literature(BDAG), kata ini bisa berarti keseluruhan individu atau semua jenis/golongan.
Membandingkan dengan konteks di dalam 2 Kor 5:15 maupun 1 Tim 2:1-4, serta membandingkan dengan konteks umum keseluruhan Alkitab, maka seharusnya kata semua bukan ditafsirkan di dalam pengertian 'semua individu' tapi lebih tepat kalau menggunakan pengertian yang kedua: semua jenis/golongan manusia.

Penafsiran ini juga akan lebih jelas waktu kita melihat Wahyu 7:9. Kemudian dari pada itu aku melihat: sesungguhnya, suatu kumpulan besar orang banyak yang tidak dapat terhitung banyaknya, dari segala bangsa dan suku dan kaum dan bahasa, berdiri di hadapan takhta dan di hadapan Anak Domba, memakai jubah putih dan memegang daun-daun palem di tangan mereka.
Bukan semua manusia yang akan diselamatkan dalam Kristus, tapi semua jenis/golongan manusia, dari segala bangsa dan suku dan kaum dan bahasa.

Jadi, Yesus Kristus mati dan bangkit untuk semua jenis/golongan manusia, dari segala bangsa dan suku dan kaum dan bahasa.

Apa artinya buat kita?
Penekanan Paulus akan kematian dan kebangkitan Kristus harusnya merubah hidup orang percaya. Kita seharusnya tidak lagi hidup bagi diri sendiri, tetapi untuk Dia yang telah mati dan bangkit untuk kita. Mengapa kita harus hidup untuk Kristus? Bukankah hidup ini milik kita?

Hidup ini bukan milik kita. Kita tidak mencipta diri kita sendiri, tidak lahir sendiri, tidak bisa memilih orang tua kita, bahkan fisik kitapun tidak bisa kita pilih. Yang bisa kita pilih itu berbuat dosa dan mengakibatkan kematian. Kita milik Kristus, karena Dia yang mencipta kita. Waktu kita berdosa, Dia menebus kita dan memimpin hidup kita. Maka respon kita yang seharusnya, hidup bagi Dia yang sudah mati dan bangkit untuk kita dengan terus menceritakan dan membagikan Yesus Kristus bagi semua jenis/golongan manusia, dari segala bangsa dan suku dan kaum dan bahasa. Soli Deo Gloria.

Monday, July 30, 2007

Persembahan: Penciptaan sampai Kekekalan

Persembahan adalah salah satu kata yang kurang disukai oleh orang-orang pelit. Apalagi memikirkan untuk memberi gratis kepada orang lain. Di dunia ini tidak ada lagi yang gratisan. Mungkin begitu yang menjadi pemikiran hampir setiap orang. Tidak terkecuali untuk orang-orang yang datang ke gereja, yang akan memberi persembahan kalau ada sesuatu yang dianggap baik dan menguntungkan.
Sebenarnya, bagaimana kita bisa melihat perubahan2 yang terjadi di dalam persembahan sejak dari Penciptaan sampai kepada kekekalan?

Penciptaan (Creation)

4 Habel juga mempersembahkan korban persembahan dari anak sulung kambing dombanya, yakni lemak-lemaknya; maka TUHAN mengindahkan Habel dan korban persembahannya itu,
Kej 4:4

Meskipun kejadian ini terjadi sesudah Adam dan Hawa jatuh dalam dosa, tetapi apa yang dilakukan oleh Habel merupakan contoh yang diinginkan oleh Allah bagaimana persembahan yang seharusnya sejak Penciptaan. Habel mempersembahkan kepada Allah yang terbaik dari apa yang dimilikinya. Habel mempersembahkan anak sulung kambing dombanya dan yang dipersembahkan adalah lemak2nya. Kalau dibandingkan dengan Imamat 1:2-3 dan apa yang terjadi di dalam Perjanjian Baru, bisa disimpulkan bahwa Habel mempersembahkan persembahan yang berpusat kepada Kristus. Karena apa yang dipersembahkan oleh Habel adalah bayang-bayang dari pengorbanan Kristus, yang sulung dan tidak bercacat cela. Dari persembahan Habel kita bisa mempelajari bahwa persembahan bukan hanya sekedar persembahan, melainkan merupakan suatu pemberian yang terbaik dan berpusat kepada Kristus.
Apa yang berbeda dalam persembahan ketika manusia hidup dalam dosa?

Kejatuhan (Fall)
3 Setelah beberapa waktu lamanya, maka Kain mempersembahkan sebagian dari hasil tanah itu kepada TUHAN sebagai korban persembahan; 5 tetapi Kain dan korban persembahannya tidak diindahkan-Nya. Lalu hati Kain menjadi sangat panas, dan mukanya muram.
Kej 4:3,5

Di dalam keberdosaannya, persembahan dari Kain mewakili persembahan dari manusia yang jatuh dalam dosa. Sepertinya persembahan Kain juga seharusnya sudah sangat pantas. Ia adalah seorang petani, dan ia mempersembahkan dari hasil yang dikerjakannya. Masalahnya, Alkitab tidak menunjukkan bahwa Kain mempersembahkan yang terbaik. Selain itu, Kain tidak memikirkan apa yang menjadi keinginan dan kehendak Allah. Kain hanya mempersembahkan menurut keinginannya sendiri. Jika Kain memikirkan apa yang dikehendaki oleh Allah, maka sesudah Allah tidak mengindahkan persembahannya, seharusnya Kain menukar hasil pertaniaannya dengan anak sulung lain yang terbaik dari domba yang dimiliki oleh Habel. Pasti Habel akan memberikannya. Ternyata, Kain tidak memikirkan apa yang baik bagi Allah, ia malahan hanya memikirkan dirinya sendiri dan respon apa yang seharusnya ia terima dari persembahannya. Itu sebabnya Kain tidak mengubah persembahannya, melainkan membunuh Habel.
Persembahan Kain mewakili persembahan orang-orang yang berdosa. Tetap melakukan persembahan, tetapi persembahan itu bukanlah yang terbaik dan hanya berpusat kepada dirinya sendiri. Selama ada keuntungan bagi diri sendiri di dalam memberikan persembahan, maka persembahan akan terus diberikan.
Karena itu, Allah harus mengajar dan melatih umatNya di dalam memberikan persembahan. Di dalam Perjanjian Lama kita bisa melihat proses pelatihannya. UmatNya dilatih untuk mempersembahkan yang terbaik, tidak bercela dan berpusat kepada Kristus. Salah satu penekanan di dalam konteks hidup orang Israel adalah persepuluhan.
Bagaimana dengan Perjanjian Baru, adakah yang berbeda di dalam persembahan?

Penebusan (Redemption)
1 Karena itu, saudara-saudara, demi kemurahan Allah aku menasihatkan kamu, supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah: itu adalah ibadahmu yang sejati.
Rom 12:1

Perjanjian Baru ternyata membicarakan persembahan dengan cara yang berbeda. Bukan lagi menekankan kepada persepuluhan. Persembahan yang kudus, yang berpusat kepada Allah tetaplah sama, tetapi sekarang bukan lagi hanya sepersepuluh, melainkan seluruhnya. Mempersembahkan tubuh mewakili persembahan hidup secara keseluruhan. Tuhan Yesus memuji persembahan seorang janda miskin yang memberikan semua nafkahnya (Mar 12:43-44), sekalipun Ia juga menganjurkan memberikan persembahan sesperti yang diajarkan oleh Musa (Mat 8:4). Begitu juga dengan kehidupan dari jemaat mula-mula di dalam Kis 2 dan 4, yang tidak memperhitungkan berapa persen lagi yang harus dipersembahkan, tetapi selalu saja ada yang menjual tanah atau rumah untuk mencukupkan hidup jemaat mula-mula yang berasal dari luar Yerusalem.
Perbedaannya terjadi, karena kedatangan Kristus ke dunia. Bapa sudah mempersembahkan AnakNya yang tunggal, yang tidak bercacat-cela untuk menebus hidup umatNya. Maka, umatNya yang sudah diselamatkan menyadari bahwa seluruh hidup dan miliknya, bukanlah miliknya sendiri, melainkan milik Bapa. Itu sebabnya, seandainya harus mempersembahkan (bahkan sampai semuanya) untuk melakukan kehendak Allah, bukanlah menjadi suatu hal yang sulit, melainkan ada sukacita di dalam melakukannya.
Persembahan menjadi gaya hidup dari orang percaya, karena menyadari sudah terlalu banyak pemberian Allah yang berkelimpahan di dalam hidupnya, maka sudah sewajarnya ia juga memberikan persembahan yang bukan hanya sekedarnya untuk melaksanakan tugasnya, melainkan mempersembahkan yang terbaik, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah.
Adakah persembahan yang sekarang ini berhubungan dengan kekekalan?

Kekekalan/Penyempurnaan (Consummation)
24 Dan bangsa-bangsa akan berjalan di dalam cahayanya dan raja-raja di bumi membawa kekayaan mereka kepadanya; 25 dan pintu-pintu gerbangnya tidak akan ditutup pada siang hari, sebab malam tidak akan ada lagi di sana; 26 dan kekayaan dan hormat bangsa-bangsa akan dibawa kepadanya.
Wahyu 21:24-26

Ternyata persembahan bukan hanya dilakukan di dalam hidup yang sementara ini. Persembahan juga dilakukan sampai selama-lamanya. Selain manusia akan beribadah kepada Allah Tritunggal sampai selama-lamanya, maka menusia juga ternyata akan membawa persembahan kepada Allah di Yerusalem yang baru, dimana Allah bertahta. Yang dipersembahkan adalah kekayaan (kemuliaan) dan hormat. Segala yang agung, terbaik, terindah dari hasil usaha manusia, itulah yang dibawa ke Yerusalem baru untuk dipersembahkan.
Maka hidup yang sementara ini adalah kesempatan untuk belajar dan berlatih untuk mempersembahkan yang terbaik, terindah, teragung, apa yang dikehendaki Allah. Itu sebabnya kita perlu belajar mempersembahkan yang terbaik dan yang berpusat kepada Allah untuk kemuliaan namaNya. Soli Deo Gloria.



Baca juga:

- Seni Memberi (1): Bisa dapat lebih banyak?

- Seni Memberi (2): Memberi Berkat



Thursday, July 19, 2007

Kapan Kawin?

Ini bukan bagian dari promosi iklan rokok yang sedang gencar promosi. Pertanyaan, "Kapan Kawin?" sudah menjadi pertanyaan standar yang sering dipertanyakan. Bertemu dengan teman lama, jemaat, pergi ke mana saja, apalagi bertemu dengan saudara2 di dalam acara keluarga, pertanyaan itu selalu muncul.
Banyak orang beranggapan bahwa kawin adalah puncak dari suatu relasi. Perkawinan membuat manusia menjadi lebih sempurna. Menarik sekali. Saya juga sudah membahas tentang pentingnya perkawinan dan keluarga di dalam artikel Work and Family (meskipun hanya garis besar dan di dalam relasi sesama manusia). Yang menjadi pemikiran saya sekarang ini, apakah ketika kita memikirkan perkawinan, apakah kita juga memikirkan perkawinan yang kekal? Bahwa perkawinan antara manusia hanyalah bayang-bayang dari perkawinan kekal? Ya, perkawinan kekal!

7 Marilah kita bersukacita dan bersorak-sorai, dan memuliakan Dia! Karena hari perkawinan Anak Domba telah tiba, dan pengantin-Nya telah siap sedia. 8 Dan kepadanya dikaruniakan supaya memakai kain lenan halus yang berkilau-kilauan dan yang putih bersih!" (Lenan halus itu adalah perbuatan-perbuatan yang benar dari orang-orang kudus.) 9 Lalu ia berkata kepadaku: "Tuliskanlah: Berbahagialah mereka yang diundang ke perjamuan kawin Anak Domba." Katanya lagi kepadaku: "Perkataan ini adalah benar, perkataan-perkataan dari Allah."
Wahyu 19:7-9

Kitab Wahyu yang kita baca ini membicarakan tentang pernikahan kekal yang saya maksudkan. Pernikahan manusia hanyalah pernikahan yang sementara, "hanya sampai maut memisahkan", ataupun kalau di zaman sekarang ini yang sering kita lihat di acara-acara infotainment di televisi, yaitu hanya sampai sudah bosan dan tidak cocok lagi dan melihat ada orang lain yang lebih menarik.

Hampir semua orang yang memikirkan tentang perkawinan, membayangkan tentang kebersamaan sampai selama-lamanya. Ada cinta kasih yang bertahan sampai selama-lamanya. Pemikiran ini muncul karena memang ada kesadaran perkawinan kekal yang ditanamkan di dalam hati manusia. Sayang sekali kalau manusia salah memikirkannya. Apa yang sementara, yang merupakan bayang-bayang dari yang kekal, diharapkan oleh manusia menjadi yang kekal. Padahal perkawinan manusia yang sementara seharusnya menjadi pembelajaran dari perkawinan yang kekal, yaitu perkawinan Anak Domba (Yesus Kristus) dengan umatNya.

Wahyu 19 menceritakan tentang perkawinan ini. Dimulai dengan ada sukacita dan sorak-sorai untuk memuliakan Allah. Hal yang sama seharusnya memulai suatu perkawinan manusia di dunia ini. Bukan hanya sukacita karena sudah mendaptkan pasangan yang bisa saling mengisi dan memenuhi, tetapi juga karena memiliki pasangan yang bisa bekerja sama dalam memuliakan Allah. Selain itu, ada sukacita yang lain lagi yang jarang didapatkan di dalam perkawinan orang percaya, karena tidak pernah memikirkan dan mengerti bagian firman di dalam kitab Wahyu ini, yaitu sukacita ketika bersatu di dalam perkawinan Anak Domba. Jikalau perkawinan yang sementara rasanya ada keagungan, kebaikan, sukacita dan segala macam perasaan yang sulit untuk diungkapkan satu-persatu, bagaimana dengan perkawinan yang kekal? Yang sementara saja sudah begitu indah, bagaimana dengan yang kekal? Pasti lebih bersukacita!!
Setahu saya, hampir tidak ada orang yang memikirkan hal ini. Hampir semua yang memikirkan perkawinan hanya memikirkan dirinya sendiri dan bahkan hampir semuanya mengharapkan perasaan sukacita yang sementara itu bisa bertahan dan kekal sampai selama-lamanya.

Selanjutnya, pengantin dari Anak Domba digambarkan memakai kain lenan halus yang berkilau-kilauan dan putih bersih. Yang dijelaskan selanjutnya sebagai lambang dari perbuatan-perbuatan benar/kudus dari orang-orang benar. Hal inipun yang membuat banyak pernikahan di dalam tradisi Kristen menggunakan gaun putih yang bersih dan berkilauan, karena ingin menyatakan kekudusan dan sakralnya perkawinan itu. Tetapi, zaman sekarang ini orang-orang lebih mementingkan keindahan dari gaun pernikahan itu dibandingkan dengan arti sebenarnya, yaitu kekudusan dan kebenaran.
Di dalam dunia yang sementara ini, siapapun baik yang kudus maupun sudah tercemar boleh menikah. Dan menurut survey (semoga random survey ini tidak mewakili yang sebenarnya), jumlah pengantin yang sudah berhubungan seks terlebih dahulu sebelum menikah, semakin lama semakin meningkat. Apalagi di negara2 Barat, kekudusan mungkin hanya tersisa sedikit di dalam perkawinan. Yang penting gaunnya indah.
Berbeda sekali dengan perkawinan yang kekal. Hanya orang-orang yang sudah dikuduskan dan dibenarkan yang ikut di dalam perkawinan ini. Kekudusan dan kebenaran menjadi hiasan yang begitu agung dan indah di dalam perkawinan ini.

Perkawinan ini menjadi suatu ikatan yang tidak bisa dipisahkan sampai selama-lamanya. Gereja yang sudah dikuduskan dan bersiap menantikan Yesus Kristus, akhirnya dipersatukan sampai selama-lamanya. Tidak ada dosa, tidak ada salah pengertian, tidak ada oknum yang lain (orang ketiga) yang akan mengganggu hubungan ini. Gereja akan dipersatukan sampai selama-lamanya dengan Yesus Kristus. Tidak ada lagi kata "hingga maut memisahkan" Tidak ada kematian lagi. Ini seharusnya yang menjadi perkawinan yang dinanti-nantikan.
Maka kalau ada yang bertanya,"Kapan kawin?" Di dunia yang sementara ini sebagian orang mungkin menjawab,"May(be Yes, maybe No!)". Tapi untuk perkawinan yang kekal, tidak ada kata "maybe" Bagi orang-orang percaya, itu suatu kepastian yang akan dialami dan begitu dinanti-nantikan.



Baca juga:

- Easy Divorce

- Kristologi dan Doktrin Gereja dalam relasi Suami Isteri

- The Family Connection

- Work and family



Friday, April 27, 2007

Integrasi Iman dan Ilmu

Ditulis untuk Buku 40 tahun PO UI: Dahulu, Kini, dan Esok

I do not feel obliged to believe that the same God who has endowed us with sense, reason, and intellect has intended us to forgo their use.
- Galileo Galilei

Topik tentang hubungan Iman dan Ilmu sudah dibahas berkali-kali dan sudah terlalu banyak artikel dan buku tentang hal ini. Mengapa sampai harus dibahas berkali-kali? Sangat penting? Atau iman dan ilmu memang tidak pernah diintegrasikan sehingga harus dibahas terus-menerus?! Dalam tulisan ini, saya akan membahas bagaimana seharusnya kita melihat hubungan Iman dan Ilmu dari penciptaan sampai pada kekekalan.

Kej 1:27 Maka Allah menciptakan manusia itu menurut gambar-Nya, menurut gambar Allah diciptakan-Nya dia; laki-laki dan perempuan diciptakan-Nya mereka. 28 Allah memberkati mereka, lalu Allah berfirman kepada mereka: "Beranakcuculah dan bertambah banyak; penuhilah bumi dan taklukkanlah itu, berkuasalah atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas segala binatang yang merayap di bumi."

Kej 2:15 TUHAN Allah mengambil manusia itu dan menempatkannya dalam taman Eden untuk mengusahakan dan memelihara taman itu.

Kej 2:19 Lalu TUHAN Allah membentuk dari tanah segala binatang hutan dan segala burung di udara. Dibawa-Nyalah semuanya kepada manusia itu untuk melihat, bagaimana ia menamainya; dan seperti nama yang diberikan manusia itu kepada tiap-tiap makhluk yang hidup, demikianlah nanti nama makhluk itu.

Kejadian 1:27-28 menunjukkan sangat jelas bagaimana Allah menciptakan manusia menurut GambarNya, sehingga manusia bisa mengenal dan berkomunikasi dengan Allah dan tentu saja menjadi sumber untuk pengenalan manusia akan dirinya dan pengetahuan akan dunia yang harus ditaklukkannya. Pengetahuan yang dimiliki oleh manusia sebagai Gambar Allah adalah pengetahuan tentang Allah, tentang manusia dan tentang dunia. Ketiga hal ini sangat berhubungan. Khususnya dua pengetahuan yang pertama, yang berdampak dengan pengetahuan akan dunia. Tanpa pengetahuan akan Allah, manusia tidak bisa mengerti siapa dirinya. Begitu juga dengan tanpa pengetahuan akan dirinya, manusia tidak sanggup mengenal Allah.

Dalam Kejadian 2:19, kita bisa melihat bahwa pengetahuan adalah pemberian Allah kepada manusia dan bisa dipakai dengan baik oleh Adam untuk melakukan kehendak Allah. Adam menamai semua binatang dengan pengetahuannya. Pengetahuan Adam didapat karena manusia dicipta dalam gambar Allah; diberikan kemampuan untuk berpikir, mengolah dan mengembangkannya. Tetapi, yang memulai dan aktif adalah Allah yang membawa kepada manusia (yang percaya kepada Allah dan mempunyai pengetahuan tentang Allah), sehingga ia menyadari kemampuan dan pengetahuannya dan ia memakainya untuk melakukan apa yang menjadi kehendak Allah: menamai semua binatang (pengetahuan/ilmu).

Kalau kita melihat di dalam Kejadian 2:15. Hal yang sama juga terjadi. Allah menempatkan Adam dalam Taman Eden untuk mengusahakan dan memeliharanya. Dua kata yang sangat menarik adalah kata mengusahakan dan memelihara. Kata mengusahakan dalam bahasa aslinya, Ibrani, mempunyai dua pengertian: bekerja dan melayani (ibadah). Sedangkan kata memelihara (dalam bahasa Inggris: cultivate/culture) mempunyai arti menjaga, mengembangkan dan juga ada pengertian melayani. Sehingga, pada saat manusia mempergunakan segala jenis pengetahuan/ilmunya untuk bekerja dan mengembangkan dunia pemberian Tuhan, saat itu juga manusia sedang melayani dan beribadah kepada Allah.

Zaman sekarang ini kita melihat manusia memisahkan semua pengetahuan/ilmu yang dimilikinya. Ada tiga pemisahan pengetahuan/ilmu, pertama, pengetahuan tentang Allah dikategorikan sebagai Teologi (yang tidak ada hubungannya dengan ilmu-ilmu yang lain); kedua, pengetahuan tentang manusia (anthropologi, biologi, kedokteran, psiklogi, sosiologi, dsb); serta ketiga, pengetahuan tentang dunia ini (ekologi, ekonomi, biologi, dsb). Sangat berbeda dengan apa yang terjadi sebelumnya dalam Penciptaan. Mengapa? Karena manusia jatuh dalam dosa.

Kej 3:7 Maka terbukalah mata mereka berdua dan mereka tahu, bahwa mereka telanjang; lalu mereka menyemat daun pohon ara dan membuat cawat. 8 Ketika mereka mendengar bunyi langkah TUHAN Allah, yang berjalan-jalan dalam taman itu pada waktu hari sejuk, bersembunyilah manusia dan isterinya itu terhadap TUHAN Allah di antara pohon-pohonan dalam taman.

Narasi dalam Kejadian 3, menggambarkan semuanya. Ayat 7, manusia mulai salah menilai dirinya. Mereka tahu bahwa mereka telanjang dan ingin menutupinya dengan ‘ilmu mereka’ (tanpa melibatkan Allah). Manusia tidak mengerti lagi siapa dirinya di hadapan Allah. Ayat 8, mereka bersembunyi dari Allah. Apakah mereka bisa bersembunyi dari Allah? Pengetahuan yang salah! Pengetahuan tentang Allah menjadi jauh sekali berbeda dengan sebelumnya. Sebelumnya mereka bisa dengan bebas mengenal Allah dan beribadah kepadaNya. Sekarang mereka mengenal Allah menjadi Pribadi yang sangat menakutkan dan tidak bisa diandalkan lagi dalam hidup di dunia.

Lebih baik memakai pengetahuan pribadi. Padahal, pengetahuan peribadi ini yang membuat manusia jatuh dalam dosa. Karena ingin mengeksplorasi apa yang belum waktunya harus dimengerti. Masih begitu banyak buah-buahan yang sangat menarik dan baik untuk dimakan (Kej 2:9), tetapi Hawa dan Adam lebih tertarik kepada buah yang tidak pernah dikatakan menarik, tetapi menjadi menarik karena pengaruh Iblis. Cara yang sama, terus diikuti oleh manusia sekarang ini. Iblis yang terus-menerus membuat manusia tidak lagi melihat ilmu-ilmu yang menarik berhubungan dengan Allah dan tidak memerlukan Allah dalam setiap ilmu yang diusahakan dan dikembangkannya.

Kej 3:17 Lalu firman-Nya kepada manusia itu: "Karena engkau mendengarkan perkataan isterimu dan memakan dari buah pohon, yang telah Kuperintahkan kepadamu: Jangan makan dari padanya, maka terkutuklah tanah karena engkau; dengan bersusah payah engkau akan mencari rezekimu dari tanah seumur hidupmu: 18 semak duri dan rumput duri yang akan dihasilkannya bagimu, dan tumbuh-tumbuhan di padang akan menjadi makananmu; 19 dengan berpeluh engkau akan mencari makananmu, sampai engkau kembali lagi menjadi tanah, karena dari situlah engkau diambil; sebab engkau debu dan engkau akan kembali menjadi debu."

Di dalam Kejadian 3:12, Adam mempersalahkan manusia lainnya (Hawa). Ay. 13, Hawa mempersalahkan Ular (dunia). Sejak saat itu, pengetahuan manusia menjadi terpecah-pecah; tidak ada lagi integrasi. Yang paling menyedihkan, pengetahuan manusia yang sebelumnya dipakai untuk beribadah dan menggenapi rencana Allah, dalam Kej 3:17-19 akhirnya dipakai bersusah-payah HANYA UNTUK MENCARI MAKAN SAMPAI MATI. Maka bukan sesuatu yang mengherankan kalau manusia belajar dan akhirnya bekerja hanya demi untuk menjamin bisa makan sampai mati. Hanya itu ilmu (pengetahuan) yang dimiliki oleh manusia dalam keberdosaan.

Bagaimana manusia bisa kembali kepada integrasi yang benar? Bukankah dalam Amsal 1:7 mengatakan, “Takut akan TUHAN adalah permulaan pengetahuan, tetapi orang bodoh menghina hikmat dan didikan.” Bagaimana agar manusia tidak lagi menunjukkan diri sebagai orang-orang pintar yang sesungguhnya hanyalah orang-orang bodoh yang menghina HIKMAT? Jalan keluarnya, hanya satu. Yaitu di dalam Kristus. Mengapa?

Kol 2:3 sebab di dalam Dialah tersembunyi segala harta hikmat dan pengetahuan.

Kedatangan Kristus di dunia bukan hanya memberikan keselamatan jiwa (dan pengetahuan tentang Allah) kepada orang-orang pilihanNya. Kedatangan Kristus adalah mendirikan Kerajaan Allah; dalam segala aspek kehidupan manusia kita bisa melihat bahwa Allah betul-betul memerintah. Segala macam ilmu kembali untuk melayani Allah dan rencanaNya. Yang sangat menarik dalam Kol 2:3, segala macam pengetahuan itu bersumber dari Kristus. Semua –logi (logikos) bersumber dari LOGOS (Firman/Kristus). Artinya, jika ada kebenaran dalam semua ilmu pengetahuan, maka sumbernya hanya satu: Kristus. Segala kebenaran adalah kebenaran dari Kristus. Dunia ini bukan sumber kebenaran, Iblis tidak bisa memberikan kebenaran. Satu-satunya sumber kebenaran adalah Allah.

Seseorang yang berada di dalam Kristus harusnya bisa melihat sumber hidupnya adalah Kristus, termasuk apa yang dipelajari dan dikerjakannya. Ilmu yang dipelajari sehari-hari bukan ilmu yang sekuler yang tidak ada hubungan sama sekali dengan imannya. Ilmu yang sehari-hari dipelajari juga bukan hanya untuk sekadar dipakai untuk mencari uang untuk bisa makan sampai mati (Ini pengertian manusia sejak jatuh dalam dosa). Tetapi ilmu sehari-hari adalah pelajaran tentang Allah, manusia dan dunia—yang harus diusahakan, dieksplorasi dan dikembangkan sebagai bagian dari pelayanan dan ibadah kepada Allah untuk memuliakan Kristus yang menjadi sumber dan tujuan dari ilmu-ilmu yang dikembangkan. Manusia yang betul-betul mengerti dan mendalami ilmunya akan takjub dengan semua anugerah dan kebenaran Tuhan yang ada di dalamnya. Bagi orang percaya, akhirnya hanya bisa memuji dan makin menyembah Tuhan dan makin ingin memuliakan Tuhan dengan segala penemuan yang di dapatnya.
Maka kita perlu terus-menerus diperbarui dalam pengetahuan kita, seperti yang ada di dalam Kol 3:10, “dan telah mengenakan manusia baru yang terus-menerus diperbaharui untuk memperoleh pengetahuan yang benar menurut gambar Khaliknya;”

Pertanyaan selanjutnya, adakah hubungan yang kita pelajari dan kerjakan sekarang ini dengan kekekalan?
C. S. Lewis, 1898-1963, British Academic, Writer, Christian Apologist, (dikutip dari http://www.great-quotes.com/ ) pernah mengatakan salah satu kalimatnya yang sangat terkenal: “If you read history you will find that the Christians who did most for the present world were precisely those who thought most of the next. It is since Christians have largely ceased to think of the other world that they have become so ineffective in this.” Dari kalimat C.S. Lewis ini, ada hal yang perlu dipikirkan tentang kekekalan yang berdampak pada kesementaraan. Meskipun, kalau terlalu banyak memikirkan tentang kekekalan mungkin bisa juga menjadi tidak efektif dalam kesementaraan ini. Maka, bagian terakhir dari tulisan ini, akan dihubungkan dengan kekekalan. Apa hubungannya ilmu dan pekerjaan sekarang ini dengan kekekalan?

Wahyu 21:22 Dan aku tidak melihat Bait Suci di dalamnya; sebab Allah, Tuhan Yang Mahakuasa, adalah Bait Sucinya, demikian juga Anak Domba itu. 23 Dan kota itu tidak memerlukan matahari dan bulan untuk menyinarinya, sebab kemuliaan Allah meneranginya dan Anak Domba itu adalah lampunya. 24 Dan bangsa-bangsa akan berjalan di dalam cahayanya dan raja-raja di bumi membawa kekayaan mereka kepadanya; 25 dan pintu-pintu gerbangnya tidak akan ditutup pada siang hari, sebab malam tidak akan ada lagi di sana; 26 dan kekayaan dan hormat bangsa-bangsa akan dibawa kepadanya.

Wahyu 22:5 Dan malam tidak akan ada lagi di sana, dan mereka tidak memerlukan cahaya lampu dan cahaya matahari, sebab Tuhan Allah akan menerangi mereka, dan mereka akan memerintah sebagai raja sampai selama-lamanya.

Dalam Wahyu 21:24,26, dua kali diulang bahwa bangsa-bangsa akan membawa kekayaan dan hormat ke Yerusalem Baru. Yang membawanya, adalah raja-raja di bumi (yang baru). Dua pertanyaan yang muncul: Siapakah raja-raja itu? Dan, apa maksudnya kekayaan dan hormat bangsa-bangsa?

Untuk menjelaskan tentang raja-raja di bumi, kita perlu melihat Wahyu 22:5. Dari ayat ini, kita bisa mengerti bahwa yang dimaksudkan sebagai raja-raja adalah semua orang percaya yang memerintah bersama-sama Kristus. Apa yang diperintah oleh raja-raja? Bumi yang baru. Sama seperti Adam dan Hawa menjadi raja pertama di dunia, yang memerintah dunia dan segala isinya, maka kitapun sebagai orang-orang percaya harus memerintah bumi yang baru dengan mengusahakan dan memeliharanya.

Hasil usaha inilah yang dipersembahkan ke Yerusalem baru: yang terbaik dan termulia dari apa yang kita kerjakan. Jadi, yang dimaksud dengan kekayaan dan hormat dari bangsa-bangsa adalah segala hasil budaya manusia yang terbaik dan termulia, itulah yang kita persembahkan kepada Tuhan. Yang dimaksudkan dengan hasil budaya manusia adalah segala hal yang pernah dipelajari, digali, ditemukan, dan dikembangkan manusia. Kalau mengerti hal ini, maka seharusnya selama proses pembelajaran, kita harus menggali sampai kepada penemuan-penemuan yang bisa terus dikembangkan dan yang akan dipersembahkan kepada Tuhan.

Mungkin pertanyaan selanjutnya muncul, dari mana modal awal kita sebagai raja? Untuk mengerti hal ini, perlu untuk memahami perumpamaan dalam Mat 25:14-30, perumpamaan tentang Talenta (seharusnya tentang Hamba yang baik dan yang jahat). Kalau kita perhatikan, perumpamaan ini berbicara tentang Akhir Zaman. Ada evaluasi dari Tuhan terhadap semua pemberianNya kepada kita, apakah kita sudah maksimal atau tidak. Sesudah dikembalikan kepada Tuhan, hasil dari pengembangan talenta itu justru tidak di ambil Tuhan, tetapi diberikan kembali kepada hamba-hambanyaNya. Untuk apa? Di dalam perumpamaan ini tidak dijelaskan. Tetapi, kita bisa mengambil kesimpulan sebagai modal yang akan dikembangkan lagi dalam kekekalan dan dalam kebahagiaan bersama Tuhan.

Jadi, apa yang kita pelajari selama hidup di dunia, bukan hanya untuk kesementaraan, ternyata juga bisa menjadi modal sekaligus pembelajaran untuk pekerjaan dan ibadah yang harus kita kerjakan dalam kekekalan.

Apa yang dikatakan oleh C.S. Lewis benar. Orang Kristen yang bisa melihat sampai kepada kekekalan, akan belajar dan bekerja dengan tujuan sampai pada kekekalan. Dampaknya, yang dikerjakan bukan hanya bernilai sementara, tapi bernilai kekal (seperti yang sudah dilakukan oleh Lewis). Dan, kalau kita melihat sampai pada kekekalan, yang kita lakukan adalah standar kekekalan; yang terbaik dan termulia, yang akan kita persembahkan kepada Tuhan di Yerusalem Baru. Hal ini yang kita kejar, sesuai dengan kemampuan yang sudah Tuhan berikan kepada kita masing-masing.
Masih adakah orang-orang Kristen yang belajar semua ilmu, menggalinya, menemukannya, mengembangkannya dan mempersembahkan semuanya untuk sumber dari semuanya itu dan bagi kemuliaan Allah? Sejarah akan membuktikannya, Tuhan akan terus-menerus membangkitkan orang-orang pilihanNya yang sudah ditebusNya dengan harga yang sangat mahal. Karena kita ini buatan Allah, diciptakan dalam Kristus Yesus untuk melakukan pekerjaan baik, yang dipersiapkan Allah sebelumnya. Ia mau, supaya kita hidup di dalamnya.

Whatever you do, learn heartily, as for the Lord and not for men

Thursday, April 26, 2007

Imagine

Imagine adalah lagu yang dirilis pada tahun 1971 oleh John Lennon, menjadi salah satu lagu yang sangat populer dan disukai oleh banyak orang. Menurut Lennon, lagunya sebenarnya adalah anti-religious, anti-nationalistic, anti-conventional, anti-capitalistic, tetapi ternyata tetap bisa terima karena dibuat manis. Diinspirasikan oleh pergumulan Yoko Ono di Jepang yang mengalami Perang Dunia II, tetapi Yoko Ono mengatakan bahwa apa yang ditulis oleh Lennon adalah apa yang dipercayai oleh Lennon, bahwa kita adalah satu negara, satu dunia dan satu umat.
Apakah lirik lagu ini hanya sekedar utopia? Mimpi yang tidak akan pernah menjadi kenyataan? Ataukah hanya sekedar pemberontakan dari dunia yang semakin rusak dan berdosa? Bagaimana Alkitab melihat utopianya John Lennon?

Imagine there's no Heaven
It's easy if you try
No hell below us
Above us only sky
Imagine all the people
Living for today

Imagine there's no countries
It isn't hard to do
Nothing to kill or die for
And no religion too
Imagine all the people
Living life in peace

You may say that I'm a dreamer
But I'm not the only one
I hope someday you'll join us
And the world will be as one

Imagine no possessions
I wonder if you can
No need for greed or hunger
A brotherhood of man
Imagine all the people
Sharing all the world


Kemudian dari pada itu aku melihat: sesungguhnya, suatu kumpulan besar orang banyak yang tidak dapat terhitung banyaknya, dari segala bangsa dan suku dan kaum dan bahasa, berdiri di hadapan takhta dan di hadapan Anak Domba, memakai jubah putih dan memegang daun-daun palem di tangan mereka.
Wahyu 7:9

1 Lalu aku melihat langit yang baru dan bumi yang baru, sebab langit yang pertama dan bumi yang pertama telah berlalu, dan lautpun tidak ada lagi. 2 Dan aku melihat kota yang kudus, Yerusalem yang baru, turun dari sorga, dari Allah, yang berhias bagaikan pengantin perempuan yang berdandan untuk suaminya. 3 Lalu aku mendengar suara yang nyaring dari takhta itu berkata: "Lihatlah, kemah Allah ada di tengah-tengah manusia dan Ia akan diam bersama-sama dengan mereka. Mereka akan menjadi umat-Nya dan Ia akan menjadi Allah mereka. 4 Dan Ia akan menghapus segala air mata dari mata mereka, dan maut tidak akan ada lagi; tidak akan ada lagi perkabungan, atau ratap tangis, atau dukacita, sebab segala sesuatu yang lama itu telah berlalu."
Wahyu 21:1-4


Dibandingkan dengan apa yang dinyatakan di dalam Alkitab, ada bagian-bagian yang jelas bertentangan dan hanya mimpi John Lennon yang tidak akan pernah terwujud, tetapi ada juga bagian-bagian dari lagu itu yang akan terjadi. Misalnya: Surga dan Neraka, tidak bisa dibayangkan bagaimana kalau tidak ada Surga dan Neraka, dan manusia hanya hidup utk kesementaraan ini. Sesungguhnya dunia ini akan segera berubah menjadi neraka hanya dalam waktu yang singkat. Itu yang terjadi ketika manusia jatuh dalam dosa. Kitab Kejadian menggambarkannya. Kej 3 menggambarkan bagaimana jatuh dalam dosa, Kej 4 pembunuhan pertama terjadi, Kej 6 puncak dari keberdosaan, karena manusia hanya hidup bagi kesementaraan dan tidak takut akan apa yang akan terjadi sesudahnya, tidak perlu Allah. Sesungguhnya, bukan kedamaian yang akan didapatkan, justru Neraka.

Tetapi, ada bagian-bagian lagu yang sebenarnya akan terwujud. Yaitu, tidak ada pembunuhan, tidak ada peperangan karena ingin merebut tanah (daerah orang lain), tidak ada agama-agama yang berbeda dan berperang, tidak ada yang rakus dan kelaparan, dunia menjadi kumpulan dari satu persaudaraan yang saling mengasihi dan hidup dengan damai. Sayang sekali hal-hal ini tidak akan terjadi di dunia yang berdosa ini, melainkan terjadi di surga/langit dan bumi yang baru (yang ingin dihilangkan oleh Lennon). Ini bukan mimpi, tapi Alkitab sudah mengatakan semuanya sebelum John Lennon bermimpi karena tidak bisa menerima kenyataan dunia yang berdosa.

Sesungguhnya, penyertaan Allah yang bisa membuat segala sesuatunya menjadi lebih baik. Ketika Allah diam bersama-sama dengan manusia, Ia menjadi Allah kita dan kita menjadi umatNya maka segala kesulitan hidup dalam dosa dan penderitaan tidak akan ada lagi. Dunia ini menjadi rusak, berdosa, penuh dengan penderitaan karena manusia ingin hidup sendiri tanpa Allah. Bahkan orang-orang yang mengaku beragama yang kemudian menanamkan benih-benih permusuhan dan kebencian, sebenarnya adalah orang-orang yang hanya ingin hidup bagi dirinya dan alirannya sendiri. Termasuk para Atheist yang ternyata juga mempunyai kebencian yang sangat besar dan memusuhi orang-orang yang beragama. Beragama dan tidak beragama, ternyata tidak menyelesaikan permasalahan dunia ini. Hanya menambah permasalah, persoalan dan penderitaan dunia ini. Allah yang akan datang kembali dan diam dengan umatNya, satu-satunya yang bisa membereskan semuanya ini. Allah yang menyatakan keadilan, tetapi juga adalah Allah yang mengasihi. Masalahnya, siapa yang percaya kepada Allah seperti ini?

Allah yang dinyatakan dalam Alkitab adalah Allah yang merencanakan, mencipta, memelihara dan menyempurnakan. Apa yang terjadi di dalam dunia ini, tidak pernah terlepas dari kedaulatan Allah. Ia sudah menyiapkan kesempurnaan dari semua ciptaanNya yang saat ini sedang di dalam proses waktu menuju kepada kesempurnaan itu. Kedatangan Yesus Kristus yang pertama kali ke dunia sudah memberikan jaminan bahwa Allah menyertai manusia dan kita sesungguhnya tinggal menunggu kedatangan Kristus yang kedua kali, dimana terjadi kegenapan dari keseluruhan bayang-bayang kesempurnaan di dalam kekekalan yang sudah dinyatakan kepada kita. Langit dan bumi yang baru, bukan lagi hanya suatu utopia, tetapi suatu kepastian. Bumi yang baru dimana tidak ada lagi peperangan, penderitaan, kebencian dan permusuhan, sakit-penyakit akan betul-betul kita alami. Bumi yang penuh dengan cinta kasih, persahabatan, persaudaraan, semuanya berada di dalam satu keluarga bersama-sama hanya memuji dan menyembah satu Allah sampai selama-selamanya...

Bayangkanlah semua itu akan terjadi, bukan di dunia yang berdosa ini, tetapi di bumi yang baru. Kalau begitu, apa artinya bumi yang berdosa ini? Tidak ada artinya sama sekali kita hidup di bumi ini? Memang hidup di bumi yang berdosa ini tidak ada artinya bila dibandingkan dengan hidup di bumi yang baru. Tetapi, kehidupan di bumi yang berdosa dan sementara ini adalah persiapan kepada hidup kekal di bumi yang baru. Artinya, kehidupan yang sementara ini ternyata penting untuk belajar bagaimana bisa menerima perbedaan negara, suku, ras, denominasi dan berbagai macam perbedaan yang lain, untuk bisa saling mengasihi sebagai satu keluarga Allah yang akan bersama-sama hidup dalam satu persekutuan keluarga Allah untuk memuji, menyembah dan menikmati Allah sampai selama-lamanya. Hidup di dalam dunia sementara ini adalah proses yang terus berubah. Tetapi, hidup di bumi yang baru adalah akhir yang akan sampai selama-lamanya. Itu sebabnya, jangan salah membayangkan. Yang terjadi dalam kesementaraan, terimalah sebagai realita yang memang harus dialami, tetapi ada kesempurnaan yang akan terjadi di dalam kekekalan.

Bayangkanlah apa yang bisa terjadi di dalam kesementaraan ini dan apa yang akan terjadi di dalam kekekalan...Ada Alkitab yang memberikan jawabannya. It's easy if you try...

You may say that I'm a dreamer
But I'm not the only one
I hope someday you'll join us
And the (new) earth will be as one


Friday, February 23, 2007

Makan dan minum: Penciptaan-Kekekalan?

Bicara soal makan dan makanan, apa memang sangat perlu dan penting dalam teologi? Banyak orang hanya mengkaitkan dengan kerakusan yang merupakan salah satu dari tujuh dosa maut. Tapi, percaya atau tidak makan mempunyai perananan yang sangat penting dalam memuliakan dan menikmati Tuhan secara pribadi. Ini salah satu topik yang saya paling sukai. Melihat makan pada saat penciptaan, manusia jatuh dalam dosa karena makan, sesudah ditebus oleh Kristus dan waktu kembali kepada Tuhan, masihkah kita makan dan minum? Pernah mikir ini?

Saya mencoba melihat beberapa fakta dalam Alkitab yang berbicara tentang pergumulan manusia dengan makanan dalam empat tahap hidup manusia.

1. Penciptaan

Lalu TUHAN Allah menumbuhkan berbagai-bagai pohon dari bumi, yang menarik dan yang baik untuk dimakan buahnya; dan pohon kehidupan di tengah-tengah taman itu, serta pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat.
Kej 2:9

Ada dua kata yang perlu dipikirkan: 'menarik' dan 'baik' untuk dimakan buahnya. Sebagian orang hanya memikirkan kata menarik ditujukan kepada pohon-pohon dan bukan pada buahnya. Sebenarnya, kata 'menarik' itu berhubungan dengan buah-buahan. Nanti kita bisa melihat hubungannya dgn peristiwa manusia jatuh dalam dosa. Kata 'menarik' menunjukkan bahwa Tuhan Allah bukan hanya memberikan kepada manusia makanan yang sesuai untuk kebutuhan manusia, apa yang baik, tapi juga memberikan kenikmatan dalam makan. Itu sebabnya buah2an tidak diciptakan dalam satu bentuk dan satu rasa. tapi dibuat bermacam-macam untuk kenikmatan dan kebaikan bagi manusia. Maka, makan adalah kesempatan untuk menikmati yang dianugerahkan Tuhan kepada kita.

2. Kejatuhan dalam Dosa
16 Lalu TUHAN Allah memberi perintah ini kepada manusia: "Semua pohon dalam taman ini boleh kaumakan buahnya dengan bebas, 17 tetapi pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat itu, janganlah kaumakan buahnya, sebab pada hari engkau memakannya, pastilah engkau mati."
Kej 2:16-17

Perempuan itu melihat, bahwa buah pohon itu baik untuk dimakan dan sedap kelihatannya, lagipula pohon itu menarik hati karena memberi pengertian. Lalu ia mengambil dari buahnya dan dimakannya dan diberikannya juga kepada suaminya yang bersama-sama dengan dia, dan suaminyapun memakannya.
Kej 3:6

Banyak yang mengatakan kalau manusia jatuh dalam dosa karena kesomobongan dan keinginan menjadi sama seperti Allah. Saya tidak ingin memperdebatkan hal itu. Bagi saya, ujiannya adalah makanan dan berbicara tentang kepuasan dan ketidak-puasan.
Kalau kita lihat, ujiannya sederhana. Tuhan sudah berikan banyak buah2an yang menarik dan baik untuk dimakan (kej 2:9). Yang tidak boleh dimakan hanya buah dari satu pohon (Kej 2:16-17). Tapi, Iblis bisa membuat manusia tidak puas dengan semua pemberian Tuhan dan membuat yang tidak boleh menjadi baik untuk dimakan dan sedap kelihatannya (Kej 3:6). Makan dan minum sekarang berada di dalam arah kenikmatan yang salah. Apa masih kurang kenikmatan yang Tuhan berikan? Semua boleh dinikmati, kecuali yang satu itu...
Akibatnya terhadap manusia, sejak saat itu, manusia harus bekerja keras sampai mati untuk bisa mendapatkan makanan (Kej 3:17-19). Implikasi lainnya, manusia tidak lagi menikmati Tuhan dalam makan...

3. Penebusan di dalam Kristus.
Aku menjawab: Jika engkau makan atau jika engkau minum, atau jika engkau melakukan sesuatu yang lain, lakukanlah semuanya itu untuk kemuliaan Allah.
1 Kor 10:31

Ada beberapa hal yang mengagetkan saya waktu menghubungan makan dan minum dengan Tuhan. Beberapa diantaranya:
- Akulah Roti Hidup (Yoh 6:35, 48, 51)
- Perjamuan dipakai untuk mengingat penebusan Kristus (Mat 26:26-28)
- Waktu mengajarkan Doa Bapa kami, permintaan pertama bukan penebusan dosa tapi makanan (Mat 6:11)
Maka, sesudah ditebus makan dan minum menjadi salah satu aspek yang dipakai untuk bisa memuliakan dan menikmati Tuhan. Itu sebabnya Paulus berkata bahwa makan dan minumpun harus dilakukan untuk memuliakan Tuhan (1 Kor 10:31)

4. Di Langit dan Bumi Yang Baru
Ada beberapa ayat di dalam kitab Wahyu yang perlu dilihat, Why 21:6 (air hidup); 22:1 (sungai kehidupan); 22:2 pohon kehidupan; 22:14 (pohon kehidupan); 22:17(air hidup).
Agak sulit untuk menafsirkan bagian-bagian ini. Tapi, kita bisa lihat ada nuansa yang menggambarkan kebutuhan dari umat yang ditebus untuk terus-menerus bergantung kepada Pencipta dan Penebus kita. Kita butuh sesuatu yang harus kita 'makan' dan 'minum' yang berasal dari Tuhan untuk hidup kita.
Kita juga bisa melihat kepada perkataan Kristus pada perjamuan terakhir di dalam Matius 26:29, Akan tetapi Aku berkata kepadamu: mulai dari sekarang Aku tidak akan minum lagi hasil pokok anggur ini sampai pada hari Aku meminumnya, yaitu yang baru, bersama-sama dengan kamu dalam Kerajaan Bapa-Ku."



Kesimpulan.
Dari fakta-fakta di atas, maka makan itu menjadi sangat penting bukan pada makanan itu sendiri (krn Kerajaan Sorga bukan soal makanan dan minuman-Rom 14:17), tetapi kepada lambang dari makan (beberapa kali menunjuk kepada Kristus dan persekutuan dengan Kristus), dan bagaimana menikmatinya sebagai pembelajaran untuk menikmati Tuhan sampai selama-lamanya.
Makan bukan hanya menikmati berkat itu, tapi lebih tinggi lagi menikmati Sumber Berkatnya. Caranya, waktu makan jangan hanya berhenti dalam kenikmatan bagi kita, tapi berpikir ttg sumber kenikmatan yg pasti lebih nikmat. Mengutip bait ketiga dari lagunya Rhea F. Miller (1922), I'd Rather Have Jesus:
He's fairer than lilies of rarest bloom;
He's sweeter than honey from out the comb;
He's all than my hungering spirit needs.
I'd rather have Jesus and let Him lead


Maka, sebelum makan, Doa jangan hanya formalitas dan basa-basi. Bersyukur! Minta anugerah Tuhan agar kita bisa menikmati dan bersekutu dengan Dia. Pikirkanlah Sang Sumber Berkat pada saat menikmati berkatNya. Dan nikmati dalam ucapan syukur, sadar bahwa makan adalah kesempatan kita belajar bergantung, bersandar, bersekutu dan menikmati Tuhan.